ID Studi Penggunaan Bahan Tambah Koagulan A
ID Studi Penggunaan Bahan Tambah Koagulan A
Nilna Amal 1)
Abstract – The principles of wastewater treatment is to convert the objectionable material to less
objectionable form, to dispers the pollutants so that their concentration are minimal, or to concentrate
them for isolating them from the environment. Detergent content in domestic wastewater disposal has
different characteristics from the others thereby they need special approach to remove from the effluent.
This research intend to recognize whether there is correlation between detergent content and the other
water quality parameters. Thereafter tried to treat domestic wastewater with coagulation flocculation
process use alum as coagulant and dry clay which called “Ampo” as coagulant aid, then rapid mixing is
conducted along 5 minutes, this process continue with sedimentation.
This research is conducted in laboratory scale use simulation water. Detergent content varies from 20
mg/l to 180 mg/l. The parameters are pH, Total Dissolved Solid (TDS) and KMnO 4. Research finding
shows that there is linear correlation between detergent content with pH and TDS, for KMnO4 the
correlation undefinitive. It also found that there are increasing water quality that indicated with decreasing
parameters after the treatment.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
kegiatan domestik khususnya lagi aktifitas
Pengelolaan lingkungan hidup dengan
pencucian. Kegiatan ini menjadi unik karena
segenap aspeknya dewasa ini sudah menjadi
limbah yang dihasilkannya tidak melulu
trend global yang menjadi perhatian publik
menghasilkan bahan-bahan organik seperti
baik praktisi maupun akademisi. Berbagai
yang biasa terdapat dalam limbah domestik
studi telah dan akan terus dilakukan terutama
biasa. Deterjen dan atau sabun adalah salah
mengenai dampak limbah dan pengelolaan-
satu bahan yang pasti terdapat dalam aktivitas
nya. Studi penting yang paling sering
mencuci sehingga bahan ini terdapat dalam
dilakukan saat ini adalah mengelola limbah
jumlah besar di dalam limbah domestik.
sebelum dibuang ke lingkungan penerimanya
Deterjen atau biasa disebut surfactans
sehingga lingkungan penerima limbah tidak
atau surface active agents (Metcalf dan Eddy,
tercemari oleh polutan-polutan yang ada di
1991) adalah sejumlah besar molekul organik
dalam limbah.
yang sulit larut dalam air dan menyebabkan
Sumber-sumber limbah sangat bervariasi
timbulnya busa dalam pengolahan air limbah
dengan macam limbah yang dihasilkan juga
dan dalam permukaan air yang di dalamnya
bervariasi. Salah satu aktivitas yang tak
sudah mengandung surfactans.
pernah berhenti menghasilkan limbah adalah
1
) Staf pengajar Teknik Sipil Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
30 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 1, Juli 2006
Cornwell, 1991) untuk digunakan dalam mempunyai muatan negatif yang kecil dan
pengolahan air adalah kation bervalensi tiga, menambah berat flok. Lempung juga sangat
tidak beracun dan tidak dapat larut dalam berguna untuk air yang berwarna dan air
rentang pH normal. dengan kekeruhan rendah (Davis dan
Apabila tawas ditambahkan ke dalam air Cornwell, 1991)
yang bersifat alkalin, akan mengikuti reaksi Proses koagulasi dapat berlangsung
sebgai berikut : dengan baik jika bahan kimia dapat menyebar
Al2(SO4)14H2O+6HCO3- dengan cepat di dalam air, untuk ini
2Al(OH)3(s)+6CO2+14H2O+3SO42- diperlukan proses yang disebut pengadukan
Reaksi diatas akan mengubah ke- (mixing) atau pengadukan cepat (rapid
setimbangan karbonat dan menurunkan pH. mixing). Idealnya bahan kimia tersebut akan
Selama konsentrasi alkalinitas cukup dan secara langsung dan cepat terdispersi di dalam
CO2 (g) diijinkan untuk berkembang, pH air. Selama proses koagulasi, reaksi kimia
tidak berkurang dengan drastis dan secara yang terjadi membentuk endapan, setelah
umum tidak menimbulkan masalah. endapan terbentuk terjadi kontak antar
Dua faktor penting di dalam penambahan partikel sehingga mereka dapat menggumpal
bahan koagulan adalah pH dan dosis. Dosis dan membentuk partikel yang lebih besar
optimum harus ditentukan dengan pengujian yang disebut flok-flok, proses inidisebut
laboratorium. Interval pH optimal tawas flokulasi (Davis dan Cornwell)
berkisar dari nilai 5,5 hingga 6,5 dengan
koagulan yang cukup mungkin dapat METODOLOGI
mencapai pH 5 hingga ph 8 (Davis dan
Cornwell). Dosis yang dibutuhkan dalam Penelitian dilakukan di laboratorim
proses koagulasi flokulasi (Kamulyan, 1996) dengan prosedur sebagai berikut :
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai 1) Pembuatan air simulasi. Dilakukan
berikut: dengan pengambilan air rendaman pakai-
1) kualitas air, terutama kekeruhan, pH dan an dengan pemberian deterjen dikontrol
alkalinitas, pada berbagai variasi nilai deterjen mulai
2) jumlah dan karakteristik bahan koloid dari 20 mg/l hingga 180 mg/l.
3) karakteristik ion dalam air 2) Untuk masing-masing kandungan deterjen
4) pengadukan yang diaplikasikan, terutama diperiksa nilai pH, TDS dan KMnO 4
besar daya dan lama pengadukan sebagai parameter.
3) Penentuan dosis optimum tawas. Diambil
Koagulan pembantu (tambahan) kadang- tiga buah sampel yakni sampel dengan
kadang diperlukan untuk menghasilkan flok kandungan deterjen 20 mg/l, 60 mg/l dan
secara cepat, cepat mengendap dan untuk 100 mg/l untuk dilakukan pengolahan
mengoptimumkan kerja koagulan (Sarto, koagulasi dengan tawas Air simulasi
1994). Proses ini akan menjadi lebih efektif dimasukkan dalam gelas ukur 1000 ml
dengan penambahan bahan tambah ini dengan sebanyak 5 sampel. Ke dalam masing-
terbentuknya flok-flok yang lebih besar, masing gelas ukur dimasukkan tawas
disamping dapat mengurangi dosis bahan dengan dosis 75, 100, 125, 150 dan 175
koagulan dan dapat menghilangkan bahan mg/lt dan dilakukn proses pengadukan
organik yang sering memberi warna pada air. cepat. Setelah itu dilakukan pengendapan
Bahan tambah koagulan yang digunakan hingga secara fisik dapat diamati bahwa
sebagai pengatur pH adalah silika aktif, telah terbentuk cukup banyak flok atau
lempung dan polimer. Asam dan alkali jonjot, pada kondisi ini kembali diperiksa
digunakan untuk mengatur pH air dalam nilai-nilai parameternya. Untuk masing-
interval optimal untuk koagulasi (Davis dan masing kandungan deterjen diberikan
Cornwell, 1991). Lempung dapat bekerja perlakuan yang sama.
hampir seperti silika aktif dimana mereka
Nilna Amal, Studi Penggunaan Bahan Tambah Koagulan… 33
pH
y = 0,0124x + 6,6818
4
pengendapan, kemudian kembali di- 2
R2 = 0,8351
periksa parameternya. 0
Hasil-hasil dari semua pemeriksaan 0 50 100 150 200
TDS (mg/l)
250
200
Hubungan antara Parameter-parameter 150 y = 0.3x + 226.4
dengan Kandungan Deterjen. 100 R2 = 0.9992
50
Tabel 2. Nilai-nilai parameter pada berbagai 0
variasi kandungan deterjen 0 50 100 150 200
Deterjen (mg/l)
Deterjen pH TDS KmnO4
(mg/l) (mg/l) (mg/l)
Gambar 2. Grafik hubungan antara variasi
0 6,5 227 300,2 deterjen dengan TDS
20 7 232 189,6
40 7 238 126,4 Penentuan Dosis Tawas Optimum ber-
60 7 244 237
80 8 250 173,8 dasarkan pemeriksaan Parameter
100 8,5 257 205,4 Dari hasil percobaan dengan kandungan
120 8,5 263 221,2
deterjen 20 mg/l, diperoleh hasil sebagai
140 8,5 269 221,2
160 8,5 274 205,4 berikut ;
180 8,5 280 284,4 Tabel 3. Nilai-nilai parameter setelah
pengolahan dengan deterjen awal 20 mg/l
Dari tabel diatas dan grafik di bawah Sampel Tawas pH TDS KMnO4 Flok/
(mg/l) (mg/l) (mg/l)1 jonjot
dapat dilihat bahwa pada berbagai variasi
1 75 6,5 350 16784 kurang
kandungan deterjen terdapat kecenderungan skl
yang berbeda untuk setiap parameter. pH 2 100 6 348 72,68 kurang
larutan akan bertambah seiring kenaikan 3 125 6 345 56,88 sedikit
kandungan deterjen dalam larutan, ini sesuai 4 150 6 365 148,5 cukup
5 175 5,5 368 142,2 cukup
dengan sifat deterjen yang mengandung
alkalin. Demikian juga TDS yang relatif terus
naik secara teratur untuk setiap kenaikan Dari hasil-hasil penelitian dapat dijelaskan
kandungan deterjen larutan. Dapat disimpul- hal-hal sebagai berikut.
kan terdapat hubungan yang linier antara Secara visual tidak mudah mengamati
parameter pH dan TDS dengan kandungan perbedaan kuantitas flok/jonjot yang
deterjen dalam larutan. Parameter KmnO4 terbentuk pada setiap gelas sampel karena
agak sulit ditentukan trend atau ke- tidak terdapat perbedaan yang cukup berarti
cenderungannya karena tidak menunjukkan sehingga pengambilan keputusan dosis
sesuatu yang tetap. Nilainya sangat fluktuatif optimal juga mempertimbangkan reduksi
untuk berbagai kenaikan kandungan deterjen terhadap parameter lain sebagai akibat
sehingga hubungan antara angka KmnO4 penambahan tawas.
dengan kandungan deterjen tidak dapat Sesuai sifat tawas yang mengandung
didefinisikan. kation positif dan bersifat asam, maka
penambahan tawas akan mengakibatkan
34 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 1, Juli 2006
menurunnya nilai pH. Reaksi yang terjadi terhadap parameter TDS dan KMnO4 terlihat
mengubah kesetimbangan karbonat dan bahwa perbedaan ampo akan menghasilkan
menurunkan pH, selama konsentrasi perbedaan nilai TDS dan KMnO4. Hal ini
alkalinitas cukup dan CO2 ada, pH tidak ditunjukkan oleh nilai TDS yang mengalami
berkurang dengan drastis dan secara umum penurunan seiring dengan kenaikan dosis
tidak menimbulkan masalah (Davis dan ampo. Dari berbagai hasil penelitian diperoleh
Cornwell, 1991). Hasil-hasil penelitian bahwa dosis ampo optimum pada 25 g/l.
menunjukkan bahwa pH berkurang tidak Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH
secara drastis yang dapat terjadi karena akhir setelah pengolahan dengan berbagai
ketersediaan konsentrasi alkalinitas yang dosis ampo menghasilkan pH yang netral
cukup, sehingga pengurangan nilai pH tidak yaitu 7. Dari data dapat disimpulkan bahwa
menimbulkan pengaruh besar pada air limbah. penambahan lempung kering membuat air
Nilai TDS hasil percobaan tidak hasil pengolahan mempunyai pH netral yang
menunjukkan kecenderungan yang berarti. berarti menjadi lebih baik. Perbedaan
Penambahan tawas hingga 125 mg/l penambahan ampo dan perbedaan kandungan
menyebabakan TDS turun dan penambahan awal deterjen tidak mempengaruhi pH hasil
berikutnya menyebabkan nilai TDS terus pengolahan.
naik. Berdasarkan pertimbangan ini dapat Penambahan ampo berpengaruh terhadap
disimpulkan tawas optimum pada 125 mg/l. nilai akhir TDS yakni semakin kecil dengan
Untuk parameter angka KMnO4 juga kenaikan dosis ampo. Lempung kering
disimpulkan bahwa dosis optimum tawas dibutuhkan dalam jumlah yang terlalu besar
adalah 125 mg/l karena terlihat bahwa angka terutama dibandingkan dengan bahan-bahan
KMnO4 cenderung paling kecil pada tambah koagulan lain seperti Sodium alginate
pembubuhan tawas tersebut. Dari semua dan Chitosan yang dibutuhkan hanya dalam
kondisi parameter yang diperiksa diputuskan dosis yang relatif kecil. Kedua bahan ini dapat
bahwa tawas optimum pada dosis 125 mg/l. meningkatkan proses koagulasi dengan tawas
dalam dosis yang relatif kecil (Sodium
Pengaruh Ampo pada Pengolahan alginate kurang dari 1 mg/l) dan Chitosan 0,2
mg/l (Droste, 1997).
Hasil penelitian dengan kandungan
Pada proses koagulasi flokulasi akan
deterjen 60 mg/l dan penambahan lempung
dicapai suatu kondisi optimum sehingga
dengan kandungan yang bervariasi disajikan
penambahan setelah kondisi ini akan
pada tabel berikut:
mengakibatkan terjadinya pembalikan muatan
dan terjadinya kembali stabilisasi dari partikel
Tabel. 4. Nilai-nilai parameter setelah
koloid. Pada titik diatas konsentrasi optimum
pengolahan dengan deterjen awal 60 mg/l,
ini, jumlah koloid yang ada melebihi
tawas 125 mg/l
Sampel Ampo pH TDS KMnO4 kemampuan pembentukan flok sehingga tidak
(g/l) (mg/l) (mg/l)1 seluruh partikel koloid membentuk flok. Pada
1 5 7 372 60,04 percobaan ini yang diperoleh adalah kondisi
2 10 7 359 79 maksimal karena belum ditemukan pem-
3 15 7 350 94,8 balikan nilai seperti dijelaskan.
4 20 7 342 92,16
5 25 7 335 79
Pemeriksaan bahan organik sebagai angka
KMnO4 menunjukkan bahwa perubahan
Dari tabel terlihat bahwa tidak terdapat nilainya menunjukkan kecenderungan me-
perubahan pH untuk berbagai variasi nurun tetapi tidak tetap (nilainya naik turun
penambahan lempung sehingga dapat tetapi lebih kecil dari sebelum pengolahan)
disimpulkan penambahan lempung kering seiring dengan kenaikan dosis lempung
ampo hanya memberi pengaruh yang sangat kering. Dapat disimpulkan bahwa angka
kecil terhadap pH. Berdasarkan pengamatan KMnO4 tidak secara langsung berhubungan
dengan penambahan dosis lempung kering.
Nilna Amal, Studi Penggunaan Bahan Tambah Koagulan… 35