Anda di halaman 1dari 3

Kopi merupakan tanaman primadona dan salah satu komoditi unggulan daerah dengan

luas lahan mencapai 36.226,85 Ha, produksi sebesar 9.797,20 ton dan produktivitas
700 Kg/Ha/tahun yang melibatkan 29.050 KK petani dan 350 Kelompok Tani. Areal
tanaman kopi terluas terdapat di Kecamatan “Permata” dan “Timang Gajah”, disusul
Kecamatan “Pintu Rime Gayo” dan “Bandar”. Jenis tanaman kopi yang memiliki kualitas
unggul adalah kopi arabica, namun saat ini bermacam varitas kopi unggulan lainnya
sudah mulai ditanam oleh masyarakat. Kendala yang dialami petani pasca konflik yang
melanda Provinsi Aceh adalah banyaknya kebun kopi yang terlantar karena ditinggalkan
oleh petani. Kendala lainnya adalah distribusi pasar yang belum tertata dengan baik
serta rendahnya “bargaining power” petani saat menjual hasil panen. Sedangkan
peluang dan pangsa pasar komoditi kopi sangat tergantung dengan permintaan pasar
yang ada di Sumatera Utara dan pasar internasional yang ditentukan oleh eksportir dan
para pedagang pengumpul.
Coffee is an excellent crop and one of the leading commodities in the region with a land
area of 36,226.85 ha, production of 9,797.20 tons and productivity of 700 Kg / Ha / year
which produces 29,050 farmer households and 350 farmer groups. The largest coffee
plantations in the "Permata" and "Timang Gajah" Subdistricts, followed by the "Pintu Rime
Gayo" and "Bandar" Districts. The types of coffee plants that have superior quality are
arabica coffee, but currently various other superior coffees have been planted by the
community. The obstacle visited by post-conflict farmers that hit the Aceh Province was the
amount of coffee that was neglected because it was borne by farmers. Another obstacle is
the distribution of markets that have not been well organized and the bargaining power of
farmers when selling crops. While the opportunities and considerations of the coffee
commodity market are highly dependent on market demand in North Sumatra and the
international market determined by exporters and collectors.
Potensi pariwisata Bener Meriah besar, terutama wisata alam dan kopi
Wisata kebun kopi,
Lut kucak.
Pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Bener Meriah sangat menjanjikan
karena didukung oleh panorama alam dan keadaan iklim yang sejuk. Jenis pariwisata
yang dapat dikembangkan berupa wisata kebun kopi, wisata alam dengan panorama
pemandangan alam yang indah yang terdapat di daerah Wih Nikulus, pemandian air
panas di kaki Gunung Api Bur Ni Telong dan pemandangan air terjun (tensaran) Bidin,
serta pengembangan ekowisata, agrowisata, dan wisata budaya/sejarah peninggalan
kolonial Belanda seperti Tugu Radio Rimba Raya.
 Kabupaten Bener Meriah, yang meskipun kurang disorot tetapi menyimpan banyak sekali potensi wisata
yang harus segera digali. Kabupaten paling muda di Aceh ini termasuk ke dalam wilayah yang dilewati
Dataran Tinggi Gayo, sehingga seharusnya, punya banyak spot wisata menarik.
Sayangnya, objek wisata di Bener Meriah masih minim sorotan. Referensi untuk tiap tempat wisatanya
pun sangat sedikit dan kurang begitu lengkap. Tidak heran jika pemerintah Bener Meriah pun berusaha
keras meningkatkan sektor ini dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggiatkan aktivitas
promosi di sosial media. Apabila kamu penasaran dengan Bener Meriah, beberapa rekomendasi tempat
wisata berikut ini mungkin bisa memenuhi rasa ingin tahumu.

The development of the tourism sector in Bener Meriah Regency is very


promising because it is supported by a natural panorama and cool climate
conditions. The type of tourism that can be developed is in the form of coffee
garden tours, natural attractions with panoramic views of the beautiful
landscapes found in the Wih Nikulus area, hot springs at the foot of Bur Ni
Telong Volcano and views of Bidin waterfalls, ecotourism development,
agrotourism, and cultural / historical tours of Dutch colonial heritage such as
Tugu Radio Rimba Raya.
Sepenggal siaran singkat dari belantara daratan tinggi gayo yang disiarkan melalui
station radio berkekuatan satu kilowatt pada frekwensi 19,25 dan 61 meter. Berita
kemerdekaan Indonesia pun tersebar ke berbagai negara tetangga waktu itu. Radio
Rimba Raya dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia saat Agresi Militer Belanda
kedua 1948-1949, adalah satu-satunya Radio Republik Indonesia Darurat yang disiarkan
dari Dataran tinggi Gayo, atau tepatnya di Kecamatan Pintu Rime, yang sekarang
menjadi wilayah bagian Kabupaten Bener Meriah. Setelah kemerdekaan jasa atas radio
rimba raya di dataran tinggi gayo tetap dikenang dengan dibangunnya monumen
bersejarah Tugu Radio Rimba Raya
A short broadcast from the wilderness of Gayo highland which was broadcast through a one-
kilowatt radio station at a frequency of 19.25 and 61 meters. News of Indonesia's
independence was spread to various neighboring countries at that time. Radio Rimba Raya
in defending the Independence of the Republic of Indonesia during the second Dutch Military
Aggression from 1948-1949, was the only Radio Republik Indonesia Emergency broadcast
from the Gayo Plateau, or precisely in Pintu Rime District, which is now part of Bener Meriah
Regency. After the independence of services on the jungle radio in the Gayo highlands, it
was remembered by the construction of the Tugu Radio Rimba Raya historical monument

Anda mungkin juga menyukai