Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH FARMAKOLOGI 1

imunosupressan

Dosen Pengampu:

Medi Andriani M.Pharm, Sci

Di susun oleh:

Reren Sagita Hermawan

(1848201028)

PROGRAM STUDI FARMASI

STIKES HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi ALLAH SWT yang tellah memberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhir nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada ALLAH SWT ,baik itu berupa sehat fisik maupun
akal pikiran. Sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas
farmakologi. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan di dlamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini. Agar makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
IMUNOSUPRESAN

1. Pengertian Imunosupresan
Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon
imun seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan
mencegah hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis
dan digunakan sebagai antikanker. Immunosupresan merupakan zat-zat yang justru
menekan aktivitas sistem imun dengan jalan interaksi di berbagai titik dari sistem
tersebut. Titik kerjanya dalam proses-imun dapat berupa penghambatan transkripsi dari
cytokin, sehingga mata rantai penting dalam respon-imun diperlemah. Khususnya IL-2
adalah esensial bagi perbanyakan dan diferensial limfosit, yang dapat dihambat pula oleh
efek sitostatis langsung. Lagi pula T-cells bisa diinaktifkan atau dimusnahkan dengan
pembentukan antibodies terhadap limfosit.
Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplanatasi organ,
penyakit autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.

2. Mekanisme Kerja dan Pilahan Obat Imunosupresan

Mekanisme Kerja obat imunosupresan berdasarkan penghambatan/supresi reaksi


umum secara dini. Pada literatur, menunjukkan bahwa tempat kerja obat imunosupresan
dalam mengatasi Selain dengan obat, imunosupresi dapat juga diperoleh dengan
memanipulasi jumlah Ag dan Ab dalam tubuh. Penggunaan imunosupresan bertujuan
untuk mendapatkan toleransi spesifik (terarah), yaitu toleransi terhadap suatu antigen
tertentu saja. Alasan dikehendakinya suatu toleransi spesifik, dan bukan umum, ialah
karena toleransi umum dapat membahayakan individunya; khusunya memudahkan
timbulnya penyakit infeksi berat. Tetapi sayangnya toleransi spesifik seringkali sulit
dicapai. Perlu dimengerti bahwa bila Ag masih terdapat dalam tubuh, reaksi imunologik
akan muncul kembali dengan penghentian pemberian imunosupresan.
Efek imunosupresi dapat dicapai dengan salah satu cara berikut:
I. Menghambat proses fagositosis dan pengolahan Ag menjadi Ag
imunogenik oleh makrofag;
II. Menghambat pengenalan Ag oleh sel limfoid imunokompeten;
III. Merusak sel limfoid imunokompeten;
IV. Menekan diferensiasi dan proliferasi sel imunokompeten, sehingga tidak
terbentuk sel plasma penghasil Ab, atau sel T yang tersensitisasi untuk
respons imun selular; dan
V. Menghentikan produksi Ab oleh sel plasma, serta melenyapkan sel T yang
tersensitisasi yang telah terbentuk. Beberapa imunosupresan
mempengaruhi berbagai reaksi respons imun, umpamanya reaksi
inflamasi.
Secara praktis, di klinik penggunaan obat imunosupresan berdasarkan waktu
pemberiannya. Untuk itu respons imun dibagi dalam dua fase. Fase pertama adalah fase
induksi, yang meliputi:
1) Fase pengolahan Ag oleh makrofag, dan pengenalan Ag oleh limfosit
imunokompeten;
2) Fase proliferasi dan diferensiasi sel B dan sel T, masing-masing untuk
respons imun humoral dan selular. Fase kedua: fase produksi, yaitu fase
sintesis aktif Ab dan limfokin.
Berdasarkan fase-fase tersebut di atas, imunosupresan dibagi dalam tiga kelas.
Imunosupresan kelas I harus diberikan sebelum fase induksi, yaitu sebelum terjadi
perangsangan oleh Ag. Jadi kerjanya adalah merusak limfosit imunokompeten
(limfolitik). Contohnya: alkilator radiomimetic dan kortikosteroid (sinar X juga bekerja
pada fase ini). Jika diberikan setelah terjadi perangsangan oleh Ag, biasanya tidak
diperoleh efek imunosupresif sehingga respons imun dapat berlanjut terus.
Imunosupresan kelas II adalah yang harus diberikan dalam fase induksi;
biasanya satu atau dua hari setelah perangsangan oleh Ag berlangsung. Obat golongan
ini bekerja menghambat proses diferensiasi dan proliferasi sel imunokompeten, misalnya
antimetabolit. Jika diberikan sebelum adanya perangsangan oleh Ag, umumnya tidak
memperlihatkan efek imunosupresif; malahan sebaliknya, beberapa obat tersebut justru
dapat meningkatkan respons imun, umpamanya azatioprin dan metotreksat. Bagaimana
mekanisme terjadinya hal yang disebut belakangan belum diketahui dengan pasti.
Imunosupresan kelas III memiliki sifat imunosupresan kelas I maupun kelas II.
Jadi golongan ini dapat menghasilkan imunosupresi bila diberikan sebelum maupun
sesudah adanya perangsangan oleh Ag.
Pilahan imunosupresan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

Kelas I Kelas II Kelas III

Busulfan Klorambusil

L-Melfalan Metotreksat

D-Melfalan Azatioprin
Siklofosfamid
Glukokortikoid: 6-Merkaptopurin (6-MP)
Prokarbazin
D.  Prednison Sitarabin (ARA-C)

E.   Prednisolon 5-Bromo-deoksiuridin (5-

F.   Glukokortikoid lainnya BUdR)

5-Fluoro-deoksiuridin (5-

Mitomisin C FUdR)

Kolkisin 5-Fluorourasil (5-FU)

Fitohemaglutinin Vinblastin (VBL)

Sinar-X Vinkristin (VCR)

Siklosporin*

*paling efektif bila diberikan bersamaan dengan antigen

Dari obat yang tertera dalam tabel tersebut hanya beberapa saja yang telah lazim
digunakan sebagai imunosupresan, yaitu:
1) alkilator: siklofosfamid dan klorambusil;
2) antimetabolit: aztioprin dan 6-merkaptopurin (analog purin), metotreksat
(analog folat);
3) kortikosteroid: prednisolon, prednison;
4) siklosporin.
Obat yang digunakan sebagai imunosupresan sebagian besar termasuk dalam
golongan obat kelas II, contohnya azatioprin, 6-merkaptopurin, klorambusil dan
metotreksat. Efek utama obat kelompok ini ialah menghancurkan sel yang sedang
berproliferasi, maka tahap proliferasi dan diferensiasi umumnya merupakan fase yang
lebih sensitif daripada tahap lainnya. Obat-obat ini paling efektif diberikan beberapa hari
setelah berlangsungnya stimulasi Ag yaitu pada periode dengan sensitivitas maksimal.
Imunosupresan kelas III yang telah banyak digunakan sampai kini hanyalah
sikolofosfamid. Efek imunosupresif dapat diperoleh bila diberikan sebelum maupun
sesudah berlangsungnya stimulasi Ag, tetapi efek ini terkuat pada pemberian beberapa
hari setelah stimulasi Ag berlangsung.

Golongan imunosupresan kelas I yang telah digunakan sampai kini hanyalah


glukokortikoid, khususnya prednisolon dan prednison.

3. Macam-macam Obat Imunosupresan

a. Azatioprin Azatioprin sudah digunakan selama 20 tahun untuk menekan


penolakan cangkok organ ginjal dan sudah merupakan prosedur yang
diterima. Juga digunakan untuk pengobatan artritis reumatoid berat yang
refrakter. Toksisitas terhadap darah seperti leukopenia dan trombositopenia
harus dimonitor dengan baik sebagai petunjuk penentuan dosis azatioprin.
b. Metotreksat (MTX) Digunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi dengan
siklosporin dalam mencegah penolakan cangkok sumsum tulang. MTX juga
berguna untuk penyakit autoimun dan peradangan tertentu. Saat ini
disetujui untuk digunakan dalam pengobatan artritis reumatoid yang aktif
dan berat pada orang dewasa dan pada psoriasis yang sudah refrakter
terhadap obat lain.
c. Siklofosfamid Secara umum siklofosfamid mengurangi respon imun humoral
dan meningkatkan respon imun selular. Selain pada bedah cangkok, obat ini
juga digunakan pada artritis reumatoid, sindrom nefrotik dan granulomatosis
Wegener.
d. Kortikosteroid Yang digunakan sebagai imunosupresan adalah golongan
glukokortikoid yaitu prednison dan prednisolon.
e. Siklosporin (Cyclosporin A) Berasal dari jamur Tolypocladium inflatum gams.
Siklosporin punya efek imunosupresan karena mempunyai kemampuan yang
selektif dalam menghambat sel T. Siklosporin digunakan terutama dalam
kombinasi denga prednison untuk mempertahankan ginjal, hati dan cangkok
jantung pada transplantasi. Antibodi f. Rho (D) imunoglobulin Antibodi ini
merupakan bentuk spesifik dalam pengobatan imunologi untuk ibu denga
Rho (D) negatif yang terpapar darah Rho (D) positif pada perdarahan karena
abortus, amniosintesis, trauma abdomen atau kelahiran biasa dari janin.

KESIMPULAN
Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan
respon imun seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit
autoimun dan mencegah hemolisis rhesus dan neonatus. Imunosupresan
digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplanatasi organ, penyakit
autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus. Prinsip umum
penggunaan imunosupresan untukmencapai hasil terapi yang optimal adalah
sebagai berikut:
 Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan
dibandingkan dengan respon imun sekunder.
 Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap
antigen yang berbeda.
 Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan
diberikan sebelum paparan terhadap antigen.

Anda mungkin juga menyukai