Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KERAJAAN HINDU – BUDHA DI INDONESIA

Disusun oleh :

Yuda Prasetyo ( Nim :198720100141)

Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan sejarah

Universitas PGRI Banyuwangi

2019/2020

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................4
BAB 1...........................................................................................................................................................5
a. Latar Belakang.....................................................................................................................................5
b. Rumusan  masalah...............................................................................................................................6
c. Tujuan penulisan………………………………………………………………………………………………………………………………6

BAB 2...........................................................................................................................................................7
A.    KERAJAAN KUTAI..............................................................................................................................7
B. Kerajaan Tarumanegara....................................................................................................................11
C. KERAJAAN HOLING / KALINGGA........................................................................................................22
D. Sejarah Kerajaan Kanjuruhan............................................................................................................27
KESIMPULAN.............................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................33

2
KATA PENGANTAR

    
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah Sejarah tepat pada waktunya.

Dan tak lupa pula kita kirimkan Shalawat beserta Salam kepada Nabi
Muhammad SAW dengan ucapan “Allahhumma Sholli ala Sayyidina
Muhammad”.

     Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh
karena itu harap dimaklumi apabila ada salah kata dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
kalangan. Aamiin

19 Maret 2020

Yuda Prasetyo

3
BAB 1
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Tak dipungkiri bahwa Indonesia sangat mudah menerima masuknya
kebudayaan Hindu dan Budha.
Masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha dari India ke Indonesia
berpengaruh besar terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia. Unsure-unsur
kebudayaan Hindu-Budha tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia
(terjadi proses akulturasi budaya dan proses sinkretisme kepercayaan). 
Oleh karena itu, masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan Budha membawa
perubahan-perubahan diberbagai aspek kehidupan, baik social, ekonomi, budaya
termasuk pada bidang birokrasi pemerintahan dengan munculnya kerajaan-
kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia.
 Di Indonesia sendiri banyak peninggalan sejarah yang berunsur Hindu seperti
candi, yupa, prasasti dan kerajaan. Salah satu peninggalan dari kebudayaan Hindu
adalah Kerajaan Kutai.
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai
diperkirakan muncul pada abad 5 M atau kurang lebih 400 M. Kerajaan ini terletak
di Muara Kaman, Kalimantan Timur (dekat kota Tenggarong) tepatnya di hulu
sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti
yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan oleh para ahli
karena tidak ada prasasti yang jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena
memang sedikit informasi yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.
Keberadaan kerjaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan
yaitu berupa prasasti yang berbentuk yupa atau tiang batu yang berjumlah 7 buah.
Yupa yang menggambarkan huruf Pallawa dan bahasa sansererta tersebut, dapat
disimpulkan tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan
antara lainpolitik, social, dan budaya.
Adapun isi prasasti tersebut menyatakan bahwa raja pertama kerajaan Kutai
bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Aswarman yang disebut
sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal Aswarman
digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama tersebut membuktikan bahwa
telah masuknya pengaruh ajaran hindu dalam kerajaan Kutai dan hal tersebut
membuktikan bahwa raja raja Kutai adalah orang asli Indonesia yang telah
memeluk agama Hindu.

4
b. Rumusan  masalah
• Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Kutai ?
• Bagaimana perkembangan Kerajaan Kutai dalam bidang ekonomi, sosial, politik
dan kebudayaan
• Bagaimana sejarah runtuhnya Kerajjaan Kutai ?

c. Tujuan  Penulisan
Untuk mengetahui sejarah di balik berdiri dan runtuhnya kerajaan kutai dan untuk
mengetahui perkembanagan Kerajaan Kutai di segala bidang, baik itu sosial,
eonomi, politik maupun bidang kebudayaannya. Serta mengetahui bagaiman
kerajaan Kutai runtuh.
Setelah disusunnya makalah ini, diharapkan kita semua dapat menarik kesimpulan
yang positif sehingga mampu menjadikan diri kita sebagai pribadi yang lebih
mencintai sejarah 

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A.    KERAJAAN KUTAI

Kerajaan Kutai diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi, ini dibuktikan
dengan ditemukannya 7 buah Yupa (prasasti berupa tiang batu) yang ditulis dengan
huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang berasal dari India yang sudah mengenal
Hindu. Yupa mempunyai 3 fungsi utama, yaitu sebagai prasasti, tiang pengikat
hewan untuk  upacara korban   keagamaan, dan lambang kebesaran raja. 
 

            Dari tulisan yang tertera pada yupa nama raja Kundungga diperkirakan
merupakan nama asli Indonesia, namun penggantinya seperti Aswawarman,
Mulawarman itu menunjukan nama yang diambil dari nama India dan upacara
yang dilakukannya menujukan kegiatan upacara agama Hindu. Dari sanalah dapat
kita simpulkan bahwa kebudayaan Hindu telah masuk di Kerajaan Kutai.

Kerajan Kutai Mulawarman (Martadipura) didirikan oleh pembesar kerajaan


Campa (Kamboja) bernama Kudungga, yang selanjutnya menurunkan Raja
Asmawarman, Raja Mulawarman, sampai 27 (dua puluh tujuh) generasi Kerajaan
Kutai.

Ø  Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)


Ø  Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)
Ø  Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
Ø  Maharaja Marawijaya Warman
Ø  Maharaja Gajayana Warman
Ø  Maharaja Tungga Warman
Ø  Maharaja Jayanaga Warman
Ø  Maharaja Nalasinga Warman
Ø  Maharaja Nala Parana Tungga

6
Ø  Maharaja Gadingga Warman Dewa
Ø  Maharaja Indra Warman Dewa
Ø  Maharaja Sangga Warman Dewa
Ø  Maharaja Candrawarman
Ø  Maharaja Sri Langka Dewa
Ø  Maharaja Guna Parana Dewa
Ø  Maharaja Wijaya Warman
Ø  Maharaja Sri Aji Dewa
Ø  Maharaja Mulia Putera
Ø  Maharaja Nala Pandita
Ø  Maharaja Indra Paruta Dewa
Ø  Maharaja Dharma Setia

            Sementara itu pada abad XIII di muara Sungai Mahakam berdiri Kerajaan
bercorak Hindu Jawa yaitu Kerajaan Kutai Kertanegara yang didirikan oleh salah
seorang pembesar dari Kerajaan Singasari yang bernama Raden Kusuma yang
kemudian bergelar Aji Batara Agung Dewa Sakti dan beristerikan Putri Karang
Melenu sehingga kemudian menurunkan putera bernama Aji Batara Agung Paduka
Nira.

            Proses asimilasi (penyatuan) dua kerajaan tersebut telah dimulai pada abad
XIII dengan pelaksanaan kawin politik antara Aji Batara Agung Paduka Nira yang
mempersunting Putri Indra Perwati Dewi yaitu seorang puteri dari Guna Perana
Tungga salah satu Dinasti Raja Mulawarman (Martadipura), tetapi tidak berhasil
menyatukan kedua kerajaan tersebut. Baru pada abad XVI melalui perang besar
antara kerajaan Kutai Kertanegara pada masa pemerintahan Aji Pangeran Sinum
Panji Ing dengan Kerajaan Kutai Mulawarman (Martadipura) pada masa
pemerintahan Raja Darma Setia.     

            Dalam pertempuran tersebut Raja Darma Setia mengalami kekalahan dan
gugur di tangan Raja Kutai Kertanegara Aji Pangeran Sinum Panji, yang kemudian
berhasil menyatukan kedua kerajaan Kutai Tersebut sehingga wilayahnya menjadi
sangat luas dan nama kerajaannyapun berubah menjadi Kerajaan Kutai
Kertanegara Ing Martadipura yang kemudian menurunkan Dinasti Raja-raja Kutai
Kertanegara sampai sekarang.

Literatur sejarah menyebutkan bahwa sejak abad XIII sampai tahun 1960
yang menjadi Raja (sultan) Daerah Swapraja (Kerajaan Kutai Kertanegara)
berdasarkan tahun pemerintahannya adalah sebagai berikut:
7
1. 1300 - 1325 Aji Batara Agung Dewa Sakti
2. 1350 - 1370 Aji Batara Agung Paduka Nira
3. 1370 - 1420 Aji Maharaja Sultan
4.  1420 - 1475 Aji Raja Mandarsyah
5.  1475 - 1525 Aji Pangeran Tumenggung Jaya Baya (Aji Raja Puteri)
6.  1525 - 1600 Aji Raja Mahkota
7.  1600 - 1605 Aji Dilanggar
8.  1605 - 1635 Aji Pangeran Sinum Panji Mendopo
9.  1635 - 1650 Aji Pangeran Dipati Agung
10.  1650 - 1685 Aji Pageran Mejo Kesumo
11.  1685 - 1700 Aji Begi gelar Aji Ratu Agung
12.  1700 - 1730 Aji Pageran Dipati Tua
13.  1730 - 1732 Aji Pangeran Dipati Anum Panji Pendopo
14.  1732 - 1739 Sultan Aji Muhammad Idris
15.  1739 - 1782 Aji Imbut gelar Sultan Muhammad Muslihuddin
16.  1782 - 1850 Sultan Aji Muhammad Salehuddin
17.  1850 - 1899 Sultan Aji Muhammad Sulaiman
18. 1899 - 1915 Sultan Aji Alimuddin
19. 1915 - 1960 Sultan Aji Muhammad Parikesit
20. 1960 - sekarang, Sultan Haji Aji Muhammad Salehuddin II

B. PERKEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA, DAN POLITIK

1. Sosial dan budaya


Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai, dapat diketahui bahwa pada abad ke
-4 M di daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesiayang telah banyak
menerima pengaruh hindu. Masyarakat tersebut telah dapat mendirikan suatu
kerajaan yang teratur rapi menurut pola pemerintahan di India. Masyarakat
Indonesia menerima unsur-unsur dari luar dan mengembangkannya sesuai dengan
tradisi bangsa Indonesia
Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :
Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya nenek
moyangnya.
Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan kebudayaan.
Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.
Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap perubahan
dankemajuan budaya. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan masyarakat Kutai
yangmenerima dan mengadaptasi budaya luar (India) ke dalam kehidupan
masyarakat. Selain dari itu masyarakat Kutai dikenal sebagai masyarakat yang
menjunjung tinggispirit keagamaan dalam kehidupan kebudayaanya. Penyebutan
8
Brahmana sebagai pemimpin spiritual dan ritual keagamaan dalam yupa-prasasti
yang mereka tulis menguatkan kesimpulan itu.

2. Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal berikut
ini :
Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan
India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para
pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.

Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman


pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para
Brahmana.

3. Kehidupan Politik
Sejak muncul dan berkembangnya Pengaruh Hindu di Kaltim, terjadi
perubahan dalam tata pemerintahan, yatu dari sistem pemerintahan kepala suku
menjadi sistem pemerintahan Raja atau feodal. Raja-raja yang pernah berkuasa
pada kerajaan Kutai adalah sebagai berikut:

• Kudungga. Raja ini adalah Founding Father kerajaan Kutai, ada yang unik pada
nama raja pertama ini, karena nama Kudungga merupakan nama Lokal atau nama
yang belum dipengaruhi oleh budaya Hindu. Hal ini kemudian melahirkan persepsi
para ahli bahwa pada masa kekuasaan Raja Kudungga, pengaruh Hindu baru
masuk ke Nusantara, kedudukan Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala
suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia megubah struktur pemerintahannya
menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya mejadi raja, sehingga pergantian raja
dilakukan secara turun temurun.

• Aswawarman. Prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja aswawarman merupakan


raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan
Kerajaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara
Asmawedha. Upacara-upacara ini pernah dilakukan di India pada masa
pemerintahan raja Samudragupta, ketika ingin memperluas wilayahnya. Dalam
upacara itu dilaksanakan  pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas
kekuasaan kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai dimana ditemukan tapak kaki
kuda, maka sampai disitulan batas kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-kuda itu diikuti
oleh prajurit kerajaan Kutai.
9
• Mulawarman. Raja ini adalah Putra dari raja Aswawarman, ia membawa
Kerajaan Kutai ke puncak kejayaan. Pada masa kekuasaannya Kutai mengalami
masa gemilang. Rakyat hidup tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah
akhirnya Raja Mulawarman mengadakan upacara korban emas yang amat banyak.

C. SEJARAH RUNTUHNYA KERAJAAN KUTAI

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma
Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji
Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura)
berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada
di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang
disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya
menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.Kerajaan.

Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya


bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris)
dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

B. Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Terumanegara di bangun oleh raja Jayasinghawarman ketika


memimpin pelarian keluarga kerajaan dan berhasil meloloskan diri dari musuh
yang terus menerus menyerang kerajaan Salakanagara. Di pengasingan, tahun 358
M, Jayasinghawarman mendirikan kerajaan baru di tepi Sungai Citarum, di
Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama Tarumanegara. Nama Tarumanegara
diambil dari nama tanaman yang bernama tarum, yaitu tanaman yang dipakai
untuk ramuan pewarna benang tenunan dan pengawet kain yang banyak sekali
terdapat di tempat ini. Tanaman tarum tumbuh di sekitar Sungai Citarum. Selain
untuk pengawet kain, tanaman ini merupakan komoditas ekspor dan merupakan
devisa pemasukan terbesar bagi Kerajaan Tarumanegara.

10
Raja Jayasinghawarman berkuasa dari tahun 358-382 M. Setelah raja
mencapai usia lanjut, raja mengundurkan diri untuk menjalani kehidupan
kepanditaan. Sebagai pertapa, Jayasinghawarman bergelar Rajaresi. Nama dan
gelar raja menjadi Maharesi Rajadiraja Guru Jayasinghawarman.
Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan Prasasti, sayangnya tidak satupun
yang memakai angka tahun. Untuk memastikan kapan Tarumanegara berdiri
terpaksa para ahli berusaha mencari sumber lain. Dan usahanya tidak sia – sia.
Setelahnya ke cina untuk mempelajari hubungan cina dengan Indonesia di masa
lampau mereka menemukan naskah – naskah hubungan kerajaan Indonesia dengan
kerajaan Cina menyebutnya Tolomo. Menurut catatan tersebut, kerajan Tolomo
mengirimkan utusan ke cina pada tahun 528 M, 538 M, 665 M, 666M. sehingga
dapat di simpulkan Tarumanegara berdiri sejak sekitar abad ke V dan ke VI.

Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara


1.      Prasasti 
a.      Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)
Sebelumnya dikenal dengan nama prasasti Ciampea, terletak di pinggir sungai
Ciaruteun, dekat muaranya dengan Cisadane. Di atasnya terdapat lukisan laba-laba
dan tapak kaki yang dipahatkan di atas aksaranya. Prasasti terdiri dari 4 baris,
ditulis dalam bentuk puisi India dengan irama anustubh (Anustubh: jumlah suku
kata pada masing-masing baris dalam satu bait puisi Jawa kuno sebanyak 8 suku
kata). Prasasti ini mengingatkan adanya hubungan dengan prasasti raja
Mahendawarman I dari keluarga Pallawa. Bunyi dari prasasti ini ialah :
Vikrantasyavanipateh srimatah purnavarmmanah tarumanegarendrasya visnor
iva padadvayam

11
‘’Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki dewa wisnu, ialah kaki Yang Mulia
Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia’’

b.      Prasasti Pasir Koleangkak


Di temukan di bukit, daerah perkebunan Jambu kira-kira 30 km sebelah barat
Bogor. Bunyi dan terjemahan prasasti ini adalah :
-sriman-data krtajno narapatir- asamo yah pura/ta/r/u/maya/m/namna sri-
purnnavarmma pracura-ripusarabhedya-vikhyatavarmmo
-tasyedam-padavimbadvayam-arinagaroysadane
nityadaksambhaktanamyandripanam- bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam
‘’ gagah, memgagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia
yang tiada taranya- yang termashur sri Purnnavarman- yang sekali
waktu( memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal
(=varmman) tidak dapat di tembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak
kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat kepada
para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya’’
c.       Prasasti Kebonkopi (kampung Muara Hilir, Cibungbulang)
Terdapat dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki
gajah Airawata. Bunyinya sebagai berikut:
jayavsalasya taruma/ ndra/ sya ha/st/inah- sira/ vatabhasya vibhatidam- padavayam

‘’ Disini nampak sepasang tapak kaki….yang seperti Airavata, gajah penguasa


taruma (yang) agung dalam….dan(?) kejayaan’’

d.      Prasasti Tugu (Tugu, Jakarta)

12
Merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan Purnawarman.
Tulisannya dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang secara melingkar. Yang
khas dari prasasti ini adalah:
         Di dalamnya disebutkan nama dua sungai yang terkenal di Panjab, yaitu sungai
Candrabhaga dan Gomati.
         Merupakan satu-satunya prasasti purnawarman yang menyebutkan anasir
penanggalan namun tidak memuat angka tahun yang pasti, hanya menyebutkan
phalguna dan caitra yang bertepatan dengan bulan Februari- April.
         Menyebutkan dilakukannya upacara selamatan oleh Brahmana diserati 1000
ekor sapi yang dihadiahkan
         Menyebutkan dua nama lain dari Purnawarman
Candrabhaga merupakan nama sungai India yang diberikan kepada sebuah
sungai di Jawa dan nama itu sekarang dikenal dengan nama Bekasi, Chandrabagha
dapat di artikan menjadi bekasi = Bhagasasi = Baghacandra = Chandabagha (Sasi
= Candra = Bulan), yang diduga pusat Kerajaan Tarumanegara. Bunyi Prasasti
Tugu sebagai berikut :
         pura rajadhirajena guruna inabahuna khata khyatam purim prapya
candrabhagarnnavam yayau pravarddhamana-dvavinsad-vatsare srigunaujasa
narendradhvajabhutena srimata purnnavarmmana caitrasukla-trayodsyam dinais
siddhaikavinsakaih ayata satrasahasrena dhanusam sasaterna ca dvavinsena nadi
ramya gomati nirmalodaka pitamahasya rajasser vvidarya sibiravanim brahmanair
ggo-sahasrena prayati krtadaksina
‘’Dulu (kali yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia
dan mempuyai lengan kencang dan kuat( yakni raja Purnawarman) untuk
mengalirkannya ke laut setelah kali ini sampai di istana kerajaan yang termasyur.
Di dalam tahun keduapuluh-duanya dari tahta yang mulai raja Purnawarman

13
yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaanya serta menjadi
panji segala raja, maka sekarang beliau menitahkan pula menggali kali yang
permai dan berair jenih, Gomati namanya, setelah sungai itu mengalir di tengah-
tengah tanah kediaman yang mulia Sang Pendeta nenek-da( Sang Purnawarman).
Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal 8 paro-petang bulan Phalguna
dan disudahi pada tanggal 13 paro-terang bulan Caitra, jadi hanya 21 saja,
sedang galian itu panjangnya 6.122 tumbak. Selamatan baginya dilakukan oleh
para brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan ‘’

e.       Prasasti Pasir Awi (Pasir Awi, Bogor)


Tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Pada prasasti ini juga
terdapat gambar tapak kaki

f.       Prasasti Muara Cianten (muara Cianten, Bogor)


Prasasti ini juga terdapat telapak kaki. Sayang tulisannya belum dapat di
artikan sebab tulisannya dalam huruf ikal sehingga tidak banyak yang di ketahui
tentang isinya

g.      Prasasti Cidanghiang atau Lebak 


Ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, kecamatan
Munjul, kabupaten Pandeglang, Banten. Ditemukan tahun 1947 dan berisi dua
baris aksara yang merupakan satu Sloka dalam metrum anustubh. Bunyi prasasti
ini:
vikranto yam vanipateh prabhuh satyapara (k) ra (mah) narendraddvajabhutena
srimatah purnnavarmmanah

14
“Inilah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguh-
sungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman, yang menjadi panji
sekalian raja”

2.      Arca
a.       Arca Rajasi
Diperkirakan ditemukan di Jakarta.menggambarkan rajarsi yang
menggambarkan sifat-sifat Wisnu-Surya. Ada yang berpendapat bahwa arca itu
adalah arca Siwa dari abad II.

b.      Arca Wisnu Cibuaya I


Berasal dari abad 7 dan bisa dianggap bisa melengkapi prasasti-prasasti
Purnawarman. Arca ini memperlihatkan adanya persamaan dengan arca yang
ditemukan di Kemboja, Siam dan Semenanjung Melayu.

c.       Arca Wisnu cibuaya II( di desa Cibuaya)


Terdapat kesamaan dengan arca-arca dari seni Pala abad ke 7-8, yaitu:
         Jenis batu yang digunakan
         Bentuk arca dan laksananya
         Bentuk badan
         Makuta

3.      Sumber lain


a.      Fa-Hien
Dia adalah musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti
(Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. dalam catatannya

15
di sebutkan rakyat Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang banyak di
jumpainya adalah Brahmana. Fa Hien juga menyebutkan dalam bukunya Fa Kuo
Chien bahwa rakyat Tolomo bermata pencaharian bertani, berdagang dan pandai
membuat minuman dari malai kelapa. Dari bukti-bukti yang ada, para ahli sejarah
menduga Tolomo/ taluma menurut Fa hien adalah Tarumanegara
b.      Dinasti Soui 
Selain berita Fa Hien keberadaan Taruma juga di perkuat dari berita Dinasti Soui,
bahwa tahun 528 dan 535 datang utusan dari negeri Tolomo yang terletak
disebelah selatan 

c.       Dinasti Tang Muda


Berita dinasti Tang Muda menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan
dari Tolomo nama Tolomo di duga lafal bahasa Cina untuk Tarumanegara.

d.      Dinasti Tang( 618-906)


Menyebutkan nama sebuah daerah bernama Ho-ling atau Jawa, yang terletak di
Lautan Selatan, sebelah timur Sumatra dan sebelah barat Bali. Nama Ho-ling oleh
para sarjana disesuaikan dengan Kalinga yang letaknya diperkirakan di Jawa
Tengah Utara/ Walaing. Daerah yang disebut Ho-ling menghasilkan kulit penyu,
emas , perak, cula badak dan gading gajah. Sedangkan penduduknya membuat
benteng-benteng kayu dan rumah-rumah mereka beratap daun kelapa.

C.    Letak dan wilayah kekuasaan


Dari sumber – sumber di atas dapat di simpulkan bahwa Tarumanegara
terletak di jawa Barat. Pusatnya belum dapat di pastikan, namun para ahli menduga
kali Chandabagha adalah kali Bekasi, kira – kira anatar sungai Citarum dan sungai
16
Cisadane. Adapun wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi daerah
Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon.

D.    Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta(Naskah


Wangsakerta adalah istilah yang merujuk pada sekumpulan naskah yang
disusun oleh Pangeran Wangsakerta secara pribadi atau oleh "Panitia
Wangsakerta".)

Raja-raja Tarumanegara
No       Raja                                         Masa pemerintahan
1          Jayasingawarman                    358-382
2          Dharmayawarman                   382-395
3          Purnawarman                          395-434
4          Wisnuwarman                         434-455
5          Indrawarman                           455-515
6          Candrawarman                        515-535
7          Suryawarman                          535-561
8          Kertawarman                          561-628
9          Sudhawarman                         628-639
10        Hariwangsawarman                 639-640
11        Nagajayawarman                    640-666
12        Linggawarman                         666-669

E.     Kehidupan Masyarakat


Segi yang sangat penting di dalam kehidupan suatu masyarakat , adalah
matapencaharian masayarakat pada saat itu . Berdasarkan bukti-bukti dan sumber
17
yang ada sampai saat ini, dapatlah di duga bagaimana kira-kira marta pencaharian
penduduk pada zaman Tarumanegara.
Kalau dugaan tentang barang-barang dagangan yang berasal dari daerah Ho –
ling dapat diterima, maka kita memperoleh gambaran bahwa pada masa itu
perburuan, pertambangan, perikanan dan perniagaan termasuk mata pencarian
penduduk Tarumanegara di samping pertanian, peleyaran, dan perternakan.
Bukti pada masa itu ada perburuan adalah, adanya berita tentang perdagangan
cula badak dan gading gajah, sedangkan gajah dan badak adalah hewan liar. Dari
situ lah disimpulkan untuk mendapatkan itu, mereka harus berburu .Sedang
perikanan, pada masa itu terjadi jual beli kulit penyu. Untuk pertambangan ,kita
peroleh dari perdagangan mas dan perak. Jelaslah trelah disebutkan berulang kali
perdangan ini membuktikan adanya perniagaan pada saat itu. Pada prasasti tugu
disebutkan usaha pembuatan saluran yang dilakukan pada tahunke dua pulah dua
tahun pemerintahan raja purnawarman. Yang kegunaanya untuk mengatasi banjir
yang selalu melanda daerah pertanian di sekitar itu,. Selain itu ditemukan alat dari
batu yang erat hubunganya dengan pertanian. Sedangkan pertenekan belum tau
adanya bukti. Mengenai pelayaran ,barang kali ini tidak usah disangsikan lagi,
karena letak tarumanegara yang cukup streategis dijalan nusantara , membuat
adanya keterampilan penduduknya di bidang pelayaran .
Untuk tegnologi belum ditemukan buktinya namun, pada saat itu mereka telah
mempunyai kepandaian membuat minuman arak yang terbuat dari mayang , nira
dari bunga kelapa. Selain ini makan pokok pada saat itu adalah beras .selain beras
mereka makan buah –buahan serta daging.
Pada saat itu perhubungan taruamnegara dengan kerajaan lain menggunakan
perhubungan air. Mengenai hubungan darat ,dapat diperkiraan dengan adanya data
bahwa lembu merupakan hewan piaraan.Ruapanya selain untuk hadiah kepada
kaum brahmana dan pertanian ,hewan ini juga di pergunakan untuk melakukan
18
hubungan dalam negri ,dari satu tempat ke tempat lain , yang tidak terlalu
berjauhan letaknya .
Berdasarkan suber-sumber yang sangat tidak lengkap itu ,dapat diperkirakan
golongan masyarakat pada masa itu ialah kaum tani, pemburu , pedagang pelaut
,nelayan , dan peternak .walaupun demikian ,tidak dapat dipastikan ,bagaiman
pembagian kerja itu dilakukan . ditinjau dari segi budaya ,golongan terbagi
menjadi dua yaitu golongan masyarakat berbudaya hindu dan golongan masyarrakt
berbudaya asli .
Menurut bukti yang ada kita hanya mengetahui adanya aksara pallawa dan
bahasa sansekerta pada masa itu .Namun berita dari cina menyebutkan adanya
suatu bahasa dengan nama kwun lun. yang digunakan baik dijawa maupun di
Sumatra.kwunlun ini adalah bahasa Indonesia yang tercampur dengan bahasa
sansekerta .
Dari berita fa – shien jelas ,bahwa pada awal abad ke 5 di trauma Negara
terdapat tiga macam agama , yaitu agama budha ,Hindu dan agama yang kotor. dan
dari ketiga agama tersebut agama hindulah yang paling banyak karena diperkuat
dengan berbagai macam prasati yang ditemukan . Antara lain Prasasti tugu
,prasasti Jambu ,Prasasti Pasir kolengkak .apa yang kita ketahui tentang agama
budha di trauma Negara , sama sekali terbatas kepada berita Fa shien yang
mengatakn bahwa pada waktu itu terdapat sedikit sekali orang beragama budaha
termasuk dia .agama kotor adalah agama yang sudah lama ada sebelum masuknya
pengaruh India ke Indonesia .

F.      Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara


Tahun 686 Kerajaan Tarumanegara runtuh ditaklukan Dapunta Hyang
Salendra, yaitu raja Sriwijaya dari Kedah. Dalam prasasti kedukan bukit yang
ditemukan di dekat Palembang mempunyai angka tahun 605 Caka atau sama
19
dengan 683 Masehi, menerangkan tentang perjalanan penjelajahan Raja Dapunta
Hyang Cri Jayanaca. Raja berangkat dari Minangatamwan dengan armada
berkekuatan 20.000 tentara dan menaklukan beberapa daerah sehingga menjadikan
Palembang sebagai Bandar pelabuhan terbesar di Sumatra (Suwarna Dwipa).
Dalam sejarah, Palembang menjadi tempat penting untuk pusat ziarah umat
beragama Buddha Mahayana. Karena kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 670
M dan didirikannya Bandar pelabuhan Palembang, maka kekuatan armada laut
semakin kuat dan bertambah besar sehingga dengan mudah memperluas
kekuasaannya di Tanah Jawa termasuk Kerajaan Tarumanegara

C. KERAJAAN HOLING / KALINGGA

Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan
bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak
pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara
Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan
ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China,
tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad
kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan
kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan
keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah
diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang
mencuri, akan dipotong tangannya.

Kisah lokal
Terdapat kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai seorang
Maharani legendaris yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kebenaran
dengan keras tanpa pandang bulu. Kisah legenda ini bercerita mengenai Ratu
Shima yang mendidik rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak keras
kejahatan pencurian.
Ia menerapkan hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja
yang mencuri. Pada suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar

20
mengenai kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat
hukum. Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di persimpangan
jalan dekat pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga yang berani menyentuh
apalagi mengambil barang yang bukan miliknya. Hingga tiga tahun kemudian
kantung itu disentuh oleh putra mahkota dengan kakinya. Ratu Shima demi
menjunjung hukum menjatuhkan hukuman mati kepada putranya. Dewan
menteri memohon agar Ratu mengampuni kesalahan putranya. Karena kaki sang
pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan miliknya, maka sang pangeran
dijatuhi hukuman dipotong kakinya.

Carita Parahyangan
Berdasarkan naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad ke-16, putri
Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang
bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh.
Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja
ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa
memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan
Kerajaan Galuh (723-732 M).
Setelah Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan
buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi
Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan
Mataram Kuno.
Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana,
yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya
menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara,
dan memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran.
Pada abad ke-5 muncul Kerajaan Ho-ling (atau Kalingga) yang diperkirakan
terletak di utara Jawa Tengah. Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari
prasasti dan catatan dari negeri Cina. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi
wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan
perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah
ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan
perdagangan Sriwijaya-Buddha.

Berita China
21
Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh dari berita yang berasal dari
zaman Dinasti Tang dan catatan I-Tsing.

Catatan dari zaman Dinasti Tang


Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memberikan tentang
keterangan Ho-ling sebagai berikut.

 Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya


terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau
Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera.
 Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
 Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan
singgasananya terbuat dari gading.
 Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari
bunga kelapa
 Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan
gading gajah.

Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat
Ho-ling diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Ia adalah seorang ratu yang sangat
adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman
dan tentram.

 
Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7
tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana.
Di Ho-ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu
kitab agama Buddha ke dalam Bahasa Cina. Ia bekerjasama dengan pendeta Jawa
bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita tentang
Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama Buddha
Hinayana.

22
Peninggalan
Peninggalan Kerajaan Ho-ling adalah:

Prasasti Tukmas
Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi,
tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa
Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti
menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari
sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu
ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga
teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-
dewa Hindu.

Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban,
Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa
Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat
keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta
Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati,
sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa
tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan
Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.

Candi Angin
Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara,
Jawa Tengah.

Candi Bubrah, Jepara


Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah.
Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa
Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini
menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa Sailendra atau
kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan.

23
Kehidupan Ekonominya
Perdagangan dan pelayaran karena letak kerajaan di semenanjung melayu. Jadi
perdagangan sangat lah lancar dan terkendali selain Ratu Shima yang sangat lah
disiplin dan berwibawa perekonomiannya juga perjualan dengan lancar begitu juga
dengan pelayarannya selain perdagangannya yang amat maju juga pelayaran disana
sebagai alat transportasi yang mudah juga cepat. Hal ini yang mendukung
perkembangannya ekonomi di kerjaan Holing. Selain perekonomian yang maju
dan trnsportasi yang medukung dan pusat pedangan dan pusat transaksi
perdagangan mereka ada dipasar itu adalah jantung perdagangan utama di kerajaan
holing sejak pemimpin kerajaan Ratu Shima perdagangan , transportasi dan
pemerintahan yang bagus itu mengakibatkan terjadinya hubungan perdagangan
antar negara lain. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan kerajaan Holing
sangat amat berkembang dengan pesat.

Kehidupan Sosial
Karena Ratu Shima yang sangat keras ia langsung sekaligus membanggun
lembaga masyarakat yang sudah jelas fungsi dan tugasnya Ratu Shima mendirikan
lembaga masyarakat ini untuk membantu dirinnya dalam mengatasi rakyatnya
selain. Lembaga yang sudah terbentuk Ratu Shima yang sudah memberlakukan
sistem perundang-undangan. Beliau telah membuat dan menyusun perundang-
undang yang sempurna dengan dibantu lembaga masyarakat hadirnya sistem
perundang-undangnya tersebut berjalan dengan baik.

Kebudayaan keagamaannya
Kebudayaan agamanya mayoritas masyarakat Ratu Shima memeluk agama
Buddha karena agama Buddha pertama kali masuk di Indonesia jadi agama itulah
yang di anut oleh Ratu Shima dan para masyarakatnya.

Kehidupan Budayanya
Mayoritas masyarakatnya memeluk agama Buddha begitu juga dengan
kebudayaanya banyak di pengaruhi oleh budaya India. Selain agamanya Buddha
kebudayaanya yang lekat dan kental banyak tercampur dan terpengaruh dengan

24
kebudayaan orang India hal ini juga berpengaruh pada Ratu Shima. Ratu Shima
juga menerima dengan baik kebudayaan India masuk di kerajaan Holing.

D. Sejarah Kerajaan Kanjuruhan

Sejarah Kerajaan Kanjuruhan, Peninggalan, Pemerintahan, Ciri,


Kebudayaan & Ekonomi : : adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa
Timur, yang pusatnya berada di dekat Kota Malang sekarang. Kanjuruhan berdiri
pada abad ke-8 Masehi

Kanjuruhan adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur, yang


pusatnya berada di dekat Kota Malang sekarang. Kanjuruhan diduga telah berdiri
pada abad ke-8 Masehi (masih sezaman dengan Kerajaan Taruma di sekitar Bekasi
dan Bogor sekarang). Bukti tertulis mengenai kerajaan ini adalah Prasasti Dinoyo.
Rajanya yang terkenal adalah Gajayana. Peninggalan lainnya adalah Candi Badut
dan Candi Wurung.

Letak kerajaan kanjuruhan ialah di Jawa Timur dekat dengan kota Malang
sekarang, kerajaan Kanjuruhan ini tertulis dalam prasasti Dinaya, yang ditemukan
di sebelah barat laut Malang. Jawa Timur, angka tahunnya tertulis dengan
Candrasengkala yang berbunyi yaitu: Nayama Vayu Rasa = 682 Caka = 760 M.
Isinya menceritakan bahwa pada abad 8 ada kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan
dengan rajanya yang bernama Dewa Simha. Ia memiliki seorang putra yang
bernama Liswa setelah naik tahta dan melalui upacara abhiseka Liswa bernama
Gajayana. Liswa ini memiliki putri yang bernama Utteyana yang kawin dengan
Janania.

Selama pemerinatahan Gajayana, dikatalam beliau beragam Hindu Siwa,


Gajayana mendirikan tempat pemujaan untuk Dewa Agastya, bangunan tersebut
sekarang bernama candi badut. Disebutkan pula, semula arca yang terbuat dari
kayu cendana, kemudian diganti dengan batu hitam. Peresmiannya dilakukan pada
tahun 760, Raja Gajayana hanya mempunyai seorang putri bernama Uttejana ia
parktis menjadi pewari tahta Kerajaan Kaling. Kelak bersama suaminya Pangeran
Jaananiya, Uttejana akan memimpin Kerajaan Kanjuruhan setelah Gajayana Wafat.

Jaman dahulu, ketika Pulau Jawa diperintah oleh raja-raja yang tersebar di
daerah-daerah, seperti Raja Purnawarman memerintah di Kerajaan Tarumanegara;
Maharani Shima memerintah di Kerajaan Kalingga (atau “Holing”); dan Raja

25
Sanjaya memerintah di Kerajaan Mataram Kuno, di Jawa Timur terdapat pula
sebuah kerajaan yang aman dan makmur.

Kerajaan itu berada di daerah Malang sekarang, di antara Sungai Brantas


dan Sungai Metro, di dataran yang sekarang bernama Dinoyo, Merjosari,
Tlogomas, dan Ketawanggede di Kecamatan Lowokwaru, Malang. Kerajaan itu
bernama Kanjuruhan.

Bagaimana Kerajaan Kanjuruhan itu bisa berada dan berdiri di lembah


antara Sungai Brantas dan Kali Metro di lereng sebelah timur Gunung Kawi, yang
jauh dari jalur perdagangan pantai atau laut? Kita tentunya ingat bahwa pedalaman
Pulau Jawa terkenal dengan daerah agraris, dan di daerah agraris semacam itulah
muncul pusat-pusat aktivitas kelompok masyarakat yang berkembang menjadi
pusat pemerintahan.

Rupa-rupanya sejak awal abad masehi, agama Hindu dan Buddha yang
menyebar di seluruh kepulauan Indonesia bagian barat dan tengah, pada sekitar
abad ke VI dan VII M sampai pula di daerah pedalaman Jawa bagian timur, antara
lain Malang. Karena Malang-lah kita mendapati bukti-bukti tertua tentang adanya
aktivitas pemerintahan kerajaan yang bercorak Hindu di Jawa bagian timur.

Bukti itu adalah prasasti Dinoyo yang ditulis pada tahun Saka 682 (atau
kalau dijadikan tahun masehi ditambah 78 tahun, sehingga bertepatan dengan
tahun 760 M). Disebutkan seorang raja yang bernama Dewa Singha, memerintah
keratonnya yang amat besar yang disucikan oleh api Sang Siwa. Raja Dewa Singha
mempunyai putra bernama Liswa, yang setelah memerintah menggantikan ayahnya
menjadi raja bergelar Gajayana.

Pada masa pemerintahan Raja Gajayana, Kerajaan Kanjuruhan berkembang


pesat, baik pemerintahan, sosial, ekonomi maupun seni budayanya. Dengan
sekalian para pembesar negeri dan segenap rakyatnya, Raja Gajayana membuat
tempat suci pemujaan yang sangat bagus guna memuliakan Resi Agastya. Sang
raja juga menyuruh membuat arca sang Resi Agastya dari batu hitam yang sangat
elok, sebagai pengganti arca Resi Agastya yang dibuat dari kayu oleh nenek Raja
Gajayana.

Dibawah pemerintahan Raja Gajayana, rakyat merasa aman dan terlindungi.


Kekuasaan kerajaan meliputi daerah lereng timur dan barat Gunung Kawi. Ke
utara hingga pesisir laut Jawa. Keamanan negeri terjamin. Tidak ada peperangan.
Jarang terjadi pencurian dan perampokan, karena raja selalu bertindak tegas sesuai

26
dengan hukum yang berlaku. Dengan demikian rakyat hidup aman, tenteram, dan
terhindar dari malapetaka.

Raja Gajayana hanya mempunyai seorang putri, bernama Uttejana, seorang


putri pewaris tahta Kerajaan Kanjuruhan. Ketika dewasa, ia dijodohkan dengan
seorang pangeran dari Paradeh bernama Pangeran Jananiya. Akhirnya Pangeran
Jananiya bersama Permaisuri Uttejana, memerintah kerajaan warisan ayahnya
ketika sang Raja Gajayana mangkat.

Seperti para leluhurnya, mereka berdua memerintah dengan penuh keadilan.


Rakyat Kanjuruhan semakin mencintai rajanya. Demikianlah, secara turun-
temurun Kerajaan Kanjuruhan diperintah oleh raja-raja keturunan Raja Dewa
Singha. Semua raja itu terkenal akan kebijaksanaannya, keadilan, serta kemurahan
hatinya.

Pada sekitar tahun 847 Masehi, Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah
diperintah oleh Sri Maharaja Rakai Pikatan Dyah Saladu, yang terkenal adil dan
bijaksana. Dibawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram berkembang pesat. Ia
disegani oleh raja-raja lain di seluruh Pulau Jawa.

Keinginan untuk memperluas wilayah Kerajaan Mataram Kuno selalu


terlaksana, baik melalui penaklukan maupun persahabatan. Kerajaan Mataram
Kuno terkenal di seluruh Nusantara, bahkan sampai ke mancanegara. Wilayahnya
luas, kekuasaannya besar, tentaranya kuat, dan penduduknya sangat banyak.

Perluasan Kerajaan Mataram Kuno itu sampai pula ke Pulau Jawa bagian
timur. Tidak ada bukti atau tanda bahwa terjadi penaklukan dengan peperangan
antara Kerajaan Mataram Kuno dengan Kerajaan Kanjuruhan. Ketika Kerajaan
Mataram Kuno diperintah oleh Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung, raja
Kanjuruhan menyumbangkan sebuah bangunan candi perwara (pengiring) di
komplek Candi Prambanan yang dibangun oleh Sri Maharaja Rakai Pikatan tahun
856 M (dulu bernama “Siwa Greha”).

Candi pengiring (perwara) itu ditempatkan pada deretan sebelah timur,


tepatnya di sudut tenggara. Kegiatan pembangunan semacam itu merupakan suatu
kebiasaan bagi raja-raja daerah kepada pemerintah pusat. Maksudnya agar
hubungan kerajaan pusat dan kerajaan di daerah selalu terjalin dan bertambah erat.

Kerajaan Kanjuruhan saat itu praktis di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram


Kuno. Walaupun demikian Kerajaan Kanjuruhan tetap memerintah di daerahnya.
Hanya setiap tahun harus melapor ke pemerintahan pusat. Di dalam struktur
27
pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno zaman Dyah Balitung, raja Kanjuruhan
lebih dikenal dengan sebutan Rakryan Kanuruhan, artinya “Penguasa daerah” di
Kanuruhan.

Kanuruhan sendiri rupa-rupanya perubahan bunyi dari Kanjuruhan. Karena


sebagai raja daerah, maka kekuasaan seorang raja daerah tidak seluas ketika
menjadi kerajaan yang berdiri sendiri seperti ketika didirikan oleh nenek
moyangnya dulu. Kekuasaaan raja daerah di Kanuruhan yang dapat diketahui
waktu itu adalah daerah di lereng timur Gunung Kawi.

Kekuasaan kerajaan Kanjuruhan


Daerah kekuasaan Rakryan Kanuruhan meliputi watak Kanuruhan. Watak adalah
suatu wilayah yang luas, yang membawahi berpuluh-puluh wanua (desa). Jadi
kemungkinan daerah Watak itu dapat ditentukan hampir sama atau setingkat
dengan kabupaten saat ini. Dengan demikian Watak Kanuruhan membawahi
wanua-wanua (desa-desa) yang terhampar seluas lereng sebelah timur Gunung
Kawi sampai lereng barat Pegunungan Tengger-Semeru ke selatan hingga pantai
selatan Pulau Jawa.

Menurut sumber tertulis berupa prasasti yang ditemukan di sekitar Malang, nama-
nama desa (wanua) yang berada di wilayah (watak) Kanuruhan adalah sebagai
berikut:

 Daerah Balingawan (sekarang Desa Mangliawan,Kecamatan Pakis),


 Daerah Turryan (sekarang Desa Turen, Kecamatan Turen),
 Daerah Tugaran (sekarang Dukuh Tegaron, Kelurahan Lesanpuro),
 Daerah Kabalon (sekarang Dukuh Kabalon Cemarakandang),
 Daerah Panawijyan (sekarang Kelurahan Palowijen, Kecamatan Blimbing),
 Daerah Bunulrejo (yang dulu bukan bernama Desa Bunulrejo pada zaman
Kerajaan Kanuruhan), dan
 Daerah-daerah di sekitar Malang Barat seperti: Wurandungan (sekarang
Dukuh Kelandungan – Landungsari), Karuman, Merjosari, Dinoyo,
Ketawanggede, yang di dalam beberapa prasasti disebut-sebut sebagai
daerah tempat gugusan kahyangan (bangunan candi) di dalam Watak
Kanuruhan.

28
Jadi wilayah kekuasaan Rakryan Kanuruhan dapat dikatakan mulai dari daerah
Landungsari (barat), Palowijen (utara), Pakis (timur), dan Turen (selatan).
Istimewanya, selain berkuasa di daerahnya sendiri, pejabat Rakryan Kanuruhan ini
juga menduduki jabatan penting dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno
sejak zaman Raja Balitung, yaitu sebagai pejabat yang mengurusi urusan
administrasi kerajaan.

Begitulah sekilas tentang jabatan Rakryan Kanuruhan yang memiliki


keistimewaan dapat berperan di dalam struktur pemerintahan kerajaan pusat, yang
tidak pernah dilakukan oleh pejabat (Rakryan) yang lainnya, dalam sejarah
Kerajaan Mataram Kuno sampai dengan zaman Kerajaan Majapahit.

Pemerintahan kerajaan Kanjuruhan

Puncak Kejayaan

Kerajaan pertama kanjuruhan bernama Dewa Simhadan setelah wafat, tahta


kerajaan digantikan oleh putranya yang bernama 0iswa dengan gelar
Gajayana,yang memerintah dengan adil. ia mendirikan tempat pemujaan untuk
dewa Agastya 760 M dan menyerahkan hadiah berupa tanah dan lembu.

Di bawah pemerintahan Raja Gajayana, Kekuasaan kerajaan meliputi daerah


lereng timur dan baray Gunung Kawi. Ke utara hingga pesisir laut Jawa.
Keamanan negeri terjamin, tidak ada peperangan, jarang terjadi pencurian dan
perampokan, karena raja selalu bertindaj tegas sesuai dengan hukum yang berlaku.
Secara turun-temurun Kerajaan Kanjuruhan diperintah oleh raja-raja keturunan raja
Dewa Singha, semua raja itu terkenal akan kebijaksanaannya keadilan serta
kemurahan hatinya.

Keruntuhan Kerajaan Kanjuruhan,

Pada sekitar tahun 847 Masehi, Kerajaan Mataram Kuno berkembang pesat
kekuasaannya sangat besar. Perluasan wilayah Kerajaan Mataram Kuno pun
dilaksanakan melalui penaklukan maupun persahabatan. Perluasan Kerajaan
Mataram Kuno itu sampai pula ke Pulau Jawa bagian timur, walau tidak ada bukti
atau tanda bahwa terjadi penaklukan dengan peperangan antara Kerajaan Mataram
Kuno dengan Kerajaan Kanjuruhan.

29
Kerajaan Kanjuruhan saat itu menjadi dibawah kekuasaan Kerajaan
Mataram Kuno. Walaupun demikian Kerajaan Kanjuruhan tetap memerintah di
daerahnya. Adapun raja Kerajaan Kanjuruhan dianggap sebagai raja bawahan
dengan gelar Rakai Kanjuruhan.

Keadaan Sosial Budaya, Ekonomi

Keadaan Sosial – Budaya

Rakyatnya sudah kenal tulis menulis dan ilmu perbintangan, menandakan


bahwa rakyatnya sudah berkebudayaan maju, rakyatnya pun sangat patuh terhadap
peraturan dan ratunya.

Keadaan Ekonomi

Kerajaan Kaling Mata pencaharian penduduknya sebagai besar bertanai,


karena wilayah Kaling dikatakan subur untuk segi pertanian. Perekonomian sudah
banyak penduduk yang melakukan perdagangan apalagi disebutkan ada hubungan
dengan Cina. Berita cina juga menyebutkan bahwa barang yang banyak
diperdagangkan ialah emas, perak, cula badak, dan gading gajah.

Peninggalan kerajaan kanjuruhan

 prasasti dinoyo yang ditemukan di desa merjosari di kawasan kampus III


universitas muhammadiyah. berisi tentang masa keemasan dari kerajaan
kanjuruhan.

 prasasti sangguran(batu mito) dari ngandat, Malang, Jawa timur. Berisi


tentang peresmian desa sangguran menjadi sima (tanah yang dicagarkan)

30
KESIMPULAN

Munculnya pemerintahan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di


Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan India. Kebudayaan India itu
bersentuhan dengan kebudayaan Indonesia.

Persentuhan kebudayaan ini terjadi sebagai salah satu akibat dari adanya
hubungan yang dilakukakan oleh orang-orang India dengan orang-orang Indonesia
atau sebaliknya. Hubungan itu berawal dari kegiatan perdagangan sehingga
pengaruh-pengaruh kebudayaan India dengan Budha masuk ke Indonesia.

31
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-kerajaan-kanjuruhan/

https://salamadian.com/kerajaan-kalingga-holing/

http://evieliszna.blogspot.com/2015/04/makalah-kerajaan-taruma-negara.html

http://almaromikerajaankutai.blogspot.com/2016/09/makalah-kerajaan-kutai.html

32

Anda mungkin juga menyukai