2. Epidemiologi
Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen. Keadaan ini biasanya
hanya berlangsung antara 24 – 27 jam.
3. Klasifikasi
Terdapat 2 jenis obstruksi usus, yaitu :
1) Non mekanis (ileus paralitik / ileus dinamik)
Peristaltik usus dihambat akibat pengaruh toksin / trauma yang mempengaruhi pengendalian otonom
motilitas usus.
2) Mekanis
Terjadi obstruksi di dalam lumen usus atau obstruksi mural yang disebabkan oleh tekanan ekstrinsik.
4. Penyebab
1) Obstruksi non mekanis
- Manipulasi terhadap organ-organ dalam abdomen selama pembedahan abdomen
- Iritasi peritoneum (peritonitis)
- Nyeri yang berasal dari Thorakolumbal
o Fraktur tulang iga / tulang spinal
o Spinal infark myokard
o Pneumonia
o Pyelonefritis
o Batu ureter / empedu
o Perdarahan retroperitoneal
- Sepsis
- Hypokalemia yang menyebabkan menurunnya tekanan otot usus
- Iskemia usus
5. Patofisiologi
Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen, peritonitis, sepsis dll,
sedang ileus mekanis disebabkan oleh perlengketan neoplasma, benda asing, striktur dll. Adanya
penyebab tersebut dapat mengakibatkan passage usus terganggu sehingga terjadi akumulasi gas
dan cairan dlm lumen usus. Adanya akumulasi isi usus dapat menyebabkan gangguan absorbsi H20
dan elektrolit pada lumen usus yang mengakibatkan kehilangan H20 dan natrium, selanjutnya akan
terjadi penurunan volume cairan ekstraseluler sehingga terjadi syok hipovolemik, penurunan curah
jantung, penurunan perfusi jaringan, hipotensi dan asidosis metabolik.
Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding usus sehingga timbul nyeri, kram dan
kolik. Distensi dinding usus juga dapat menekan kandung kemih sehingga terjadi retensi urine.
Distensi juga dapat menekan diafragma sehingga ventilasi paru terganggu dan menyebabkan sulit
bernafas. Selain itu juga distensi dapat menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Selanjutnya
terjadi iskemik dinding usus, kemudian terjadi nekrosis, ruptur dan perforasi sehingga terjadi
pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistem.
Pelepasan bakteri dan toksin ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia.
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan terjadinya obstruksi
komplet sehingga gelombang peristaltik dapat berbalik arah dan menyebabkan isi usus terdorong ke
mulut, keadaan ini akan menimbulkan muntah-muntah yang akan mengakibatkan dehidrasi. Muntah-
muntah yang berlebihan dapat menyebabkan kehilangan ion hidrogen & kalium dari lambung serta
penurunan klorida dan kalium dalam darah, hal ini merupakan tanda dan gejala alkalosis metabolik.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu : PK : asidosis metabolik, nyeri akut,
retensi urinarius, pola nafas tak efektif, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko
kekurangan volume cairan, PK : alkalosis metabolik.
WOC
6. Gejala klinis
Adapun gejala klinis dari obstruksi usus yaitu :
- Peregangan abdomen.
- Nyeri (biasanya menyerupai kejang dan di pertengahan abdomen, terutama daerah paraumbilikalis).
- Muntah (bila obstruksi terjadi pada usus halus bagian atas, maka muntah akan lebih sering terjadi
dibandingkan dengan obstruksi yang terjadi pada ileum atau usus besar).
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan kram abdomen sekunder terhadap distensi dinding usus ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri pada perut, perut kembung, tampak meringis, distensi abdomen, px.
tanda vital: nadi meningkat
2) Retensi urinarius berhubungan dengan obstruksi jalan keluar kandung kemih sekunder terhadap
tekanan pada kandung kemih ditandai dengan pasien mengeluh perut kembung, nyeri pada perut bgn
bawah, distensi kandung kemih.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah ditandai dengan pasien
mengatakan mual, pasien tampak muntah
4) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan O2 sekunder terhadap tekanan pada
diafragma ditandai dengan pasien mengatakan sulit bernafas, tampak sesak, px. tanda vital : respirasi
meningkat, nadi meningkat.
5) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan sekunder
akibat muntah.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan kram abdomen sekunder terhadap distensi dinding usus ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri pada perut, perut kembung, tampak meringis, distensi abdomen, px.
tanda vital: nadi meningkat
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah ditandai dengan pasien
mengatakan mual, pasien tampak muntah
3) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan O2 sekunder terhadap tekanan pada
diafragma ditandai dengan pasien mengatakan sulit bernafas, tampak sesak, px. tanda vital : respirasi
meningkat, nadi meningkat.
4) Retensi urinarius berhubungan dengan obstruksi jalan keluar kandung kemih sekunder terhadap
tekanan pada kandung kemih ditandai dengan pasien mengeluh perut kembung, nyeri pada perut bgn
bawah, distensi kandung kemih.
5) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan sekunder
akibat muntah.
b. Rencana Tindakan
Kriteria tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan :
a. Catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0 – 10) dan karakteristik nyeri
Rasional : perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan penyebaran penyakit atau
terjadinya komplikasi
2) Dx 2
Kriteria tujuan : mempertahankan nutrisi pasien adekuat
Rencana tindakan :
a. Catat masukan dan haluaran, timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : mengidentifikasi status asupan makanan
b. Batasi makanan yang menyebabkan kram abdomen (missal produk susu)
Rasional : mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala
c. Konsul dengan ahli gizi
Rasional : membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien
d. Kolaborasi dalam pemberian antiemetik
Rasional : pemberian antiemetik diharapkan mampu mencegah muntah
3) Dx 3
Kriteria tujuan : Mempertahankan ventilasi adekuat
Rencana tindakan :
a. Awasi frekuensi, kedalaman pernapasan
Rasional : pernapasan dangkal cepat/dispnea mungkin ada sehubungan dengan akumulasi
cairan dalam abdomen
b. Auskultasi bunyi napas
Rasional : menunjukkan terjadinya komplikasi (adanya bunyi tambahan menunjukkan akumulasi
cairan/sekresi)
c. Pantau tanda vital
Rasional : abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut
4) Dx 4
Kriteria tujuan : berkemih dengan jumlah normal tanpa retensi
Rencana tindakan :
a. Catat keluaran urine, selidiki penurunan aliran urine tiba-tiba
Rasional : penurunan aliran urine tiba-tiba menunjukkan adanya obstruksi. Penurunan haluaran urine berhubungan
dengan distensi abdomen.
b. Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian kapiler dan mukosa mulut
Rasional : merupakan indicator keseimbangan cairan
5) Dx 5
Kriteria tujuan : mempertahankan /menunjukkan keseimbangan cairan
Rencana tindakan :
a. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan
Rasional : pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau
mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
b. Observasi tanda vital
Rasional : hipotensi, takikardia dan demam dapat menunjukkan respon thd dan atau efek
kehilangan cairan.
c. Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler
lambat
Rasional : menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
d. Kolaborasi pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk
memperbaiki kehilangan.
e. Kolaborasi pemberian antiemetic
Rasional : digunakan untuk mengontrol mual dan muntah.
6) Dx 6
Kriteria tujuan : komplikasi asidosis dapat dikurangi/dicegah
Rencana tindakan :
a. Pantau tanda dan gejala asidosis metabolik (pernapasan cepat & lambat, sakit kepala, mual dan
muntah)
Rasional : dengan mengetahui tanda dan gejala lebih awal diharapkan komplikasi asidosis
metabolik dapat dicegah.
b. Kolaborasi dalam pemberian cairan IV sesuai program
Rasional : dehidrasi dapat disebabkan karena kehilangan cairan lambung dan urine.
c. Kaji tanda dan gejala hipokalsemia, hipokalemia, dan alkalosis setelah asidosisnya terkoreksi
Rasional : koreksi asidosis yang cepat mungkin dapat menyebabkan ekskresi kalsium dan kalium
yang cepat serta menimbulkan alkalosis.
7) Dx 7
Kriteria tujuan : komplikasi alkalosis dapat dikurangi/dicegah
Rencana tindakan :
a. Pantau tanda & gejala dini dari alkalosis metabolik (pusing, hipoventilasi, penurunan kalium, klorida
dan kalsium serum)
Rasional : dengan mengetahui gejala lebih awal diharapkan komplikasi alkalosis dapat dicegah
b. Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral
Rasional : untuk mengoreksi kekurangan cairan, natrium dan klorida.
c. Pantau nilai GDA, pH urine, nilai elektrolit serum dan BUN
Rasional : dapat membantu mengevaluasi respon pasien terhadap pengobatan dan mendeteksi
timbulnya asidosis metabolic sbg akibat dari koreksi yg terlalu cepat.