Abstrak
Communication model in agricultural extention practices in Indonesia have develoved parallel by the development
concept of communication and community. This paper describe several models which dominant used in Indonsia, that
is: 1) One way model, 2) two way hierarkhis model, 3) media forum model, 4) networking model, and 5)
eksperimental learning cycle model.
memuaskan dan meningkat kesejah- berguna bagi para petani, dan (3)
teraannya (Wiriatmadja 1990). masyarakat petani itu sendiri yang
Penyuluhan pertanian di Indonesia menjadi subyek penyuluhan, (4)
telah mempunyai sejarah yang cukup lembaga pengaturan, dan (5) lembaga
panjang, yang dimulai sejak awal abad pelayanan. Pelaku-pelaku dalam penyu-
20. Penyuluhan pertanian bermula dari luhan pertanian juga melibatkan pihak
adanya kebutuhan untuk meningkatkan lain baik dari pihak swasta maupun
hasil pertanian, baik untuk kepentingan pihak lainnya (Pasandaran dan Adnyana
penjajah maupun untuk memenuhi 1995; Mugniesyah 2006). Agar proses
kebutuhan pribumi. Kebutuhan pening- diseminasi inovasi per-tanian itu
katan produksi pertanian diperhitungkan berjalan efektif maka diperlukan
akan dapat dipenuhi seandainya keterkaitan yang erat antara berbagai
teknologi-teknologi maju yang ditemu- unsur tersebut. Masing-masing unsur
kan para ahli dapat dipraktekkan oleh memiliki peran tersendiri tetapi antar
para petani sebagai produsen primer. unsur saling terkait satu sama lain.
Dengan hasil yang cukup menggem- Sejalan dengan perjalanan politik
birakan, usaha-usaha ini terus dikem- pemerintahan Indonesia, perkembangan
bangkan dan kemudian dibentuk suatu pemahaman para ahli dan pemerintah
sistem penyuluhan pertanian yang mengenai petani dan pembangunan
melembaga di Indonesia dengan di- pertanian, perkembangan yang terjadi
bentuknya Dinas Penyuluhan pada petani atau masyarakat petani, dan
(Landbouw Voorlichting Dients atau faktor-faktor lainnya seperti tuntutan
LVD) pada tahun 1908 di bawah demokratisasi dalam berbagai aspek
Departemen Pertanian (BPLPP 1978). kehidupan, proses komunikasi dalam
Setelah mencapai kemerdekaan, penyuluhan pertanian tidak terlepas dari
usaha penyuluhan pertanian terus perkembangan tersebut. Untuk itu
dikembangkan oleh pemerintah. Ber- dalam tulisan ini dibahas perkembangan
bagai sarana dan prasarana pertanian proses komunikasi dalam penyuluhan
disediakan, jumlah penyuluh ditambah pertanian di Indonesia terutama sejak
dan ditingkatkan kemampuannya. masa “revolusi hijau” dan masa
Demikian juga segala kemudahan bagi sesudahnya.
petani, termasuk berbagai subsidi, dan
sebagainya. 2. Model SMCR Searah
Dalam proses diseminasi inovasi
Pada tahun 1960, David Berlo
pertanian kepada petani, maka komu- mengemukakan suatu model komuni-
nikasi memegang peranan penting. kasi interpersonal yang dikenal dengan
Proses komunikasi dalam penyuluhan model SMCR (Source, Message,
pertanian tersebut sedikitnya melibatkan Channel, Receiver). Pada model SMCR,
lima unsur stakeholders, yaitu: (1) Sumber (Source) diasumsikan sebagai
lembaga penelitian – di dalamnya ada orang yang mempunyai informasi yang
para peneliti, yang melakukan senantiasa mengirimkan informasi yang
penelitian untuk menghasilkan tekno- disebutnya sebagai Pesan (Message)
logi yang diharapkan berguna bagi kepada Penerima (Receiver) melalui
masyarakat petani, (2) lembaga Saluran komunikasi (Channel),
penyuluhan – yang di dalamnya ter-
sehingga menimbulkan perubahan peri-
dapat para penyuluh, yang berperan laku pada Penerima sesuai dengan yang
dalam menyebarluaskan teknologi yang dikehendaki oleh Sumber. Model Berlo
44
Dwi Sadono
45
Perkembangan Pola Komunikasi
dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia
bahwa mereka yang mendapat manfaat kemampuan, dan sikap aparat terlibat
inovasi adalah mereka yang terdiri dari (peneliti, penyuluh, dan pengguna
sepertiga lapisan atas masyarakat lainnya), (4) sarana dan prasarana yang
petani. tersedia, (5) komitmen dan dukungan
Model SMCR Searah ini juga pemerintah.
mengabaikan fakta bahwa kebanyakan Menurut Pasandaran dan Adnyana
para peneliti dan penyuluh pertanian (1995), mekanisme penyampaian hasil
berasal dari keluarga petani dan penelitian diatur dalam SK Menteri
seringkali telah mengelola usahataninya Pertanian No. 439/kpts/ot216/6/1989
sendiri serta mengetahui secara persis yang pada dasarnya mengikuti
permasalahan yang mereka hadapi serta pendekatan top down. Hasil penelitian
bagaimana mengatasinya (Mugniesyah disampaikan kepada Direktorat Teknis
2006). Mereka telah turut serta yang kemudian melakukan pengujian-
menyumbangkan pemahamannya ten- pengujian lebih lanjut. Hasil pengujian
tang pengetahuan mengenai bagai-mana tersebut kemudian dirakit menjadi
sesuatu dilakukan secara ilmiah Petunjuk Teknis (juknis) yang lebih
terhadap proses perkembangan tekno- sederhana. Petunjuk Teknis disampai-
logi. Model ini juga mengabaikan kan kepada Kantor Wilayah Pertanian
kepercayaan atau keyakinan bahwa baik di daerah yang kemudian disampaikan
para petani, profesional dan pebisnis kepada Dinas Teknis dan disebar-
mempunyai kemampuan sendiri untuk luaskan kepada penyuluh. Melalui
mengarahkan atau membantu mencip- pertemuan-pertemuan teknis, juknis
takan organisasi dan kelembagaan untuk tersebut disampaikan kepada penyuluh
kemajuan mereka sendiri. pertanian lapangan (PPL) sebagai
Bordenave (1976) memberikan materi penyuluh kepada petani.
kritiknya terhadap penelitian komu- Mekanisme dengan jalur yang cukup
nikasi di Amerika Latin mengenai difusi panjang tersebut, menurut Pasandaran
inovasi. Dikemukakannya bahwa karya- dan Adnyana (1995) sering menye-
karya penelitian itu menjadi lemah babkan informasi tentang teknologi baru
karena terlalu menuruti model para- terlambat sampai kepada petani, atau
digma difusi yang sebelumnya berasal modifikasi yang dilakukan meng-
dari Amerika Serikat. Oleh karena itu akibatkan teknologi itu berbeda dengan
disarankan perlunya penggabungan yang dianjurkan oleh lembaga
model difusi klasik dengan konsep- penelitian. Pendekatan top down yang
tualisasi Freire mengenai penyadaran diterapkan pada waktu itu pada
(conscientization) dalam usaha mene- dasarnya adalah statis dan mekanis.
mukan suatu jenis penelitian yang lebih Masing-masing pihak berperan secara
sesuai untuk Amerika Latin. spesifik sehingga kurang luwes dan
Dalam melihat efektivitas dan kehadiran para pelaku menjadi kurang
efisiensi sistem penyampaian hasil penting, bahkan pendekatan ini
penelitian dan umpan baliknya, cenderung bersifat instruksional
Pasandaran dan Adnyana (1995) (command and control) dengan sistem
menyatakan ada lima faktor yang target yang kaku.
menentukannya. Faktor-faktor tersebut Berdasarkan kelemahan yang
adalah: (1) mekanisme yang ditempuh, dijumpai dalam model tersebut serta
(2) fungsi dan peran masing-masing makin besarnya tantangan dalam
kelembagaan terkait, (3) kemauan, pembangunan pertanian, maka dalam
46
Dwi Sadono
47
Perkembangan Pola Komunikasi
dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia
48
Dwi Sadono
dilakukan secara terkontrol oleh pusat. dianggap sebagai cara yang paling
Hasil penelitian di lapangan menun- efektif pada waktu itu untuk
jukkan beberapa kelemahan sistem menjangkau masyarakat dengan inovasi
LAKU. Kelemahan-kelemahan tersebut dan kemudian membujuk mereka untuk
diantaranya adalah: sangat banyak menggunakan inovasi tersebut.
menyita waktu dan membelenggu PPL Forum Media didasarkan pada
dengan jadwal kunjungan dan pola yang model komunikasi dua tahap (two step
kaku, sulitnya mengumpulkan petani flow model) yang memberikan perhatian
yang sekelompok, dan sebagainya pada peranan mass media yang
(Girsang 1989; Ekstensia 2005). dihubungkan dengan komunikasi antar
pribadi. Dalam model ini masyarakat
4. Model Komunikasi Forum Media dipandang sebagai individu-individu
yang saling berinteraksi dan media
Forum media adalah kelompok
massa dipandang tidak terlalu kuat
kecil-kelompok kecil terorganisir yang
mempengaruhi khalayak secara lang-
bertemu secara teratur dalam waktu-
sung. Seseorang bisa saja terdedah pada
waktu tertentu untuk menerima program
siaran dari media massa dan mendis- informasi gagasan baru baik melalui
kusikan isinya. Forum media ini pada saluran komunikasi media massa
maupun interpersonal, kemudian
awalnya berkembang di Canada di
mereka melangsungkan komunikasi
tengah-tengah keluarga petani,
untuk melakukan pertukaran pesan-
kemudian menyebar ke negara-negara
kurang berkembang seperti India, pesan dengan orang lain. Dalam model
Nigeria, Ghana, Malawi, Costa Rica, ini, pada tahap pertama informasi dari
media massa disampaikan kepada
dan Brasil. Media massa dihubungkan
opinion leader (pemuka pendapat) atau
dengan media forum bisa melalui radio
merupakan tahap transfer informasi.
(India), sekolah radiophonics (Amerika
Latin, India), media cetak (Cina) atau Pada tahap kedua, informasi dari
media televisi atau telescuola (Italia) pemuka pendapat disampaikan kepada
khalayak atau pengikutnya (Gambar 3).
(Mugniesyah 2006).
Pengikut mengalami proses internalisasi
Pengaruh saluran media massa,
atau pemahaman yang lebih baik karena
khususnya di kalangan petani di negara-
negara sedang berkembang akan lebih pemuka pendapat menyampaikan infor-
besar jika media massa tersebut masi tersebut dengan bahasa yang
digabungkan dengan saluran komuni- dipahami khalayak.
kasi interpersonal. Forum media ini
Opinion
Media Massa Leader Khalayak
49
Perkembangan Pola Komunikasi
dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia
50
Dwi Sadono
Penyuluhan Petani
51
Perkembangan Pola Komunikasi
dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia
52
Dwi Sadono
53
Perkembangan Pola Komunikasi
dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia
1. Mendapat/menggali
1 Generalizing 3 pengalaman
Experiencing
2. Mempertukarkan pengalaman
3. Menarik kesimpulan
4. Menerapkannya
4
Applying
54
Dwi Sadono
55
Perkembangan Pola Komunikasi
dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia
56