Anda di halaman 1dari 9

Hubungan antara Migrain dengan Kalsifikasi Pada Bantalan Pembuluh

Darah Mayor : Thr Rotterdam Study


Abstrak
Latar Belakang : Untuk mendalami peranan aterosklerosis arteri besar pada migrain, kami
menginvestigasi hubungan antara migrain dengan kalsifikasi arteri pada pembuluh darah
berbeda di intrakranial dan ekstrakranial.
Metode : 1865 partisipan diikutsertakan, dengan usia rata-ratanya (deviasi standar) 67.4 (5.8)
tahun, dari population-based kohort studi Rotterdam. Migrain dinilai dengan kuesionaer yang
tervalidasi dan kalsifikasi vaskular dinilai dengan computed tomography (CT) (ditampilkan
dalam bentuk skor Agatston untuk arteri koroner dan volume dalam mm 3 untuk arkus aorta,
arteri karotis intrakranial dan ekstrakranial). Untuk setiap pembuluh darah, hubungan antara
migrain dan kalsifikasi diinvestigasi dengan regresi linier, disesuaikan berdasarkan usia ,
jenis kelamin, faktor risiko kardiovaskular, dan kalsifikasi pada pembuluh darah yang lain.
Hasil : dari seluruh partisipan, 279 (15%) diidentifikasi sebagai orang dengan migrain
seumur hidup. Dalam model multivariable adjusted, migrain memiliki hubungan dengan
volume kalsifikasi arteri karotis intrakranial yang lebih kecil (perbedaan dalam volume
kalsifikasi log-transformed pada orang dengan migrain jika dibandingkan dengan orang yang
tidak dengan migrain: -0.19 [-0.29, -0.08]). Sedangkan subjek dengan migrain juga
menunjukkan kalsifikasi yang rendah pada bantalan arteri yang lain, hubungan itu tidak
menemui signifikansi secara statistik.
Kesimpulan: seseorang dengan migrain, jikga dibandingkan dengan mereka yang tidak,
memiliki kalsifikasi arterial yang lebih sedikit pada arteri karotis intrakranial, namun tidak
terjadi dalam bantalan arterial yang lain. Studi lebih jauh diperlukan untuk mengkonfirmasi
penemuan ini.
Kata kunci : nyeri kepala, aterosklerosis, epidemiologi, studi kohort

Pendahuluan
Migrain adalah gangguan neurovaskular yang berulang dan telah dikenal sebagai 25 penyakit
teratas yag berhubungan dengan disabilitas di seluruh dunia (1). Selain beban individu dan
ekonomi, peningkatan bukti menempatkan migrain sebagai faktor risiko potensial untuk
penyakit kardiovaskular (CVDs) termasuk stroke dan mortalitas kardiovaskular (2,3). Lebih
lagi, migrain berhubungan dengan manifestasi subklinis dari penyakit pembuluh darah kecil,
seperti lesi substansia alba dan perdarrahan mikro (4). Namun, peranan aterosklerosis arteri
besar belum dipelajari secara luas pada migrain.
Dalam studi sebelumnya pada migrain dan penebalan tunika media karotid (cIMT)
menunjukkan hubungan yang tidak konsisten termasuk tidak adanya perbedaan atau
peningkatan cIMT pada orang dengan migrain jika dibandingkan dengan mereka tanpa
migrain (5-9). Sementara cIMT dapat menggambarkan remodeling nonatherosclerotic pada
dinding arteri yang mungkin berhubungan dengan proses penuaan dini vaskular (10),
kalsifikasi vaskular dapat menggambarkan aterosklerosis yang lanjut dan telah menunjukkan
hubungan kuat dengan kejadian kardiovaskular (11). Satu studi sebelumnya menemukan
tidak adanya hubungan antara migrain dan kalsifikasi arteri koroner (8). Serupa dengan itu,
migrain pada orang yang memiliki stroke iskemik tidak berhubungan dengan kalsifikasi pada
bantalan pembuluh darahnya (12).
Beban kalsifikasi sangat beragam sepanjang bantalan pembuluh darah (13,14) dan
membawa nilai prediktif yang berbeda untuk manifestasi yang bervariasi akan CVD
bergantung pada kedekatan antara bantalan pembuluh darah dan organ yang terkena dari
manifestasi selama studi (15,16). Lokasi spesifik aterosklerosis, daripada patologi vaskular
pada pembuluh darah yang berbeda, dapat dengan demikian memainkan peranan yang
penting pada patogenesis penyakit. Dengan demikian, investigasi dari hubungan antara
migrain pada populasi umum dengan kalsifikasi dalam pembuluh darah yang berbeda dapat
menyediakan informasi antara hubungan migrain dan CVD. Oleh karena itu, kami
menginvestigasi apakah migrain berhubungan dengan kalsifikasi arteri sepanjang arteri
koroner, arkus aorta dan karotid intra dan ektra kranial pada kelompok besar pada usia
pertengahan dan lansia dari studi berdasarkan populasi.
Metode
Aturan dan populasi studi
Studi ini didasarkan pada studi kohort prospektif berdasarkan populasi diantara usia
pertengahan dan lansia pada distrik Ommoord di Rotterdam, Belanda: The Rotterdam Study.
Rasionalitas dan desain dari studi telah dijelaskan sebelumnya (17). Studi dimulai pada tahun
1990 dengan kohort pertama (RS-I) pada 1983 orang berusia 55 tahun atau lebih dan
dilanjutkan lagi hingga tahun 1999 dengan 3011 orang dan dengan kriteria inklusi yang sama
(kohort yang kedua : RS-II). Data diambil dengan cara wawancara langsung ke rumah dan
dengan pemeriksaan fisik pada pusat studi. Partisipan diperiksa dengan CT dengan
skor/volume kalsifikasi selama gelombang keempat pada kohort pertama (RS-I-4, 2002-
2004) dan gelombang kedua dari kohort kedua (RS-II-2,2003-2006). Prevalensi migrain
seumur hidup dinilai pada gelombang ke lima dari kohort pertama (RS-I-5, 2009-2011) dan
gelombang ketiga dari kohort kedua (RS-II-3, 2010-2012). Kami menyingkirkan partisipan
dengan data yang hilang pada skor/volume kalsifikasi atau migrain. Untuk studi saat ini, 1856
partisipan yang memiliki data migrain dan kalsifikasi arterial dimasukkan ke dalam studi.
Seluruh subjek diberika informed consent dan protokol studi disetujui oleh komite medis
menurut Wet Bevolkingsonderzoek ERGO (Population Study Act Rotterdam Study),
dikerjakan oleh Menteri KEsehatan, Kesejahteraan dan Olahraga Belanda.
Penilaian Migrain
Migrain dinilai dengan menggunakan kuesioner migrain berdasarkan kriteria nyeri kepala
migrain dari International Classification of Headache Disorder second edition (ICHD-II)
(18) dan modifikasi dari validasi kuesioner untuk penggunaan studi Genetic Epidemiology of
Migrain (GEM) di Laiden (19,20) selama wawancara ke rumah. Kuesioner dinilai kejadian
serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi kriteria diagnostik : lebih dari 5
serangan dengan intensitas nyeri yang berat, degnan durasi 4-72 jam (jika tidak diterapi),
dengan paling tidak 2 dari 4 nyeri kepala memenuhi kriterianya (nyeri unilateral, kualitas
pulsatil, intensitas nyeri berat, dan perburukan dengan atau menyebabkan sulitnya aktivitas
fisik), nausea dan /atau fotofobua dan fonofobia dan tidak berhubungan dengan gangguan
lainnya. Seluruh partisipan yang sesuai dengan kriteria sebagai orang dengan migrain.
Klasifikasi migraind engan aura dimodifikasi dari ICHD-II seperti yang sebelumnya sudah
dijelaskan (19)., dikarenakan terbatasnya pertanyaan yang berhubungan dengan aura pada
survei. Oleh karena itu, migrain dengan aura dinilai hanya pada partisipan yang memenuhi
seluruh kriteria migrain. Kami lebih jauh lagi membedakan orang dengan migrain sebagai
orang dengan migrain aktif (<1 tahun sejak serangan terakhir ) atau tidak aktif (> 1 tahun
sejak serangan terakhir).
Penilaian Kalsifikasi Arteri
Penciteraan dilakukan dengan 16 atau 14 potongan multidetector pada CT (somtaom
sensation, 16- 64, Siemens, Forcheim, germany). Tidak ada material kontras yang
dimasukkan. Kami melakukan pemindaian kardiak dan ekstrakardiak untuk
memvisualisasikan kalsifikasi pada arteri koroner, arkus aorta dan arteri karotis internal
ekstra dan intrakranial. Informasi yang lebih detail mengenai protokol pemindaian telah
dijelaskan sebelumnya (13). Pengukuran dari kalsifikasi dari arteri koroner, arkus aorta dan
arteri karotis ekstra dan intrakranial dikerjakan dengan menggunakan piranti lunak yang
tersedia (Syngi Calcium Coring, Siemens, Forcheim,Germany). Kalsifikasi arteri koroner
diukur dengan metode Agatston, berdasarkan penjumlahan dari setiap arteri koroner (13,21).
Untuk kalsifikasi pada arteri karotis intrakranial kami menggunakan metode semi otomatis
yang terpisah yang telah dijelaskan pada detail sebelumnya (22). Kalsifikasi arteri koroner
(CAC) ditunjukkan sebagai sebuah skor, sedangkan kalsifikasi arkus aorta (AAC), kalsifikasi
arteri karotid internal ekstrakrania (ECAC) dan kalsifikasi arteri karotis internal intrakranial
(ICAC) ditunjukkan dalam volume (mm3).
Penilaian Kovariat
Pengukuran antoprometri didapat selama kunjungan ke pusat penelitian. Indeks massa tubuh
(BMI) dihitung dari berat badan partisipan dibagi dengan tinggi badan kuadrat partisipan.
Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer pada arteri brakialis kanan dengan posisi
duduk. Rata-rata dari pengukuran yang berurutan diambil. Total kolesterol serum dan high
density lipoprotein (HDL) diukur dengan menggunakan teknik laboratorium standar.diabetes
tipe 2 didiagnosis dengan glukosa darah plasma puasa adalah 7.0 mmol/L atau lebih tinggi,
atau penggunaan medikasi obat anti diabetes. Informasi dari kebiasaan merokok, pengobatan
antihipertensi dan obat penurun kolesterol dan riwayat CVD dikumpulkan dengan kuesioner
terkomputerisasi (11,23). Kebiasaan merokok didefinisikan sebagai masa lalu, saat ini atau
tidak ada riwayat merokok.
Analisis Statistik
Karakteristik populasi dipresentasikan sebagai rata-rata (± standar deviasi) atau median
(persentil 25th – 75th) untuk variabel kontiniu yang pantas dan perhitungan (persentase) untuk
variabel dikotomi. Perbedaan pada karakteristik antara orang dengan dan tanpa migrain diuji
dengan ANCOVA (variabel kontiniu) dan regresi logistik (variabel kategorial), disesuaikan
dengan usia dan jenis kelamin. Dikarenakan distribusi mereka yang tidak simetris, kami
mentransformasikan skor kalsifikasi/volume dengan melakukan transformasi log natural (Ln)
(Ln [skor kalsifikasi/valume + 1 mm3]).
Regresi linear digunakan untuk menginvestigasi hubungan antara migrain dengan
kalsifikasi skor/volume. Usia dibuat sebagai usia dan usia2, namun usia2 tidak memperbaiki
kecocokan model. Kami membangun tiga model. Model 1 termasuk usia, jenis kelamin dan
kohort. Model 2 termasuk BMI, tekanan darah sistolik dan diastolik, kolesterol total, HDL,
status merokok, penggunaan pengobatan penurun tekanan darah atau penurun kolesterol,
diabetes prevalen, riwayat CVD. Untuk model 3, setiap skor kalsifikasi/volume disesuaikan
untuk tiga kalsifikasi skor/volume lainnya.
Kami lebih jauh menstratifikasi analisis untuk subtipe migrain (migrain tanpa aura,
migrain dengan aura, migrain aktif dan migrain nonaktif) begitu juga dengan jenis kelamin,
usia (>= 65 tahun dibandingkan < 65 tahun) dan riwyat CVD. Perbedaan antara efek-efeknya
memperkirakan hubungan antara kalsifikasi volume/skor dengan subtipe migrain
dibadningkan dengan menggunakan tes Wald (24). Dalam analisis stratifikasi, kami menguji
bentuk interaksi antara migrain dan karakteristik stretifikasi (misalnya usia >65 tahun
dibandingkan usia < 654 tahun, jenis kelamin, dan riwayat CVD). Nilai yang hilang untuk
semua kovariat dimasukkan menggunakan imputasi berdasarkan seluruh variabel dalam
model regresi penuh. seluruh analisis statistik dilakukan dengan menggunakan paket piranti
lunak statistikal SPSS (IBM, Armonk, New York, USA), versi 21.0 untuk Windows.
Hasil
Secara keseluruhan, 279 (15%) dari 1856 partisipan diidentifikasi sebagai orang dengan
migrain (tabel 1). Diantara ini 55 (2.9% dari partisipan yang termasuk) diklasifikasikan
memiliki migrain dengan aura (tabel 1). Orang dengan migrain memiliki rerata usia yang
lebih rendah dan lebih cenderung terjadi pada wanita (77.45% diantara orang dengan migrain
dibandingkan 47.6% diantara orang tanpa migrain). Lebih jauh lagi, orang dengan migrain
memiliki rata-rata tekanan darah diastolik yang lebih tinggi dan lebih tidak cenderung dengan
diabetes dibandingkan dengan orang tanpa migrain, setelah menyesuaikan usia dan jenis
kelamin (tabel 1).
Orang-orang dengan migrain memiliki volume ICAC logtransformed (-0.19 (95% CI
-0.29, -0.08)) pada model yang telah disesuaikan untuk seluruh kovariat (model 2) daripada
orang tanpa migrain (tabel 2). Orang dengan migrain juga cenderung untuk memiliki skor
volume CAC, AAC dan ECAC yang lebih rendah dibandingkan orang tanpa migrain,
meskipun perkiraan ini tidak mencapai signifikansi statistik. Setelah penambahan
penyesuaian model untuk kalsifikasi skor/volume lainnya (model 3), perkiraan untuk
perbedaan dalam volume ICAC hanya sedikit dikurangi (-0.15 (-0.25,-0.06)) (tabel 2).
Ketika menginvestigasi hubungan antara subtipe migrain dan ICAC, tidak ada
perbedaan mayor yang dilihat dalam perkiraan untuk migrain dengan dan tanpa aura, dan
migrain aktif atau nonaktif (tabel 3). Namun, perkiraan dalam analisis migrain dengan aura
dan aktif migrain tidak mencapai signifikansi, mungkin karena kurangnya tenaga.
Sementara hubungan migrain dan ICAC cenderung untuk lebih kuat pada pria (-0.25(-
0.47, -0.04)), orang yang lebih tua atau berusia 64 tahun (-0.25(-0.39, -0.12)) dan orang tanpa
CVD (-0.20(-0.31,-0.10)), bentuk interaksi antara migrain dengan kategori, jenis kelamin dan
adanya CVD tidak signifikan (tabel 4).
Diskusi
Dalam studi populasi ini, kami mengamati bahwa orang dengan riwayat seumur hidupnya
dengan migrain memiliki kalsifikasi arteri karotis intrakranial yang lebih rendah
dibandingkan dengan orang tanpa migrain, setelah menyesuaikan untuk perbedaan dalam
faktor risiko kardiovaskular. Lebih jauh lagi, orang dengan migrain juga cenderung untuk
memiliki beban kalsifikasi yang lebih rendah sepanjang bantalan pembuluh darah, meskipun
perbedaan ini tidak signifikan secara statistik.
Tabel 1. Karakteristik partisipan

Data ditampilkan sebagai rata-rata (± standar deviasi) atau angka (persentase). SKor kalsium dan
volume ditampilkan sebagai median (persentil 25th-75th) . n= jumlah orang
*p value < 0.05 untuk perbedaan dalam kovariat antara orang dengan dan tanpa migrain, disesuaikan
dengan usia dan jenis kelamin

Tabel 2. Perbedaan pada skor/volume kalsifikasi log-transformed diantara pasien dengan dan
tanpa migrain

Nilai adalah perbedaan pada skor/volume kalsifikasi dan menempati 95%CI untuk orang dengan
migrain dibandingkan dengan orang tanpa migrain. Model 1 : disesuaikan dengan usia, jenis kelamin
dan kohort. Model 2: Penyesuaian tambahan dengan BMI, tekanan darah sitolik, tekanan darah
diastolik, kolesterol total, high density lipoprotein, merokok, pengobatan obat penurun tekanan darah,
penggunaan obat penurun kolesterol, diabetes, dan riwayat penyakit kardiovaskular. Model 3 :
penyesuaian tambahan untuk tiga skor.volume kalsifikasi lainnya.
Studi-studi sebelumnya yang menilai aterosklerosis pada pasien migrain dengan
menggunakan ultrasonografi karotis, sebuah pengukuran yang sering digunakan, menemukan
peningkatan cIMT (5,6) atau tidak ada perbedaan pada cIMT pada orang dengan migrain
(7,8).
Tabel 3. Perbedaan dalam log-transformed valume kalsifikasi arteri karotis intrakranial
diantara orang dengan dan tanpa subtipe migrain

Nilai berbeda pada log-transformed valume kalsifikasi arteri karotis intrakranial dan menempati 95%
CI untuk orang dengan subtipe migrain yang berbeda dibandingkan orang tanpa migrain. Secara
keseluruhan 1839 orang memiliki data pada kalsifikasi arteri karotis intrakranial dan migrain, n:
jumlah orang dengan suptipe migrain yang spesifik; N:jumlah orang tanpa migrain. Model I :
disesuaikan terhadap jenis kelamin, usia dan kohort. Model 2: penambahan penyesuaian untuk indeks
massa tubuh, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, kolesterol total, high density lipoprotein,
merokok, pengobatan penurun ekanan darah, penggunaan obat penurun kolesterol, diabetes prevalen,
dan riwayat penyakit kardiovaskular.

Satu studi juga melaporkan bahwa tidak ada perbedaan pada kalsifikasi arteri koroner
diantara orang dengan dan tanpa migrain (8). Penemuan ini tidak terlihat berhubungan
dengan apakah seseorang hanya dengan migrain yang dialami hanya saat ini(8) atau dengan
migrain seumur hidupnya(5-7). Oleh karena cIMT dapat menggambarkan perubahan non-
aterosklerotik dengan sebuah proses penuaan vaskular (10), kalsifikasi vaskular diperkirakan
menjadi tanda dari penyakit aterosklerotik yang lebih lanjut (25,26). Namun, ada korelasi
rendah hingga moderat antara kalsifikasi pada arteri yang berbeda (13). Hal ini diperkirakan
merefleksikan perubahan spesifik aterosklerotik. Kalsifikasi vaskular pada pembuluh darah
yang berbeda dengan demikian dapat membawa perbedaan nilai prediktif dengan hubungan
dengan variasi bentuk dari CVD bergantung pada kedekatan bantalan vaskular dengan organ
yang terkena pada kejadian selama studi ini (27). sebenarnya, kalsifikasi arteri koroner, arkus
aorta dan arteri karotis ekstrakranial telah menunjukkan adanya hubungan dengan penyakit
jantung koroner, namun tidak berhubungan dengan penyakit serebrovaskular (16), sementara
kalsifikasi arteri karotis intrakranial berhubungan dengan peningkatan risiko stroke, terutama
stroke iskemik (3,15). Penemuan kami mengenai beban kalsifikasi yang lebih rendah pada
arteri karotis intrakranial diantara pasien dengan migrain dibandingkan dengan pasien tanpa
migrain dengan penambahan hubungan spesifik antara pembuluh darah dan penyakit. Lebih
jauh lagi, sejalan dengan penemuan kami, baru-baru ini telah ditunjukkan bahwa diantara
pasien yang memiliki stroke iskemik, subjek yang memiliki riwayat positif terhadap migrain
dan tidak memiliki kalsifikasi lebih banyak pada arteri karotis intrakranial daripada pasien
tanpa migrain (12). Pada faktanya, penulis berpendapat bahwa perubahan aterosklerotik lebih
kurang sering terjadi pada pasien stroke dengan migrain. Oleh karena itu, stroke pada pasien
dengan migrain mungkin disebabkan oleh keterlibatan dari disfungsi endotelial yang
berhubungan dengan aterosklerotik, jika dibandingkan dengan stroke pada populasi umum.
Pada studi kami, orang dengan migrain memiliki profil kardiomatabolik yang lebih
baik dan dengan demikian level yang lebih rendah terhadap penyakit arteri besar. Studi
sebelumnya dari studi Roterdam juga menemukan bahwa orang dengan migrain memiliki
aliran darah arteri basiliaris yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang tanpa migrain (19).
Hal yang sama, beberapa studi mengindikasikan bahwa hubungan antara migrain dan risiko
stroke hanya tampak diantara mereka dengan profil risiko kardiovaskular yang rendah (2).
Penemuan kami, sejalan dengan yang lain, mendukung lebih jauh konsep bahwa faktor risiko
kardiovaskular mungkin tidak memiliki peran penting dalam hubunfan dengan migrain dan
CVD. Lebih jauh lagi, kalsifikasi pada arteri karotis intrakranial akhir-akhir ini lebih tampak
terletak pada lamina internal elastik dan bentuk dari kalsifikasi ini bukanlah aterosklerotik
(28). Akibat dari hal ini, kalsifikasi arteri karotis intrakranial dapat menggambarkan bukan
hanya aterosklerosis namun juga patologi vaskular lainnya seperti kekakuan arteri (29). Kami
juga menemukan bahwa orang degnan migrain memiliki tekanan darah diastolik yang lebih
tinggi, namun tidak pada tekanan darah sistolik, daripada orang tanpa migrain, sebuah pola
yang telah diperirakan sebagai sebuah indikator dari resistensi vaskular perifer sebagai akibat
dari peningkatan kekakuan mikrovaskular (30). Jka diambil bersamaan, hasil kami memberi
kesan bahwa jalur potensial lainnya yang berimplikasi pada migrain, seperti hiperaktivitas
vaskular, disfungsi endotelial, patologi mikrovaskular, atau gangguan koagulasi, dapat
memiliki persan dalam hubungan antara migraindan CVD (31).

Tabel 4. Perbedaan pada volume kalsifikasi arteri karotis intrakranial pada orang dengan dan
tanpa migrain dalam subgrup yang berbeda

Nilai berbeda pada log-transformed valume kalsifikasi arteri karotis intrakranial dan menempati 95%
CI untuk orang dengan migrain dibandingkan dengan orang tanpa migrain. Secara keseluruhan, 1839
orang memiliki data kalsifikasi arteri karotis intrakranial dan migrain. n: jumlah orang dengan
migrain, N:jumlah orang dengan migrain. Model I : disesuaikan terhadap jenis kelamin, usia dan
kohort. Model 2: penambahan penyesuaian untuk indeks massa tubuh, tekanan darah sistolik, tekanan
darah diastolik, kolesterol total, high density lipoprotein, merokok, pengobatan penurun ekanan darah,
penggunaan obat penurun kolesterol, diabetes prevalen, dan riwayat penyakit kardiovaskular. P-
interaction untuk migrain * jenis kelamin :0.42. p-interaction untuk migrain*usia :0.50, p-interaction
untuk migrain*CVD:0.88.
Kami lebih jauh lagi menstratifikasi analisis kami untuk subtipe migrain termasuk
migrain dengan migrain dengan atau tanpa aura dan migrain aktif atau nonaktif. Studi
sebelumnya mengesankan bahwa migrain dengan aura adalah faktor risiko independen untuk
CVD (32,33), seluruh penyebab mortalitas dan mortalitas kardiovaskular (34). Yang lebih
menarik, migrain dengan aura pada wanita dari populasi kesehatan primer akhir-akhir ini
menunjukkan hubungan dengan peningkatan penebalan karotis, dimana migrain tanpa aura
berhubungan dengan risiko lebih rendah untuk plak karotis dan kekakuan arteri (9). Namun,
kami tidak menemukan adanya perbedaan antara hubungan kalsifikasi arteri dengan migrain
dengan subtipe migrain yang mengesankan bahwa peningkatan risiko CVD pada pasien
dengan migrain dengan aura tidak berhubungan dengan kalsifikasi arteri pada populasi
umum. Seperti usia, jenis kelamin dan riwayat CVD dapat memengaruhi hubungan dengan
kalsifikasi arteri (22), kami lebih lanjut menstratifikasi analisis kami berdasarkan
karakteristik ini. Meskipun hubungan antara migrain dan ICAC cenderung lebih kuat pada
laki-laki, orang yang lebih tua, dan orang tanpa prevalen CVD, perbedaannya tidak signifikan
secara statisitik. Namun, kurangnya signifikansi statistik dikarenakan jumlah orang dengan
migrain yang kecil pada kelompok stratifikasi.
Studi akhir-akhir ini adalah studi pertama yang memeriksa hubungan antara
migrain dan kalsifikasi arterial pada bantalan vaskular yang berbeda pada bentuk populasi.
Memiliki akses untuk pengukuran vaskular berbeda begitu juga sebagaimana detil informasi
pada faktor risiko kardiovaskular pada partisipan memungkinkan perbandingan yang dalam
satu dengan yang lain. Studi kami juga memiliki beberapa keterbatasa. Prevalensi migrain
seumur hidup dinilai dengan kuesioner dan diklasifikasikan menurut versi modifikasi dari
kriteria ICHD-II. Modifikasi ini dapat berakhir pada orang yang memiliki migrain dengan
intensitas moderat dibandingkan nyeri yang hebat, dan orang yang hanya memiliki gejala
aura tanpa nyeri kepala, diklasifikasikan sebagai orang tanpa migrain. Oleh karena itu, hal ini
mungkin membatasi kemampuan kami untuk menemukan perbedaan diantara 2 grup
tersebut. Lebih jauh lagi, partisipan ditanyai mengenai riwayat migrain bertahun-tahun
setelah usia yang biasanya dari onset migrain (pada usia dewasa muda).bersama dengan
penemuan bahwa orang dengan temuan bahwa orang dengan riwayat migrain yang positif
lebih muda dibandingkan dengan orang tanpa migrain pada populasi kita, hal ini
mengesankan kejadian untuk bias. Namun, prevalensi seumur hidup dari migrain (15%) pada
populasi studi kami bersamaan dengan prevalensi yang dilaporkan WHO (14.9%) (35).
Sebagai tambahan, pengobatan yang sering digunakan oleh orang dengan migrain yang dapat
memengaruhi aterosklertosis, seperti aspirin atau obat-obatan anti inflamasi non steroid
lainnya, tidak dikoreksi. Faktor yang tidak dihitung dapat menjadi sumber faktor residual
yang mengaburkan. Hubungan sebab akibat juga dapat menjadi sebuah isu, sebagaimana
orang dengan migrain dapat lebih sadar mengenai kesehatan dan akhirnya memiliki
aterosklerosis yang lebih rendah. Namun, kami menyesuaikan model kami untuk faktor risiko
aterosklerosis, yang mana mungkin bertanggungjawab untuk faktor pembauroleh penggunaan
obat-obatan dan profil risiko kardiovaskular dari subjek studi. Akhirnya, analisis potong
lintang kami tidak memungkinkan untuk kesimpulan mengenai hubungan temporernya.
Sebagai kesimpulan, pada studi besar berbadasar populasi ini, kami menemukan
bahwa orang dengan migrain memiliki kalsifikasi yang lebih sedikit pada arteri karotis
intrakranial jika dibandingkan dengan orang tanpa migrain. Studi lebih jauh diperlukan untuk
mengkonfirmasi penemuan ini dan mengerti mekanisme potensial yang mendasari risiko
CVD pada pasien dengan migrain.
Relevansi kesehatan publik
- Riwayat migrain seumur hidup berhubungan dengan kalsifikasi arteri karotid
intrakranial yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan tanpa riwayat migrain
- Riwayat migrain seumur hidup tidak berhubungan dengan kalsifikasi arteri koroner,
arkus oarta atau arteri karotid ekstrakranial.

Anda mungkin juga menyukai