LP Hipoglikem
LP Hipoglikem
RS ROEMANI SEMARANG
Disusun Oleh :
G3A015088
2016
LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA
A. Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara
makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat
dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia). (Nabyl, 2009). Hipoglikemi
adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat
didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk
seluruh bayi baru lahir, atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa darah. Hanya 20%
hipoglikemia bersifat simptomatik, yaitu hipoglikemia yang disertai gejala neurologis dan
gejala tersebut akan hilang setelah pemberian glukosa, tetapi kerusakan otak masih mungkin
terjadi dan gejala akan terlihat kemudian. Pada hipoglikemia berat gejala menyarupai
asfiksia. Pada bayi baru lahir dengan kejang atau jitteriness hendaknya dilakukan
pemeriksaan Dextrostix berulang. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas
fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl),
dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik).
B. Klasifikasi Hipoglikemia
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun
normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi
hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami
malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
3. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
4. Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme
Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar
untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat
mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan
daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan
ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang
lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang,
sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
E. Patofisiologi Hipoglikemia
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah
dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron
menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis.( dehidrasi, kehilangan elektrolit, asidosis). Apabila jumlah insulin berkurang
jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa
oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam
upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium).
Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat
kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida
selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh
hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai
akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan
tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton
akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit
kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala
adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer.
2001).
Pathway Hipoglikemia
Laporan Pendahuluan Hipoglikemia
F. Tanda Dan Gejala Hipoglikemia
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi,
keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi
otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya
ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma
(glukosa darah 20 mg%).
Adapun gejala- gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut: Perubahan
tingkah laku, Serangan sinkop yang mendadak, Pusing pagi hari yang hilang dengan makan
pagi, Keringat berlebihan waktu tidur malam, Bangun malam untuk makan, Hemiplegi/
afasia sepintas, Angina pectoris tanpa kelainan arteri koronaria
Di kutip dari Karen Bruke 2005 ada beberapa tanda gejala ataupun manifestasi klinis
yang meliputi: Lapar, Mual-muntah, Pucat,kulit dingin, Sakit kepala, Nadi cepat,
Hipotensi, Irritabilitas
Manifestasi sebab perubahan fungsi serebral : Sakit kepala, Koma, Kesulitan dalam
berfikir, Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi, Perubahan dalam sikap emosi
N. RENCANA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA
No Diagnosa Kep NOC / Tujuan NIC / Intervensi
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindak- Airway Suctioning (3160)
tiidak efektif b.d obs- an keperawatan selama … 1 Pastikan kebutuhan suctioning
truksi jalan nafas / pe- x 24 jam jalan napas klien 2 Auskultasi suara napas sebelum
ningkatan sekresi efektif, dengan kriteria : dan sesudah suctioning
trakhe-obronkheal. 3 Informasikan pada klien dan ke-
Status Respirasi : Patensi luarga tentang suctioning
Batasan Jalan Nafas (0410) : 4 Meminta klien napas dalam
karakteristik : Suara napas bersih sebe-lum suctioning
Dispneu Tidak ada sianosis 5 Berikan oksigen dengan kanul
Orthopneu Tidak sesak napas / nasal untuk memfasilitasi
Sianosis dispneu suctioning nasotrakheal
Ronkhi/krepitasi Irama napas dan
6 Gunakan alat yang steril setiap
Kesulitan berbicara frekuensi napas dalam melakukan tindakan
Batuk tidak efektif rentang normal 7 Anjurkan klien napas dalam dan
atau tidak ada Klien tidak merasa ter- istirahat setelah kateter
Mata melebar cekik dikeluarkan dari nasotrakheal
Produksi sputum Tidak ada sianosis 8 Monitor status oksigen klien
me-ningkat Tidak gelisah 9 Hentikan suction apabila klien
Gelisah Sputum berkurang menunjukkan bradikardi
Perubahan frekuensi
dan irama napas Status Respirasi : Airway manajemen ( 3140)
Ventilasi (0403) 1. Buka jalan napas, gunakan
Mendemonstrasikan ba teknik chin lift atau jaw thrust
-tuk efektif bila perlu
Suara nafas yang bersih2. Posisikan klien untuk memaksi-
Tidak ada sianosis malkan ventilasi
Tidak ada dispneu 3. Identifikasi klien perlunya
(mam-pu bernafas dengan pema-sangan jalan napas buatan
mudah) 4. Pasang mayo bila perlu
Tidak ada pursed lips 5. Lakukan fisioterapi dada bila
perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
7. Auskultasi suara napas , catat
adanya suara tambahan
8. Kolaborasi pemberian
bronkodilator bila perlu
9. Monitor respirasi dan status
oksigen
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindak- Airway manajemen ( 3140)
b.d hiperventilasi, an perawatan selama … X 1. Buka jalan napas, gunakan
kele-lahan otot 24 jam pola nafas efektif, teknik chin lift atau jaw thrust
pernafasan dengan criteria : bila perlu
2. Posisikan klien untuk memaksi-
Batasan Respiratory status : malkan ventilasi
karakteristik : Airway patency (0410) : 3. Identifikasi klien perlunya
Penurunan tekanan Suara napas bersih pema-sangan jalan napas buatan
inspirasi / ekspirasi Tidak ada sianosis 4. Pasang mayo bila perlu
Penurunan ventilasi Tidak sesak napas 5. Lakukan fisioterapi dada bila
per menit Irama napas dan perlu
Penggunaan otot na- frekuensi napas da-lam 6. Keluarkan sekret dengan batuk
fas tambahan rentang normal atau suction
Pernafasan nasal Pasien tidak merasa 7. Auskultasi suara napas , catat
flaring tercekik adanya suara napas tambahan
Dispneu Tidak ada sianosis 8. Kolaborasi pemberian
Ortopneu Tidak gelisah bronkodilator bila perlu
Penyimpangan dada Sputum berkurang 9. Monitor respirasi dan status
Nafas pendek oksigen
Posisi tubuh menun- Respiratory status :
jukkan posisi 3 poin ventilation (0403) Respirasi Monitoring (3350)
Nafas pursed-lip Respirasi dalam rentang1 Monitor rata-rata, ritme,
(de-ngan bibir) normal kedalaman, dan usaha napas
Ekspirasi meman- Ritme dalam batas 2 Catat gerakan dada apakah
jang normal simetris, ada penggunaan otot
Peningkatan diame- Ekspansi dada simetris tambahan, dan retraksi
ter anterior-posterior Tidak ada sputum di 3 Monitor crowing, suara ngorok
Frekuensi nafas jalan napas 4 Monitor pola napas : bradipneu,
Ø Bayi : < 25 atau > 60 Tidak ada penggunaan takipneu, kusmaul, apnoe
Ø 1-4 th : < 20 atau > 30 otot-otot tambahan 5 Dengarkan suara napas : catat
Ø 5-14 th : < 14 atau > 25 Tidak ada retraksi dada area yang ventilasinya
Ø > 14 th : < 11 atau > 24 Tidak ditemukan menurun / tidak ada dan catat
Kedalaman nafas dispneu adanya suara tam-bahan
Ø Volume tidal de-wasa Dispneu saat aktivitas 6 K/p suction dengan
saat istira-hat 500 ml ti-dak ditemukan mendengarkan suara ronkhi atau
Ø Volume tidal ba-yi 6-8 Napas pendek-pendek krakles
ml/kg BB ti-dak ditemukan 7 Monitor peningkatan gelisah,
Penurunan kapasitas Tidak ditemukan tak-til ce-mas, air hunger
vital fremitus 8 Monitor kemampuan klien
Timing rasio Tidak suara napas untuk batuk efektif
tambahan 9 Catat karakteristik dan durasi
batuk
10 Monitor sekret di saluran napas
11 Monitor adanya krepitasi
12 Monitor hasil rontgen thorak
13 Bebaskan jalan napas dengan
chin lift atau jaw thrust bila
perlu
14 Resusitasi bila perlu
15 Berikan terapi pengobatan
sesuai advis (oral, injeksi, atau
terapi inhalasi)
Posisitioning/Mengatur posisi
(0840)
1. Atur posisi pasien semi fowler,
ekstensi kepala
2. Miringkan kepala bila muntah
DAFTAR PUSTAKA