Anda di halaman 1dari 73

i

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG INISIASI


MENYUSU DINI (IMD) DI RSU DEWI SARTIKA
KOTA KENDARI TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Kebidanan Di Poltekkes Kementrian
Kesehatan Kendari

OLEH

FELLY HERIANI
P00324014010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN D III KEBIDANAN
2017

i
ii
iii
INTISARI

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG (IMD) RSU DEWI SARTIKA


KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2017

Felly Heriani1 Hj. Nurnasari2 Hj. Sitti Zaenab3


Latar Belakang : Faktor penyebab utama kematian bayi di Indonesia
adalah kematian neonatal sebesar 46,2%, diare sebesar 15,0%, dan
pneumonia sebesar 12,7%. Dengan melihat data tersebut, maka
diperlukan langkah nyata dalam upaya pencegahan salah satu cara yang
dapat dilakukan pemberian ASI pada satu jam pertama kelahiran.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui gambaran pengetahui ibu hamil
(IMD) di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017.
Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif,
dengan jumlah populasi sebanyak 2.252 orang dengan jumlah sampel
sebanyak 71 yang diambil secara Accidental Sampling dengan
menggunakan data sekunder dan data primer yang diperoleh dengan
menggunakan lembar kuesioner.
Hasil Penelitian : Dari 71 responden yang diteliti, responden dengan
kelompok umur 20-35 tahun dan memiliki pengetahuan baik berjumlah 22
(34,92%) dan pengetahuan buruk berjumlah 41 (65,07%), sedangkan
kelompok umur < 20 tahun yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 0
(0%) dan kategori pengetahuan buruk berjumlah 5 (100%) dan diikuti oleh
kelompok umur > 35 tahun yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 1
(33,33%) dan pengetahuan buruk berjumlah 2 (66,66%). Respoden
dengan pendidikan SMA yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 11
(27,5%) dan pengetahuan buruk berjumlah 29 (72,5%), responden
dengan pendidikan sarjana yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 11
(55%) dan kategori buruk 9 (45%) dan diikuti oleh pendidikan SD-SMP
yang pengetahuan baik berjumlah 1 (9,09%) dan kategori buruk berjumlah
10 (90,90%). Responden yang graviditas lebih dari sekali dan memiliki
pengetahuan baik berjumlah 17 (36,95%) dan pengetahuan buruk
berjumlah 29 (63,04%), sedangkan responden dengan graviditas pertama
kali dan memiliki pengetahuan baik berjumlah 6 (24%) dan respoden yang
memiliki pengetahuan buruk berjumlah 19 (76%)

Kata Kunci : Pengetahuan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Daftar Pustaka : 17 (2000-2016)

1. Mahasiswa
2. Dosen Poltekkes

iv
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

a. Nama : Felly Heriani

b. Tempat Tanggal Kahir : Lipu, 10 Agustus 1996

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Suku/Bangsa : Buton/Indonesia

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jl Jend A. Nasution Kelurahan

Kambu

II. JENJANG PENDIDIKAN

a. SD Negeri I Wandaka Tahun 2008

b. SMP Negeri 3 Kulinsusu Tamat Tahun 2011

c. SMA Negeri I Kulisusu Tahun 2014

d. DIII Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

masuk Tahun 2014- sekarang

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran allah swt karena

atas limpahan dan rahmat dan karunia-nyalah sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di

Rsu Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017’’

Dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini ada banyak pihak

yang membantu, oleh karena itu sudah pantasnya penulis dengan

segala kerendajhan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak

terima kasih sebesar-besarnya terutama kepada ibu Hj. Nurrnasari

P, SKM,M.Kes selaku pembimbing I dan ibu Hj. Sitti Zaenab, SKM,

SST, M.Keb selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing

sehingga Karya Tulis Ilmiah dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Petrus, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.

2. Bapak Dr. H. Muh. Rinvil Amiruddin, M. Kes sebagai Direktur Rumah

Sakit Dewi Sartika.

3. Ibu Halijah, SKM., M. Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan

Poltekkes Kendari.

4. Ibu Halijah, SKM., M. Kes, Sitti Aisa, AM, Keb, M.Pd, Wahida, S, Si, T,

M.Keb, selaku penguji dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

vi
5. Seluruh dosen dan staf pengajar politekhnik kesehatan kendari jurusan

kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu

pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan

arahan dan bimbingan.

6. Kedua orang tuaku, ayahanda M. Zaiddin dan ibunda Hastia serta

saudara-saudaraku Deddy Harianto, Ikfal Hidayat yang senantiasa

memberikan dukungan, kasih sayang, bimbingan, dorongan, motivasi

serta doa yang tulus dan ikhlas selama penulis menempuh pendidikan.

7. Seluruh teman-teman D-III Jurusan Kebidanan kelas IIIA Poltekkes

Kendari yang senantiasa saling memberikan dukungan, motivasi,

dorongan dan kasih sayang selama menempuh pendidikan untuk

berjuang bersama.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini serta sebagai bahan

pembelajaran.

Kendari, 27 Juli 2017

penulis

vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ I
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
INTISARI ………………………………………………………………….. iv
RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………... v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vi
DAFTAR ISI ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka ................................................................. 7
B. Landasan Teori ................................................................. 25
C. Kerangka Konsep ............................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................... 28
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................ 28
C. Populasi dan Sampel ......................................................... 28
D. Instrumen Penelitian .......................................................... 30
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .......................... 30
F. Pengolahan Data Dan Analisis Data .................................. 31
G. Penyajian Data ................................................................... 32
H. Etika Penelitian ................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN

viii
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 35
B. Hasil Penelitian ...................................................................... 38
C. Pembahasan Penelitian........................................................ 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 49
B. Saran .................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Kejadian
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di RSU Dewi Sartika
Kota Kendari Tahun 2017 ............................................ 43

Tabel 4.2 Distribusi Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian Inisiasi


Menyusui Dini (IMD) di RSU Dewi Sartika Kota
Kendari Tahun 2017 ……………………………………. 44

Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan Ibu Hamil Dengan Kejadian


Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di RSU Dewi Sartika
Kota Kendari Tahun 2017 ……………………………… 44

Tabel 4.4 Distribusi Graviditas Ibu Hamil Dengan Kejadian


Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di RSU Dewi Sartika
Kota Kendari Tahun 2017 ……………………..…..…… 45

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Dengan


Kejadian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Ditinjau Dari
Umur di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun
2017 ............................................................................. 46

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Dengan


Kejadian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Ditinjau Dari
Pendidikan di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun
2017 ........................................................................... 47
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Dengan
Kejadian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Ditinjau Dari
Graviditas di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun
2017 ……………………………………………………… 48

x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Kuesioner

2. Surat Pengambilan Data Awal

3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Balasan Penelitian

5. Master Tabel

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah perilaku bayi untuk mencari

punting susu ibunya dan melakukan kontak kulit bayi dengan kulit

ibunya ketika satu jam pertama setelah bayi dilahirkan (Baskoro,

2008).

World Health Organization (WHO) menyebutkan tingkat

Inisiasi Menyusu Dini didunia pada tahun 2010 hanya sebesar 43%

dari angka kelahiran bayi. Di Asia Tingkat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

adalah sebesar 38%, khususnya Asia Tenggara sebesar 27%-29%

dari bayi yang baru lahir (Flavia, 2010). Pada tahun 2009 , SDKI

menyebutkan bahwa Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia hanya

sebesar 40,21%dari angka kelahiran bayi. Untuk Provinsi jawa Timur

pada tahun 2010 pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar

21% dari angka kelahiran bayi, dan khususnya di kabupaten

Ponegoro menunjukan angka yang terkecil yakni sebesar 19%

(Dinkes ponogoro, 2012).

. Faktor penyebab utama kematian bayi di Indonesia adalah

kematian neonatal sebesar 46,2%, diare sebesar 15,0%, dan

pneumonia sebesar 12,7%. Dengan melihat data tersebut, maka

diperlukan langkah-langkah nyata dalam upaya pencegahan kasus-

kasus yang menyebabkan tingginya angka kematian bayi, khususnya


2

angka kematian neonatal (BAPPENAS, 2010). Salah satu cara yang

dapat dilakukan dalam hal ini adalah pemberian ASI pada satu jam

pertama kelahiran atau sering disebut dengan Inisiasi Menyusu Dini

(IMD). Pelaksanaan IMD merupakan awal keberhasilan dalam

pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2008). Program Inisiasi Menyusu Dini

dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia

yang meninggal pada 1 jam kelahiran. Tindakan IMD juga akan

membantu tercapainya tujuan 2 MDGs nomor empat yaitu mengurangi

angka kematian anak (Fithananti,2012).

Lembaga internasional United children and Education

Federation (UNICEF) menyebutkan bahwa angka cakupan praktik

inisiasi menyusu dini di dunia sebesar 42% dalam kurun waktu 2005-

2010. Prevalensi inisiasi menyusu dini di Indonesia sendiri masih lebih

rendah yaitu 39%. Angka ini masih sangat rendah jika dibandingkan

dengan negara lain di sebagian Negara Asia Tenggara misalnya

Myanmar (76%), Thailand (50%), dan Filipina (54%). Hal ini

menujukkan inisiasi menyusu dini di Indonesia belum sepenuhnya

terlaksana secar optimal (UNICEF, 2013).

Hal ini sesuai dengan poendapat yang dikemukakan oleh

Notoatmodjo (2007) tentang pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif bahwa tingkat tahu seseorang diartikan sebagai

mengigat kembali terhadap suatu spesifikasi dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima . Lebih lanjut dikatakan


3

pada umumnya setiap orang, sebelum bersikap dan bertindak sesuatu

objek, terlebih dahulu ia mengetahui apa objek yang hendak disikapi

dan ditindaki. Meski demikian, sering seseorang menyikapi bahkan

langsung bertindak terhadap objek tanpa lebih dahulu mengetaui

tentang objek yang hendak disikapi dan ditindaki.

Program pelayanan kesehatan dasar Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tenggara bahwa penyebab inisiasi menyusu dini

(IMD) dari tahun 2011-2013 belum mencapai target nasional, pada

tahun 2011 tercatat sebanyak 52,38%, tahun 2012 pencapaian

menurun menjadi 32,52%, dan pada tahun 2013 mencapai sebesar

59,24%. Hal ini memang bukan gambaran yang indah karena masih

kurang Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di

Sulawesi Tenggara (Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2016).

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara pada

tanggal 26 Oktober 2016 terhadap 6 ibu hamil tentang inisiasi meyusu

dini (IMD) di POLI KIA RSU Dewi Sartika Kota Kendari diperoleh hasil

4 responden (66%) menyatakan kurang Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang IMD sedangkan 2 responden (33%) menyatakan tahu tentang

pemberian IMD.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang inisiasi menyusu dini di RSU Dewi Sartika. Dengan

judul “Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di

RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2017”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, sebagaimana telah

diuraikan diatas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai

berikut “Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi

Menyusu Dini Di RSU Dewi Sartika Tahun Kota Kendari 2017”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi

Menyusu Dini Di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi

Menyusu Dini Di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017

berdasarkan Umur Ibu.

b. Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi

Menyusu Dini Di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017

berdasarkan Pendidikan Ibu.

c. Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi

Menyusu Dini Di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017

berdasarkan Graviditas.

D. Manfaat Penelitian

a. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

Diploma III Kebidanan di Akademik Politeknik Kesehatan Kendari.


5

b. Bagi Peneliti merupakan pengalaman berharga dalam memperluas

wawasan dan mengaplikasikan yang diperoleh selama penulis

menempuh pendidikan dibangku kuliah.

E. Keaslian Penelitian

1. Warsiti (2010), penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat

Pengetahuan Ibu Pasca Persalinan tentang Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Penelitian

dengan desain deskriptif dengan pendekatanCross Sectional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai besar responden

dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 16 responden

(53.3%) dan sebagian kecil dengan pengetahuan rendah

sebanyak 6 responden (20%). Data ini menunjukkan bawa ibu

pasca melahirkan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

sebagian besar memiliki pengetahuan tinggi.

2. Hartatik (2012), penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan

Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Dyah Sumarmo

desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali

tahun 2012”. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif

kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden

dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 6 responden

(17,2%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 20 responden

(57,1%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 9 responden

(25,7%). Data ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu


6

hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Dyah Sumarmo

desaTanjungsari kecamatan Banyudono kabupaten Boyolali

tahun 2012 terbanyak pada kategori cukup yaitu sebanyak 20

responden (57,1%) dan hal ini dipengaruhi oleh umur,

lingkungan, pendidikan dan pengalaman.

Sedangkan yang akan diteliti oleh peneliti memiliki

perbedaan berupa metode penelitian , variabel, teknik

pengambilan sampel dan tahun penelitiannya. Penelitian ini

menggunakan data primer berupa koesioner dan bertempat Di

RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016 dengan sampel

sebanyak 71.

.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telah Pustaka

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan ( knowledge) adalah hasil tau dari

manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya

apa air, apa manusia , apa alam, dan apa sebagainya .

(Notoatmojo, 2010). Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia

yang sekedar menjawab pertanyaan (Notoatmojo, 2010).

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan dini

terjadi setelah orang melakuakan pengindraan terhadap satu

objek tertentu.pengindaran terjadi melalui panca indra

penglihatan , pendengaran, penciuman, rasa dan raba sehingga

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telingga, jadi pengetahuan merupakan hasil pengindraan

kita. ( Notoadmojo, 2003)

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketaui berkaitan

dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini

dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan

faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan

social budaya ( kamus besar bahasa Indonesia, 2003).

7
8

Pengetahuan atau kognitif merupakn dominan penting

untuk menentukan tindakan seseorang (Over behavior), karena

dari pengetahuan dan penelitian membuktikan bawha perilaku

didasari oleh pengetahuan. Penelitian rogers (1974) dalam buku

notoatmojdo (2003:128) mengungkapkan bahwa sebelum orang

tersebut menghadapi perilaku yang baru (berperilaku baaru)

dalam arti orng tersebut terjadi proses bertautan, yakni :

1. Awammes (merasa tertarik) dimana orng mulai tertarik kepada

stimulus atau objek tersebut.

2. Evaluation (menimbang-nimbang baik buruknya tindakan

terhadap stimulus atau objek tersebut bagi dirinya). Hal ini

berarti siakp responden sudah lebih baik lagi.

3. Interest (merasa tertarik) dimana orang mulai tertarik kepada

stimulus atau objek tersebut.

4. Trial diamna orang telah melalui mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikendaki oleh stimulus.

5. Adaptation, dimana objek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan siakpnya terhadap

stimulus.

Namun demikian dari perilaku baru atau adaptasi

perilaku melalui proses seperti itu, dimana didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku

tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaiknya apabila


9

perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka

tidak akan berlangsung lama, pada perilaku diri sendiri dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktorseperti budaya, pendidikan,

usia, dan sumber info.

b. Sumber Pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh langsung atau pun

memulai penyuluhan baik individu maupun kelompok. Untuk

meningkatkan pengetahuan kesehatan perlu dilakukan

penyuluhan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan

perilaku individu, keluarga maupun masyarakat, dalam membina

dan memelihara hidup sehat serta perperan aktif dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pengetahuan

adalah proses kegiatan mental yang dikembangkan melalui

proses kegiatan pada umumnya sebagi aktifitas kognotif

(Suharyo, 2003). Proses adopsi adalah perilaku menurut

Notoatmodjo (2007) yang mengutip pendapat rogers (2006),

sebelum seseorang mengadopsi perilaku dalam diri orang

tersebut terjdi proses yang bertautan yang terdiri dari :

1. Kesadaran (awareness)

Individu yang menyadari adanya stimulus.

2. Tertarik (interest)

Individu mulai tertarik pada stimulus.

3. Menilai ( Evolution)
10

Individu mulai menilai tentang baik dantidaknya stimulus

tersebut berbagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah

memiliki sikap yang lebih baik lagi.

4. Mencoba (Trial)

Individu sudah mulai mencoba perilaku yang baru.

5. Menerima (Adopation)

Individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan

sikap dan kesadarannya terhadap stimulus

(Notoatmodjo,2002).

2. Inisiasi Menyusu Dini

a. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini (early initation) atau permulaan

menyusu dini adalah mulai menyusu segera setelah lahir.

Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya,

setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi

melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the best crawl

atau merangkak mencari payudara (Ambarwati dan Eny, 2009

hal.36). Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses membiarkan

bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam

satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit

antara bayi dengan kulit ibunya, bayi dibiarkan setidaknya

selama satu jam di dada ibu, samapai dia menyusui sendiri

(Unicef, 2007; Depkes RI, 2009).


11

Dalam istilah yang lain,Inisiasi Menyusu Dini disebut juga

sebagai proses Breast Crawl; Dalam sebuah publikasi oleh

breastcrawl.orang yang berjudul Breast Crawal: A Scientific

Overview, ada beberapa hal yang menyebabkan bayi mampu

menemukan sendiri putting ibunya, dan mulai menyusu, yaitu:

1. Sensory Inpust

Sensory Inpust atau indera terdiri dari:

a. Penciuman : selain mengekuarkan susu dan kolostrum,

areoala dan puting juga memiliki banyak kelenjar yang

dapat mengeluarkan bau khas menyerupai bayu amnion

sehingga bayi dengan penciumannya akan bergerak

menuju arah bau tersebut (kaluse , kenek, 2001).

b. Penglihatan : beberapa menit setelah lahir,bayi dapat

mengenal pola hitam putih sehingga bayi akan mengenali

puting dan wilayah areoala ibunya karena warna

gelapnya.

c. Mengecap : bayi mampu merasakan cairan amnion yang

melekat pada jari-jari tangannya, sehingga bayi pada saat

baru lahir suka menjilati jarinya sendiri.

d. Pendengaran : sejak dari dalam kandungan suara ibu

adalah suara yang paling dikenalnya.

e. Perasa dengan sentuhan : sentuahan kulit kekulit atara

bayi dengan ibu adalah sensasi pertama yang member


12

kehangatan, dan rangsangan lainnya (UNICEF India,

2007).

2. Central Component

Otak bayi yang baru lahir sudah siap untuk segera

mengeksplorasi lingkungannya, dan lingkungan yang paling

dikenalnya adalah tubuh ibunya.rangsangan ini harus segera

dilakuakan,karena jangan terlalu lama dibiarkan, bayi akan

kehilangan kemampuannya ini. Inilah yang menyebabkan

bayi yang langsung dipisah dari ibunya, akan lebih sering

menangis daripada bayi yang langsung ditempelkan ke

tubuh ibunya.

3. Motor Outputs

Bayi yang merangkak di atas tubuh ibunya , meupakan

gerakan yang paling alamiah yang dapat dilakukan bayi

setelah lahir. Selain berusaha mencapai putting ibunya,

gerakan ini juga member banyak manfaat untuk sang ibu,

misalnya mendorong pelepasan plasenta dan mengurangi

pendarahan pada rahim ibu.

Tidak semua ibu dapat melakukan inisiasi menyusu dini.

Bayi dan ibu yang dapat melakukan inisiasi menyusu dini harus

memenuhi syarat /kriteria sebagai berikut :

a. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.


13

b. Bila dengan tindakan, maka inisiasi menyusu dini dilakukan

setelah bayi cukup sehat, reflex mengisap baik.

c. Bayi yang lahir dengan section cesarean dengan anesthesia

umum, inisiasi menyusu dini dilalakukan segera setelah kondisi

ibu dan bayi tabil.

d. Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama ( nilai apgar

minimal 7).

e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih

f. Berat badan lahir 2500-4000 gram atau lebih

g. Tidak ada tanda-tanda infeksi intrapartum

h. Bayi dan ibu sehat

Jika tidak memenuhi kriteria diatas , maka inisiasi menyusu

dini tidak bisa dilakuakn misalnya pada:

a. Bayi yang sangat premature

b. Berat badan kurang dari 2000-2500 gram

c. Bayi dengan sepsis

d. Bayi dengan ganguan nafas

e. Bayi dengan cacat bawaan berat misalnya : hidrosefalus,

meningikel, anensefali, atresia ani, labio,omfalokel.

f. Ibu dengan infeksi berat dan sepsis


14

b. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Adapun manfaat dari inisiasi menyusu dini secara umum

menurut dr. Utami Roesly adalah sebagi berikut:

a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi

mencari payudara. Ini akan menurunkan angka kematian

bayi karena kedinginan(Hypotermia).

b. Ibu dan bayi merasa tenang, pernapasan dan detak jantung

bayi lebih stabil, bayi akan lebih jarang menangis sehungga

mengurangi pemakaian energi.

c. Saat merangkat mencari payudara, bayi memindakan bakteri

dari kulit ibunya dan dia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan

bakteri baik dikulit ibu.bakteri baik ini akan berkembang biak

membentuk koloni dikulit dan diusus bayi, menyaingi bakteri

jahat dari lingkungan.

d. Bonding ( ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih

baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan

siaga. Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama.

e. Makna non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan

berasal dari susu manusia, misalnya dari hewan. Hal ini

dapat menggangu pertumbuahn fungsi usus dan

mencetuskan alergi lebih awal.

f. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil

menyusu eksklusif dan akan lebih lama disusui.


15

g. Hentangkan kepal bayi ke dada ibu,sentuhan tangan bayi

diputing susu dan sekitarnya, emutanm dan jilatan bayi pada

putting susu merangsang pengeluran oksitosin.

h. Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama

kali keluar. Cairan emas ini kadang juga, dinamakan the grif

of life.bayi yang diberi kesempatan untuk inisiasi menyusu

dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak

diberi kesemptan.

c. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini Bagi Ibu dan Bayi

1) Keuntungan kontak kulit ibu dan kulit bayi

Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi.

Kontak kulit memastikan perilaku optimum menyusu

berdasarkan insting dan bisa diperkirkan : menstabilkan

pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh

bayi,memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik,

mendorong keterampilan bayi yang menyusu untuk lebih

cepat dan efektif,meningkatkan kenaikan berat badan (

kembali keberat lahirnya dengan lebih cepat), meningkatkan

atara hubungan ibu dan bayi, tidak terlalu banyak menangis

dan satu jam pertama menjaga kolonisasi kuman yang aman

dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberiakn

perlindungan terhadap infeksi,bilirubin akan lebih cepat

normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga


16

menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir, kadar gula yang

parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa

jam pertama hidupnya.

2). keuntungan menyusu dini untuk bayi

Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar

kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan

kebutuhan bayi. Memberikan kesehatan bayi dengan

kekebalan pasif yang segera kapada bayi. Kolostrum adalah

imunisasi pertama bagi bayi,meningkatkan kecerdasan bayi

bayi dan membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan

dan napas. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-

bayi.mencegah kehilangan panas dan merangsang

kolostrum segera keluar.

3). Keuntungan menyusu dini untuk ibu

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin,

meningkatkan keberhasialan produksi ASI. Meningkatkan

jalinan kasih syang ibu-bayi. Memulai menyusu dini akan

mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah.

Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan

meningkatkan lamanya bayi disusui. Merangsang produksi

susu. Memperkuat refleks menghisap bayi. Reflex

menghisap awal bayi pada bayi paling kuat dan beberapa

jam pertama setelah bayi lahir.


17

d. Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru

Lahir.

Menurut Roesly (2005), berikut ini 5 tahapan dalam

proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

1. Dalam 30 menit pertama ; istrahat keadaan siaga,sesekali

melihat ibunya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

2. 30-40 menit ; mengeluarkan suara, memasukan tangan

kemulut gerakan mengisap

3. Mengeluarkan air liur

4. Bergerak kearah payudara ; kaki menekan perut ibu, areoal

menjadi sasaran, menjilati kulit ibu sampai ujung stenum,

kepala dihentak-hentakan ke dada ibu, menoleh kekanan

kekiri, menyentuh putting susu dengan tangan bayi.

5. Menemukan putting ; menjilat, mengulung putting, membuka

mulut dengan lebar dan melekat dengan baik dan

menghisap putting susu.

Sedangkan berikut ini adalah 11 tatalaksana Inisiasi

Menyusu Dini:

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat

persalian.

2. Dalam menolong itu saat melahirkan, disarankan untuk tidak

atau mengurangi penggunaan obat kimiawi.


18

3. Dibersikan dikeringkan, kecuali tangannya tanpa

menghilangkan vernik caseosanya.

4. Bayi ditengkurapkan di perut ibu dengan kulit bayi melekat

pada kulit ibu. Keduanya diselimuti, bayi dapat diberi topi.

5. Anjurkan ibu untuk menyentuh bayi untuk merangsang bayi

mendekati putting susu.

6. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu sendiri.

7. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama

paling tidak satu jam walapun proses menyusu awal sudah

terjadi atau sampai selesai menyusu awal.

8. Tunda menimbang, mengukur, suntiakn vitamin K, dan

memberikan tetes mata bayi sampai proses menyusu awal

selesai.

9. Ibu bersalin dengan tindakan operasi tetap berikan

kesempatan kontak kulit.

10. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali

atas indikasi medis. Rawat Gabung dengan ibu dan bayi

dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24

jam.

11. Bila inisiasi menyusu dini belum terjadi di kamar bersalin ;

bayi tetap diletakkan didada ibu waktu dipindakan ke kamar

perawatan dan usaha menyusu dini dilakukan didalam kamr

perawtan.
19

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi

menyusu dini

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini antara lain;

1. Kebijakan instansi pelayanan kesehatan tentang IMD dan

ASI Eksklusif.

2. Pengetahuan, Motivasi dan Sikap tenaga penolong

persalinan.

3. Pengetahuan, Motivasi dan Sikap ibu.

4. Dukungan anggota keluarga

Dalam hal ini perlu kiranya dibentuk klinik laktasi yang

berfungsi sebagai tempat ibu berkonsultasi bila mengalami

kesulitan dalam menyusui. Tidak kalah pentinglah ialah sikap

dan pengetahuan petugas kesehatan, karena walaupun

tatalaksana rumah sakit sudah baik bila sikap dan pengetahuan

pertugas masih belum optimal maka hasilya tidak akan

memuaskan.

f. Faktor-faktor yang menghambat Inisiasi Menyusu Dini

Menurut UNICEF(2006), banyak sekali masalah yang

dapat manghambat pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini antara

lain:

1. Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya Inisiasi Menyusu

Dini.
20

2. Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan kurangnya

Praktek Inisiasi Menyusu Dini.

3. Adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes mata

untuk mencegah penyakit gonorrhea harus segera diberikan

setelah lahir, padahal sebenarnya tindakan ini dapat ditunda

setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri.

4. Masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu

memerlukan istrahat yang cukup setelah melahirkan dan

menyusu sulit dilakukan.

5. Kepercayaan yang menyatakan bahwa kolostrum yang

keluar pada hari pertama tidakbaik untuk bayi.

6. Kepercayaan masyarakat yang tidak menginjinkan ibu untuk

menyusu dini sebelum payudaranya di bersikan.

Menurut Green (2000), terdapat tiga faktor utama yang

dapat mempengaruhi perilaku individu atau masyrakat yaitu:

a. Faktor dasar (predisposing factors) yang meliputi:

1. Pengetahuan individu

2. Sikap

3. Kepercayaan

4. Tradisi

5. Unsur-unsur yang terdapat dalam diri individu dan

masyarakat

6. Faktor demografi
21

7. Dampak tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini

Dampak tidak melakukan inisiasi menyusu dini pada bayi

adalah dapat meningkatkan resiko kematian neonatus,

sedangkan pada ibu dapat meningkatkan terjadi pendarahan

pasca persalinan pada ibu yang bahkan berdampak pada

kematian. Hal ini disebabkan karena terhambatnya pengeluaran

oksitosin yang dapat memperlambat kontrasi uterus sehingga

tidak mampu menutup pembuluh darah yang tedapat pada

tempat implantasi plasenta.

b. Faktor pendukung (enabling factors) yang meliputi: sumber

daya dan potensi masyarakat seperti lingkungan fisik dan

sarana yang tersedia,

c. Faktor pendorong (reinforcing facturs)yang meliputi siakp

dan perilaku orang lain seperti teman, orang tua, dan

petugas kesehatan.

Begitu pula dengan perilaku pelaksanan Inisiasi Menyusu

Dini dan pemberian ASI Eksklusif baik oleh ibu maupun

petugas kesehatan, semuanya sangat dipengaruhi oleh

factor-factor tersebut diatas. Faktor yang berpengaruh

terhadap pelaksanan IMD dan pemberian ASI Ekskluif

terutama faktor sikap, motivasi,maupun pengetahuan, baik

sikap,motivasi dan pengetahuan ibu, maupun petugas

kesehatan. Kesemuanya ini berperan penting satu dengan


22

yang lain dan saling bergandengan untuk memberi program

pemberian ASI dini.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi inisiasi menyusu dini.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi inisiasi menyusu

dini pada ibu pasca melahirkan. Bedasarkan penelitian, faktor-

faktor yang mempengaruhi inisiasi menyusu dini adalah :

a. Pengetahuan

Pengetahuan hasil dari tahu dari ini terjadi setelah

melakukan pengindraan terhadap sesuatu obyek tertentu.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga pengetahuan merupakan factor yang dominan

dalam bentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tanpa

menghiraukan dariman datangnya pengetahuan tersebut. Jadi

pada hakekatnya apa saja yang diketahui walau dari mimpi

atau berkhayal panca indera, pikiran, wahyu dan intuisi

(Notoatmodjo, 2010). Keberhasilan menyusu dini seseorang ibu

dipengaruhi salah satunya adalah pengetahuan, pengetahuan

ibu yang tinggi mempunyai pengaruh positif terhadap

pemberian ASI pada bayinya. Pengetahuan yang lebih banyak

akan mempengaruhi seseorang untuk ,engambil keputusan

lebih mantap (Hidayah. 2000).


23

b. Umur

Umur merupakan cirri dari kedewasaan fisik dan

kematangan kepribadian yang erat hubungannya dengan

pengambialn keputusan. Umur juga dapat didefinisikan dengan

lamanya kehidupan ibu, dihitung sejak tahun kelahiran samapi

saat penelitian dilakukan. Mulai umur 21 tahun secara hokum

dikatakan mulai masa dewasa. Batasan umur ini ditetapkan

berdasarkan pertimbangan kematangan mental dan emosional

seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum

pernah kawin dikatakan belum dewasa. Umur yang baik untuk

hamil adalah umur 20-35 tahun, karena umur tersebut

merupakan masa yang aman untuk hamil. Umur 20 tahun rahim

dan bagian-bagian tubuh lainnya sudah benar-benar sudah

siap untuk menerima kehamilan dan pada umur tersevut wanita

sudah siap untuk menjadi ibu dan umur 35 tahun merupakan

umur resiko untuk reproduksi (Mubarak, 2010). Semakin cukup

umur, tingkat kematangan dean kekuatan seseirang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakt seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya

dari yang belum cukup tinggi kedewasaannya, hal ini sebagai

akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa (Maheswari,

2008).
24

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap sikap

dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan lebih tinggi akan

memudahkan seseorang untuk menyerap informasi-informasi

dan penyimplementasiakannya dalam perilaku dan gaya hidup

sehari- hari, khususnya tinglat pendidikan wanita sangat

berpengaruh kesehatannya (Mubarak, 2010). Pendidikan yang

berbeda-beda akan mempengaruhi seseorang dalam

pengambialn keputuasan. Ibu yang berpendidikan tinggi mudah

menerima suatu ide baru dibandingkan dengan ibu yang

berpendidikan rendah sehingfa informasi lebih muda dapat

diterima dan dilaksanakan (Maheswari, dkk 2008).

d. Graviditas

Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang

telah dialami oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilan.

Graviditas I dan graviditas lebih dari IV mempunyai angka

kematian maternal yang lebih tinggi. Ibu yang baru pertama kali

hamil merupakan suatu hal yang baru dalam hidupnya

sehingga secara psiklogis mentalnya belum siap dan ini akan

memperbesar terjadinya komplikasi. Selain itu juga retensio

plasenta sering terjadi pada graviditas tinggi hal ini disebabkan

karena fungsi alat-alat vital dan organ reproduksi mulai

mengalami kemunduran yang diakibatkan semakin rendahnya


25

hormon-hormon yang berfungsi dalam proses kematangan

reproduksi. (Winkjosastro, 2006).

B. Landasan Teori

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusu dini

adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah bayi lahir Cara bayi

melakukan Inisiasi Menyusu Dini dianmakan The Breast Crawl atau

merangkak mencari payudara (Roesly, 2008).

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera

setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari putting susu ibunya

sendiri ( tidak disodorkan ke putting susu). Inisiasi Menyusu Dini

adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi

diletakkan didada ibu dan dibiarkan bergerak untuk mencari putting

susu ibunya.

Inisiasi Menyusu Dini dipengaruhi oleh pengetahuan, dimana

pengetahuan adalah hasil dari tau, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu khususnya

tentang inisiasi menyusu dini, pengetahuan ibu hamil yang memadai

akan berpengaruh terhadap perilaku ketika saat persalinan, hal ini

sangat diperlukan untuk mncapai status kesehatan ibu yang optiamal,

membantu dan merangsang pengeluaran dengan melakukan inisiasi

menyusu dini.

Umur juga berperan penting terhadap inisiasi menyusu dini

dimana pada umumnya ditinjau dari segi umur diman semakin cukup
26

umur tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dan berfikir,

hal ini juga berdasarkan dari segi pengalaman dan pengetahuan

mengenai inisiasi menyusu dini.

Selain umur, inisiasi menyusu dini juga dipengaruhi juga

dengan pendidikan, tingkat pendidikan turut menentukan mudah

tidaknya seseorang dalam menyerap dan memahami pengetahuan

atau informasi yang diberiakn khususnya tentang pengetahuan inisiasi

menyusu dini yang mereka peroleh,dari kepentingan keluarga

pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang sehingga lebih

tangkap terhadap informasi yang diberikan khususnya terhadap

perilaku inisiasi menyusu dini (Nursalam, 2008).

Graviditas adalah seorang wanita hamil, istilah gravida

menunjukkan adanya kehamilan tanpa mengingat umur

kehamilannya. Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang

telah dialami, tanpa mengingat umur kehamilannya. Seorang

primigravida adalah seorang wanita hamil untuk pertama kalinya.

Seorang multigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk kedua

kalinya (Oxorn, 2010).


27

C. KERANGKA KONSEP

Umur

Pengetahuan
Pendidikan
Inisiasi Menyusu
Dini

Graviditas

Gambar 1 : kerangka konsep penelitian pengetahuan ibu hamil


tentang inisiasi menyusu dini

Keterangan :

Variable Bebas (Indepent) : Umur, Pendidikan, Graviditas

Variable Terikat (Dependent) : Pengetahuan Inisiasi Menyusu Dini


28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

yaitu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan untuk

membuat gambaran atau mendeskripsikan pengetahuan ibu hamil

tentang Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) di RSU Dewi Sartika Kota

Kendari tahun 2016.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April s/d Mei 2017

2. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Kota Kendari pada tahun 2017

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitiaan ini adalah semua ibu hamil yang

berkunjung di Poli KIA RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2016

pada bulan Januari sampai September sebanyak 2.252 orang.


29

2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dapat ditetapkan sesuai

dengan rumus.

( )

Keterangan:

n : Besar sampel

N : Jumlah populasi

p : estimator proporsi populasi (0,05)

q : 1,0-p

z² : 1,96

d : 0,05

Sehingga didapatkan :

( )

( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( )
( ) ( ) ( )
30

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah

mengunakan Metode Accidental Samling yaitu dimana subjek

dipilih karena aksesibilitas nyaman dan kedekatan mereka kepada

peneliti (Krisyantono, 2007).

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, secara keseluruhan data yang dikumpul berupa

data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dengan

wawancara sacara langsung dengan mengunakan kuesioner yang

dibagikan keseluruh responden yang sebanyak 71 orang.

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pengetahuan tentang Inisiasi Menyusu Dini

Pengetahuan adalah semua yang diketahui ibu terhadap Inisiasi

Menyusu Dini.

Kriteria Objektif:

Baik : apabila ≥ 75% dari total jawaban benar

Kurang : apabila ≤ 75% dari total jawaban benar

( Notoadmojo, 2005).

2. Umur adalah usia ibu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

ulang tahun terakhir.

Kriteria Objektif:

a. < 20 tahun

b. 20-35 tahun
31

c. > 35 tahun

(Notoadmojo, 2003).

3. Pendidikan Ibu

Pendidikan adalah proses belajar yang bertujuan untuk

meningkatkan kematangan intelektual yang diperoleh melalui

pendidikan formal.

Kriteria objektif :

a. Pendidikan rendah : SD-SMP

b. Pendidikan menengah : SMA

c. Pendidikan tinggi : Sarjana

(UU Nomor 20 Tahun 2003)

4. Graviditas

Graviditas adalah jumlah kehamilan yang telah dialami oleh ibu

tanpa memandang hasil akhir kehamilan, yang berarti seorang

wanita yang sedang hamil atau telah hamil tanpa memandang hasil

akhir kehamilanya.

Kriteria objektif :

a. Gravida I

b. Gravida > I

( Manuaba, 2008)

F. Pengolahan Data dan Analisis Data


32

1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dari responden diolah dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing data dilakukan guna memeriksa adanya kesalahan

atau kekurangan data yang diperoleh dari pasien.

b. Coding data dilakukan guna memberikan kode nomor

jawaban yang diisi oleh responden guna memudahkan

peneliti dalam entry data ke program komputer.

c. Entry data yaitu memasukan data ke program komputer.

d. Cleaning data yaitu dengan melakukan pengecakan kembali

data sudah dimasukkan ke program komputer.

2. Analisis Data

Untuk mengetahui Umur, pendidikan dan Graviditas dengan

menggunakan rumus :

x= ( )

Keterangan:

X= Presentase yang dicapai variabel

N= Sampel penelitian

K= Konstanta (100%)

F= Fariabel Yang diteliti (Chandra, 2007).

G. Penyajian Data
33

Data dikumpulkan secara sederhana dengan cara manual dengan

menggunakan kalkulator kemudian disajikan dalam bentuk table dan

dinarasikan secara deskritif

F. Etika penelitian

Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian

harus diperhatikan. Masalah etika harus diperhatikan antara lain

sebagai berikut :

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak pasien. Pada penelitian ini semua responden

akan di beri lembar persetujuan. Pada penelitian ini semua

responden bersedia untuk menandatangani lembar persetujuan.

2. Anonimity (tanpa nama)


34

Anonimity adalah tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan. Pada penelitian ini peneliti tidak akan

mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality adalah memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semuainformasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.

Pada penelitian ini kerahasiaan hasil/informasi yang telah

dikumpulkan dari subjek akan di jamin oleh peneliti (Hidayat,

2007)
35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis RSU Dewi Sartika Kota Kendari

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari terletak di

jalan Kapten Piere Tandean No. 118 Kecamatan Baruga Kota

Kendari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas lahan

1.624 m². Rumah Sakit Umum Dewi Sartika memiliki batas wilayah

sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Perumahan penduduk

b. Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tandean

c. Sebelah timur : Perumahan penduduk

d. Sebelah barat : Perumahan penduduk

2. Visi dan Misi RSU Dewi Sartika Kota Kendari

Dalam menjalankan tugas dan fungsi RSU Dewi Sartika Kota

Kendari mempunyai visi dan misi :

a. Visi

Visi RSU Dewi Sartika Kota Kendari yaitu sebagai

“Terwujudnya rumah sakit yang mandiri dan bersaing global

b. Misi

1) Memberikan pelayanan kesehatan prima kepada

masyarakat.

2) Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas.


36

3) Memberikan pelayanan yang optimal dan terjangkau dengan

mengutamakan kepuasan pasien.

4) Meningkatkan profesionalisme SDM (Sumber Daya

Manusia).

3. Tugas Pokok dan Fungsi

a. Tugas pokok

Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kota Kendari Adalah

melakukan upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan

mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya

peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya

rujukan.

b. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka RSU

Dewi Sartika Kota Kendari mempunyai fungsi :

1) Menyelenggarakan pelayanan medik

2) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

3) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik

4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan

5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

6) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan


37

4. Sumber Daya Manusia

Data Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Umum Dewi Sartika


Kota Kendari
No Jenis Tenaga Status Jenis
Ketenagaan Kelamin

Tetap Tidak L P
Tetap
1 2 3 4 5 6

I. Tenaga Medis
1. Dokter Spesialis 1 1 2 -
Obgyn - 1 1 -
2. Dokter Spesialis - 1 1 -
Bedah - 1 1 -
3. Dokter Spesialis
- 1 - 1
Interna
4. Dokter Spesialis - 1 - 1
anastesi - 1 1 -
5. Dokter Spesialis PK - 1 - 1
6. Dokter Spesialis Anak - 1 1 -
7. Dokter Spesialis - 1 1 -
Radiologi
- 1 - 1
8. Dokter Spesialis THT
9. Dokter Spesialis Mata - 3 3 -
10. Dokter Spesialis
Jantung 26 - 10 16
11. Dokter Gigi 5 2 - 7
12. Dokter Umum 43 - - 43
II. 45 - 45
Paramedis 11 11
1. S1
Keperawatan/Nurse - - - -
2. D IV Kebidanan 1 1 1 1
3. D III Kebidanan 1 2 1 1
4. D III Keperawatan 1 1 - 2
1 - - 1
III. Tenaga Kesehatan 3 - 1 2
Lainnya
1. Master Kesehatan
1 - - 1
2. SKM
3. Apoteker 1 - - 1
38

4. D III Farmasi 11 - 2 9
5. S1 Gizi
6. D III Analis
Kesehatan
IV.
Non Medis
1. D II Keuangan
2. Diploma Komputer
3. SLTA/SMA/SMU

Jumlah 67 19 24 60

(Sumber : Data Skunder RSU Dewi Sartika, 2017)

B. Hasil Penelitian

1. Pendidikan

Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi

menyusui dini (IMD) di RSU Dewi Sartika Kota Kendari dapat

disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 : Distribusi Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Kejadian


Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di RSU Dewi Sartika
Kota Kendari Tahun 2017
Frekuensi Persentase
Pengetahuan (% )
(f)
Baik 23 32.39

Kurang 48 67.60

Jumlah 71 100

(Sumber : Data Primer RSU Dewi Sartika, 2017)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 71 responden yang

diteliti, sebagaian besar responden memiliki pengetahuan kurang

berjumlah 48 responden (67.60%), sedangkan responden memiliki


39

pengetahuan baik berjumlah 23 responden (32.39%)

2. Umur

Distribusi frekuensi kelompok umur ibu hamil tentang inisiasi

menyusui dini (IMD) di RSU Dewi Sartika Kota Kendari dapat

disajikan pada tabel di bawah ini

Tabel 4.2 : Distribusi Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian Inisiasi


Menyusui Dini (IMD) di RSU Dewi Sartika Kota
Kendari Tahun 2017
Frekuensi Persentase
Umur Ibu Hamil (% )
(f)
< 20 Tahun 5 7.04

20 – 35 Tahun 63 88.73
>35 Tahun 3 4.22

Jumlah 71 100

(Sumber : Data Primer RSU Dewi Sartika, 2017)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 71 responden yang

diteliti sebagian besar responden memiliki kelompok umur

terbanyak 20 – 35 tahun berjumlah 63 responden (88.73%), lalu

diikuti oleh kelompok umur < 20 tahun berjumlah 5 responden

(7,04%) dan yang paling sedikit pada kelompok > 35 tahun

berjumlah 3 responden (4,22%)

3. Pendidikan Ibu

Distribusi frekuensi pendidikan ibu hamil tentang inisiasi

menyusui dini (IMD) di RSU Dewi Sartika Kota Kendari dapat

disajikan pada tabel di bawah ini


40

Tabel 4.3 : Distribusi Pendidikan Ibu Hamil Dengan Kejadian


Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di RSU Dewi Sartika
Kota Kendari Tahun 2017
Pendidikan Ibu Frekuensi Persentase
Hamil (f) (% )

SD - SMP 11 15.49

SMA 40 56.33
Sarjana 20 28.16

Jumlah 71 100

(Sumber : Data Primer RSU Dewi Sartika, 2017)

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 71 responden yang

diteliti sebagian besar memiliki pendidikan SMA yang berjumlah 40

responden (56,33%), sedangkan Sarjana berjumlah 20 responden

(28,16%) dan SD-SMP berjumlah 11 responden (15,49%)

4. Graviditas

Distribusi frekuensi graviditas ibu hamil tentang inisiasi

menyusui dini (IMD) di RSU Dewi Sartika Kota Kendari dapat

disajikan pada tabel di bawah ini

Tabel 4.4 : Distribusi Graviditas Ibu Hamil Dengan Kejadian


Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di RSU Dewi Sartika
Kota Kendari Tahun 2017
Graviditas Ibu Frekuensi Persentase
Hamil (f) (% )

Graviditas 1 25 35.21

Graviditas > 1 46 64.78


Jumlah 71 100

(Sumber : Data Primer RSU Dewi Sartika, 2017)


41

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 71 responden yang

diteliti, sebagian besar responden terbanyak pada tingkat gravidita

lebih dari sekali sebanyak 46 orang (64,78%), dan yang paling

rendah tinggkat graviditas sebanyak 25 orang (35,21%)

5. Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Kejadian Inisiasi


Menyusui Dini (IMD) Ditinjau Dari Umur

Distribusi pengetahuan ibu kejadian inisiasi

menyusui dini (IMD) ditinjau dari umur dapat disajikan

pada tabel di bawah ini

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu


Hamil Dengan Kejadian Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) Ditinjau Dari Umur
di RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Tahun 2017
Pengetahuan
Kelompok
Ʃ (n) Baik Buruk
Umur (Tahun)
N % N %
<20 5 (7.04%) 0 0 5 100
20-35 63 (88.73%) 22 34.92 41 65.07
>35 3 (4.22%) 1 33.33 2 66.66
Total 71 23 32.39 48 67.60
(Sumber Data : Primer RSU Dewi Sartika, 21017)

Tabel 4.6 menunhukkan bahwa dari 63 responden (88,73%)

yang memiliki kelompok umur 20-35 tahun terdapat pengetahuan

baik berjumlah 22 responden (34,92%) dan pengetahuan buruk

berjumlah 41 responden (65,07%), sedangkan dari 5 responden


42

(7,04%) yang memiliki kelompok umur < 20 tahun terdapat

pengetahuan baik berjumlah 0 responden (0%) dan pengetahuan

buruk berjumlah 5 responden (100%), sedangkan dari 3 responden

(4.22%) yang memikliki kelompok umur > 35 tahun terdapat

pengetahuan baik berjumlah 1 responden (33,33%) dan

pengetahuan buru berjumlah 2 responden (66,66%)

6. Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Kejadian Inisiasi


Menyusui Dini (IMD) Ditinjau dari Pendidikan

Distribusi pengetahuan ibu kejadian inisiasi

menyusui dini (IMD) ditinjau dari pendidikan dapat

disajikan pada tabel di bawah ini

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu


Hamil Dengan Kejadian Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) Ditinjau Dari
Pendidikan di RSU Dewi Sartika Kota
Kendari Tahun 2017
Kelompok Pengetahuan
Pendidikan Ʃ (n) Baik Buruk
Ibu Hamil N % n %
SD – SMP 11 (15.49%) 1 9.09 10 90.90
SMA 40 (56.33%) 11 27.5 29 72.5
Sarjana 20 (28.16%) 11 55 9 45
Total 71 23 32.39 48 67.60
(Sumber Data : Primer RSU Dewi Sartika, 2017)

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 40 responden (56,33%)


43

yang memiliki pendidikan SMA, terdapat 11 responden (27.5%)

yang memiliki pengetahuan baik dan pengetahuan buruk 29

responden (72.5%), dari 20 responden (28.16%) yang memiliki

pendidikan sarjana terdapat 11 responden (55%) yang memiliki

pengetahuan baik dan pengetahuan buru 9 responden (45%),

sedangkan dari 11 responde (15.49%) yang memiliki pendidikan

SD-SMP terdapat 1 responden (9,09%) yang memiliki

pengetahuan baik dan pengetahuan buru 10 responden (90,90%).

7. Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Kejadian Inisiasi


Menyusui Dini (IMD) Ditinjau dari Graviditas

Distribusi pengetahuan ibu kejadian inisiasi

menyusui dini (IMD) ditinjau dari graviditas dapat

disajikan pada tabel di bawah ini

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu


Hamil Dengan Kejadian Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) Ditinjau Dari
Graviditas di RSU Dewi Sartika Kota
Kendari Tahun 2017
Pengetahuan
Graviditas Ʃ (n) Baik Buruk
N % n %
Graviditas 1 25 (35.21%) 6 24 19 76
Graviditas > 1 46 (64.78%) 17 36.95 29 63.04
Total 71 23 32.39 48 67.60
(Sumber Data : Primer RSU Dewi Sartika 2017)
44

Tabel 4.8 menunjukka bahwa dari 46 responden (64,78%)

denga kategori graviditas lebih sekali, terdapat 17 responden

(36,95%) yang memilki pengetahuan baik tentang graviditas dan

29 responden (63,04%) yang memiliki pengetahuan buruk tentang

graviditas, sedangkan dari 25 responden (35.21%) denga kategori

graviditas sekali, terdapat 6 responden (24%) yang memilki

pengetahuan baik tentang graviditas dan 19 responden (63.04%)

yang memiliki pengetahuan buruk tentang graviditas

C. Pembahasan Penelitian

1. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Insiasi Menyusui Dini (IMD)

Ditinjau Dari Umur

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada tabel 4.6

bahwa sebagian besar responden pada kelompok umur 20-35

tahun yang memiliki pengetahuan baik sebesar 22 responden

(34,92%), sedangkan pada kelompok umur < 20 tahun yang

memiliki pengetahuan baik sebesar 0 responden (0%) dan diikut

oleh kelompok umur > 35 tahun yang memiliki pengetahuan baik

sebesar 1 responden (33.33%). Hal ini menunjukkan bahwa

responden belum mengetahui pentingnya inisiasi menyusui dini

terhadap bayi baru lahir. Inisiasi menyusui dini harus di berikan

kepada setiap bayi yang baru lahir karena di dalam kandungan ASI

zat gizinya sudah sangat lengkap.

Dengan bertambahnya umur seseorang, akan terjadi


45

perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental) dimana

taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. Namun

dalam penerimaan informasi, semakin muda umur informasi yang

ada akan lebih mudah diserap dan diterima dibanding dengan

umur yang lebih tua

Namu masih terdapat 41 responden (65,07) pada kelompok

umur 20-35 tahun yang memiliki pengetahuan buruk, sedangkan

pada kelompok umur < 20 tahun yang memiliki pengetahuan buruk

sebesar 5 responden (100%) dan diikut oleh kelompok umur > 35

tahun yang memiliki pengetahuan buruk sebesar 2 responden

(66,66%). Hal ini disebabkan inisiasi menyusui dini ini masih

dianggap sesuatu hal yang baru apalagi sebagian responden ada

yang jauh dari perkotaan sehingga keterpaparan informasi masih

sangat kurang sehingga mempengaruhi pengetahuan responden.

Umur merupakan salah satu faktor yang dapat

menggambarkan kematangan seseorang baik fisik, psikis maupun

sosial, sehingga membantu seseorang dalam pengetahuannya.

Semakin bertambah umur, semakin bertambah pula pengetahuan

yang didapat (Maulana, 2009)

Menurut Maulana (2009) bahwa umur mempengaruhi

tingkat penerimaan informasi yakni semakin tua umur seseorang,

ingatanya semakin kurang sehingga sulit menerima informasi yang

di berikan, sebaliknya semakin muda umur akan mudah menerima


46

informasi yang didapatkan dan akan lebih tertarik mengetahui

sesuatu hal.

2. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Insiasi Menyusui Dini (IMD)

Ditinjau Dari Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukkan

sebagian responden memiliki pendidikan SMA dan memiliki

pengetahuan baik berjumlah 11 responden (27,5%), sedangkan

sarjana memiliki pengetahuan baik 11 responden (55%) dan

sedangkan SD-SMP memiliki pengetahuan baik sebanyak 1

responden (9.09%). Hal ini dipengaruhi oleh adanya pengalaman

sebelumnya oleh ibu dalam pemberian inisiasi menyusui dini hal ini

disebabkan oleh sebagian besar responden telah memperoleh

pengetahuan tentang inisiasi menyusui dini pada saat kegiatan

pendidikan menengah responden telah memiliki pengetahuan yang

cukup dalam menerima informasi yang diberikan oleh petugas

kesehatan

Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang

kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat

memahami. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,

semakin mudah seseorang tersebut menerima informasi, begitu

pula sebaliknya. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

cenderung mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun

media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin


47

banyak pula informasi yang didapatkan tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya denga pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka semakin

luas pula pengetahuannya

Hal ini sesuai dengan pendapat Maulana (2009) bahwa

pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan sehinggga meningkatkan kualitas

hidup. Oleh sebab itu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak

pla pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang

akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-

nilai yang abru diperkenalkan

Beberapa tujuan inisiasi menyusui dini diantaranya adalah

mencegah terjadinya pendarahan pasca persalinan, mencagah

kematian ibu post partum, mencegah terjadinya hiportemi pada

bayi baru lahir, mencegah terjadinya kematian pada bayi baru

lahir, mencegah terjadinya infeksi neonates. Selain itu terdapat

keuntungan dari pemberian inisiasi menyusui dini adalah

merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi

ASI dan menstimulatisi kontraksi uterus dan menurunkan risiko

pendarahan pasca persalinan

3. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Insiasi Menyusui Dini (IMD)

Ditinjau Dari Graviditas


48

Hasil penelitian tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian

responden dengan kategori graviditas lebih sekali memiliki

pengetahuian yang baik tentang inisiasi menyusui dini sebanyak

17 responden (36,95%) hai ini disesabkan karena responden telah

mengetahui tujuan, keuntungan, manfaat dan cara pembarian

inisiasi menyusui dini

Kehamilan (graviditas) dimulai dengan konsepsi

(pembuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan.

Kehamilan adalah suatu krisis maturasi yang dapat menimbulkan

stress tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri

untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang

lebih besar. Seiring persiapannya untuk menghadapi peran baru,

wanita tersebut mengubah konsep dirinya supaya ia siap menjadi

orang tua. Setelah bertahap ia berubah dari seseorang yang bebas

dan berfokus pada diri snediri menjadi seorang yang seumur hidup

berkomitmen untuk merawat seorang individu lain. Pertumbuhan

ini membutuhkan penguasaan tugas-tugas perkembangan tertentu

menerima kehamilan, mengidentifikasi peran ibu, mengatur

kembali hubungan antara ibu dan anak serta antara dirinya dan

pasangannya, membangun hubungan dengan anak yang belum

lahir dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pengalaman

melahirkan
49

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. pengetahuan yang baik tentang inisiasi menyusu dini sebanyak

23 responden (32,39%) dan kategori pengetahuan yang kurang

sebanyak 48 responden (67,60%)

2. umur 20-35 tahun sebanyak 63 orang (88,73%), lalu diikuti oleh

kelompok umur < 20 tahun sebanyak 5 orang (7,04%), dan yang

paling sedikit pada kelompok umur > 35 tahun sebanyak 3

orang (4,22%)

3. tingkat pendidikan SMA sebanyak 40 orang (56,33%), lalu diikuti

oleh tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 20 orang (28,16%), dan

yang paling rendah tinggkat pendidikannya SD - SMP

sebanyak 11 orang (15,49%)

4. graviditas lebih dari sekali sebanyak 46 orang (64,78%), dan

yang paling rendah tinggkat graviditas sebanyak 25 orang

(35,21%)
50

B. Saran

1. Petugas kesehatan khususnya di Rumah Sakit diharapkan selalu

menginformasikan kepada ibu bersalin tentang Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) dan lamanya waktu melakukan IMD.

2. Ibu hamil dan bersalin diharapkan selalu mencari informasi tentang

Inisiasi Menyusu Dini dan manfaat IMD.


51

DAFTAR PUSTAKA

Dianartiana, 2011. Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan


Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Mempunyai
Bayi Usia 7-12 Bulan di Kota Semarang.

Dinkes Propinsi Sulawesi Tenggara 2016.Profil Dinas Kesehatan Propinsi


Sulawesi Tenggara. Kendari.
Rekan Medik, 2016. RSU Dewi Sartika Propinsi Sulawesi Tenggara.
Kendari
Fithananti, 2012.. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan
puskesmas dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif di kota
semarang. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm. volume 2,
nomor 1
Haryono, dan Setianingsih, 2013. Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati
Anda. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hidayah. 2000. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta : Salemba Medika

Hartatik. 2012. Tingkat pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu


Dini di BPS Dyah Sumarmo desa Tanjungsari kecamatan
Banyudono kabupaten Boyolali tahun 2012.KTI. Surakarta: DI
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Hidayat, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.


Salemba Medika. Jakarta.

Kriyantono, Rachmat, 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta:


Kencana. Kematian Ibu.
Maheshwari, 2008. Pemanfaatan Obat Alami:Potensi dan Prospek
Pengembangan.http://rudct.tripod.com/sem2_012/hera-
maheshwari.htm, diakses pada tanggal 25 Januari 2008.
Mubarak, 2010. Promosi kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belaja
Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.
52

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.


Rineka Cipta
Notoadmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,
Jakarta.
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian
keperawatan. Jakarta

Oxorn 2010, Ilmu Kebidanan Patologi Fisiologi persalinan cetakan kedua.


Yayasan Essentia Medika. Jakarta

Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka
Bunda
Warsiti. 2010.Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Persalinan
tentang IMD di RSUP Dr. Soeraji Tirtonegoro Klaten. Skripsi. Surakarta
: STIKes Aisyah Surakarta.
53

KUISIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU


DINI (IMD) DI RSU DEWI SARTIKA KOTA KENDARI PADA
TAHUN 2017

Nomor Responden
A. Identitas Sampel
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Hamil ke :
Alamat :
B. Petunjuk
Bacalah pertayaan dengan teliti dan pilihlah jjawaban yang menurut
anda benar dengan memberikan tanda silang (X).
C. Pertayaan
1. Inisiasi Menyusu Dini adalah kemampuan bayi mencari dan
mengisap putting susu pada ibu
a. Benar
b. Salah
2. Bayi baru lahir sebaiknya dilakukan inisiasi Menyusu Dini
a. Benar
b. Salah
3. Air susu ibu (ASI ) yang berwarna kekuning-kuningan, kental dan
keluar pada hari pertama adalah sangat baik bagi bayi
a. Benar
b. Salah
4. Tujuan utama meletakkan bayi diatas peut ibu adalah
medekatkan perasaan ibu dan bayi
a. Benar
b. Salah
5. Dengan memberikan ASI bayi kan tumbuh sehat
a. Benar
b. Salah
54

6. Saat melakukan inisiasi menyusu dini sebaiknya bayi dalam


keadaan hangat dan kering
a. Benar
b. Salah
7. Dengan inisiasi menyusu dini dapat terjalin ikatan kasih sayang
antara ibu dan bayi
a. Benar
b. Salah
8. Makanan terbaik untuk bayi setelah lahir adalah ASI
a. Benar
b. Salah
9. Salah satu manfaat Inisiasi Menyusu Dini bagi bayi adalah dapat
meningkatkan kecedasan bayi
a. Benar
b. Salah
10. Inisiasi Menyusu Dini pada ibu dilakukan setelah 2 jam
persalinan
a. Benar
b. Salah
11. Inisiasi Menyusu Dini dilakuka setelah bayi dimandikan
a. Benar
b. Salah
12. Yang dimasud dengan kolostrum yaitu susu yang keluar selama
hamil
a. Benar
b. Salah
13. Penjellasan Inisiasi Menyusu Dini sebaiknya dibeikan kepada ibu
hamil
a. Benar
b. Salah
14. Inisiasi menyusu Dini dilakukan aga bayi menjadi kurus
a. Benar
b. Salah
15. Hanya petugas saja yang mempunyai pean penting dalam
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
a. Benar
b. Salah
55

1. a. Benar
2. a. Benar
3. a. Benar
4. a. Benar
5. a. Benar
6. a. Benar
7. a. Benar
8. a. Benar
9. a. Benar
10. b. Salah
11. b. Salah
12. b. Salah
13. a. benar
14. b. Salah
15. b. Salah
56
57
58
59
60
61
62

Anda mungkin juga menyukai