Anda di halaman 1dari 12

A.

Edukasi pada Pasien dan Keluarga


Pendidikan pasien dan keluarga adalah pengetahuan yang
diperlukan oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun
pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan ke pelayanan
kesehatan lain atau ke rumah. Pendidikan pasien dapat mencakup
informasi sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan
tindak lanjut pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke
pelayanan emergensi bila dibutuhkan. Pendidikan pasien merupakan
proses membantu pasien dengan cara memberikan pengajaran tentang
perilaku kesehatan agar pasien tersebut dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari untuk mencapai kesehatan yang optimal dan
kemandirian dalam perawatan dirinya (Bastable, 2002).
Edukasi pada pasien dan keluarga adalah usaha atau kegiatan
untuk membantu individu dan keluarga dalam meningkatkan
kemampuan untuk mencapai kesehatan secara optimal dan bersedia
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam proses pelayanan
(Boneeto, 2017). KARS (2011) menjelaskan bahwa Pendidikan Pasien
dan Keluarga (PPK) merupakan pemberian pengetahuan yang
diperlukan oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun
pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan (discharge)ke
pelayanan kesehatan lain atau ke rumah. Pendidikan yang diberikan juga
mencakup informasi sumber-sumber di komunitas untuk tambahan
pelayanan dan tindak lanjut apabila diperlukan, serta bagaimana akses
ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan.
Asiri, Bawazir, dan Jradi (2013) menjelaskan bahwa Pemberian
informasi kepada pasien dan keluarga merupakan cara yang paling
efektif untuk mendorong pasien dan keluarga menerapkan gaya hidup
sehat dalam kehidupannya. Penerapan gaya hidup sehat tidak hanya
membantu dalam pencegahan penyakit saja, tetapi juga dapat
mengurangi resiko komplikasi sebagai hasil dari penyakit yang diderita
pasien tersebut.
B. Tujuan Edukasi pada Pasien dan Keluarga
Tujuan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) American Nurses
Association (ANA) menjelaskan bahwa perawat perlu memberikan
pendidikan kesehatan agar pasien dapat menerima informasi tentang
perawatan kesehatan dengan cara yang menyenangkan dan dilakukan di
tempat yang tidak asing baginya. Pendidikan pasien yang komprehensif
memiliki tiga tujuan penting yaitu; pemeliharaan dan peningkatan serta
pencegahan penyakit, perbaikan kesehatan, dan koping terhadap
gangguan fungsi. Pemeliharaan dan peningkatan serta pencegahan
penyakit mencakup manajemen stres, kebersihan, imunisasi, nutrisi,
latihan, dan pemeriksaan kesehatan (misalnya tekanan darah,
penglihatan, dan tingkat kolesterol). Perbaikan kesehatan mencakup
informasi tentang penyakit dan kondisi pasien, lingkungan rumah sakit
atau klinik, perawatan jangka panjang, dan keterbatasan yang dihasilkan
dari penyakit atau pembedahan. Koping terhadap gangguan fungsi
meliputi perawatan rumah (medikasi, diet, aktivitas, dan alat bantu),
rehabilitasi untuk fungsi tubuh yang tersisa (terapi fisik, terapi okupasi,
dan terapi wicara), dan pencegahan komplikasi (Potter & Perry, 2005).
C. Manfaat Edukasi pada Pasien dan Keluarga
Pendidikan pasien telah menunjukkan potensinya untuk
meningkatkan kepuasan pasien, memperbaiki kualitas kehidupan, efektif
mengurangi komplikasi penyakit, menurunkan ansietas, dan
memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
dan memberikan jaminan terhadap perawatan pasien (Farzianpour,
2014).
D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Edukasi pada Pasien dan
Keluarga
Kelo, Martikainen, dan Eriksson (2013) menjelaskan bahwa
pemberian pendidikan pasien dan keluarga didasarkan pada
pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya, tindakan yang
telah dilakukan pasien dan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya, pengalaman tekait dengan kondisi yang dialami pasien,
dan sikap pasien dan keluarga tersebut dalam mengambil keputusan
terkait masalah kesehatan yang dialami oleh pasien.
E. Peran Perawat dalam Pemberian Edukasi pada Pasien dan
Keluarga
Karlsen (1997) dan Kruger (1991 dalam Jones, 2010)
menjelaskan bahwa perawat sendiri mengakui pendidikan kesehatan
merupakan komponen penting dari perawatan pasien. Penelitian ini
menunjukkan bahwa perawat melihat pendidikan pasien sebagai
prioritas dan melihatnya sebagai sama pentingnya dengan kegiatan
perawatan lainnya. Perawat memberikan Pendidikan Pasien dan
Keluarga (PPK) sesuai dengan 6 standar yang telah ditetapkan oleh
Joint Commission International(KARS, 2011).
1. Standar PPK.1 menjelaskan tetang rumah sakit menyediakan
pendidikan untuk menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam
pengambilan keputusan dan proses pelayanan.
2. Standar PPK.2 menjelaskan tentang dilakukannya pengkajian
pendidikan masing-masing pasien dan dicatat di rekam medisnya.
3. Standar PPK.3 menjelaskan tentang pendidikan dan pelatihan
membantu pemenuhan kebutuhan kesehatan berkelanjutan dari
pasien.
4. Standar PPK.4 menjelaskan tentang pemberian pendidikan pasien
dan keluarga termasuk topik-topik berikut ini, terkait dengan
pelayanan pasien: penggunaan obat yang aman, penggunaan
peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obat dengan
makanan, pedoman nutrisi, manajemen nyeri, dan teknik-teknik
rehabilitasi.
5. Standar PPK.5 menjelaskan tentang metode pemberian pendidikan
mempertimbangkan nilai-nilai dan pilihan pasien dan keluarga, dan
Universitas Sumatera Utara 13 memperkenankan interaksi yang
memadai antara pasien, keluarga dan staf agar terjadi pembelajaran.
6. Standar PPK.6 menjelaskan tentang tenaga kesehatan yang
memberi pelayanan pasien berkolaborasi dalam memberikan
pendidikan.
F. Tatalaksana Pemberian Edukasi pada Pasien dan Keluarga
1. Tahap Assesment Pasien (Aji, 2016).
Sebelum melakukan edukasi petugas menilai dulu kebutuhan
edukasi pasien dan keluarga berdasarkan (data didapatkan dari RM)
a. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
b. Kemampuan membaca,tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan
c. Hambatan emosional dan motivasi (emosional : epresisenang
dan marah)
d. Keterbatasan fisik dan kognitif
e. Kesediaan pasien untuk menerima informasi
2. Tahap Penyampaian Informasi dan Edukasi yang Efektif (Aji,
2016).
Setelah melakukan tahap assesment pasien, ditemukan :
a. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang,
maka proses komunikasinya mudah disampaikan
b. Jika pada tahap assesment ditemukan hambatan fisik (tuna
rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan lefleat kepada pasien can keluarga (istri,anak,ayah
atau saudara sekandung) dan menjelaskan kepada mereka
c. Jika pada tahap assesment ditemukan hambatan emosional
pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang
efektif adalah memberikan materi edukasi atau berikan edukasi
kepafa keluarga
d. Jika ditemukan pasien mengalami hambatan alam bahasa,
rumah sakit memfasilitasi petugas sesuai dengan bahasa yang
dibutuhkan
3. Tahap Verifikasi (Aji, 2016).
Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami
edukasi yang diberikan :
a. Apakah pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan
informasi, kondisi pasien baik dan senang
b. Pertanyaanya adalah “materi edukasi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang bapak/ibu bisa pelajari?”
c. Apakah pasien pada tahap cra memberikan edukasi dan
informasi, pasiennya mengalami hambatan fisik, maka
verifikasinya adalah dengan fihak keluargadengan pertanyaan
yang sama. “ dari materi yang telah disampaikan kira-kira
bapak/ibu bisa pelajari?”
d. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan
informasi, ada hambatan emosional (marah atau depresi), maka
verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana
pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan
memahaminya. Prosesnyapertanyaan ini datang langsung ke
kamar pasien setelah pasien tenang atau edukasi diberikan
kepada pasien.
4. Dokumentasi (Aji, 2016).

Pemberian informasi dan edukasi didokumentasikan pada formulir


pemberian informasi dan edukasi terintegrasi. Berdasarkan SNARS
(Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit) juga dikatakan harus
ada bukti pemberian edukasi kepada pasien tentang risiko medis
akibat asuhan medis yang belum lengkap, berupa persetujuan dan
ketidaksetujuan terhadap tindakan medis dan intervensi yang akan
dilakukan.

G. Pemahaman Perawat Tentang Pendidikan kesehatan Di Rumah Sakit


Oleh Perawat (Lasmito dan Rachma, 2009)

Pengertian pendidikan kesehatan di rumah sakit oleh perawat


yaitu ilmu pengetahuan yang harus diberikan pada pasien sesuai
kebutuhannya. Pendidikan kesehatan juga tak hanya ditujukan pada
pasien, tetapi juga keluarga pasien. Pendidikan kesehatan yaitu suatu
penerapan konsep pendidikan didalam bidang kesehatan atau suatu
proses yang mencakup dimensi dan kegiatan–kegiatan dari intelektual,
psikologi dan sosial yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
manusia dalam mengambil keputusan secara sadar dan yang
mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat Pemahaman
dari seorang perawat akan sangat mempengaruhi pendidikan kesehatan
yang akan diberikan oleh perawat tersebut. Dengan memahami
pengertian pendidikan kesehatan, perawat akan membuat rencana
tindakan sesuai dengan pengertian pendidikan kesehatan yang mereka
pahami dan kewenangan mereka sebagai perawat.
Informsanmemberikan pendidikan kesehatan tentang cara merawat luka
diabetes mellitus dan nutrisi yang tepat saat dirumah pada pasien dengan
luka diabetes mellitus yang akan pulang. Pendidikan kesehatan yang
diberikan oleh perawat tersebut memang sesuai dengan kondisi pasien
atau kebutuhan pasien.
H. Pandangan Perawat Tentang Hambatan dari Pasien yang
Mengganggu Perawat untuk Menjalankan Perannya sebagai
Educator (Lasmito dan Rachma, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan 5 informan mengatakan hambatan
pemberian pendidikan kesehatan dari pasien antara lain pendidikan
rendah, mitos, budaya dan kepribadian. Namun ada 1 informan yang
mengatakan bahasa dan sifat pasien. Beberapa pengertian informan ini
sesuai dengan teori yang menyatakan hambatan pendidikan kesehatan
dari pasien antara lain tingkat pendidikan yang rendah; karakter pribadi
peserta didik; efek hoptalisasi; stres akibat penyakit, ansietas,
menurunnya fungsi tubuh (pancaindra); kurangnya waktu untuk belajar;
kompleksitas target yang harus dicapai; ketidaknyamanan, fragmentasi
dan ketidakmanusiawian sistem perawatan yang sering menyebabkan
frustasi dan ketidakpedulian

Pendidikan pasien yang rendah, karakter pasien yang kurang


motivasi dan keras kepala serta dipulangkannya pasien dengan cepat
akan mempengaruhi kemampuan pasien dalam penerimaan pendidikan
kesehatatan yang di berikan. Selain itu bahasa dan budaya yang telah
disebutkan informan juga sangat mempengaruhi berhasil tidaknya
sebuah pendidikan kesehatan. Untuk itu penting dilakukan pengakajian
yang memadai pada pasien sebelum dilakukan pendidikan kesehatan.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sebelum
memberikan pendidikan kesahatan, perawat mengkaji pemahaman
pasien, kemudian memberikan pendidikan kesehatan sesuai masalah
kesehatan pasien dan mengkaji ulang pemahaman pasien setelah
pemberian pendidikan kesehatan Pengkajian ini penting dilakukan untuk
meminimalis kegagalan pemberian pendidikan kesehatan dari sisi
pasien.
I. Pandangan Perawat Tentang Hambatan dari Perawat yang
Mengganggu Perawat untuk Menjalankan Perannya sebagai
Educator (Lasmito dan Rachma, 2009)

Hasil penelitian menunjukkan 5 informan mengatakan hambatan


pemberian pendidikan kesehatan dari perawat antara lain waktu yang
terbatas, terlalu banyak pekerjaan dan pasien, sibuk, malas, tenaga
perawat terbatas dan pengetahuan perawat kurang. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan hambatan dari perawat antara lain perawat tidak
siap memberikan pendidikan kesehatan. Ketidaksiapan ini dapat
diakibatkan oleh masih kurang memadainya pendidikan perawat,
karakter pribadi parawat dan keterbatasan waktu. Pendidikan yang
kurang memadai, karakter pribadi perawat yang pemalas dan tidak
kreatif membuat perawat kurang mampu memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kebutuhan pasien. Selain itu kurang distanda risasikan
dan kurang jelasnya materi pendidikan, delegasi, pendokumentasian dan
koordinasi yang kurang juga mempengaruhi pendidikan kesehatan yang
diberikan oleh seorang perawat. Hal ini menyebabkan seringkali terjadi
duplikasi dokumentasi pendidikan kesehatan atau malah tidak dilakukan
sama sekali, kurangnya komunikasi antara perawat dan tenaga
kesehatan yang lain serta materi diambil dari berbagai sumber yang
belum valid.
Namun ada 1 informan yang mengatakan bahwa tidak ada
hambatan dari perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan.Hal ini
sangat tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan berbagai hambatan
pendidikan kesehatan dari perawat.Beberapa hambatan yang disebutkan
oleh informan menggambarkan kesadaran perawat bahwa hambatan dari
pendidikan kesehatan juga disebabkan oleh perawat itu sendiri.
Kesadaran ini penting agar perawat dapat meningkatkan perannya
sebagai educator dan meminimalis hambatan-hambatan yang berasal
dari dirinya sendiri. Namun pernyataan 1 informan yang menyatakan
bahwa tidak ada hambatan dari perawat dalam pemberian pendidikan
kesehatan menggambarkan masih rendahnya pemahaman dan kesadaran
perawat akan perannya sebagai perawat dalam hal ini educator.
DAFTAR PUSTAKA

Aji, E. (2016). Panduan pemberian informasi dan edukasi pasien dan keluarga.
Diakses pada 1 November 2018, dari: https://edoc.site/panduan-
pemberian-informasi-dan-edukasi-pasien-dan-keluarga-pdf-free.html

Asiri, N., Bawazir,A.A.A., & Jradi, H. (2013). Patient’s satisfaction with health
education services at primary health care center in Riyadh, KSA.Journal
Community Medicine& Health Education, 4, 1-5.

Boneeto,B. (2017). Panduan Pemberian Informasi Dan Edukasi. Diakses pada 1


November 2018, dari: https://kupdf.net/download/mki-3-panduan-
pemberian-informasi-dan-edukasi_58e7518bdc0d601e27da9819_pdf

Farzianpour, F. (2014). Accreditation of Patient Family Education (PFE) in the


Teaching Hospitals of Tehran University of Medical Science from the
nurses’ view.Pensee Journal, 76, 182-193.

Jones, R.A. (2010). Patient education in Rural Community Hospital: registered


nurses’ attitudes and degress of comfort.Journal of Continuing Education
in Nursing, 41, 41-47.

KARS. (2011). Standar akreditasi rumah sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan


RI.

Kelo, M., Martikainen, M.,& Eriksson, E. (2013). Patient education of children


and their families: nurses’ experiances.Journal of Pediatric
Nursing,39,71- 79

Perdana, I. (2017). Hubungan Pelaksanaan Pendidikan Pasien dan Keluarga


(PPK) dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUP
H.Adam Malik Medan. Skripsi: Universitas Sumatra Utara.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan
konsep, proses, dan praktik erdisi 4. Jakarta: EGC.

Lasmito, W. dan Rachma, N. (2009). Motivasi Perawat Melakukan Pendidikan


Kesehatan Di Ruang Anggrek RS Tugurejo Semarang. diakses pada
tanggal 1 November 2018 dari
https://core.ac.uk/download/pdf/11709965.pdf

Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2017. Standar Nasional Akreditasi Rumah


Sakit. Diakses pada tanggal 1 November 2018 dari
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2a
hUKEwiW2eGDtbLeAhVOTn0KHU9YBBAQFjAAegQIBhAC&url=h
ttp%3A%2F%2Fwww.pdpersi.co.id%2Fkanalpersi
%2Fmanajemen_mutu%2Fdata
%2Fsnars_edisi1.pdf&usg=AOvVaw3_mSLkhit2hqhbXDivNKDQ
TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN 2

HASIL DISKUSI EDUKASI PADA PASIEN DAN KELUARGA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan 2

Dosen Pembimbing: Agus Santoso, S.Kep. M.Kes.

DISUSUN OLEH:

Kelas A15.2

Ismaya Dwi Safitri 22020115120005


Fatia Zulfa 22020115120038
Putri Erlina Febrianti 22020115130092
Astri Artanti 22020115130111
Nikita Apriani 22020115140097

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2018

Anda mungkin juga menyukai