Stuart dan Laraia (2005), menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil dari
marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik) sebagai respon terhadap
perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan
terancam ini dapat berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang
berarti dan kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja,
perasaan tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).
Menurut Keliat, dkk, perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Keliat, dkk, 2011).
2. Rentang Respon
...................................................................................................
3. Penyebab
Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor
predisposisi dan presipitasi,
a. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, meliputi :
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan NAPZA.
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
dari akumulasi frustrasi. Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat, seperti kesehatan fisik
yang terganggu, hubungan social yang terganggu. Salah satu kebutuhan
manusia adalah “berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat
dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul adalah
individu tersebut berperilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
Fungsi dan hubungan sosial yang terganggu disertai lingkungan sosial yang
mengancam kebutuhan individu yang mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mempengaruhi individu untuk
berespon asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara
langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory), merupakan proses
meniru dari lingkungan yang menggunakan perilaku kekerasan sebagai cara
menyelesaikan masalah.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan pada setiap
individu bersifat unik, berbeda satu orang dengan orang yang lain. Stresor
tersebut dapat merupakan penyebab yang bersifat faktor eksternal maupun
internal dari individu.
Faktor internal meliputi keinginan yang tidak terpenuhi, perasaan kehilangan dan
kegagalan akan kehidupan (pekerjaan, pendidikan, dan kehilangan orang yang
dicintai), kekhawatiran terhadap penyakit fisik.
Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian sosial yang berubah seperti
serangan fisik atau tindakan kekerasan, kritikan yang menghina, lingkungan yang
terlalu ribut, atau putusnya hubungan social/kerja/sekolah.
b. Data Objektif:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
g. Mondar mandir
h. Melempar atau memukul benda/orang lain
5. Akibat
...................................................................................................................
Tindakan Keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling
percaya adalah:
a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b) Perkenalkan diri : nama, nama panggilan yang
Perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien yang
disukai
c) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d) Buat kontrak asuhan : apa yang Perawat akan
lakukan bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya
dimana
e) Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan
informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi
f) Tunjukkan sikap empati
g) Penuhi kebutuhan dasar pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab rasa marah yang menyebabkan
perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu.
3) Diskusikan tanda-tanda pada pasien jika terjadi perilaku
kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah secara:
(1) Verbal
(2) terhadap orang lain
(3) terhadap diri sendiri
(4) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
(1) Fisik:tarik nafas dalam, pukul kasur dan batal.
(2) Patuh minum obat
(3) Sosial/verbal: bicara yang baik: mengungkapkan,
menolak dan meminta rasa marahnya
(4) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
VI. EVALUASI