( SAP )
D. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan cara meminta mahasiswa untuk menjawab pertanyaan dosen dari
materi yang telah di sampaikan.
E. Daftar Pustaka
Buku paket :
a. Dhesi lestary.2014. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Makassar
b. http://dianalmira.blogspot.co.id/2014/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
c. http://ilmanursalima.blogspot.co.id/2012/12/persalinan_7.html
3. Hal hal yang harus di perhatikan pada his saat melekukan obeservasi :
a) Frekunsi his : jumlah his dalam waktu tertentu, biasanya per menit per 10 menit
b) Intensitas his : kekuatan his (adekuat atau lemah)
c) Durasi (lama his) : lamanya setiap his berlangsung dan di tentukan dalam detik,
misalnya 50 detik
d) Interval his : jarak antara his yang satu dengan his berikutnya ,his datan tiapa 2-3
menit.
B. PASSAGE
Passage atau jalan lahir di bagi menjadi 2 .
1. Bagian keras : panggul
a) Ukuran panggul
1) Distantia spinarium,yaitu jarak antara spina iliaca anterior supserior kiri dan kanan (23 cm -
26 cm)
2) Distantia cristatium ,yaitu jarak yang terjauh antara crista iliaca kakan dan kiri (26 cm - 29
cm )
3) Lingkar panggul ,yaitu : dari pinggir atas symphisis ke pertengahan antara spina iliaca
anterior superior dan trochanter mayor sepihak ,lalu kembali melalui tempat yang sama ,di
pihak lain (80 cm – 90 cm )
4) Conjugate externa (boundeleque) yaitu jarak antara pinggir atas symphisis dan ujung
prosesus spinosus ruas lumbal ke V (18 cm – 20 cm )
b) Bentuk panggul
Menurut Caldwell dan moloy ada 4 bentuk dasar panggul :
1) Ginekoid : paling ideal ,bemtuk hampi bulat .Panjang diameter anterosposterior kira - kira
sama dengan diameter tranversa
2) Android : bentuk hampir segitiga.Umumnya laik laki mempunyai jenis panggul ini
Panjang diameter anterosposterior hamper sama dengan diameter tranversa, akan tetapi jauh
lebih mendekati sacrum
3) Anthropoid : bentuknya agak lonjong seperti telur panjang diameter anterosposterior lebih
besar dari pada diameter tranversa
4) Platipeloid :jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang
c) Ruang panggul
Ruang panggul terdiri dari:
1) Pelvis mayor (false pelvis ) : bagian di atas pintu atas panggul tidak berkaitan
dengan persalinan.
2) Pelvis minor (true pelvis) terdiri dari : Pintu atas panggul (PAP), Bidang
tengah panggul, Pintu bawah panggul (PBP).
C. PASSANGER
1) Janin
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa
factor yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta harus
melewati jalan lahir, maka dia dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin.
Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan normal.
2) Placenta
Plasenta merupakan organ yang luar biasa. Plasenta berasal dari lapisan trofoblas pada
ovum yang dibuahi, lalu terhubung dengan sirkulasi ibu untuk melakukan fungsi-fungsi yang
belum dapat dilakukan oleh janin itu sendiri selama kehidupan intra uterine. Keberhasilan
janin untuk hidup tergantung atas keutuhan dan efisiensi plasenta.
D. PSIKOLOGI
Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin yang didampingi
oleh suami dan orang yang dicintainya cenderung mengalami proses persalinan yang lebih
lancer disbanding dengan ibu bersalin tanpa pendamping. Ini menunjukkan bahwa dukungan
mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh tehadap kelancaran
proses persalinan
Perubahan psikologis dan prilaku ibu, terutama yang terjadi selama fase laten, aktif, dan
transisi pada kala 1 persalinan memiliki karakteristik masing-masing. Sebagian besar ibu
hamil yang memasuki masa persalinan akan merasa takut. Apalagi untuk seorang
primigravida yang pertama kali beradaptasi dengan ruang bersalin. Hal ini harus disadari dan
tidak boleh diremehkan oleh petugas kesehatan yang akan memberikan pertolongan
persalinan. Ibu hamil yang akan bersalin mengharapkan penolong yang dapat dipercaya dan
dapat memberikan bimbingan dan informasi mengenai kedaannya.
Kondisi psikologis ibu bersalin dapat juga dipengaruhi oleh dukungan dari pasangannya,
orang terdekat, keluarga, penolong, fasilitas dan lingkungan tempat bersalin, bayi yang
dikandungnya merupakan bayi yang diharapkan atau tidak.
E. PENOLONG/BIDAN
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar proses
persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal. Dengan pengetahuan dan
kompetensi yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak
terjadi
Tidak hanya aspek tindakan yang diberikan, tetapi aspek konseling dan pemberian
informasi yang jelas dibutuhkan oleh ibu bersalin untuk megurangi tingkat kecemasan ibu
dan keluarga.
Bidan mempunyai tanggungjawab yang besar dalam proses persalinan. Langkah utama
yang harus dikerjakan adalah mengkaji perkembangan persalinan memberitahu
perkembangannya baik fisiologis maupun patologis pada ibu dan keluarga dengan bahasa
yang mudah dimengerti. Kesalahan yang dilakukan bidan dalam mendiagnosis persalinan
dapat menimbulkan kegelisahan dan kecemasan pada ibu dan keluarga.
Kumpulan Satuan Acara Perkuliahan
Minggu, 22 Februari 2015
SAP KIE Pada Pratik Kebidanan
a. Bersalaman
b. Mempersilahkan duduk
c. Bersabar
d. Tidak menginterupsi/memotong pembicaraan
e. Menjaga kerahasiaan klien
f. Tidak melakukan penilaian
g. Mendengarkan dengan penuh perhatian
h. Menanyakan alasan kedatangan klien
i. Menghargai apaun pertanyaan maupun pendapat klien
Tempat Praktek :
1. Rumah Sakit Umum : Poli Kandungan, Ruang Bersalin, dan Ruang Nifas
2. Puskesmas
LEMBAR PENGAMATAN
MEMBINA HUBUNGAN BAlK
Keterangan:
Ya : Bila dilakukan oleh konselor
Tidak : Bila tidak dilakukan oleh konselor
Catatan : Berisikan uraian tentang pengamatan dan
atau bila variabel pengamatan tersebut tidak berlaku
Pembimbing
(____________________)
LEMBAR PANDUAN
KUNJUNGAN ANC PERTAMA
Keterangan:
Ya : Bila dilakukan oleh konselor
Tidak : Bila tidak dilakukan oleh konselor
Catatan : Berisikan uraian tentang pengamatan dan
atau bila variabel pengamatan tersebut tidak berlaku
Pembimbing
(____________________)
PRAKTEK LABORATORIUM KLINIK
KOMUNIKASI DAN KONSELING
LEMBAR PANDUAN
KUNJUNGAN ANC KEHAMILAN > 36 MINGGU
Keterangan:
Ya : Bila dilakukan oleh konselor
Tidak : Bila tidak dilakukan oleh konselor
Catatan : Berisikan uraian tentang pengamatan dan
atau bila variabel pengamatan tersebut tidak berlaku
Pembimbing
(____________________)
PRAKTEK LABORATORIUM KLINIK
KOMUNIKASI DAN KONSELING
LEMBAR PANDUAN
KUNJUNGAN PENAPISAN PERSALINAN
(____________________)
Keterangan:
Ya : Bila dilakukan oleh konselor
Tidak : Bila tidak dilakukan oleh konselor
Catatan : Berisikan uraian tentang pengamatan dan
atau bila variabel pengamatan tersebut tidak berlaku
Pembimbing
(____________________)
PRAKTEK LABORATORIUM KLINIK
KOMUNIKASI DAN KONSELING
LEMBAR PANDUAN
SEGERA SETELAH PERSALINAN
(2 JAM PERTAMA )
LEMBAR PANDUAN
2-7 HARI PASCA-PERSALINAN
Keterangan:
Ya : Bila dilakukan oleh konselor
Tidak : Bila tidak dilakukan oleh konselor
Catatan : Berisikan uraian tentang pengamatan dan
atau bila variabel pengamatan tersebut tidak berlaku
Pembimbing
(____________________)
PRAKTEK LABORATORIUM KLINIK
KOMUNIKASI DAN KONSELING
LEMBAR PANDUAN
7-28 HARI PASCA-PERSALINAN
Keterangan:
Ya : Bila dilakukan oleh konselor
Pembimbing
Tidak : Bila tidak dilakukan oleh konselor
Catatan : Berisikan uraian tentang pengamatan dan
atau bila variabel pengamatan tersebut tidak berlaku
(______________________)
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat, dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah
luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu
posterior
Lahinya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berda di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan
tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterio (bagian
atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati-
hati membantu kelahiran kaki.
VII. PENANGAN BAYI BARU LAHIR
25. Menilai bayi dengan cepat (jika dalam penilaian terdapat jawaban tidak dari
5 pertanyaan, maka lakukan langkah awal), kemudian meletakkan bayi di
atas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat
terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan)
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian tali pusat
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting, dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali
pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, mengambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu ibu bahwa ia akan disuntik
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan
tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan perenganganke
arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke
arah atas dan belakang (dorso-kranial) dengan hati-hati untuk membantu
mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40
detik, menghentikan peragangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi
berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu
Mengeluarkan Plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan kemudian ke atas, mengikuti kurve jalan lahir
sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan peregangan tali pusat selama
15 menit :
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
Mengulangi peregangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran
bayi
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan
dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.
Dengan lembut dan perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi
atau steril untuk melepasakan selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Pemijatan) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan kanan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras ).
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan
utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15
detik mengambil tindakan yang sesuai
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan baik
Mengevaluasi perdarahan pervaginam
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air didensinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain
yang bersih dan kering
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati di sekeliling
tali pusat sekitar 1 cm dari pusat
45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian tali pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya di dalam larutan klorin 0,5%.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kainnya bersih dan kering
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI
Evaluasi
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anestesia lokal dan mengunakan teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan ibu / keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus
51. Mengevaluasi kehilangan darah
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama
satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan.
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
Kebersihan dan Keamanan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
didekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
didekontaminasi
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan cairan
ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering
56. Memastikan ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5%, dan membilasnya dengan air bersih
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
SKOR NILAI = ∑ NILAI X 100%
90
TANGGAL
PARAF PEMBIMBING