Anda di halaman 1dari 16

BAB VII

PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Bab 7 buku ajar ini akan menjelaskan mengenai pembelajaran sebagai proses komunikasi, dimulai
dari pengetahuan dasar dalam komunikasi sampai dengan aplikasi komunikasi dalam pendidikan atau
pembelajaran. Selanjutnya, untuk mendukung pemahaman mahasiswa akan komunikasi, dimuat juga
mengenai model-model komunikasi dari beberapa pakar ilmu komunikasi.

Relevansi
Materi mengenai komunikasi sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Sebagai suatu
proses mentransfer ilmu dan pengelolaan siswa untuk belajar, maka guru membutuhkan komunikasi yang
baik dalam pembelajaran. Mahasiswa sebagai calon pendidik perlu memahami bagaimana kaidah-kaidah
komunikasi dalam pendidikan dan pembelajarn. Maka dari itu, materi mengenai pembelajaran sebagai
proses komunikasi dimuat dalam Mata Kuliah Model dan Strategi Pembelajaran.

Capaian Pembelajaran Maka Kuliah


Setelah mempelajari Bab 7 ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menganalisis hakikat komunikasi
b. Menganalisis komponen komunikasi
c. Menganalisis model komunikasi
PENYAJIAN MATERI
Pembelajaran adalah suatu proses komunikasi karena dalam suatu pembelajaran akan terjadi proses
penyampaian informasi dari seorang guru (komunikator) kepada siswa (komunikan). Dalam
pembelajaran, guru biasanya juga menggunakan media dan meminta umpan balik dari siswa. Dengan
kondisi seperti itu maka pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu proses komunikasi. Untuk itu, agar
pembelajaran sebagai proses komunikasi dapat berjalan efektif maka guru harus memahami teori dan
konsep-konsep ilmu komunikasi.

1. Definisi Komunikasi
James A.F Stoner dalam Widjaja (2012) mengatakan komunikasi adalah proses dimana seseorang
berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. Jhon R. Schemerhorn dalam Widjaya
(2012) mengartikan komunikasi sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-
simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.

1
Gambar 8. Proses Komunikasi
Sumber: http://lolisetriani-mpd.blogspot.co.id/2015/06/
contoh-bahan-ajar-media-pembelajaran.html
Kata komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis
yang berarti “sama”, communico, communication atau communicare yang berarti „membuat sama” (to
make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi yang
merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran,
suatu makna, atau suatu pesan dianut secara bersama (Mulyana, 2009:46). Akan tetapi beberapa definisi
kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut.
Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan
kesamaan atau kebersamaan. Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama
untuk mencapai tujuan tertentu dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada
komunitas dan tanpa komunitas tidak akan berlangsung komunikasi. Jadi, komunikasi adalah proses dan
tindakan manusia dalam suatu kelompok masyarakat dan masyarakat membutuhkan komunikasi sebagai
penguat struktur mereka.
Sampai tahun 1976, setidaknya sudah ada 126 definisi komunikasi yang dibuat oleh banyak pakar
yang berasal dari latar belakang dan perspektif yang berbeda. Melihat ilmu komunikasi yang begitu
dinamis, kemungkinan definisi-definisi baru akan terus lahir dan mengalami perkembangan seiring
berjalannya waktu. Definisi-definisi komunikasi menurut para pakar akan dipaparkan pada sub bab
berikutnya yaitu konseptualisasi komunikasi. Karena ketika berbicara definisi komunikasi kita juga harus
memahami, dimana konsep tersebut berada. Sebagai pengikat pemahaman dasar tentang komunikasi
berikut definisi komunikasi dari kelompok sarjana komunikasi yang fokus pada komunikasi antar
manusia (Human Communication) membuat definisi sebagai berikut:

Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur
lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia; (2) melalui pertukaran
informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; (4) berusaha mengubah sikap
dan tingkah laku itu”.(Book dalam Cangara (2011:20)).

Komunikasi yang dimaksud dalam buku ajar ini adalah komunikasi antar manusia (human
communication). Penulis perlu menegaskan disini karena di tengah masyarakat berkembang berbagai
pemahaman tentang ruang lingkup komunikasi seperti komunikasi hewan (animal communication),
komunikasi anatomi tubuh (cell communication). Komunikasi insani (human communication) adalah
komunikasi yang dilakukan oleh seorang.

2
Secara lebih detail, komunikasi antar manusia yang dimaksud adalah komunikasi yang
menggambarkan bagaimana seseorang menyampaikan sesuatu pesan/informasi lewat simbol-simbol
verbal dan atau non verbal kepada orang lain sehingga si penerima pesan/informasi menafsirkan pesan
tersebut dan terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai dengan tujuan dan maksud si
pengirim pesan. Prosesnya bisa satu arah, interaksi maupun transaksi. Karena begitu luasnya komunikasi
yang dilakukan oleh manusia dan agar tidak tumpang tindih dengan bidang kajian yang lain maka jenis
komunikasi manusia (human communication) yang dimaksud dalam buku ini adalah komunikasi dalam
praktik pendidikan dan pembelajaran.
Deddy Mulyana (2009:67-77) dalam bukunya Ilmu Komunikasi (Suatu Pengantar) mengutip
pendapat beberapa pakar komunikasi seperti John R. Wenburg, William W. Wilmot, Kenneth K. Sereno
dan Edward M. Bodaken untuk menjelaskan tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi yakni
komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi.

a. Komunikasi sebagai Tindakan Satu Arah


Konsep komunikasi sebagai tindakan satu arah dapat dipahami sebagai suatu proses linier yang
dimulai dengan sumber informasi atau pengirim informasi dan berakhir pada penerima informasi, sasaran
dan tujuannya. Konsep ini dimaklumi sebagai proses penyampaian informasi satu arah dari seseorang atau
lembaga kepada orang lain atau sekelompok orang baik secara langsung (tatap muka) atau melalui media
seperti selebaran, surat kabar, radio dan televisi.
Pemahaman komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael Burgon disebut source-oriented
definition. Komunikasi dianggap sebagai tindakan yang disengaja (intentional act) yang dilakukan
seseorang untuk menyampaikan informasi demi memenuhi kebutuhan si penyampai informasi seperti
menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu. Dapat disarikan
bahwa komunikasi sebagai tindakan satu arah adalah penyampaian informasi secara efektif dan
mengisyaratkan bahwa komunikasi bersifat instrumental dan persuasif.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut dikutip beberapa definisi komunikasi yang
berada dalam kerangka pemahaman komunikasi sebagai tindakan satu arah. Bernard Berelson dan Gary
A. Steiner menjelaskan bahwa “komunikasi: transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan
sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol kata-kata, gambar, figure, grafik dan sebagainya.
Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi”. Transmisi dari asal katanya
dapat diartikan sebagai proses penyampaikan atau penyebaran.
Senada dengan pendapat di atas, Theodore M. Newcomb menyatakan bahwa “setiap tindakan
komunikasi dipandang sebagai suatu proses transmisi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif dari
sumber kepada penerima”. Pendapat ini menjelasakan bahwa pengirim informasi memiliki kekuasaan
yang besar dan bisa dikatakan diskriminatif dalam menyampaikan informasi karena peran penerima lebih
pasif.
Kemudian ada tiga orang pakar yang memberikan pendapat tentang pemahaman komunikasi
sebagai tindakan satu arah dengan definisi yang menekankan pada adanya upaya, niat atau keinginan
untuk mempengaruhi perilaku penerima informasi. Mereka adalah Gerald R. Mileer, Everett M. Rogers
dan Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante.
Harold Lasswell, adalah pakar komunikasi berikutnya yang memberikan definisi komunikasi
sebagai tindakan satu arah. Tidak hanya sebatas itu, Harold Lasswell dalam definisinya juga sekaligus
menyatakan lima unsur dalam komunikasi yang saling bergantung satu sama lain. Menurutnya, cara yang
baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:”Who

3
Says What In Which Channel To Whom With What Effect”. Artinya Siapa mengatakan Apa dengan
Saluran Apa Kepada Siapa dengan Pengaruh Bagaimana. Dari penjelasan Lasswell dapat diturunkan lima
unsur komunikasi yaitu; 1) Sumber informasi (source). Disebut juga pengirim informasi (sender),
penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator, 2) Pesan. Pesan
adalah apa yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol
verbal dan atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, pikiran atau maksud dari di pengirim
pesan, 3) Saluran atau media. Saluran atau media dalam komunikasi adalah alat atau wahana yang
digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima pesan, 4) Penerima (Receiver).
Sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate (communicattee), penyandi balik (decoder)
atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang atau sekelompok
orang yang menerima pesan dari si pengirim pesan, 5) Efek. Efek adalah apa yang terjadi pada si
penerima pesan setelah menerima pesan.

b. Komunikasi Sebagai Interaksi


Dalam konsep ini komunikasi dijelaskan sebagai suatu bentuk interaksi yang berarti saling
mempengaruhi (mutual influence). Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat
atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal maupun non
verbal, seseorang penerima bereaksi dengan memberikan jawaban verbal atau menganggukkan kepala,
kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang kedua dan
begitu seterusnya. Antara si pengirim dan si penerima pesan saling memainkan peran yang setara.
Adakalanya mereka bertukar posisi.
Pandangan komunikasi sebagai interaksi ini dianggap lebih dinamis dari konsep komunikasi
sebagai tindakan satu arah yang diuraikan sebelumnya. Namun, pandangan kedua ini masih membedakan
pada peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena masih berorientasi sumber, meskipun kedua
peran tersebut dapat dilakukan secara bergantian. Oleh karena itu, ada satu unsur komunikasi yang dapat
ditambahkan yaitu adanya umpan balik (feed back). Umpan balik (feed back) adalah apa yang
disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan yang sekaligus digunakan si pengirim pesan sebagai
petunjuk mengenai efektivitas pesan yang telah disampaikan sebelumnya; apakah sudah dimengerti, dapat
dipahami atau diterima, apakah pesan mengalami kendala dan sebagainya, sehingga berdasarkan umpan
balik tersebut, sumber atau si pengirim pesan dapat mengubah pesan, mengganti cara penyampaian pesan
atau mengganti media/saluran pesan agar tujuan penyampaian pesan tercapai.
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh si pengirim pesan adalah bahwa tidak semua respons
penerima pesan dapat dikatakan sebagai umpan balik (feed back). Suatu respons dari penerima pesan
dapat dikatakan sebagai suatu umpan balik adalah jika respons tersebut mampu mempengaruhi perilaku
pengirim pesan selanjutnya. Umpan balik itu bisa disengaja maupun tidak disengaja oleh penerima pesan.
Contoh, dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas seorang siswa tertidur. Melihat ada peserta
didiknya yang tertidur lalu menyebabkan si guru mengeraskan suara atau memberikan tekanan tertentu
sehingga si anak yang tertidur tadi diharapkan bisa kembali belajar seperti temannya yang lain. Jika
peserta didik tersebut terbangun lalu menyadari tindakannya dan mengubahnya menjadi fokus
mendengarkan guru yang menjelaskan pelajaran dan guru merasa dihargai serta semakin termotivasi
dalam melanjutkan pembelajaran maka hal tersebut bisa dikatakan sebuah umpan balik.

c. Komunikasi Sebagai Transaksi

4
Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita
peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Menggunakan pandangan ini, terlihat bahwa komunikasi bersifat
dinamis. Dalam pemahaman komunikasi sebagai transaksi terjadi penyampaian dan penafsiran pesan serta
perubahan atas penyampaian dan penafsiran pesan secara bergantian dan simultan. Komunikasi seperti ini
yang lebih tepat disebut sebagai komunikasi tatap muka yang memungkinkan pesan atau respons verbal
dan non verbal bisa diketahui secara langsung. Coba anda bayangkan dalam satu kelompok belajar terjadi
diskusi dimana satu orang menyampaikan pesan, lalu yang lain menerima dan menafsirkannya.
Kemudian, satu atau dua anggota kelompokpun menyampaikan pesan yang bisa saja menerima atau
mengkritisi pesan pertama. Lalu, terjadilah saling menyampaikan pesan, saling menafsirkan dan satu
sama lain saling mempengaruhi dan seterusnya.
Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak
membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati. Artinya, komunikasi
terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak dan bahkan meskipun menghasilkan respons
yang tidak dapat diamati. Berdiam diri, mengabaikan orang lain di sekitar, bahkan meninggalkan ruangan,
semuanya adalah bentuk-bentuk komunikasi karena semuanya mengirimkan suatu pesan. Seperti gaya
berpakaian, tatanan rambut anda, ekspresi wajah anda, jarak fisik anda dengan orang lain saat berbicara,
nada suara anda, kata-kata yang anda gunakan semuanya itu mewakili perasaan dan pikiran anda dan
semuanya itu mengkomunikasikan sikap, kebutuhan, perasaan, pikiran, nilai-nilai, pola pikir dan
penilaian anda.
Dalam konsep ini, komunikasi dikatakan berjalan jika seseorang telah menafsirkan perilaku orang
lain, baik perilaku verbal ataupun perilaku non verbalnya. Pemahaman ini mirip dengan dengan konsep
“receiver-oriented definition” atau definisi berorientasi penerima yang menekankan variabel-variabel
yang berbeda yakni penerima dan makna pesan bagi penerima, hanya saja penerimaan pesan itu juga
berlangsung dua arah bukan satu arah. Sebagai contoh, ketika seorang guru dalam menyampaikan suatu
materi kepada siswa, maka komunikasi bukan saja terjadi saat siswa menafsirkan pesan-pesan atau materi
yang disampaikan oleh guru, tetapi guru juga harus menafsirkan perilaku anak didiknya seperti anak
yang menggigit kuku dalam belajar, menopang kepala, berbicara dengan temannya, mengerutkan kening
dan sebagainya. Dalam proses komunikasi transaksional semuanya berlangsung simultan dan spontan.
Termasuk di dalamnya adalah ketika seorang guru menyampaikan pembelajaran, justru ada peserta didik
yang justru fokus pada cara guru berbicara seperti gaya dan pilihan kata guru tersebut yang menarik
sehingga dalam konteks ini, peserta didik tidak hanya memberikan respon terhadap pelajaran yang
disampaikan (disengaja) namun juga peserta didik secara tidak langsung memberikan respon positif
terhadap gaya berbicara gurunya (tidak disengaja).
Disamping konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi ini lebih bersifat dinamis, konsep ini juga
berpandangan bahwa orang-orang yang berkomunikasi adalah komunikator-komunikator yang aktif
mengirimkan pesan dan menafsirkan pesan. Setiap pihak dianggap sumber sekaligus juga penerima pesan.
Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan non verbal. Pendekatan komunikasi transaksional
menyarankan bahwa semua unsur dalam proses komunikasi saling berhubungan.
Terkait dengan dunia pendidikan dan pembelajaran, konseptualisasi komunikasi yang dipraktikkan
dalam aktivitas nyata mencakup ketiga konsep yang telah diuraikan sebelumnya. Ada kalanya,
komunikasi di dalam kelas berlangsung sebagai komunikasi satu arah seperti saat guru menyampaikan
suatu informasi. Contoh, pengumuman tentang dimulainya jam pelajaran pertama dimulai. Semua peserta
didik mengikuti informasi tersebut. Konseptualisasi komunikasi sebagai interaksi lebih banyak terjadi
dalam pembelajaran dimana peserta didik dan pendidik saling mengirim pesan dan saling mempengaruhi.

5
Namun, dalam konteks ini guru lebih sering diposisikan sebagai pengirim pesan utama. Konseptualiasi
komunikasi yang diharapkan dalam pembelajaran sebenarnya adalah komunikasi sebagai transaksi
dimana proses pengiriman pesan bisa bertukar seiring dengan jalannya proses antara peserta didik dengan
pendidik. Tidak hanya sebatas pendidik dengan satu peserta didik saja tapi juga peserta didik lain di
dalam kelas. Contoh, saat guru menyampaikan suatu pertanyaan dan mengarahkannya kepada seorang
peserta didik. Setelah peserta didik tersebut menjawab, selanjutnya guru meminta juga pendapat dari
peserta didik yang lain. Kemudian, peserta didik lainnya juga diperbolehkan memberikan pandangan
sehingga tercipta lalu-lintas pesan yang berlangsung simultan dan saling merespons. Posisi pengirim
pesan pertama bisa saja berubah dan bertukar.

Komponen Komunikasi
Secara umum, ada lima komponen dasar komunikasi yang cukup dikenal dan dipahami secara luas
oleh masyarakat yang merujuk definisi komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell yaitu;
a. Sumber informasi (source). Disebut juga pengirim informasi (sender), penyandi (encoder),
komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber informasi atau source
adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi bisa jadi
seseorang/individu, kelompok, organisasi, perusahaan bahkan suatu negara. Kebutuhan untuk
berkomunikasi sangat tergantung kepada si pengirim informasi bisa saja hanya sekedar
menyampaikan ucapan selamat, menyampaikan suatu informasi atau pengumuman, menghibur
sampai pada kebutuhan yang lebih besar seperti menyampaikan pesan-pesan moral dan agama.
Untuk menyampaikan apa yang ada di dalam hati pengirim (perasaan) atau apa yang ada dalam
kepala pengirim (pikiran) maka si sumber informasi harus mengubah perasaan dan pikiran tersebut
menjadi seperangkat symbol verbal dan atau non verbal yang bisa dipahami oleh si penerima
informasi. Hal inilah yang disebut proses encoding.
b. Pesan. Pesan adalah apa yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan merupakan
seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, pikiran atau
maksud dari di pengirim pesan. Pesan mempunyai tiga komponen yakni; makna, symbol yang
digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah
kata-kata (bahasa) yang dapat merepresentasikan objek atau benda, gagasan dan perasaan. Melalui
kata-kata (bahasa) kita bisa berbagi pikiran dan perasaan dengan orang lain. Pesan juga dapat
dirumuskan ke dalam symbol-simbol non verbal seperti melalui tindakan atau isyarat anggota
tubuh seperti acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapan mata dan sebagainya. Pesan
juga bisa dilahirkan dalam simbol non verbal lainnya seperti melalui lukisan, hasil karya, patung,
music ataupun tarian dan lain-lain.
c. Saluran atau media. Saluran atau media dalam komunikasi adalah alat atau wahana yang digunakan
sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima pesan. Saluran ini bisa merujuk kepada
bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima apakah saluran verbal maupun saluran non
verbal. Pada dasarnya komunikasi manusia menggunakan dua saluran yaitu suara dan cahaya,
meskipun kita juga bisa menggunakan kelima indera untuk menerima pesan dari seseorang. Saluran
juga merujuk kepada cara penyajian pesan, apakah langsung (tatap muka) atau lewat media massa
cetak atau elektronik (Koran, Radio, TV). Surat pribadi, LCD Proyektor, Sound System
Multimedia juga merupakan saluran atau media penyampaian pesan. Pengirim pesan dapat memilih
saluran atau media mana yang akan digunakan tergantung kepada situasi, tujuan yang hendak
dicapai, jumlah dan karakteristik penerima pesan.

6
d. Penerima (Receiver). Sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate
(communicattee), penyandi balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener),
penafsir (interpreter), yakni orang atau sekelompok orang yang menerima pesan dari si pengirim
pesan. Proses si penerima pesan menafsirkan symbol verbal dan atau non verbal yang diterima dari
si pengirim pesan disebut proses penyandian-balik (decoding).
e. Efek. Efek adalah apa yang terjadi pada si penerima pesan setelah menerima pesan. Efek ini
tergantung kepada substansi pesan yang diterima. Bisa dalam bentuk bertambahnya pengetahuan
dan informasi serta wawasan, terhibur, perubahan sikap dan keterampilan, perubahan keyakinan,
perubahan perilaku dan sebagainya. Contoh seseorang yang telah mendengarkan orasi dalam suatu
kampanye bisa saja bersikap sesuai kemauan orator dan memilih partai atau calon legislator yang
diusung. Seorang ibu rumah tangga yang baru saja mendengarkan pesan pemasaran dari seorang
sales marketing bisa saja memutuskan untuk membeli produk tersebut atau seorang murid yang
sudah mendengarkan penjelasan seorang guru di kelas akan bertambah pengetahuannya tentang
materi yang disampaikan.

Lima unsur komunikasi di atas belumlah lengkap jika dibandingkan dengan unsur-unsur
komunikasi yang terdapat pada model-model komunikasi yang lebih baru. Unsur-unsur lain yang harus
ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan/kendala komunikasi (noise/barriers) dan konteks
atau situasi komunikasi. Sebenarnya dalam peristiwa komunikasi begitu banyak unsur-unsur yang terlibat
dan semuanya saling bergantung atau tumpang tindih. Namun, diasumsikan terdapat unsur-unsur utama
yang dapat diidentifikasi dan dimasukkan ke dalam suatu model komunikasi.
a. Umpan Balik (Feed Back). Umpan balik adalah respons penerima pesan yang mampu
mempengaruhi si pengirim pesan untuk komunikasi selanjutnya. Contoh, ketika menjelaskan suatu
materi, seorang guru melihat dua orang anak saling berbicara. Melihat respons yang seperti itu,
membuat guru untuk melakukan hal baru agar kedua anak tersebut kembali ke suasana belajar yang
diharapkan. Tindakan guru bisa saja dengan memberikan contoh dalam penjelasan materi dengan
menggunakan nama kedua atau salah satu anak tersebut atau memberikan pertanyaan ringan atau
pertanyaan retoris kepada mereka. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pertanyaan yang
diberikan bukan menguji mereka tapi sekedar mengingatkan dan mengembalikan perhatian mereka
ke pelajaran.
b. Gangguan/kendala komunikasi (noise/barriers). Gangguan komunikasi terjadi jika terdapat
intervensi yang menganggu salah satu komponen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak
berlangsung efektif (Shannon dan Weaver dalam Cangara, 2012;167). Setidaknya ada tujuh
gangguan/kendala komunikasi:
1) Gangguan Teknis. Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam
berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditrasmisikan melalui saluran
mengalami kerusakan (channel noise). Contohnya gangguan teknis pada radio atau TV,
gangguan jaringan telepon atau telepon seluler. Contoh lain adalah microphone storing yang
menimbulkan degungan pada speaker saat seorang narasumber berbicara, mati lampu saat guru
menampilkan slide presentasi dan sebagainya.
2) Gangguan Semantik dan Psikologis. Gangguan semantic adalah gangguan komunikasi yang
disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Contoh;
a) Terlalu banyak menggunakan istilah-istilah atau jargon-jargon bahasa asing sehingga sulit
dimengerti oleh pendengar atau hadirin.

7
b) Bahasa pembicara sulit dimengerti atau berbeda dengan bahasa penerima pesan. Contoh,
seorang penyuluh menggunakan bahasa Indonesia saat memberikan penyuluhan di daerah
terpencil yang masyarakatnya hanya bisa mengerti bahasa lokal.
c) Kualitas dan struktur bahasa yang digunakan kacau. Sehingga rentan menimbulkan
kerancuan dan ambiguitas bagi pendengar.
d) Latar belakang budaya yang berbeda yang menyebabkan salah persepsi terhadap simbol-
simbol bahasa yang digunakan.
3) Gangguan Fisik. Dalam komunikasi antar manusia, gangguan fisik ini mengacu kepada adanya
gangguan organik seperti gangguan pada mata, telinga, kondisi badan yang kurang fit baik pada
pengirim maupun penerima pesan. Contoh, seorang guru yang memaksakan mengajar dalam
kondisi kurang sehat atau anak yang mengikuti pelajaran dalam keadaan kurang fit.
4) Gangguan Status. Yaitu gangguan yang disebabkan oleh jarak sosial diantara peserta
komunikasi. Seperti perbedaan status antara guru senior dengan junior, guru PPLK dengan Guru
Pamong, atasan dengan bawahan dan sebagainya. Komunikasi dalam kondisi ini menuntut etika
dan tata krama yang berlaku dimana komunikasi terjadi.
5) Gangguan Kerangka Berfikir. Gangguan ini disebabkan oleh perbedaan persepsi antara
komunikator dengan komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Contohnya komunikasi
mahasiswa yang cenderung teoritis dengan kerangka berfikir masyarakat yang cenderung
praktis.
6) Gangguan Budaya. Gangguan ini disebabkan oleh adanya perbedaan norma, kebiasaan dan
nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Contohnya, bagi
masyarakat daerah A, memberhentikan angkutan kota/angkot bisa saja dengan tangan kiri.
Namun, tidak demikian halnya dengan masyarakat di daerah B. Tindakan memberhentikan
angkutan kota dengan tangan kiri dianggap tindakan tidak sopan bahkan bisa mengundang
pertengkaran.
7) Konteks atau situasi komunikasi (diuraikan dalam sub bab berikutnya).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada tujuh komponen komunikasi yaitu; 1)
sumber/komunikator, 2) penerima/komunikan, 3) saluran/media, 4) informasi/pesan, 5) efek, 6) umpan
balik/feed back, 7) gangguan/barrier.
Salah satu naluri alamiah manusia adalah berhubungan dengan manusia lain, membentuk hubungan
dan mengelompok. Suatu kelompok baik besar maupun kecil, adalah kumpulan beberapa orang yang
memiliki dasar dan filosofi serta tujuan yang sama serta memiliki aturan-aturan bersama yang dipatuhi
oleh semua anggota kelompok.

8
Gambar 9. Komunikasi Kelompok Kecil
Sumber : http://dikidarmawan12.blogspot.com

Salah satu bentuk kelompok itu adalah kelas dalam pembelajaran dan kelompok-kelompok yang
lebih kecil di dalam kelas tersebut yang biasanya berjumlah 3 – 9 orang tiap kelompoknya. Jumlah
anggota kelompok yang ideal sebenarnya tergantung tujuan dari kelompok tersebut serta jenis tagihan.
Survei yang dilakukan oleh Harver Business Review mengungkapkan bahwa komposisi kelompok yang
terdiri dari lima orang paling efektif dalam tugas-tugas intelektual, analisis dan informasi penilaian dan
pembuatan keputusan berkenaan dengan tindakan administratif yang tepat. Namun, dalam praktik
pembelajaran berbasis Lesson Study, jumlah anggota kelompok yang disarankan adalah empat orang.
Diantara anggota kelompok tentu akan terjadi kontak, interaksi dan komunikasi diantara mereka.
Komunikasi kelompok kecil dapat diartikan sebagai suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi
satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan,
mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Salah satu tujuan manusia
berkelompok adalah untuk belajar. Asumsi yang mendasari belajar kelompok adalah bahwa semakin
banyak kepala maka semakin banyak ide dan solusi yang ditawarkan.
Dalam konteks pembelajaran saat ini, berkembang model-model pembelajaran yang menjadikan
kerja kelompok sebagai kegiatan belajar yang utama. Seperti model pembelajaran kooperatif dan model
pembelajaran kolaboratif. Apa sebenarnya yang mendasari pentingnya sebuah kelompok dalam
pembelajaran?.
Salah satu dasar pentingnya interaksi dan komunikasi dalam kelompok dalam konteks
pembelajaran adalah pendapat Lev Vygotsky yang dikenal sebagai pengusung teori belajar kognitif dan
konstruktivistik. Vygotsky sangat tertarik khususnya terhadap transmisi budaya manusia dan bagaimana
citra ditampilkan melalui, misalnya seni, sastra dan sejarah yang mempengaruhi proses ini (Wood dalam
Beetlestone, 2013:24). Vygotsky sangat memperhatikan masalah bagaimana bahasa mempengaruhi
pembelajaran dan bagaimana pembelajaran ditingkatkan melalui interaksi sosial. Gagasannya tentang
ZPD yang menyatakan bahwa pelajar dibantu untuk menuju pada tingkat performansi yang lebih tinggi
melalui dukungan teman-temannya atau dari gurunya.
Terdapat dua konsep penting dalam teori Vygotsky yaitu Zone of Proximal Dvelopment/ZPD dan
Scaffholding.
a. Konsep Zone of Proximal Development/ZPD menjelaskan bahwa seorang anak dapat melakukan
dan memahami lebih banyak hal jika mereka mendapat bantuan dan berinteraksi dengan orang lain,
termasuk teman sebayanya (Vygotsky). ZPD adalah celah antara actual development dengan
potential development. ZPD adalah menitikberatkan pada interaksi sosial yang akan dapat
memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri,
perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan,
siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara
sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Pendapat Vygotsky ini didasari oleh
tiga ide utama.
b. Intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide
tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui.
c. Interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual.
d. Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.

9
e. Konsep berikutnya yang dikemukakan oleh Vygotsky dalam Teori belajarnya dan memiliki
kaitan erat dengan ZPD adalah “scaffolding“. Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses
yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui Zone of proximal
developmentnya. Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan
selama tahap - tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar
segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,
peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat
mandiri.

Gambar 10 Proses Zone of Proximal Development/ZPD


Sumber : http://parklandplayers.com

Lebih lanjut, Vygotsky menjelaskan bahwa konsep keterkaitan antara bahasa dan perkembangan
kognitif. Dengan berkomunikasi dengan orang lain, tidak saja untuk keperluan berkomunikasi dengan
orang lain tapi juga membantu mereka menyelesaikan tugas. Untuk itu, dalam setiap pembelajaran di
kelas seorang guru harus mampu menciptakan ruang dimana peserta didik dapat berinteraksi dengan
sesama peserta didik, pendidik dan dengan berbagai sumber belajar lainnya. Hal itu, akan mendukung
pencapaian tujuan pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi dan komunikasi antar peserta didik di dalam
kelompok sangat mendukung pencapaian-pencapaian tujuan belajar pribadi dan kelompok. Merujuk
pendapat Vygotsky, interaksi kelompok mampu mendukung anggota kelompok untuk mencapai satu
tingkat lebih tinggi dalam hal hasil belajar dibandingkan jika anggota kelompok tersebut belajar sendiri.
Bastrom (1970) dalam Muhammad (2014:187) telah menghitung kemungkinan interaksi yang
terjadi dalam kelompok kecil bila anggotanya berkisar antara 2 orang sampai 8 orang. Gambaran potensi
interaksi yang terjadi seperti tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 16. Jumlah Kemungkinan Interaksi yang Terjadi Menurut Jumlah Anggota kelompok
No Jumlah Anggota Kelompok Jumlah Kemungkinan Terjadinya
Interaksi
1 2 2
2 3 9
3 4 28
4 5 75
5 6 186

10
6 7 441
7 8 1056
Sumber : Muhammad, 2014:187

Dari tabel di atas terlihat bahwa potensi terjadinya interaksi dalam kelompok kecil akan meningkat
tajam seiring dengan jumlah anggota kelompok. Oleh karena itu, seorang guru dalam pembelajaran bisa
mengadopsi hal-hal baik dari format interaksi komunikasi dalam kelompok kecil ini sebagai upaya untuk
mengoptimalkan pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru
dalam melaksanakan pembelajaran dalam bentuk kelompok kecil:
a. Hanya materi yang sulit yang perlu pembelajaran kelompok. Guru harus memperhatikan level
pengetahuan yang menjadi tagihan dalam indikator. Contoh, jika dalam indikator hanya sampai
pada C2 maka sebaiknya tidak menggunakan kerja kelompok. Tapi, jika tagihan hasil belajar
sampai pada C4 atau C5 maka diperlukan pembelajaran dalam kelompok.
b. Guru harus merancang bentuk-bentuk interaksi dalam kelompok dengan jelas dan tegas. Bisa
interaksinya berpasangan (dialog), interaksi dalam kelompok serta interaksi antar kelompok.
c. Guru harus merancang sebuah “Trigger” atau pemancing terjadinya interaksi dan komunikasi antar
anggota kelompok. Salah satunya adalah dalam bentuk soal atau tugas yang menantang.
d. Guru harus memastikan bahwa pola interaksi dan komunikasi yang terjadi di dalam kelompok
bukan tindakan yang saling mengajari yang ditandai dengan siswa pintar mendominasi dan selalu
mengajari siswa yang kurang pintar. Pola yang diharapkan adalah timbulnya sebuah kepedulian
bersama (caring community) dan masyakarat belajar (learning community).
e. Sebaiknya di dalam kelompok, tidak dilakukan kegiatan meringkas materi pelajaran.

Model Komunikasi
Adakalanya pembaca sulit memahami suatu pengertian atau definisi bahkan teori termasuk
komunikasi yang dijelaskan dengan kata-kata. Karena penjelasan tulisan sering memasukan berbagai hal
tentang sesuatu yang begitu rinci yang sebenarnya tidak begitu diperlukan dalam kenyataannya. Untuk
itu, diperlukan suatu model yang menjadi semacam ringkasan teori atau definisi yang mewakili hal-hal
penting dan operasional saja dalam teori atau definisi tersebut. Dapat dikatakan suatu model atau suatu
ringkasan teori atau definisi.
Terkait dengan komunikasi, model komunikasi adalah representasi dari komponen-komponen
penting dalam komunikasi tersebut. Sereno dan Mortensen dalam Mulyasa (2009:132) menyatakan bahwa
model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya
komunikasi. Para pakar bisa saja menggunakan kata-kata, angka, simbol dan gambar dalam melukiskan
suatu model komunikasi. Sebagai suatu proses yang dinamis, model komunikasi dibuat untuk
mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi dan bagaimana unsur-unsur komunikasi tersebut berhubungan.
Berdasarkan tujuan dan kebutuhan penulisan buku ini, berikut dipilih beberapa model komunikasi
dari sekitar ratusan model komunikasi yang telah dikenal dan terus berkembang dalam ilmu komunikasi
sampai saat ini.

a. Model S – R
Model Stimulus – Respon atau S – R adalah model komunikasi yang paling sederhana dan
menggambarkan komunikasi sebagai proses aksi dan reaksi. Dalam model ini, kata-kata verbal (lisan atau
tulisan), isyarat non verbal, gambar-gambar atau tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk

11
memberikan respons tertentu. Komunikasi dalam model ini dapat berlangsung positif maupun negatif.
Contoh, seorang guru yang menyapa siswanya saat bertemu di pagi hari sambil berkata “selamat pagi,
Budi?” maka Budi akan membalas dengan senyuman pula dan perasaan bahagia seraya berkata “baik bu”.
Demikian juga jika seorang guru marah atau membentak siswanya maka siswa tersebut akan menjadi
takut atau tertekan. Hanya saja model ini kurang mewakili komunikasi sebagai suatu proses karena model
ini sangat statis dan menganggap manusia sebagai sebagai individu yang berperilaku sesuai kekuatan dari
luar. Bukan berdasarkan kehendak, keinginan atau kemauan sendiri. Namun demikian, model
komunikasi ini, khususnya yang berlangsung positif bisa dipraktekkan dalam komunikasi-komunikasi
yang tidak begitu intens, pertemuan sekejap, pertemuan dua orang yang baru saling kenal, bertemu saat
berpapasan, menampilkan citra diri atau awal dari sebuah pertemuan bahkan sekedar basa-basi belaka.

Gambar 11. Model Komunikasi S-R


Sumber:rizkife.blogspot.com

b. Model Aristoteles
Aristoteles adalah tokoh pertama yang mengkaji komunikasi dengan tujuan persuasi dan
merupakan perumus model komunikasi pertama. Model komunikasi Aristoteles yang menekankan pada
tiga unsur dasar komunikasi (speaker, message dan listener) menjadi dasar bagi ahli komunikasi lain
untuk membuat model komunikasi yang lebih baru.

Gambar 12. Model Komunikasi Aristoteles


Sumber : Rudytahu.blogspot.com

Model komunikasi Aristoteles menekankan pada komunikasi retoris atau yang lebih dikenal
dengan komunikasi publik (public speaking) yang menitikberatkan pada upaya persuasi (pembicara
berusaha agar pendengar mau menerima pendapatnya). Menurut Aristoteles, upaya persuasi dipengaruhi
oleh tiga hal yaitu etos (keterpercayaan pembicara), logos (argumen dan logika) serta pathos (emosi
khalayak). Secara sederhana dapat dijelaskan dengan format siapa menyampaikan apa dengan cara
bagaimana. Terkait dengan pidato atau orasi tiga hal yang harus diperhatikan adalah isi, susunannya dan
cara penyampaiannya. Bagi seorang guru, kepala sekolah bahkan pejabat dinas pendidikan sekalipun
perlu menjadikan model sederhana Aristoteles ini sebagai dasar dalam menyampaikan sebuah pidato atau
sambutan dalam berbagai kegiatan agar pidato atau sambutan yang disampaikan mencapai target/sasaran.

12
c. Model Lasswell

Gambar 13. Model Komunikasi Lasswell


Sumber : Syafitris.blogspot.com

Lasswell melalui model komunikasi yang dikemukakannya tahun 1948 ini, menekankan pada tiga
fungsi yang diemban oleh komunikasi dalam masyarakat yaitu;
a. Pengawasan lingkungan. Mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang
dalam lingkungan.
b. Korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan.
c. Transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.

Selanjutnya, Lasswell juga menjelaskan fungsi pendidik sebagai pihak yang membantu
menghubungkan/mengkorelasikan atau mengumpulkan respons orang-orang terhadap informasi baru serta
anggota keluarga dan pendidik di sekolah dalam mengalihkan warisan sosial. Dalam modelnya, Lasswell
menekankan pada aspek-aspek penting komunikasi yang dirangkum dalam kalimat yang sudah cukup
dikenal yaitu “who says what in which channel to whom with what effect”. Khusus untuk pendidik, unsur
“in which channel” perlu menjadi catatan khusus karena menekankan pada keberadaan saluran atau
media yang membantu sampainya pesan dari komunikator kepada komunikan. Media disini disamping
mempermudah sampainya pesan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (learning
quality).

d. Model Berlo
Model ini dikenal juga dengan model SMCR yang merupakan singkatan dari source (sumber) yaitu
pihak yang menciptakan pesan baik seseorang maupun kelompok, message (pesan) yaitu isi/informasi
yang disampaikan yang dapat juga diartikan sebagai terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik seperti
bahasa dan isyarat, channel (saluran/medium) yaitu melalui apa pesan disampaikan/media pembawa
pesan dan receiver (penerima) yaitu orang yang menjadi sasaran/tujuan komunikasi.
Lebih lanjut, Berlo menjelaskan bahwa sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor
yaitu;
a. Keterampilan komunikasi
b. Sikap
c. Pengetahuan
d. Sistem sosial
e. Budaya
Kemudian, pesan dikembangkan berdasarkan;
a. Elemen
b. Struktur
c. Isi

13
d. Perlakuan
e. Kode

Lalu, saluran atau media berhubungan dengan panca indera yaitu;


a. Penglihatan/seeing
b. Pendengaran/hearing
c. Sentuhan/touching
d. Membaui/smelling
e. Merasai/tasting

Model Komunikasi yang dikemukakan oleh Berlo ini memiliki kelebihan yaitu tidak hanya
menggambarkan komunikasi publik dan komunikasi massa namun juga komunikasi antarpribadi dan
berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model komunikasi ini juga memberikan kontribusi terhadap aspek
efektifitas penyampaian pesan yang dipengaruhi oleh keterampilan komunikasi, latar belakang sosial
budaya, sikap serta pengetahuan baik dari sisi pengirim maupun penerima pesan. Lebih ringkas seperti
tertera pada gambar berikut ini;

Gambar 14. Model Komunikasi Berlo


Sumber : sryngr.blogspot.com

e. Model Tubbs
Tubbs menggambarkan model komunikasi yang sesuai dengan konseptualisasi komunikasi sebagai
proses transaksional dimana kedua peserta komunikasi sebagai pengirim sekaligus juga sebagai penerima
pesan. Dalam model ini, komunikator 1 atau komunikator 2 selama proses komunikasi terus menerus
memperoleh masukan dan rangsangan baik dari dalam maupun luar diri mereka. Sedangkan gangguan
dalam model Tubbs ini adalah gangguan teknis (faktor yang menyebabkan si penerima pesan merasakan
perubahan pada informasi atau rangsangan yang tiba misalnya kegaduhan) dan gangguan semantik
(pemberian makna yang berbeda atas lambing yang disampaikan si pengirim).
Dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran di kelas, model komunikasi Tubbs ini bisa
ditemukan dalam proses diskusi antara dua atau lebih peserta didik pada suatu kelompok. Dimana
masing-masing anggota kelompok memainkan peran sebagai pengirim maupun penerima pesan secara
bergantian, terus menerus, spontan dan dinamis.

14
Gambar 15. Model Komunikasi Tuubs
Sumber : tranchutangh.wordpress.com

Model di atas juga memperlihatkan bagaimana proses komunikasi itu berjalan dengan begitu cepat
dan saling berbalasan. Hal ini bisa dilihat dalam proses diskusi di dalam kelas dimana terjadinya lontaran
ide dan respon secara simultan dan terus – menerus.
Setelah membahas pengantar ilmu komunikasi yang meliputi; 1) pengertian, 2) Pentingnya
komunikasi, 3) Konseptualisasi, 4) Komponen komunikasi, 5) Konteks komunukasi, 6) Fungsi
komunikasi, 7) Prinsip komunikasi dan 8) Model komunikasi maka penulis berharap agar pembaca sudah
memiliki pemahaman dasar tentang komunikasi. Pemahaman dasar ini akan menjadi landasan untuk
topik-topik lainnya di dalam buku Komunikasi Pendidikan ini.

Rangkuman
a. Pembelajaran adalah suatu proses komunikasi dimana terjadi proses penyampaian informasi dari
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu sehingga tercipta umpan
balik dari hadirin. Selama proses terjadi, juga ditemukan hambatan-hambatan dalam
berkomunikasi,
b. Komunikasi memiliki tiga kerangka yaitu komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi
sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi.
c. Komponen komunikasi terdiri dari komunikator, komunikan, isi pesan/informasi, media, umpan
balik dan hambatan/barrier.
d. Model komunikasi yang banyak dipakai oleh public yaitu model komunikasi S-R, Model
Komunikasi Laswell, Model Aristoteles, Model SMCR dan Model Komunikasi TUBS.

Daftar Rujukan
Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grafindo Persada.

Mulyasana, Dedi. 2012.. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing . Bandung : Remaja Rosdakarya.

15
Rahyubi, Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajarn Motorik :Deskripsi dan Tinjauan
Kritis. Majalengka : Referens Publishing.

Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi : Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Ruben, Brent D. dan Stewart, Lea P. 2013.Komunikasi dan Perilaku Manusia.Jakarta : Rajawali Pers.

Rusman.Model-Model Pembelajaran. 2012. Jakarta : Rajawali Press.

Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. Cooperative Learning. 2012. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyono.Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajara. Bandung : Rosdakarya.

Widjaja, H.A.W. 2010.Komunikasi : Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi Aksara.

Yusup, M. Pawit. 2009. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta : Bumi Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai