Kota Kinabalu, Malaysia
Daftar isi
1Fungsi
2Ciri-ciri
3Teori struktur ruang kota
4Lihat pula
5Referensi
6Pranala luar
Fungsi[sunting | sunting sumber]
Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan dan fungsi yang lebih luas lagi
antara lain sebagai berikut:
Sebagai Tempat Pusat dari berbagai macam produksi.
Contoh: Kediri, Pekanbaru, dan Bontang
Sebagai pusat dari banyak perdagangan dan juga keuangan.
Contoh: Medan, Surabaya, Hong Kong, Singapura, dan Frankfurt
Sebagai pusat dari pemerintahan. Contoh: Brasilia (ibu kota Brasil), Washington
DC (ibu kota Amerika Serikat), Canberra (ibu kota Australia)
Sebagai pusat dari sebuah kebudayaan. Contoh: Yogyakarta dan Surakarta
Sebagai Penopang Kota Pusat atau Kota satelit. Contoh: Tangerang
Selatan, Binjai dan, Kota Batu
Ciri-ciri[sunting | sunting sumber]
Ciri fisik kota meliputi hal sebagai berikut:
Teori ini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central Business
District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk
bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta
merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota. DPK atau CBD
tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama, bagian paling inti atau RBD (Retail
Business District) dengan kegiatan dominan pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua,
bagian di luarnya atau WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh
bangunan dengan peruntukan kegiatan ekonomi skala besar, seperti pasar,
pergudangan (warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama
(storage buildings).
1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang merupakan pusat
pertokoan besar, gedung perkantoran yang
bertingkat, bank, museum, hotel, restoran dan sebagainya.
2. Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona
ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosial ekonomi. Daerah ini
sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum karena zona ini
dihuni penduduk miskin. Namun sebenarnya zona ini merupakan zona
pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan
daerah di luarnya.
3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni
oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas
bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan
rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess
menamakan daerah ini yaitu working men's homes.
4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks
perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu.
Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar.
5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan
adanya kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk
merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi.
6. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki daerah
belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di
kota dan tinggal di pinggiran.
Teori Sektoral
Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki pengertian yang sama dengan
yang diungkapkan oleh Teori Konsentris.
1. Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kantor, hotel,
bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.
2. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.
3. Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh.
4. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma.
5. Sektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang
terdiri dari para eksekutif dan pejabat.
Kota kebun
Kota (wilayah administratif)
Kota administrasi
Kota otonom
Daftar kabupaten dan kota Indonesia
Referensi[sunting | sunting sumber]
Bibliografi