Anda di halaman 1dari 5

1.

Menurut opini saya, manusia merupakan insan yang sejatinya masih butuh pembelajaran
dalam hidup di dunia, manusia terlahir dengan ilmu yang palin dasar di dapat dari
keluarga nya dan lingkungan nya. Ketika beranjak dewasa dan mulai masuk ke ranah
pendidikan, manusia mulai mempelajari ilmu pendidikan kewarganegaraan yang berguna
untuk memberi ilmu tentang sosial bermasyarakat, sehingga manusia di bentuk agar siap
menjalani kehidupan sosial bermasyarakat dalam kewarganegaraan. Dimana dalam
program pendidikan kewarganaan biasanya mencakup tata sosial, tata budaya, sejarah
pemerintahan, bentuk pemerintahan, hak asasi manusia atau yang biasa disebut human
right, dan lain sebagai nya. Menganut pada pembukaan UUD 1945 “… mencerdaskan
kehidupan bangsa …”, nah dari situlah peran penting dan maksud pendidikan
kewarganegaraan menekan proses pembentukan manusia.

2. Pembudayaan karakter warga Negara melalui nilai - nilai Pancasila sudah ditanamkan
melalui ideologi yang diterapkan di Indonesia yaitu ideologi Pancasila. Ideologi
Pancasila yang di terapkan di Indonesial merupakan ideology terbuka yang artinya adalah
nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan melainkan digali dan diambil dari kekayaan
rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri. Ideology terbuka merupakan milik
semua rakyat dan para masyarakat mampu menemukan dirinya di dalamnya. Ideologi
yang wajar juga berakar dari pandangan hidup suatu bangsa dan filsafah hidup bangsa.
Dengan demikian, ideology tersebuta dapat berkembang sesuai perkembangan
masyarakat beserta kecerdasan kehidupan bangsa.

Pancasila baerakar dari pandangan hidup bangsa dam filsafah bangsa, maka dari itu
memenuhi persyaratan suatu ideologi terbuka. Meskipun Pancasila merupakan ideologi
terbuka, bukan berarti sifat terbukanya adalah sangat terbuka sehingga memusnahkan dan
meniadakan ideologi itu sendiri. Dari situlah salah satu contoh pembudayaan karakter
warga Negara yang bersumberkan dari nilai - nilai Pancasila yaitu dari ideology
Pancasila. Apabila di ambil dari setiap sila pada Pancasila, karakter warga Negara bisa
diterapkan dari :
a. Sila pertama (nilai Ketuhanan)
“Ketuhanan Yang Maha Esa” artinya warga negara Indonesia di bebaskan untuk
memilih, menganut, menjalankan, sekaligus mengamalkan ibadah berdasarkan
agama yang mereka percaya.
b. Sila kedua (nilai Kemanusiaan)
“Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” memiliki nilai bahwa bangsa Indonesia
diakui dan dipelakukan oleh Negara sebagai insan ciptaan tuhan. Nilai – nilai
Pancasila ini didasari bahwa manusia adalah insan yang memiliki martabat,
derajat, hak serta kewajiban yang sama.
c. Sila ketiga (nilai Persatuan)
“Persatuan Indonesia” memiliki wujud, tekad, serta satu tujuan yang bergabung
menjadi satu. Dari sila ini mengajarkan bahwa bangsa Indonesia memiliki nilai
persatuan di di dalam nya.
d. Sila keempat (nilai Kerakyatan)
“Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan”, dari sila ini dapat dipetik nilai bahwa segala
putusan yang menyangkut kepentingan bersama harus didasar oleh musyawarah
dan mufakat.
e. Sila kelima (nilai Keadilan)
“Keadilan Sosila Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, nilai dari sila kelima ini bahwa
dalam kehidupan bermasayrakat harus diciptaakan keseimbangan yang adil antara
hak dan kewajiban.

3. Saya setuju dengan hal itu, “Bhineka Tunggal Ika” adalah semboyan atau merupakan
motto bagi bangsa Indonesia. Bila diartikan secara harfiah, semobayan ini memiliki arti
yaitu “berbeda beda tetapi tetap satu juga”. Frasa ini menggambarkan bahwa Indonesia
memiliki kesatuan, persatua, keanekaragaman budaya, suku, ras, bahasa keyakinan serta
agama. Tetapi keanekaragaman tersebut bisa saja menjadi tidak berarti apabila
kebhinekaan sudah mulai hilang, tidak dipelajari dan dipahami dalam setiap warga
Negara Indonesia, sehingga rasa tersebut akan hilang dan menjadi krisis kebhinekaan
sewaktu – waktu. Tidak bisa dipungkiri bahwa memang akhir – akhir ini krisi
kebhinekaan sudah mulai terasa dan terlihat seperti terjadinya konflik antara mahasiswa
dan pemerintah, konflik di daerah, hate speech di sosial media, pembulian di lingkungan
sekolah dan kampus, konflik antar agama, suku dan ras, serta yang paling marak terjadi
adalah pembuatan dan penyebaran berita palsu atau hoax. Nah dari situ lah terlihat bahwa
pada saat ini Indonesia berada pada status krisik kebhinekaan, dimana bangsa Indonesia
tak lagi satu, mulai terpecah belah, tak lagi bangga akan keberagaman nya, yang ada
malah konflik antar keberagaman tersebut. Solusi yang dapat diambil adalah penanaman
jiwa Kebhinekaan sejak dini, bahkan orang tua harus sudah mengajarkan hal tersebut
sejak anak nya belum bersekolah. Untuk para masyarakat Indonesia harus bisa memilih
dan memilah hal – hal manakah yang dapat berpotensi memcah belah bangsa yang dapat
mengakitbatkan krisis kebhinekaan. Dari pihak pemerintah pun harus berusaha
memberikan pelayanan serta kebijakan yang baik kepada Negara nya, mementikngkan
kepentingan bersama diatas kepetingan pribadi serta memberikan edukasi yang baik
kepada rakyat nya bahwa pada saat ini Indonesia sedang tidak baik – baik saja dan
sedang mengalami krisis kebhinekaan. Serta rakyat Indonesia harus mampu menanamkan
jiwa Bhineka Tunggal Ika yang sudah menjadi semboyan bangsa Indonesia sejak dulu
kala. Bangsa Indonesia harus saling merangkul serta bersatu, menerapkan hal yang paling
dasar yaitu pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar krisis kebhinekaan
itu tidak dapan menggerus keutuhan Negara Indonesia.

4. Yang paling utama yaitu saling menghargai perbedaan, karena masalah dalam integrasi
bangsa yang disebabkan oleh kondisi kemajemukan bangsa ialah perbedaan. Perbedaan
dalam bangsa Indonesia yang seharus nya bisa menjadi kebanggan bagi bangsa Indonesia
kini malah berubah menjadi alat pemecah belah bangsa oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab. Jiwa Bhineka Tunggal Ika harus kembali digenggam erat, nilai –
nilai Pancasila harus kembali di tanamkan dalam kehidupan sehari – hari. Tidak lupa
meningkatkan kesadaran diri akan integrasi bangsa yang mulai terancam pun perlu,
dimana sifat invidualisme harus sangat – sangat dikurangi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena dalam era globalisasi ini, sifat
individualisme sangatlah nampak, bahkan tidak sedikit yang apatis akan bangsa nya
sampai – sampai mereka rela untuk pindah kewarganegaraan apabila dirasa negeri ini
sudah mulai tidak nyaman untuk ditinggali dikarenakan banyak nya kerusan dan masalah
dalam negeri ini yang tak hanya disebabkan dari pemerintah, melainkan dari oknum –
oknum tak bertanggung jawab serta ancaman dari luar. Meningkatkat toleransi antar umat
beragama, ras, suku, budaya dan bahasa pun penting. Dimana point kemajemukan bangsa
Indonesia terdiri hal – hal tersebut sehingga kita harus benar – benar meningkatkan rasa
toleransi dalam bermasyarakat. Kaum yang biasa disebut kaum mayoritas tidak
memojokkan kaum minoritas, begitu juga kaum minoritas juga mau membaur dengan
kaum mayoritas agar tercipta nya sinergis dalam bermasyrakat. Peran pemerintah juga tak
luput di butuhkan dimana pemerintah disini berperan penting juga dalam memberi dan
menerapkan kebijakan yang sekiranya mampu menopang integritas bangsa. Sehingga
disini terjadi sinergis antara pemerintah dan masyrakat dalam berusaha saling menjaga
serta mendorong integritas bangsa dan merawat kemajemukan bangsa Indonesia. Rasa
senasib seperjuangan, menghormati perbedaan, keinginan untuk bersatu, menghargai
kemajemukan, mementingkan kepentingan bersama dalam bangsa Indonesia harus benar
– benar tertanam dalam seluruh elemen masyarakat agar perjuangan dalam melawan
acaman penghambat intergasi bangsa Indonesia dapat tercapai sehingga tak adalagi
perpecahan antar bangsa Indonesia yang dikarenakan kemajemukan yang heterogen.

5. Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga (Kusnardi, 1988 : 65 -66) :
a. Die Politische verfassung als gesellschaftlich wirklichkeit.
Konstitusi adalah mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan. Jadi mengandung pengertian politis dan sosiologis.
b. Die Verselbstandigte rechhtsverfassung.
Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat. Jadi
mengandung pengertian yuridis.
c. Die geshereiben verfassung.
Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang undang yang tertinggi
yang berlaku dalam suatu negara.
Menurut Chairil Anwar, konstitusi adalah “fundamental laws”, tentang
pemerintahan suatu negara dan nilai-nilai fundamentalnya. Sementara menurut Sri
Soemantri, konstitusi berarti suatu naskah yang memuat suatu bangunan negara
dan sendi-sendi sistem pemerintahan negara. Sedangkan menurut E.C.W Wade,
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan konstitusi adalah naskah yang
memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dari badanbadan pemerintahan suatu
negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.
Berdasar atas beberapa pengertian tersebut di atas bisa dikatakan bahwa
konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-sendi yang
diperlukan untuk berdirinya sebuah negara.
Pertanyaannya, mengapa konstitusi menjadi sesuatu yang urgen dalam
tatanan kehidupan ketatanegaraan suatu negara? Jawabannya adalah karena
konstitusi merupakan sekumpulan aturan yangmengatur organisasi negara, serta
hubungan antara negara dan warga negara sehingga saling menyesuaikan diri dan
saling berkerjasama. Menurut A. Hamid S. Attamimi, konstitusi dalam negara
sangat penting sebagai pemberi “pegangan” dan pemberi batas, sekaligus dipakai
sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan
tersebut, Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi ke
dalam dua bagian, yakni membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi
kekuasaan pemerintahan atau penguasa dalam negera. Lebih lanjut, ia
mengatakan bahwa bagi mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan
dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan, maka konstitusi dapat dipandang
sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimama kekuasaan
dibagi diantara beberapa lembaga kenegaraan, seperti antara lembaga legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.
Analoginya adalah apabila negara tidak memiliki konstitusi maka seperti
sebuah rumah tanpa pondasi. Hal ini akan mengakibatkan susahnya sebuah
pemerintahan dalam menjalan agenda kesehariannya karena pengaturan apa yang
penting dan tidak, apa yang diperbolehkan dan tidak, dan apa yang dicita cita kan
dan tidak, akan tidak tertuang dalam kegiatan sehari hari. 

Anda mungkin juga menyukai