Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

IMOBILISASI ENZIM DAN SEL

Soal

1. Cari minimal 2 artikel tentang imoblisasi enzim dan bandingkan metode, reaktor dan hasil
yang diperoleh. Uraikan jawaban dan lampirkan artikel yang diperoleh dalam satu file bentuk
pdf.

Jawab

Jurnal 1 :

IMOBILISASI ENZIM LIGNOLITIK KAPANG TANAH PADA BENTONIT

Jurnal 2 :

IMOBILISASI LIPASE PADA KITOSAN SERBUK DENGAN METODE PENGIKATAN SILANG


DAN UJI AKTIVITAS TRANSESTERIFIKASINYA

Pada artikel pertama Teknik imobilisasi yang digunakan adalah adsorpsi. dilakukan
imobilisasi enzim lignolitik dengan menggunakan bentonit untuk melihat pengaruhnya
terhadap aktivitas enzim ligninolitik dari konsorsium kapang Gliomastix sp. dan Mycelia
serilia dalam mendegradasi lignin. Sedangkan pada jurnal kedua Teknik imobilisasi lipase
pada kitosan serbuk dilakukan dengan metode pengikatan silang.

Metode taut silang memilki kelebihan dibanding yang lain yaitu ikatan antara enzim dan
padatan pendukung stabil, sehingga enzim tidak mudah lepas dan substrat dapat berinteraksi
maksimal. Metode imobilisasi enzim degan teknik adsorbsi didasarkan pada fenomena
adsorbsi enzim pada permukaan carrier yang tidak larut air kelebihan metode ini yaitu enzim
tidak mengalami perubahan konformasi

Pada jurnal pertama Imobilisasi enzim ligninolitik dianalisis aktivitasnya setiap hari selama
masa simpan 7 hari untuk diketahui pengaruh imobilisasi terhadap aktivitasnya. Setelah masa
simpa diketahui bahwa aktivitas enzim laccase terimobilisasi bentonit memiliki aktivitas yang
tidak terlalu tinggi. Aktivitas tertinggi didapat pada hari ke-nol sedangkan aktivitas terendah
terdapat pada hari ketujuh aktivitas enzimnya pun menurun seiring waktu penyimpanan. Hal
ini dapat dikarenakan karena perubahan konformasi enzim laccase setelah diimobilisasi dan
terbatasnya fleksibilitas enzim laccase tersebut pada bentonit diketahui bahwa aktivitas enzim
lignin peroksidase (LiP) terimobilisasi bentonit mengalami penurunan setiap harinya selama
masa simpan tujuh hari. Aktivitas enzim LiP terimobilisasi bentonit lebih rendah
dibandingkan dengan aktivitas enzim LiP bebas Hal tersebut dapat disebabkan akibat
denaturasi enzim selama proses imobilisasi atau rendahnya afinitas substrat terhadap enzim
terimobilisasi bentonit.

Pada artikel kedua Hasil uji aktivitas transesterase enzim lipase terimobilisasi pada kitosan
serbuk dengan derajat deasetilasi berbeda ditunjukan bahwa enzim lipase terimobilisasi pada
kitosan serbuk memiliki aktivitas katalitik pada reaksi transesterifikasi. kitosan DD-1
memberikan hasil korversi yang lebih baik dibanding kitosan DD-2 dan kitosan DD-3.
Sebagai pembanding digunakan enzim lipase bebas dengan jumlah yang setara dengan enzim
terimobilisasi. Secara keseluruhan enzim lipase terimobilisasi pada kitosan serbuk memiliki
aktivitas katalitik yang lebih baik dibanding enzim lipase bebas.

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa enzim amobil yang dihasilkan
keduanya memiliki sifat yaitu aktiitas enzim yang terimobilisasi lebih baik / lebih tinggi
dibandingkan dengan enzim bebas atau yang idak terimobilisasi.
EduChemia Vol.2, No.2, Juli 2017
(Jurnal Kimia dan Pendidikan) e-ISSN 2502-4787

IMOBILISASI LIPASE PADA KITOSAN SERBUK


DENGAN METODE PENGIKATAN SILANG DAN
UJI AKTIVITAS TRANSESTERIFIKASINYA
Wikan Mahargyani1, Tri Joko Raharjo2, Winarto Haryadi2
1
Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi
2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada

email : wikan.mahargyani@gmail.com

Diterima: 13 April 2017. Disetujui: 19 Juli 2017. Dipublikasikan: 30 Juli 2017

Abstract : Immobilization lipase on chitosan powder by cross linking technique has been
carried out. The research was purposed to determine the optimum condition of
immobilization process and catalytic activities of immobilized lipase. Glutaraldehyde was
used as cross linking agent in immobilization lipase on chitosan powder. Immobilization was
performed under the optimum conditions such as solubility pH of lipase, degree of
deacetylation, mole ratio of chitosan and glutaraldehyde, and concentration of enzyme.
Immobilized and free lipases were assayed their activity, thermal stability, reused ability, and
kinetic parameters for transesterification reaction of palm oil with methanol. Result of the
study showed that the optimum conditions of immobilization were occurred when lipase was
dissolved in buffer phosphate at pH 6, mole ratio of chitosan and glutaraldehyde 4:1, and 5%
for concentration of enzyme. The immobilized lipase has lower thermal stability but has
better affinity and reused stability than the free lipase.
Key words: lipase, chitosan, immobilization, cross linking, transesterification

Abstrak : Telah dilakukan imobilisasi lipase pada kitosan serbuk dengan metode pengikatan
silang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum proses imobilisasi dan
aktivitas katalitik lipase terimobilisasi. Enzim lipase diimobilisasikan pada kitosan serbuk
menggunakan glutaraldehid sebagai senyawa penaut silang. Parameter yang dipelajari untuk
menentukan kondisi optimum imobilisasi meliputi pH pelarutan enzim, nilai derajat
deasetilasi, perbandingan mol kitosan dengan glutaraldehid, dan konsentrasi enzim. Enzim
lipase terimobilisasi dan enzim lipase bebas diuji aktivitas, stabilitas termal, dan kemampuan
penggunaan ulangnya melalui reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit menggunakan
metanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum imobilisasi diperoleh saat
enzim dilarutkan pada buffer fosfat pH 6, perbandingan mol kitosan dengan glutaraldehid
4:1, dan konsentrasi enzim 5%. Enzim lipase terimobilisasi mempunyai stabilitas termal
yang lebih rendah tetapi mempunyai kemampuan penggunaan ulang yang lebih baik daripada
enzim lipase bebas.
Kata kunci: lipase, kitosan, imobilisasi, pengikatan silang, transesterifikasi

196
197 EduChemia,Vol.2, No.2, Juli 2017 Mahargyani, Raharjo, dan Haryadi

PENDAHULUAN dalam air. Enzim terimobilisasi mampu

Lipase merupakan enzim pencernaan mempertahankan aktivitas dan dapat

yang mempunyai aktivitas katalitik pada digunakan secara berulang maupun

reaksi hidrolisis, alkoholisis, proses kontinyu (Jegannathan et al.,

transesterifikasi, dan esterifikasi. Salah 2008). Pemilihan padatan pendukung dan

satu aktivitas yang menarik untuk dikaji metode imobilisasi yang sesuai menjadi

adalah aktivitas transesterase. Reaksi hal yang penting dan menarik untuk

tersebut merupakan reaksi dasar yang dikaji lebih lanjut.

digunakan dalam konversi triasilgliserol Imobilisasi enzim lipase dapat

menjadi ester. Reaksi menggunakan dilakukan dengan teknik pengikatan pada

katalis enzim menguntungkan karena matriks pendukung (carrier binding),

kondisi reaksinya yang lunak, pemisahan penjebakan (entrapping), dan taut silang

gliserol dapat dilakukan dengan mudah, (cross linking). Metode taut silang

dan tidak menghasilkan limbah yang memilki kelebihan dibanding yang lain

berbahaya. Oleh karena itu, reaksi yaitu ikatan antara enzim dan padatan

enzimatis berpotensi untuk diaplikasikan pendukung stabil, sehingga enzim tidak

pada proses pembuatan biodiesel (Yücel mudah lepas dan substrat dapat

et al., 2013). berinteraksi maksimal (Brena et al.,

Secara umum enzim hanya larut pada 2006). Glutaraldehid merupakan senyawa

pelarut tertentu dan cenderung sulit penaut silang yang banyak digunakan

dipisahkan di akhir reaksi sehingga karena preparasi yang mudah dan

kemampuan penggunaan ulangnya harganya yang terjangkau. Senyawa ini

terbatas (Krajewska, 2004). Selain itu memiliki dua gugus aldehid yang dapat

struktur enzim tidak stabil terhadap membentuk taut silang antara enzim

perubahan pH dan suhu, sehingga mudah dengan matriks pendukung imobilisasi.

mengalami denaturasi. Tingginya harga Padatan pendukung yang digunakan

enzim juga menjadikan proses enzimatis dapat berupa material anorganik maupun

tidak ekonomis ketika diaplikasikan pada polimer organik (Tan et al., 2010).

skala yang besar (Tan et al., 2010). Pemilihan padatan pendukung harus

Langkah yang dapat dilakukan untuk memperhatikan gugus fungsional yang

mengatasi beberapa kelemahan tersebut berperan dalam ikatan (Cahyaningrum,

adalah dengan mengimobilisasi enzim 2009). Salah satu polimer alam yang

pada matriks pendukung yang tidak larut sering digunakan adalah kitosan

e-ISSN 2502-4787
Imobilisasi Lipase pada Kitosan Serbuk 198

(Amorim et al., 2003; Chiou et al., 2004; stabilitas termal, kemampuan


Deng et al., 2009; Orrego et al., 2010; penggunaan ulang, dan parameter kinetik
Romdhane et al., 2011; Silva et al., dipelajari untuk mengetahui kualitas
2012; Xie et al., 2012, Kuo et al., 2012). enzim terimobilisasi pada kitosan serbuk.
Menurut Nasratun (2009) kitosan banyak
digunakan sebagai matriks pendukung METODE
imobilisasi karena bentuknya dapat Bahan yang digunakan dalam
dimodifikasi sesuai kebutuhan (serpihan, penelitian ini adalah kitin (Biotech
serbuk, gel, fiber, membran, beads), Surindo), enzim lipase pankreas babi
dapat terbiodegradasi dan (Merck), minyak kelapa sawit (Bimoli
penanganannya mudah. Selain itu Spesial), kertas saring Whatman 1, bahan
material kitosan bersifat non toksik dan dari Merck dengan kualitas p.a, yaitu :
yang terpenting mempunyai afinitas yang natrium hidroksida (NaOH), asam klorida
baik terhadap protein (Pereira et al., (HCl), metanol (CH3OH), n-heksan,
2003). natrium dihidrogen fosfat
Pemanfaatan kitosan sebagai matriks (NaH2PO4.2H2O), natrium hidrogen
imobilisasi enzim lipase banyak fosfat (Na2HPO4.2H2O), asam oksalat
memanfaatkan gugus amina, dimana (H2C2O4), tembaga (II) sulfat
interaksi terjadi melalui reaksi taut silang (CuSO4.5H2O), kalium natrium tatrat
antara lipase dengan kitosan (KNaC4H4O6.4H2O), glutaraldehid, BSA
menggunakan penaut silang seperti (Bovin Serum Albumin) dan indikator
glutaraldehid (Foresti dan Ferreira, pp.
2007). Efisiensi optimum imobilisasi Alat-alat yang digunakan dalam
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penelitian ini adalah seperangkat alat
pH, komposisi kitosan, glutaraldehid, dan gelas laboratorium, botol Falcon 50 mL,
enzim. mikropipet (10, 200, 1000 μL), hot plate
Penelitian ini dilakukan untuk (Ishtar Hitzstir), magnetic stirrer, shaker
mengetahui kondisi optimum imobilisasi incubator (Seiwa Rico Co, LTD, EFM-
enzim lipase pada kitosan serbuk. 60), oven (WTB Binder), muffle furnace,
Keberhasilan imobilisasi enzim pH meter, spektrometer inframerah (FT-
dibuktikan melalui uji aktivitas katalitik IR Prestige-21), kromatografi gas (GC,
enzim pada reaksi transesterifikasi. Shimadzu GC-14B, Shimadzu QP 2010),
Selain itu beberapa parameter seperti kromatografi Gas-Spektrometer Massa

e-ISSN 2502-4787
199 EduChemia,Vol.2, No.2, Juli 2017 Mahargyani, Raharjo, dan Haryadi

(GC-MS, Shimadzu QP 2010S), Uji aktivitas enzim pada reaksi


transesterifikasi
microplate, Elisa Reader.
Sebanyak 2,43 mL minyak kelapa
Pembuatan kitosan sawit dimasukkan ke dalam labu takar 10

Sebanyak 50 g kitin direaksikan mL lalu ditambahkan 606 μL metanol, 10

dengan 500 mL NaOH 50% (b/v) pada μL air dan n-heksan sampai tanda batas.

suhu 100 °C dengan variasi waktu reaksi Kemudian campuran dipindahkan ke

1, 2, dan 3 jam. Setelah dingin, hasil botol falcon 50 mL lalu ditambahkan 1 g

reaksi disaring dan dicuci hingga pH kitosan serbuk terimobilisasi. Dengan

pencucian netral. Residu hasil prosedur yang sama, kontrol reaksi dibuat

penyaringan dioven hingga kering dan dengan penambahan enzim lipase bebas

diperoleh kitosan yang kemudian yang setara dengan enzim terimobilisasi.

dikarakterisasi menggunakan Kedua larutan direaksikan selama 24 jam

spektrometer FT-IR serta diukur kadar pada suhu 37 °C dalam shaker incubator.

air, kadar abu, dan kadar nitrogennya. Setelah reaksi selesai, dilakukan
penyaringan untuk memisahkan enzim
Imobilisasi enzim lipase pada kitosan dengan filtrat yang mengandung Fatty
serbuk Acid Methyl Ester (FAME) dan dianalisis
Larutan enzim bebas 1% dibuat menggunakan GC.
dengan melarutkan 50 mg enzim lipase
dalam 5 mL buffer fosfat 0,05 M. HASIL DAN PEMBAHASAN
Campuran dihomogenkan dengan Pembuatan Kitosan dan
pengadukan selama 30 menit. Pada saat Karakterisasinya

yang sama kitosan serbuk diaktivasi Kitosan diperoleh melalui reaksi


dengan glutaraldehid. Selanjutnya kitosan deasetilasi kitin menggunakan basa kuat.
teraktivasi diinteraksikan dengan enzim Reaksi deasetilasi dilakukan selama 1, 2,
terlarut. Setelah perendaman 60 menit dan 3 jam menghasilkan produk yang
dilakukan penyaringan. Jumlah enzim selanjutnya disebut sebagai kitosan DD-
awal dan sisa enzim terimobilisasi 1, kitosan DD-2, dan kitosan DD-3. Hasil
dianalisis kadar proteinnya menggunakan karakterisasi kitosan disajikan pada Tabel
elisa reader. 1. Kitosan yang diperoleh pada penelitian
ini memiliki kadar abu dan kadar
nitrogen yang sesuai dengan parameter

e-ISSN 2502-4787
Imobilisasi Lipase pada Kitosan Serbuk 200

standar kitosan. Namun untuk kadar lama terbukti dapat meningkatkan


airnya sedikit lebih tinggi dari parameter penghilangan gugus asetil.
standar yang ditentukan.
Studi Pengaruh pH dan Derajat
Tabel 1. Hasil karakterisasi kitosan Deasetilasi Pada Imobilisasi Enzim

Hasil pengukuran (%) Enzim lipase yang akan


Pengukuran
DD-1 DD-2 DD-3 diimobilisasikan pada kitosan serbuk
Kadar Air 10,85 10,65 11,65 dilarutkan terlebih dahulu dalam larutan
Kadar Abu 0,40 0,29 0,34
buffer fosfat dengan pH yang bervariasi.
Kadar Nitrogen 2,92 3,94 4,34
Larutan enzim digunakan untuk
merendam kitosan yang sebelumnya telah
Berdasarkan standar kualitas kitosan, diaktivasi menggunakan agen penaut
jika derajat deasetilasi < 70% maka silang glutaraldehid. Semakin banyak
disebut sebagai kitin dan apabila > 70% enzim lipase yang terlarut dalam buffer
disebut sebagai kitosan. Nilai derajat fosfat diharapkan dapat meningkatkan
deasetilasi kitin dan kitosan ditentukan jumlah enzim yang terimobilisasi dalam
dari spektra FTIR yang diperoleh dengan kitosan serbuk. Hasil kelarutan enzim
membandingkan serapan gugus amida lipase pada buffer fosfat dengan variasi
-1
(1655 cm ) dan gugus hidroksi pH disajikan pada Gambar 1. Grafik
(3450 cm-1). Derajat deasetilasi tersebut menunjukkan bahwa jumlah
merupakan nilai yang menunjukkan enzim terlarut paling banyak terdapat
persentase gugus asetil yang hilang pada buffer fosfat pH 6 dan mengalami
selama proses deasetilasi kitin. penurunan seiring dengan naiknya pH
Perhitungan derajat deasetilasi buffer fosfat.
didasarkan pada metode base-line A
seperti yang dikemukakan oleh Domzy 50
Kelarutan enzim (%)

039
40
dan Robets (1985) dan base-line B 027
30
seperti yang dikemukakan Baxter dalam 20 031 028 027

Hung et al. (2002). Kitosan yang 10


0
diperoleh pada penelitian ini memiliki 4 5 6 7 8 9 10
pH
nilai derajat deasetilasi sebesar 82,37;
87,30; dan 92,72%. Adanya perlakuan
Gambar 1. Hubungan pH dengan Jumlah Enzim
deasetilasi pada waktu yang yang lebih Terlarut

e-ISSN 2502-4787
201 EduChemia,Vol.2, No.2, Juli 2017 Mahargyani, Raharjo, dan Haryadi

Enzim terlarut selanjutnya mudah terprotonasi menjadi –NH3+,


diimobilisasikan pada kitosan serbuk sehingga ikatan silang antara kitosan-
yang memiliki nilai derajat deasetilasi glutaraldehid-enzim sulit terjadi. Pada pH
bervariasi. Hal ini dilakukan untuk yang lebih tinggi dari titik isoelektrik
mengetahui pengaruh pH pelarutan enzim akan menyebabkan enzim dan kitosan
dan nilai derajat deasetilasi kitosan kaya elektron. Sedangkan pada pH yang
terhadap efisiensi imobilisasi enzim. terlampau tinggi efisiensi imobilisasi
Kitosan dengan nilai derajat deasetilasi akan semakin menurun karena enzim
yang tinggi mengandung lebih banyak mengalami denaturasi.
gugus –NH2 yang dapat berikatan silang
80
dengan glutaraldehid dan enzim. Kitosan DD-
70

Efisiensi imobilisasi (%)


1
Semakin tinggi nilai derajat deasetilasi 60 Kitosan DD-
50 2
diharapkan dapat meningkatkan jumlah
40
enzim yang terimobilisasi pada kitosan 30

serbuk. 20
10
Grafik yang disajikan pada 0
0 2 4 6 8 10
Gambar 2 memperlihatkan bahwa pada
pH
pH optimum pelarutannya, enzim
memiliki nilai efisiensi imobilisasi yang Gambar 2. Hubungan pH dan derajat deasetialasi
kitosan terhadap efisiensi imobilisasi enzim
paling besar pada masing-masing jenis
kitosan. Penutup sisi aktif enzim (lid) Efisiensi imobilisasi enzim pada
lebih mudah terbuka pada pH kitosan DD-1, kitosan DD-2, dan kitosan
optimumnya, sehingga ikatan silang yang DD-3 berturut-turut sebesar 71,24; 50,36;
terbentuk dan jumlah enzim yang dan 45,99%. Berdasarkan hasil ini dapat
terimobilisasi semakin banyak (Nakajima diketahui bahwa kenaikan nilai derajat
et al., 2000). Enzim lipase dan kitosan deasetilasi tidak berpengaruh terhadap
memiliki titik isoelektrik (pI) yang sangat jumlah enzim yang terimobilisasi pada
peka terhadap perubahan pH. Enzim kitosan serbuk. Jumlah gugus –NH2 yang
lipase memiliki titik isoelektrik 5,7-5,8 semakin banyak dimungkinkan dapat
sedangkan kitosan mempunyai titik menimbulkan halangan sterik pada proses
isoelektrik sebesar 5,4. Pada pH di bawah imobilisasi, sehingga sisi aktif kitosan
titik isoelektriknya gugus –NH2 yang sulit berikatan dengan sisi aktif enzim
terdapat pada molekul enzim dan kitosan dan mengakibatkan jumlah enzim

e-ISSN 2502-4787
Imobilisasi Lipase pada Kitosan Serbuk 202

terimobilisasi semakin sedikit. Pada kitosan-glutaraldehid-enzim melalui dua


tahap selanjutnya kitosan DD-1 (82,37%) kemungkinan. Selama proses pengikatan
digunakan sebagai padatan pendukung silang gugus –NH2 dari kitosan dapat
untuk mempelajari kondisi optimum berikatan dengan gugus –CHO dari
imobilisasi enzim pada kitosan serbuk. glutaraldehid pada dua perbandingan
molekul yaitu 1:1 dan 2:1. Pengikatan
Studi Pengaruh Rasio Mol Kitosan silang pada rasio 1:1 berarti satu molekul
dengan Glutaraldehid terhadap
Efisiensi Imobilisasi –NH2 pada kitosan akan berikatan dengan
satu molekul –CHO pada glutaraldehid,
Efisiensi imobilisasi dan aktivitas
sehingga memungkinkan gugus –NH2
katalitik enzim terimobilisasi ditentukan
dari enzim berikatan dengan gugus –
oleh proses cross-linking yang tepat.
CHO glutaraldehid pada sisi yang lain.
Reaksi pengikatan yang tepat dapat
Sedangkan pada rasio 2:1 enzim akan
terjadi antara gugus –NH2 kitosan secara
terjebak pada ikatan silang yang
dominan terhadap gugus –CHO pada
terbentuk antara kitosan dengan
glutaraldehid. Dengan demikian,
glutaraldehid. Interaksi pada pola ini
perbandingan kitosan dan glutaraldehid
kurang menguntungkan karena dapat
yang digunakan menjadi salah satu hal
menghambat aktivitas katalitik enzim
yang penting untuk diperhatikan. Kitosan
karena berpotensi mengganggu sisi aktif
yang teraktivasi dengan baik akan
enzim.
meningkatkan peluang enzim menempel
Perbandingan kitosan dan
pada permukaannya. Pada tahap ini
glutaraldehid yang optimum diamati
imobilisasi dilakukan menggunakan
melalui efisiensi imobilisasi dan aktivitas
kondisi optimum yang telah diperoleh
katalitik dari enzim lipase terimobilisasi.
pada tahap sebelumnya yaitu pH 6 untuk
Hasil yang disajikan pada Gambar 3
pelarutan enzim dengan kitosan DD-1
memperlihatkan bahwa efisiensi
sebagai padatan pendukung.
imobilisasi meningkat seiring dengan
Migneault et al. (2004) menyatakan
semakin banyaknya kitosan yang
bahwa belum ada mekanisme pasti yang
digunakan. Hal ini dapat terjadi karena
dapat menggambarkan interaksi yang
jumlah amina yang tersedia untuk
terjadi antara glutaraldehid dan protein
berikatan silang dengan glutaraldehid dan
(enzim). Juang et al. (2002) mengusulkan
enzim menjadi semakin banyak.
interaksi yang terjadi antara

e-ISSN 2502-4787
203 EduChemia,Vol.2, No.2, Juli 2017 Mahargyani, Raharjo, dan Haryadi

Efisiensi imobilisasi (%) 80 71,429 3, 4, dan 5% (%, b/v) yang masing-


70 61,714
60
masing dilarutkan dalam buffer fosfat pH
52,571
50 047
044 6. Konsentrasi yang digunakan hanya
40
30 sampai 5% karena pada konsentrasi
20
10
tersebut larutan enzim sangat pekat dan
0 mulai jenuh sehingga pelarutan tidak
0 1 2 3 4 5 6
optimal. Perbandingan kitosan dan
Gambar 3. Hubungan Perbandingan Mol glutaraldehid yang digunakan pada tahap
(Kitosan: Glutaraldehid) terhadap Efisiensi
Imobilisasi ini mengacu pada kondisi optimum
imobilisasi yang diperoleh pada tahap
Keberadaan glutaraldehid yang
sebelumnya.
semakin banyak akan menginisiasi
terbentuknya ikatan antara gugus –CHO 50
45 041
dari glutaraldehid dengan sisi aktif enzim 40 044
35
Jumlah enzim terlarut (mg)

yaitu ion alkoksida pada serin. Terjadinya 30 026


25
interaksi ini akan menyebabkan aktivitas 20
023
15
katalitik enzim terganggu. Pada 10
5 011
penelitian ini mekanisme cross-linking 0
0 2 4 6
yang terjadi diperkirakan melalui
Konsentrasi enzim (%, b/v)
mekanisme dimana satu gugus –CHO
pada glutaraldehid mengikat gugus –NH2 Gambar 4. Hubungan konsentrasi enzim
terhadap banyaknya jumlah enzim terimobilisasi
pada kitosan dan pada sisi yang lain
gugus –CHO berikatan dengan gugus Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat
–NH2 dari enzim. bahwa konsentrasi enzim yang semakin
besar dapat meningkatkan jumlah enzim
Studi Pengaruh Konsentrasi Enzim yang terimobilisasi pada kitosan serbuk.
terhadap Jumlah Enzim Terimobilisasi
Kenaikan konsentrasi enzim sebanding
Imobilisasi enzim pada variasi dengan bertambahnya jumlah enzim
konsentrasi dilakukan untuk mengetahui terimobilisasi, hingga batas tertentu
pengaruh konsentrasi enzim terhadap dimana kenaikan enzim tidak dapat
banyaknya enzim yang terimobilisasi menaikkan jumlah enzim terimobilisasi.
pada kitosan. Variasi enzim yang Pada setiap kenaikan konsentrasi jumlah
digunakan pada penelitian ini adalah 1, 2, enzim terimobilisasi mengalami kenaikan

e-ISSN 2502-4787
Imobilisasi Lipase pada Kitosan Serbuk 204

hampir 2 kali dibanding konsentrasi semakin banyak jumlah enzim


sebelumnya. Namun demikian, terjadi terimobilisasi memberikan aktivitas
penyimpangan pada konsentrasi 3% katalitik yang semakin baik pula, ditandai
dimana jumlah enzim terimobilisasi dengan semakin meningkatnya luas area
justru mengalami penurunan. Hal ini metil palmitat yang terbentuk (Gambar
dapat disebabkan proses pelarutan yang 5).
belum sempurna, sehingga jumlah enzim
terimobilisasi menjadi lebih sedikit. Aktivitas Katalitik Enzim Lipase
Terimobilisasi
Pada konsentrasi enzim 5% jumlah
enzim terimobilisasi hanya mengalami Keberhasilan enzim lipase

kenaikan sedikit. Hal ini dimungkinkan terimobilisasi dalam mengkatalisis reaksi

terjadi karena sistem imobilisasi telah transesterifikasi ditandai dengan

jenuh, dimana kitosan serbuk yang telah terbentuknya FAME (Fatty Acid Methyl

diaktivasi dengan glutaraldehid tidak Ester). Hasil uji aktivitas transesterase

dapat lagi mengikat enzim pada enzim lipase terimobilisasi pada kitosan

konsentrasi yang lebih tinggi. serbuk dengan derajat deasetilasi berbeda


disajikan pada Gambar 6.

700000
600000 200.000
Kelimpahan relatif

Kelimpahan relatif

500000 150.000
400000
100.000
300000
200000 50.000 Metil
palmitat
100000 -
0 DD-1 DD-2 DD-3 Enzim
0 2 4 6 bebas
Jenis katalis yang digunakan
Konsentrasi enzim 5% (b/v)

Gambar 5. Hubungan Konsentrasi Enzim Gambar 6. Perbandingan aktivitas katalitik


terhadap Kelimpahan Relatif Metil Palmitat enzim lipase bebas dan enzim lipase
terimobilisasi pada kitosan dengan derajat
deasetilasi yang berbeda
Banyaknya enzim yang terimobilisasi
Data yang diperoleh menunjukkan
pada kitosan serbuk sebanding dengan
bahwa enzim lipase terimobilisasi pada
aktivitas katalitik enzim pada reaksi
kitosan serbuk memiliki aktivitas
transesterifikasi minyak kelapa sawit
katalitik pada reaksi transesterifikasi.
dengan metanol. Hal ini dibuktikan
Enzim lipase yang terimobilisasi pada
dengan konversi metil ester dimana

e-ISSN 2502-4787
205 EduChemia,Vol.2, No.2, Juli 2017 Mahargyani, Raharjo, dan Haryadi

kitosan DD-1 memberikan hasil korversi permukaan enzim. Luas permukaan yang
yang lebih baik dibanding kitosan DD-2 semakin besar dapat memperbesar
dan kitosan DD-3. Sebagai pembanding peluang terjadinya interaksi antara enzim
digunakan enzim lipase bebas dengan dan substrat, sehingga pada rentang
jumlah yang setara dengan enzim waktu yang sama enzim terimobilisasi
terimobilisasi. Secara keseluruhan enzim dapat mengkonversi produk lebih banyak
lipase terimobilisasi pada kitosan serbuk dibandingkan dengan enzim bebasnya.
memiliki aktivitas katalitik yang lebih Selain itu enzim berbentuk serbuk dapat
baik dibanding enzim lipase bebas. membentuk agregat pada medium reaksi
Pada beberapa kajian yang diacu yang minim air, sehingga menghambat
pada penelitian ini melaporkan bahwa interaksinya dengan substrat Shah and
enzim terimobilisasi memiliki aktivitas Gupta (2007). Ketepatan matriks
yang lebih rendah dibandingkan dengan pendukung imobilisasi yang tepat juga
enzim bebas. Penurunan aktivitas ini menjadi penentu keberhasilan imobilisasi
dapat disebabkan oleh hambatan sterik enzim.
yang ditimbulkan oleh matriks
pendukung imobilisasi. Selain itu dapat Stabilitas Termal Enzim Lipase
Terimobilisasi
juga karena faktor perubahan struktur
enzim yang terjadi selama proses Aktivitas enzimatik sangat

imobilisasi sehingga menghambat dipengaruhi oleh lingkungan yang salah

aktivitas katalitik enzim mengingat satunya adalah suhu. Enzim memiliki

struktur enzim sangat sensitif terhadap aktivitas optimum pada suhu tertentu dan

perubahan kondisi lingkungan. Namun akan kehilangan aktivitas ketika berada

demikian, memungkinkan bagi enzim di atas suhu optimumnya. Hal ini terjadi

terimobilisasi memiliki aktivitas katalitik karena struktur enzim rusak atau

yang lebih baik dibanding dengan enzim mengalami denaturasi. Pengujian

bebasnya. stabilitas termal dilakukan terhadap

Aktivitas enzim terimobilisasi yang enzim lipase bebas dan enzim lipase

lebih baik dibanding enzim bebasnya terimobilisasi untuk membandingkan

dapat terjadi jika ikatan yang terbentuk kemampuan keduanya dalam

selama proses imobilisasi berada pada mempertahankan aktivitas katalitiknya

sisi yang tepat, sehingga ikatan yang setelah pemanasan pada suhu tertentu.

terbentuk dapat memperbesar luas

e-ISSN 2502-4787
Imobilisasi Lipase pada Kitosan Serbuk 206

Enzim lipase bebas dan enzim lipase yaitu 16,25-32,92%, sedangkan enzim
terimobilisasi dipanaskan pada variasi lipase terimobilisasi mengalami
suhu 35, 40, 45, dan 50 °C sebelum penurunan sebesar 36,01-47,86%. Namun
digunakan untuk mengkatalisis reaksi demikian stabilitas termal enzim lipase
transesterifikasi minyak kelapa sawit terimobilisasi pada suhu 50 °C lebih baik
dengan metanol. Pengaruh pemanasan dibandingkan dengan enzim lipase bebas.
terhadap aktivitas katalitik enzim lipase Besarnya penurunan aktivitas enzim
terimobilisasi dan enzim lipase bebas lipase bebas dan enzim lipase
disajikan pada Gambar 7. terimobilisasi berturut-turut sebesar
64,86% dan 61,94%.
1.200.000
(a) Berdasarkan hasil pengujian ini
Kelimpahan relatif

1.000.000
800.000
diketahui bahwa enzim lipase
600.000 terimobilisasi memiliki stabililitas termal
400.000
yang hampir sama dengan enzim lipase
200.000
0
bebasnya. Hal ini ditandai dengan
30 35 40 45 50
perbedaan yang tidak signifikan dari
Suhu pemanasan (°C)
persentase penurunan rata-rata pada
40.000 setiap kenaikan suhu. Persentase
(b)
penurunan rata-rata untuk reaksi yang
Kelimpahan relatif

30.000

20.000 dikatalisis enzim lipase bebas dan enzim

10.000 lipase terimobilisasi berturut-turut

0
sebesar 38% dan 48%. Enzim lipase
30 35 40 45 50
bebas masih dapat mempertahankan
Suhu pemanasan (°C)
aktivitasnya di setiap kenaikan 5 °C
Gambar 7. Pengaruh pemanasan terhadap dengan penurunan yang cenderung lebih
aktivitas katalitik (a.) enzim lipase terimobilisasi,
(b) enzim lipase bebas rendah dibandingkan enzim lipase
terimobilisasi kecuali pada suhu
Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa pemanasan 50 °C.
aktivitas enzim lipase bebas dan enzim Struktur tiga dimensi enzim sangat
lipase terimobilisasi mengalami rentan terhadap perubahan suhu, dimana
penurunan pada setiap suhu pemanasan. perubahan struktur atau konformasi dapat
Pada suhu 35-45 °C penurunan aktivitas mempengaruhi aktivitas katalitik enzim.
rata-rata enzim lipase bebas lebih kecil Bahkan dapat menyebabkan inaktivasi

e-ISSN 2502-4787
207 EduChemia,Vol.2, No.2, Juli 2017 Mahargyani, Raharjo, dan Haryadi

jika enzim berada pada lingkungan yang pada padatan pendukung yang tidak larut
ekstrim rendah atau ekstrim tinggi sehingga proses pemisahan setelah reaksi
dibanding suhu optimumnya. Enzim lebih mudah dan enzim terimobilisasi
terimobilisasi yang dihasilkan pada masih dapat digunakan ulang. Pengujian
penelitian ini memiliki stabilitas termal kemampuan penggunaan ulang enzim
yang tidak terlalu baik. Hal ini mungkin lipase terimobilisasi menghasilkan grafik
terjadi karena ikatan silang antara yang disajikan pada Gambar 8.
kitosan-glutaraldehid-enzim mengalami Hasil yang disajikan pada
pemutusan selama pemanasan, sehingga Gambar 8 memperlihatkan bahwa enzim
sebagian enzim terlepas dari sistem lipase bebas dan enzim lipase
imobilisasi. terimobilisasi mengalami penurunan
aktivitas pada setiap siklus reaksi. Pada
Kemampuan Penggunaan Ulang Enzim siklus kedua penurunan aktivitas cukup
Lipase Terimobilisasi
signifikan dimana penurunan aktivitas
Secara umum enzim bebas memiliki rata-rata untuk enzim lipase bebas dan
stabilitas penggunaan ulang yang rendah enzim lipase terimobilisasi berturut-turut
karena mudah terlarut dalam sistem sebesar 98,06% dan 72,35%. Hal ini
reaksi, sehingga kurang menguntungkan berarti perbandingan konversi minyak
jika diaplikasikan pada reaksi berulang. kelapa sawit menjadi estermya pada awal
Imobilisasi enzim dilakukan sebagai dan akhir reaksi untuk enzim lipase bebas
upaya untuk mengatasi kelemahan ini. dan enzim lipase terimobilisasi berturut-
Pada proses imobilisasi, enzim diikatkan turut sebesar 1,94% dan 27,65%.

500.000
Kelimpahan relatif

Metil palmitat enzim bebas


400.000

300.000
Metil oleat enzim bebas
200.000

100.000 Metil palmitat enzim imobil

0
1 Metil oleat enzim imobil
2
3
Suklus reaksi

Gambar 8. Perbandingan Luas Area Metil Palmitat Dan Metil Oleat Pada Uji Stabilitas Penggunaan Ulang

e-ISSN 2502-4787
Imobilisasi Lipase pada Kitosan Serbuk 208

Pada siklus ketiga enzim lipase imobilisasi ditandai dengan semakin


terimobilisasi masih dapat banyaknya jumlah enzim yang
mempertahankan aktivitas katalitiknya terimobilisasi pada kitosan serbuk.
dengan penurunan aktivitas rata-rata Semakin besar nilai derajat deasetilasi
sebesar 2,19%. Hal ini berarti enzim kitosan tidak berpengaruh signifikan
lipase terimobilisasi masih dapat terhadap jumlah enzim terimobilisasi.
mengkonversi reaktan sebesar 97,81% Imobilisasi optimum diperoleh pada
dibandingkan dengan metil ester yang kondisi pH 6 untuk pelarutan enzim, nilai
dihasilkan pada siklus reaksi kedua. derajat deasetilasi 82,27%, perbandingan
Hasil pengujian ini menunjukkan mol kitosan dengan glutaraldehid
bahwa enzim lipase terimobilisasi sebesar 4:1, dan konsentrasi enzim 5%.
memiliki stabilitas penggunaan ulang Banyaknya enzim yang terimobilisasikan
yang lebih baik dibanding dengan enzim pada kitosan serbuk, sebanding dengan
lipase bebas. Enzim lipase terimobilisasi aktivitas katalitiknya pada reaksi
masih dapat mempertahankan transesterifikasi minyak. Imobilisasi
aktivitasnya hingga tiga siklus reaksi enzim mampu meningkatkan stabilitas
meskipun mengalami penurunan konversi penggunaan ulang dari enzim.
hasil yang signifikan pada siklus reaksi Berdasarkan hasil yang diperoleh
kedua. Sedangkan enzim lipase bebas pada penelitian ini, lipase terimobilisasi
hanya dapat digunakan hingga dua siklus dapat digunakan sebagai katalis pada
reaksi. Hasil ini mengindikasikan bahwa reaksi transesterifikasi yang merupakan
ikatan silang yang terjadi dalam sistem reaksi dasar untuk produksi biodisel.
enzim terimobilisasi tidak mengganggu Lipase terimobilisasi memiliki stabilitas
sisi aktif enzim, sehingga enzim masih penggunaan ulang yang lebih baik
dapat mempertahankan aktivitas dibanding lipase bebas, sehingga dapat
katalitiknya. mengefisienkan penggunaan katalis.
Selain itu, penggunaan kitosan sebagai
KESIMPULAN matriks imobilisasi dapat meningkatkan
Enzim lipase dapat diimobilisasikan nilai guna dan ekonomi dari limbah
pada kitosan serbuk dengan metode cangkang kepiting.
pengikatan silang. Kondisi optimum

e-ISSN 2502-4787
209 EduChemia,Vol.2, No.2, Juli 2017 Mahargyani, Raharjo, dan Haryadi

DAFTAR RUJUKAN

Amorim, R. V. S., Melo E. S., Carneiro- Foresti, M.L., and Ferreira, M.L., 2007,
daChunha, M. G., Ledingham, W. Chitosan-immobilized Lipases for
M., and Campos-Takaki, G. M., The Catalysis of Fatty Acid
2003, Chitosan from Esterifications, J. Enzyme Microb.
Syncephalastrum resemosum Used as Tech., 40, 769–777.
a Film Support for Lipase Hung, S., Peh, K.K., and Khan, T.A.,
Immobilization, Bioresour. Technol., 2002, Reporting Degree of
89, 35-39. Deacetyllation Value of Chitosan :
Brena, B.M., and Batista-Viera, F., 2006, The Influence of Analytical Methods,
Imobilization of Enzymes, Humana J. Pharm. Pharmaceut. Sci., 5(3),
Press, Spanyol. 202-212.
Cahyaningrum, S.E., 2009, Peranan Jegannathan, K.R., Abang, S., Poncelet,
Jembatan Kation Logam dalam D., Chan, E.S., and Ravindra, P.,
Imobilisai Papain pada Kitosan, 2008, Production of Biodiesel using
Disertasi, Jurusan Kimia FMIPA Immobilized Lipase-a Critical
UGM, Yogyakarta. Review, Crit. Rev. Biotechnol., 28,
Chiou, S.H., and Wu, W.T., 2004, 253–64.
Immobilization of Candida Rugosa Krajewska, B., 2004, Application of
Lipase on Chitosan with Activation Chitin and Chitosan-Based Materials
of The Hyroxyl Groups, for Enzyme Immobilizations :
Biomaterials, 25, 197-204. A Review. Enz. Microb. Technol.,
Deng, H.T., Wang, J.J., Ma, M., Liu, 35, 126-139.
Z.Y., and Zheng, F., 2009, Kuo, C.H., Liu, Y.C., Chang, C.M.J.,
Hydrophobic Surface Modification of Chen J.H., Chang C., and Shieh, C.J.,
Chitosan Gels by Stearyl for 2012, Optimum Conditions for
Improving the Activity of Lipase Immobilization on Chitosan-
Immobilized Lipase, Chinese Chem. Coated Fe3O4 Nanoparticles, J. Carb.
Lett., 20, 995–999. Pol., 87, 2538-2545.
Domzy, J.G., and Roberts, G.A.F., 1985, Migneault, I., Dartiguenave, C., Bertrand,
Evaluation of Infrared Spectroscopic M.J., and Waldron, K.C., 2004,
Technique for Analyzing Chitosan, Glutaradehyde : Behavior in
Makromol. Chem., 186, 1671-1677. Aqueous Solution, Reaction with

e-ISSN 2502-4787
Imobilisasi Lipase pada Kitosan Serbuk 210

Protein and Aplication to Enzym Immobilized onto Chitosan, J. Mol.


Crosslinking, BioTechnique, 37, 790- Cat. B: Enzym., 68, 230–239.
802. Shah, S., and Gupta, M.N., 2007 Lipase
Nakajima, M., Ichikawa, S., Nabetani, Catalyzed Preparation of Biodiesel
H., Maruyama, T.M., Furusaki, S., from Jatropha Oil in a Solvent Free
and Seki, M., 2000, Oil-Water Sistem, Process Biochem., 42, 409–
Interfacial Activation of Lipase for 14.
Interesterification of Triglyseride and Silva, J. A., Macedo, G.P., Rodrigues,
Fatty Acid, J. Am. Oil Chem. Soc., D.S., Giordano, R.L.C., and
77, 1121-1126. Goncalves, L.R.B., 2012,
Nasratun, M., Said, H. A., Noraziah, A., Immobilization of Candida antartica
and Adl Alla, A. N., 2009, lipase B by Covalent Attachment on
Immobilization of Lipase from Chitosan-Based Hyrogels Using
Candida rugosa on Chitosan Beads Different Support Activation
for Transesterification, Am. J. Appl. Strategies, J. Biochem. Eng., 60, 16-
Sci., 6 (9), 1653-167. 24.
Orrego, C.E., Salgado, N., Valencia, J.S., Tan, T., Lu, J., Nie, K., Deng, L., and
Giraldo, O.H., and Cardona, C.A., Wang, F., 2010, Biodiesel Production
2010, Novel Chitosan Membranes as with Immobilized Lipase : A Review,
Support for Lipases Immobilization : J. Biotech. Adv., 28, 628-634.
Characterization Aspects, J. Carb. Xie W., and Wang J., 2012, Immobilized
Pol., 79, 9-16. Lipase on Magnetic Chitosan
Pereira, E.B., Zanin, G.M., and Castro, Microspheres for Transesterification
H.F., 2003, Immobilization and of Soybean Oil, J. Biom. Bioe.., 36,
Chatalytic Properties of Lipase on 373-380.
Chitosan for Hydrolysis and Yücel, S., Terzioğlu, P., and Özçimen,
Esterification Reaction, Braz. J. D., 2013, Lipase Application in
Chem. Eng., Vol.20 (4), 343-355. Biodiesel Production, Lecensee
Romdhane, I.B.B., Romdhane, Z.B., InTech, 210-250.
Gargouri, A., and Belghith, H., 2011,
Esterification Activity and Stability
of Talaromyces thermophilus Lipase

e-ISSN 2502-4787
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) E-77

Imobilisasi Enzim Ligninolitik Kapang Tanah


pada Bentonit
Dian Dwiyanti dan N. Dwianita Kuswytasari
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: kuswytasari@bio.its.ac.id

Abstrak—Limbah cair industri kertas mengandung lignin proses ini. Salah stu jenis mineral lempung tersebut adalah
dalam konsentrasi tinggi. Polimer organik tersebut sulit bentonit. Bentonit memiliki potensi untuk digunakan sebagai
didegradasi di lingkungan. Lignin dapat didegradasi oleh enzim support material imobilisasi karena memiliki nilai ekonomis
ligninolitik yang merupakan enzim pendegradasi lignin.
yang rendah serta tersedia secara alami. Selain itu, bentonit
Degradasi limbah cair kertas oleh enzim ligninolitik ini akan lebih
efisien jika dilakukan imobilisasi terlebih dahulu terhadap enzim juga memiliki luas permukaan yang tinggi yang baik
ligninolitik yang digunakan. Imobilisasi enzim ligninolitik dengan digunakan dalam metode adsorpsi imobilisasi enzim [8].
menggunakan bentonit akan dilakukan pada penelitian ini untuk Pada penelitian ini dilakukan imobilisasi enzim lignolitik
melihat pengaruhnya terhadap aktivitas enzim ligninolitik dari dengan menggunakan bentonit untuk melihat pengaruhnya
konsorsium kapang Gliomastix sp. dan Mycelia sterilia. Teknik terhadap aktivitas enzim ligninolitik dari konsorsium kapang
imobilisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah adsorpsi.
Gliomastix sp. dan Mycelia serilia dalam mendegradasi lignin.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil aktivitas tertinggi
enzim ligninolitik terimobilisasi bentonit yaitu laccase 849,54
U/ml, LiP 1227,6 U/ml dan MnP 199,72 U/ml. II. METODOLOGI
Kata Kunci—Bentonit, Imobilisasi enzim, Kapang, A. Waktu dan Tempat Penelitian
Ligninolitik.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret s.d Juli 2016.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan
I. PENDAHULUAN Bioteknologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

L IGNIN merupakan polutan organik tinggi yang sulit


didegradasi di lingkungan karena memiliki struktur kimia
yang kompleks [1]. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya.
B. Alat, Bahan dan Cara Kerja
lignin dapat didegradasi oleh kapang penghasil enzim
ligninolitik [2]. Berdasarkan Penelitian [3], diketahui bahwa 1) Subkultur Isolat Uji
Gliomastix sp. dan Mycelia sterilia merupakan kapang yang Isolat kapang yang digunakan adalah Gliomastix sp. (LM
mempunyai kemampuan dalam mendegradasi lignin sebesar 1020) dan Mycelia sterilia (1041) kultur koleksi Laboratorium
1.4 cm dan 1.29 cm pada medium padat lignin agar Mikrobiologi dan Bioteknologi Jurusan Biologi Institut
chlorampenicol (LAC) dan sebesar 46.96% dan 44.76% pada Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Kedua isolat tersebut
medium cair lignin chlorampenicol (LC). Menurut [4], disubkultur pada medium PDA-C miring (slant agar) dalam
produksi enzim ligninolitik dari konsorsium terbaik tabung reaksi secara duplo. Satu kultur untuk kultur stok dan
menggunakan medium bagase tebu. yang lainnya untuk kultur kerja. Kultur tersebut diinkubasi
Enzim pendegradasi lignin merupakan enzim ligninolitik, selama 5-8 hari pada suhu kamar dalam kondisi aerob. Kultur
yang merupakan enzim oksidatif atau enzim non-spesifik stok kemudian disimpan dalam lemari es pada suhu 4°C
yang bekerja melalui mediator bukan protein. Enzim ini selama 30 hari untuk sediaan biakan, sedangkan kultur kerja
secara umum terdiri dari dua kelompok utama yaitu Laccase digunakan dalam proses selanjutnya [9].
(Lac) dan Peroksidase. Peroksidase terdiri dari lignin 2) Pembuatan Medium Basal –Chloramphenicol
Medium basal dalam 1 L akuades dibuat dengan komposisi
peroksidase (LiP) dan mangan peroksidase (MnP) [5].
sebagai berikut (g/L) : ekstrak yeast 2 g; KH2PO4, 1,5 g;
Penggunaan enzim dalam kondisi bebas pada degradasi
MgSO4.7H2O 1g; CaCl2.2H2O 0.2 g; FeSO4.7H2O 0,2 g;
polutan industri sangat tidak ekonomis karena memiliki
MnSO4.H2O 0,2 g serta Mn2+ 248 µM. Komposisi medium
stabilitas yang rendah, serta pemanenan dan purifikasi produk
yang lebih sulit, dan tidak dapat digunakan dalam proses
teknologi yang sinambung [6]. Oleh karena itu perlu dilakukan
imobilisasi terlebih dahulu. Imobilisasi adalah pengikatan
enzim secara fisik pada suatu tempat tertentu yang masih
memiliki aktivitas katalitik [7]. Beberapa tahun terakhir, telah
terjadi peningkatan pemanfaatan mineral lempung alam untuk
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) E-78

b
Gambar 1. (a). Subkultur isolat Gliomastix sp. , (b). Subkultur isolat Gambar 5. Aktivitas Enzim LiP Terimobilisasi Bentonit
Mycelia sterilia
menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121˚C , 1,5
atm. Penambahan 0,5 g chloramphenicol dilakukan sebelum
sterilisasi [9].
1) Tahap Pre-Treatment Bagase Tebu
Bagase tebu diberikan perlakuan sebelum digunakan
sebagai media pertumbuhan. Substrat sebanyak 2 kg
dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian dipotong kecil
± 3 cm. Substrat digiling dengan menggunakan mesin
penggiling. Kemudian dioven pada suhu 75°C selama 2 hari.
a b Selanjutnya substrat disimpan untuk kemudian digunakan
sebagai medium pertumbuhan [9].
Gambar 2. (a). Starter kontrol, (b). Starter konsorsium kapang
2) Pembuatan Starter
Kultur Gliomastix sp. dan Mycelia sterilia usia 5-8 hari pada
agar miring disuspensikan dengan menambahkan 1,5 ml
aquades. Kultur diinokulasikan ke dalam 25 ml medium basal
serta Mn2+ 248 µM dan 5 gram substrat bagase tebu.
Komposisi medium ini merupakan medium padat yang
dimodifikasi dari metode fermentasi media padat (solid state
fermentatition). Selanjutnya starter diinkubasi pada suhu ruang
sampai 6 hari hingga miselium penuh. Selanjutnya, kapang
yang tumbuh pada medium ini disebut sebagai starter kapang
[10].
a b
3) Tahap Produksi Enzim Ligninolitik
Gambar 3. Pertumbuhan konsorsium kapang pada medium produksi, Substrat bagase tebu sebanyak 50 gram dimasukkan ke
(a). Tampak depan (b).Tampak atas dalam botol kaca 500 ml. Medium basal pH 5 sebanyak 250
ml serta Mn2+ 248 µM kemudian ditambahkan pada botol
kaca. Medium disterilkan dengan autoklaf pada temperatur
121°C tekanan 1,5 atm selama 15 menit. Setelah medium
mencapai suhu ruang, starter diinokulasikan ke dalam
medium dan diinkubasi selama 21 hari [11][12].
4) Ekstraksi Enzim Kasar
Biakan kapang yang telah tumbuh pada bagase tebu setelah
diinkubasi selama 21 hari diambil sebanyak 30 gram,
kemudian digerus dalam mortar bersama 120 ml buffer fosfat
pH 7. Setelah itu dimasukkan ke tabung Eppendorf dan
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 20 menit pada
suhu -4°C. Supernatan dipisahkan dari pelet lalu dimasukkan
ke tabung Eppendorf yang lain. Supernatan yang diperoleh
Gambar 4. Aktivitas Enzim Laccase Terimobilisasi Bentonit merupakan ekstrak enzim kasar [12].
5) Uji Aktivitas Enzim Ligninolitik dari Medium Produksi
disiapkan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1000 ml, Enzim Laccase
setelah itu ditambahkan akuades hingga volume 1 L. Medium Larutan sampel yang akan dianalisis dibuat dengan 0,4 ml
dipanaskan menggunakan magnetic stirrer hingga homogen filtrat enzim dicampur dengan 0,5 ml buffer asetat 0,5 M pH 5
selanjutnya dikondisikan hingga pH 5. Dilakukan sterilisasi dan 0,1 ml ABTS 1mM. Campuran ini dimasukkan ke dalam
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) E-79

kuvet kemudian dihomogenkan. Setelah dihomogenkan larutan ε_max = Absorpsivitas molar Guaiakol (12100 M-1cm-1)
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm dengan d = Tebal kuvet (cm)
interval waktu 0 sampai 30 menit. Aktivitas enzim diukur t = Waktu (menit)
dengan persamaan berikut : Vtotal = Volume total bahan (ml)
Aktivitas Enzim U/ml=((At-Ao) × Vtotal×〖 10〗^9)/(ϵ_max × Venzim = Volume filtrat enzim (ml)
d × V enzim × t) 8) Imobilisasi Enzim Ligninolitik
Keterangan : Bentonit dicampurkan dengan sulphuric acid, dibilas dengan
At = Absorbansi pada menit ke 30 aquades dan dikeringkan pada suhu 100°C selama 2 jam.
Ao = Absorbansi pada menit ke 0 Bentonit 40 gram dicampurkan dengan enzim ligninolitik 200
ε_max = Absorptivitas molar ABTS (36000 M-1 cm-1) ml, di rotary shaker selama 2 jam dalam suhu ruang. Padatan
D = Tebal kuvet (cm) disaring dan dibilas dengan akuades untuk menghilangkan
T = Waktu (menit) enzim yang tidak teradsorbsi.
Vtotal = Volume total bahan (ml) Enzim ligninolitik dalam bentonit sebanyak diambil dengan
Venzim = Volume filtrat enzim (ml) 100 µl syringe dan ditambahkan secara perlahan pada larutan
Satu unit aktivitas enzim Laccase didefinisikan sebagai hexane jenuh selama 1 menit. Imobilisasi dilakukan pada ice
jumlah enzim yang menyebabkan pengubahan 1 mikromol bath [8] [15].
(1μmol=〖10〗^(-6 ) mol) ABTS per menit. 9) Uji Aktivitas Enzim Ligninolitik Terimobilisasi Bentonit
6) Enzim Lignin Peroksidase (LiP) Metode pengujian sama dengan uji aktivitas enzim
Aktivitas LiP diukur berdasarkan reaksi dengan veratryl ligninolitik dari medium produksi. Pada pengujian ini
alcohol. Sebanyak 0,2 ml filtrat enzim, 0,05 ml H2O2 5mM; dilakukan pengukuran sebanyak 7 kali selama 1 minggu.
0,1ml veratryl alcohol 8mM; 0,2 ml buffer asetat 0,05 M pH 3 10) Uji Kontrol Bentonit
dan 0,45 ml akuades dimasukkan kedalam kuvet kemudian Metode pengujian sama dengan uji aktivitas enzim
dikocok. Larutan tersebut dibaca absorbansinya menggunakan ligninolitik dari medium produksi. Pada pengujian ini
spektrofotometer pada panjang gelombang 310 nm pada penggunaan enzim diganti dengan bentonit.
interval waktu 0 dan 30 menit [13]. 11) Penentuan Stabilitas Enzim dari Aktivitas Enzim Sisa
Aktivitas enzim dihitung berdasarkan persamaan berikut: Ligninolitik
Aktivitas Enzim U/ml=((At-Ao)× V total × 〖10〗^9)/(ϵ_max × Kestabilan enzim dapat dilihat dari aktivitas enzim sisa,
d × V enzim × t) Aktivitas enzim sisa ligninolitik ditentukan dengan cara
Keterangan : mencari persentase hasil bagi aktivitas enzim setelah
At = Absorbansi pada menit ke 30 penyimpanan dan sebelum penyimpanan, yaitu sebagai
Ao = Absorbansi pada menit ke 0 berikut:
ε_max = Absorptivitas molar veratyl alcohol (9300 M-1 cm-1) % Aktivitas Sisa = (Aktivitas enzim setelah
D = Tebal kuvet (cm) penyimpanan)/(Aktivitas enzim sebelum penyimpanan) x
T = Waktu (menit) 100% [16]
Vtotal = Volume total bahan (ml) C. Rancangan Penelitian
Venzim = Volume filtrat enzim (ml)
Penelitian ini mengkaji aktivitas dari enzim ligninolitik
Satu unit aktivitas enzim LiP didefinisikan sebagai jumlah
konsorsium kapang Gliomastix sp. dan Mycelia sterilia yang
enzim yang menyebabkan pengubahan 1 mikromol
terimobilisasi pada bentonit. Komponen enzim yang diukur
(1μmol=〖10〗^(-6 ) mol) veratryl alcohol per menit.
adalah enzim Laccase, Lignin Peroksidase, dan Mangan
7) Enzim Mangan Peroksidase (MnP)
Peroksidase.
Aktivitas MnP diukur berdasarkan reaksi dengan guaiakol
pada panjang gelombang 465 nm. Komposisi bahan adalah D. Analisis Data
sebagai berikut : 0,2 filtrat enzim; 0,3 ml aquades; 0,1 ml Data penelitian dianalisa secara deskriptif kualitatif. Uji
buffer Sitrat fosfat 50 mM pH 4,5; 0,1 ml H2O2 1 mM; 0,2 ml dilakukan untuk mengetahui aktivitas dari enzim ligninolitik
MnSO4 1 mM dan 0,1 ml guaiakol 4 mM. Semua bahan konsorsium kapang Gliomastix sp. dan Mycelia sterilia yang
dimasukkan ke dalam kuvet 1 ml, kemudian dikocok perlahan terimobilisasi pada bentonit.
dan absorbansinya dibaca dengan spektrofotometer pada 0 dan
30 menit (A(U)). Aktivitas MnP didapat dengan mengulang
reaksi tanpa MnSO4 dengan penambahan aquades menjadi 0,5 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
ml (B(U)) [14]. Aktivitas enzim dihitung berdasarkan Isolat murni Gliomastix sp. (LM 1020) dan Mycelia
persamaan berikut: sterilia (LM 1041) yang tersedia dalam sediaan biakan
Aktivitas Enzim U/ml=((At-Ao)×Vtotal×〖10〗^9)/(ϵ_max ×d disubkultur kedalam medium PDA-Chloramphenicol. PDA
×Venzim×t) (Potato Dextrose Agar) merupakan medium yang kaya nutrisi
Keterangan : untuk pertumbuhan kapang, serta mengandung dekstrosa
At = Absorbansi pada menit ke 30 sebagai sumber karbon yang berasal dari fermentasi
Ao = Absorbansi pada menit ke 0 karbohidrat [17]. Antibiotik Chloramphenicol digunakan untuk
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) E-80

menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut [18], enzim kasar yang didapat dari supernatan hasil sentrifugasi.
Chloramphenicol merupakan broad-spectrum antibiotic yang Enzim ligninolitik kasar yang telah diperoleh kemudian
dapat menghambat pertumbuhan bakteri namun tidak dianalisis aktivitasnya, terdapat tiga enzim ligninolitik yang
menghambat pertumbuhan kapang. Subkultur isolat dilakukan dianalisis yaitu enzim Laccase, Lignin Peroksidase, dan
selama 5-8 hari dimana hasil menunjukkan bahwa isolat Mangan Peroksidase. Laccase dianalisis dengan menggunakan
Gliomastix sp. lebih cepat tumbuh memenuhi tabung substrat ABTS (2,2'-azino-bis(3-ethylbenzothiazoline-6-
dibandingkan dengan Mycelia sterilia. Gambar 1 menunjukkan sulphonic acid)) yang berperan sebagai mediator untuk
pertumbuhan miselium masing-masing isolat Gliomastix sp. oksidasi komponen non fenolik [23]. Lignin Peroksidase
dan Mycelia sterilia yang telah diinkubasi selama 5-8 hari. berfungsi bersama kofaktor veratryl alkohol yang melindungi
Dari gambar tersebut dapat dilihat secara makroskopis bahwa enzim dari inaktivasi oleh H2O2 berlebih, namun juga
kedua miselium isolat berwarna putih. Isolat Gliomastix sp. berperan sebagai mediator redoks selama oksidasi molekul lain
dan Mycelia sterilia yang telah tumbuh memenuhi tabung [24]. Sedangkan Mangan Peroksidase menggunakan guaiacol
selanjutnya digunakan untuk pembuatan starter. sebagai mediator pada reaksinya [25]. Analisis aktivitas enzim
Pembuatan starter menggunakan medium basal yang dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada
ditambahkan bagase tebu dengan pH 5. Menurut [4], bagase panjang gelombang tertentu yang disesuaikan dengan subtrat
tebu dan pH 5 merupakan medium fermentasi padat serta pH atau mediator yang digunakan. Panjang gelombang 420 nm
yang optimal untuk menghasilkan aktivitas enzim ligninolitik untuk enzim laccase, dimana panjang gelombang tersebut
tertinggi dari konsorsium kapang Gliomastix sp. dan Mycelia merupakan panjang gelombang maksimum untuk analisis
sterilia. Medium basal yang digunakan mengandung ekstrak aktivitas laccase dengan menggunakan substrat ABTS [26].
yeast yang berisi asam glutamat sebagai sumber nitrogen. Lignin Peroksidase diukur dengan menggunakan panjang
Metabolisme nitrogen berperan dalam pengaturan degradasi gelombang 310 dan Mangan Peroksidase pada panjang
lignin sebagai bagian dari metabolisme sekunder kapang [19]. gelombang 465 karena jumlah guaiakol yang hilang saat reaksi
Selain ekstrak yeast terdapat juga KH2PO4, MgSO4.7H2O, dapat dideteksi pada panjang gelombang tersebut [25].
CaCl2.2H2O, FeSO4.7H2O, dan MnSO4.H2O sebagai Selanjutnya dilakukan imobilisasi enzim ligninolitik kasar
makronutrien yang mendukung pertumbuhan kapang dengan menggunakan bentonit. Imobilisasi enzim dilakukan
Gliomastix sp. dan Mycelia sterilia [20]. untuk mempertahankan stabilitas enzim. Imobilisasi enzim
Optimalisasi juga dilakukan pada tahap ini dengan merupakan penjebakkan enzim dalam matriks polimer atau
menambahkan ion logam Mn2+ 248 µM yang berdasarkan pengikatan enzim pada suatu material pembawa [27]. Namun
penelitian [4] dapat meningkatkan pertumbuhan serta aktivitas tetap mempertahankan sifat katalitiknya [28]. Bentonit
enzim ligninolitik yang dihasilkan oleh konsorsium kapang merupakan mineral lempung alam yang digunakan sebagai
Gliomastix sp. dan Mycelia sterilia. Beberapa enzim material support imobilisasi enzim ligninolitik karena
memerlukan ion-ion logam tertentu untuk meningkatkan strukturnya inert, termostabil, dan memiliki kemampuan
aktivitasnya. Pada konsentrasi tertentu, ion logam dapat pertukaran ion. Imobilisasi enzim ligninolitik dengan bentonit
bertindak sebagai aktivator dan pada konsentrasi tertentu pula menggunakan teknik adsorpsi dimana gaya interaksi yang
dapat bertindak sebagai inhibitor. Ion logam Mn2+ dapat terjadi antara material support dan senyawa dapat merupakan
berperan dalam pengikatan enzim dengan substrat untuk ikatan hidrogen, gaya Van Der Waals serta interaksi
menstabilkan konformasi aktif enzim [21]. Pertumbuhan hidrofobik [29].
starter konsorsium kapang ditunjukkan dalam gambar 2 Imobilisasi enzim ligninolitik dianalisis aktivitasnya setiap
dimana dihasilkan miselium kapang konsorsium Gliomastix sp. hari selama masa simpan 7 hari untuk diketahui pengaruh
dan Mycelia sterilia berwarna putih yang tumbuh memenuhi imobilisasi terhadap aktivitasnya.
medium starter. 1. Aktivitas Enzim Laccase Terimobilisasi Bentonit
Pertumbuhan konsorsium kapang Gliomastix sp. dan 2. Aktivitas enzim laccase terimobilisasi bentonit ditunjukan
Mycelia sterilia dalam medium produksi ditunjukkan dalam dalam grafik (gambar 4).
gambar 3 dimana dapat dilihat miselium konsorsium kapang Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa aktivitas
Gliomastix sp. dan Mycelia sterilia yang berwarna putih enzim laccase terimobilisasi bentonit memiliki aktivitas yang
tumbuh pada bagian atas medium produksi. tidak terlalu tinggi. Aktivitas tertinggi didapat pada hari ke-nol
Setelah 21 hari dilakukan ekstraksi enzim dari medium dengan nilai sebesar 849,54 U/ml, sedangkan aktivitas
produksi konsorsium kapang Gliomastix sp. dan Mycelia terendah terdapat pada hari ketujuh sebesar 152,78 U/ml.
sterilia. Menurut [22], ekstraksi menggunakan buffer fosfat Enzim laccase yang terimobilisasi bentonit mengalami
berfungsi untuk menjaga kestabilan pH enzim sehingga penurunan yang cukup tinggi, dimana penurunan tertinggi
mencegah terjadinya denaturasi. Ekstraksi enzim dilakukan sebesar 180.56 U/ml terjadi pada hari keenam. Enzim laccase
dengan sentrifugasi untuk mendapatkan enzim kasar yang akan yang terimobilisasi bentonit memiliki kestabilan yang rendah
digunakan untuk analisis aktivitas dan imobilisasi enzim. Hal dengan nilai aktivitas enzim sisa sebesar 17,98%, aktivitas
tersebut sesuai dengan [2] yang menyatakan enzim ligninolitik enzimnya pun menurun seiring waktu penyimpanan. Hal ini
merupakan enzim ekstraseluler yang dapat dideteksi melalui dapat dikarenakan karena perubahan konformasi enzim laccase
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) E-81

setelah diimobilisasi dan terbatasnya fleksibilitas enzim hampir setara dengan aktivitas enzim bebas [32].
laccase tersebut pada bentonit [15].
Enzim laccase yang terimobilisasi bentonit aktivitas
IV. KESIMPULAN
tertingginya masih dibawah enzim laccase bebas karena
mengalami penurunan aktivitas setelah diimobilisasi yang Berdasarkan data-data yang diperoleh serta pembahasan
disebakan oleh perubahan struktural enzim [30]. Namun yang telah diberikan maka dapat disimpulkan bahwa:
meskipun aktivitasnya lebih rendah, stabilitas enzim laccase 1. Aktivitas enzim laccase terimobilisasi bentonit tertinggi
yang terimobilisasi bentonit lebih tinggi dibanding stabilitas sebesar 849,54 U/ml.
enzim laccase bebas, dimana nilai aktivitas enzim sisanya 2. Aktivitas enzim LiP terimobilisasi bentonit tertinggi yaitu
7,66%. Hal ini menyebabkan aktivitas enzim laccase bebas sebesar 1227,6 U/ml.
pada penyimpanan hari ketiga hingga hari ke tujuh lebih 3. Aktivitas enzim MnP terimobilisasi bentonit tertinggi
rendah dari aktivitas enzim laccase terimobilisasi bentonit yaitu sebesar 199.72 U/ml.
[16].
1. Aktivitas Enzim Lignin Peroksidase (LiP) Terimobilisasi DAFTAR PUSTAKA
Bentonit [1] A. Faradilla, “Bioremediasi Limbah Cair Industri Kertas Menggunakan
2. Aktivitas enzim LiP terimobilisasi bentonit ditunjukan Teknik Imobilisasi Enzim Kasar Dan Biomassa Sel Jamur”, Skripsi.
dalam grafik (gambar 5). UGM : Yogyakarta (2013).
[2] R.T. Howard, E, Abotsi, E.L., Jansen van Rensburg, and Howard, S.
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa aktivitas “Lignocellulose Biotechnology : Issue of Bioconversion and Enzyme
enzim lignin peroksidase (LiP) terimobilisasi bentonit Production”. African Journal of Biotech. 2 (2003) 602 -619.
mengalami penurunan setiap harinya selama masa simpan [3] Y.M., Rohmah, N.D, Kuswytasari, dan M. Shovitri, 2011. “Studi
tujuh hari. Aktivitas enzim LiP yang terimobilisasi bentonit Potensi Isolat Kapang tanah dari Wonerejo Surabaya dalam
Mendegradasi Lignin”. Tugas Akhir. Biologi FMIPA ITS : Surabaya
memiliki nilai tertinggi sebesar 1227,6 U/ml pada hari ke-nol (2011).
dan aktivitas terendah pada hari ketujuh sebesar 250.9 U/ml. [4] D.W., Intani, dan N.D., Kuswytasari, “Aktivitas Enzim Ligninolitik
Aktivitas enzim LiP terimobilisasi bentonit lebih rendah Jamur Gliomastix sp. dan Mycelia sterilia dengan Induksi logam pada
Limbah Bagase”, Tugas Akhir. Biologi FMIPA ITS : Surabaya (2015).
dibandingkan dengan aktivitas enzim LiP bebas, dimana nilai [5] J. Perez, 2002. “Biodegradation and biological treatments of cellulose,
aktivitas enzim LiP bebas tertinggi adalah 4094,48 U/ml hemicellulose and lignin: an overview”. Departement of Microbiology,
sedangkan aktivitas terendahnya sebesar 232,975 U/ml. Hal Facultad de Ciencias, Universidad de Granada, Campus Fuentenueva,
18071 Granada, Spain.
tersebut dapat disebabkan akibat denaturasi enzim selama [6] A., Zubriene, S., Budiene, N., Romskevic T., Gorochovceva, E.,
proses imobilisasi atau rendahnya afinitas substrat terhadap Matulionis and Dienys G. “Immobilization of Hydrolases onto chitosan
enzim terimobilisasi bentonit [31]. Namun meskipun mircoparticles”. Chemical. 4 (2003) 14:21.
[7] I., Chibata ed, “Immobilized Enzyme Research and Development”,
aktivitasnya lebih rendah, stabilitas enzim LiP yang
Halsted Press, New York (1978).
terimobilisasi bentonit lebih tinggi dibanding stabilitas enzim [8] Y., Yesiloglu, “Utilization of bentonite as a support material for
LiP bebas, dimana nilai aktivitas enzim LiP sisa yang immobilization of Candida rugosa lipase”, Journal of Elsevier Process
terimobilisasi bentonit adalah 8,76%. Sedangkan aktivitas Biochemistry, Vol. 40 (2005) 2155-2159.
[9] Sk.M., Hossain, and N., Anantharaman, “Activity Enhancment of
enzim LiP bebas sisa adalah 5,68%. Hal ini menyebabkan Ligninolytic Enzyme of Trametes versicolor with Bagase Powder”,
aktivitas enzim LiP bebas pada hari ketujuh lebih rendah pada African Journal of Biotechnology, Vol 5 (2006) pp. 180-194. India:
dari aktivitas enzim LiP terimobilisasi bentonit [16]. Departement of Chemical Engineering.
[10] J. Yang, Y. Hong Li, W. He Xiang, and C. Wen Xin, “Purification and
1. Aktivitas Enzim Mangan Peroksidase (MnP) characterization of Lignin Peroxidases from Penicillium decumbens
Terimobilisasi Bentonit P6”, Journal of Microbiology and Botechnology, Vol. 21 (2005) 435-
2. Aktivitas enzim MnP terimobilisasi bentonit ditunjukan 440.
[11] D.S. Arora, M. Chander, and P.Gill, “Involvement of Lignin
dalam grafik (gambar 6). Peroxidase, Manganase Peroxidase and laccase in degradation and
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa aktivitas Selective Ligninolysis of Wheat Straw,” International Biodeterioration
enzim MnP terimobilisasi bentonit tertinggi didapatkan pada & Biodegradation, Vol. 50 (2002) 115-120).
hari ke-nol dengan nilai sebesar 199.72 U/ml dan aktivitas [12] R.I. Syafrizal. 2007, “Aktifitas enzim ligninolitik fungi pelapuk putih
Omphalina sp. dan Pleurotus ostreatus pada limbah lignoselulosa,
terendah pada hari ketujuh dengan nilai sebesar 41.32 U/ml. Skripsi. Bogor : Biokimia IPB (2007).
Aktivitas enzim MnP terimobilisasi bentonit masih lebih [13] M. Tien, and T. K. Kirk, “Lignin Degrading Enzyme from
rendah dibandingkan dengan aktivitas enzim MnP bebas, Phanerochate chrysossporium : Purification, Characterization and
Catalycal Properties of a Unique H2O2-requirung Oxygenease”,
dimana nilai aktivitas enzim MnP bebas tertinggi adalah Practice Natural Academy Science USA, Vol. 81 (1984) 2280-2284).
4407,71U/ml sedangkan aktivitas terendahnya sebesar 165,289 [14] R. Fitria, “Optimasi Produksi Enzim Lignolitik oleh Isolat A-1 dan G.
U/ml. Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya perubahan Lucidum serta Pemurnian Parsial dan Karakteristik Lakase”. Skripsi.
Jakarta: Universitas Indonesia (2005).
kondisi optimum aktivitas enzim ligninolitik. Setelah [15] M.E. Sedaghat, M. Ghiacia, H. Aghaeia, S. Soleimanian-Zadba,
diimobilisasi, kondisi optimum aktivitas enzim, seperti pH dan “Immobilization of α-amylase on Na-bentonite and modified bentonite”,
temperatur optimum cenderung berubah dari kondisi Applied Clay Science, (2009) 46125–130.
[16] I.M. Isya, A. Roosdiana, and Sutrisno. “Pengaruh Suhu dan Lama
optimum aktivitas enzim bebas. Umumnya terjadi kenaikan
Penyimpanan terhadap Kestabilan Xilanase Amobil dalam Kitosan”.
pH dan temperatur untuk mencapai aktivitas enzim yang Kimia.Student Journal, Vol. 2, (2014) No. 1, pp. 333 -339.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) E-82

[17] J. F. MacFaddin, “Media for the Isolation-Cultivation Identification-


Maintenance of Medical Bacteria, Vol.1”. Williams and Wilkins:
Baltimore (1985).
[18] G.M. Mueller, G.F. Bills., & M.S. Fosteer. “Biodiversity of fungi :
Inventory and Monitoring methods”, Elsevier Academic Press Inc:
Amsterdam (2004).
[19] A. Fadilah, S. Distantina, S.R. Dwiningsih, dan D. S. Ma’rifah,
“Pengaruh Penambahan Glukosa dan Ekstrak Yeast terhadap
Biodelignifikasi Ampas Batang”, EKUILIBRIUM Vol. 8, (2009) No. 1.
P: 29 –33.
[20] D. Komalasari, “Isolasi, identifikasi, dan pengujian kemampuan kapang
selulolitik dari naskah kuno kertas eropa asal keraton kasepuhan
cirebon”, Skripsi, Biologi. FMIPA UI : Jakarta (2012).
[21] T. Palmer, “Understanding Enzymes”. Ellis Harwood : Chichester, West
Sussex, England (1991).
[22] Y. A. Prasetya, “Enzim Merkuri reduktase pada Genera Bacillus sebagai
pereduksi merkuri anorganik (Hg2+) menjadi Merkuri volatil (Hg0)”,
Tugas Akhir, ITS : Surabaya (2012).
[23] C.F. Thurston, “The structure and function of fungal laccases”,
Microbiology 140: (1994) 19-26.
[24] M. Akhtar, R.A. Blanchette and T.K. Kirk, “Fungal Delignification and
Biochemical Pulping of wood”, Advance in Biotechnology, 57: (1997)
159-195.
[25] H. Huang, G.M. Zeng, L. Tang, H. Yu, X.M. Xi, Z.M. Chen and G.H.
Huang, “Effect of Biodelignification of Rice Streaw on Humification
and Humus Quality by Phanerochaete chrysosporium and Streptomyces
badius, International Biodeterioration and Biodegradation, 61 : (2008)
331-336.
[26] H. Widiastuti, dan Tripanji, “Pola Aktivitas Enzim Ligninolitik
Pleurotus ostreatus pada limbah Sludge Pabrik Kertas”, Jurnal menara
perkebunan, Vol. 76 (2008) No.1, 47-60, Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan : Bogor.
[27] Tischer and Wedekind, “Immobilized enzyme: methode and
application”, Springer : Berlin, Heidelberg (1999).
[28] C. Spahn, & S. D. Minteer, “Enzyme Immobilization in Biotechnology”,
Recent Patents on Engineering, Vol 2 (2008) No.3 : 195-200.
[29] R.G. Burn, “Interaction of enzymes with soil minerals and organic
colloids” , Soil Science Society of America, Madison, (1986) 439-452.
[30] M.Y. Chang, and R.S. Juang, “Activities, stabilities, and reaction
kinetics of three free and chitosan–clay composite immobilized
enzymes”, Enzyme Microb. Technol, 36 (2005) 75–82.
[31] O. Prakash & N. Jaiswal, “Immobilization of a Thermostable Amylase
on Agarose and Agar Matrices and its Application in Starch Stain
Removal”, World Appl Sci. J., 13 (2011) No.3 : 577-577.
[32] F. Sebayang, “Pengujian Stabilitas Enzim Bromelin yang Diisolasi dari
Bonggol Nenas serta Imobilisasi Menggunakan Kappa Karagenan”,
Jurnal Sains Kimia, 10 (2006) (1): 20-26.

Anda mungkin juga menyukai