Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MANAJEMEN GIGITAN ULAR

Disusun Oleh:

Evada Safitri

P1337420717019

PARIKESIT

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Orang menganggap semua ular berbahaya, dan bila bertemu akan
berusaha membunuhnya dan jika tergigit, segera melakukan penanganan
gigitan yang berlebihan. Akibatnya cukup fatal serta merugikan manusia
sendiri. Demikian pula jika penanganan efek gigitan ular berbisa tinggi
dilakukan dengan lambat dan salah, maka dapat menyebabkan dampak
yang fatal bagi korban. Efek gigitan racun ular ke tubuh manusia selain
ditentukan oleh kadar bisa/racun itu sendiri juga dipengaruhi daya tahan
tubuh manusia yang digigit. Semakin baik “pertahanan” alami atau
antibody yang dimiliki, dan semakin sehat metabolisme tubuh manusia,
efek gigitan akan berkurang rasanya dibandingkan dengan korban yang
memiliki imunitas rendah atau sedang dalam kondisi tidak fit karena
kecapekan atau sakit. Hal yang paling utama dalam melakukan
pertolongan pada korban gigitan ular berbisa adalah sang penolong tidak
boleh Panik dan berusaha menenangkan korban juga agar tidak ikut panik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertolongan pada gigitan ular ?
2. Apa yang harus dilakukan jika hal tersebut terjadi pada kita?
3. Bagaimana cara evaluasi korban yang baik ?
4. Apakah yang harus dilakukan pasca gigitan ular ?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana pertolongan pada gigitan ular.
2. Mengetahui apa yang harus dilakukan jika hal tersebut terjadi pada
kita.
3. Mengetahui bagaimana cara evaluasi korban yang baik.
4. Mengetahui apakah yang harus dilakukan pasca gigitan ular.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pertolongan Pertama pada Gigitan Ular


Lakukan segala tindakan dengan benar dan cepat (tapi tidak
tergesa‐gesa).
1. Sebagai tindakan pertama kita sebaiknya mengetahui prinsip dasar
penanganan gawat darurat dengan Metode DR HELP CAB (Danger
Response Circulation Airways Breath) :
a. Danger (Bahaya)
Pastikan bahwa posisi penolong dan korban tidak dalam keadaan
bahaya. Singkirkan ular dari sekitar kita, agar mencegah ada
gigitan yang kedua atau ketiga. Posisikan penolong dan korban
dalam posisi yang tidak membahayakan dari berbagai ancaman.
b. Response (Respon)
Ajak bicara sang korban untuk mendapatkan respon, sehingga kita
tahu bahwa dia dalam keadaan sadar dan dapat merespon apa yang
kita lontarkan.
c. Help
Setelah itu mintalah pertolongan dengan berteriak “Tolong!!!”, dan
juga menghubungi Unit Gawat Darurat 118 dan 119, jika dari
telpon selular (GSM) bisa menghubungi 112.
d. Circulation (Sirkulasi)
Memastikan sirkulasi darah lancar dengan memastikan ada
tidaknya denyut jantung pada korban. Denyut jantung bisa
ditentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher korban,
caranya dengan meletakkan 2‐3 jari (telunjuk dan jari tengah)
ditengah‐tengah leher korban hingga teraba trachea lalu geser ke
kiri/kanan kira‐kira 2‐3 cm tekan dengan lembut 5‐10 detik. Jika
denyutan nadi terasa, maka lanjutkan ke langkah berikutnya yaitu
airways.
e. Airways (Jalur Nafas)
Pastikan bahwa sang korban tidak terganggu jalur pernafasannya,
jika terjadi gangguan maka harus dibebaskan jalur nafasnya.
Perhatikan posisi leher! Posisi leher harus tetap lurus agar tidak
menganggu jalur pernafasan.
f. Breath (Pernafasan)
Setelah memastikan jalur pernafasannya tidak terganggu, maka
selanjutnya kita harus memastikan bahwa sang korban bernafas
dengan normal. Normalnya manusia akan bernafas 12‐30 kali
dalam satu menit. Jika korban tidak bernafas dengan normal, atau
sama sekali tidak bernafas, maka harus diberikan nafas bantuan
atau CPR (Cardiopulmonary Resuscitation).
Langkah‐langkah CPR :
1) Pastikan korban pada berbaring lurus telentang, buka saluran
napasnya dengan
2) menempatkan satu tangan di dahinya dan mendongakkan
kepalanya perlahan‐lahan ke belakang.
3) Singkirkan halangan apa pun dari mulut dan angkat dagunya.
4) Jepit lubang hidung korban hingga tertutup. Tarik napas penuh,
tempatkan bibir Anda di sekliling mulutnya agar tidak ada
celah.
5) Hembuskan napas ke dalam mulut korban sampai Anda melihat
dadanya naik. Perlu waktu dua detik agar dada mengembang
penuh.
6) Lepaskan mulut Anda dari mulutnya dan biarkan dadanya turun
sepenuhnya, ini
7) memerlukan waktu sekitar empat detik. Ulangi prosedur sekali
lagi dan kemudian
8) periksa tanda peredaran darah.
9) Jika tidak ada tanda‐tanda pemulihan, misalnya kembalinya
warna kulit menjadi normal kembali atau pergerakan apa pun,
cobalah lakukan resusitasi jantung paru. Tetapi jika terdapat
tanda‐tanda pemulihan, namun korban belum bernapas, berikan
10 napas bantuan permenit dan periksa tanda peredaran darah
setiap 10 napas. Jika korban kembali bernapas spontan,
tempatkan dia dalam posisi pemulihan.
2. Imobilisasi luka gigitan dan Lakukan pembalutan elastis
Pembalutan dimulai diatas luka gigitan, jangan tutupi luka
gigitan, sehingga memungkinkan untuk melakukan insisi nantinya jika
diperlukan. Jangan buka balutan hingga sampai di Klinik atau Rumah
Sakit. Imobilisasi luka gigitan bisa dilakukan dengan menggunakan
bidai, atau papan yang menyangga tangan/kaki, sehingga tangan/kaki
korban tidak banyak bergerak.
3. Tenangkan korban
Jangan banyak melakukan aktifitas/gerakan yang menguras
tenaga dan mempercepat detak jantung, karena bisa ular akan semakin
cepat menyebar seiring detak jantung.
4. Kenali ular yang menggigit (LANGKAH VITAL dan PENTING!)
Di Indonesia ini sangat penting dan vital, karena tim medis
akan lebih mudah dan cepat menanganinya jika mengetahui jenis
bisanya. Minimnya pengetahuan tim medis akan jenis ular juga
biasanya mempersulit penanganan pada korban.
a. Jika dapat mengenali ular, sesuaikan tindakan pertolongan sesuai
dengan karakter efek bisa nya terhadap manusia.
b. Jika luka gigitan terdapat dua titik yang nyata, berarti berbisa
tinggi
c. Jika luka gigitan membentuk huruf U dengan jumlah luka banyak
berarti tidak berbisa.
d. Jika tidak dapat mengenali jenis ular, anggap bahwa itu ular yang
berbisa tinggi dan mematikan. Jika anda memiliki telpon selular
yang ada kameranya mungkin anda bisa memotretnya. Hafalkan
ciri‐ciri ular tersebut (warna, bentuk tubuh, bentuk kepala, gerak‐
gerik, dan perilaku khususnya)
5. Lakukan tindakan pertolongan pertama
Efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam
bisa ular.
Efek gigitan pada umumnya :
a. Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
b. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
c. Mulut terasa kering
d. Pusing, mata berkunang ‐ kunang
e. Demam, menggigil
f. Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit,
pinggang terasa
g. pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah.
Penanganan jika tergigit dengan efek di atas :
a. Posisikan bagian yang terluka lebih rendah dari posisi jantung
b. Ikat diatas luka sampai berkerut. Setiap 10 menit, kendorkan 1
menit
c. Buat luka baru deagn kedalam sekitar 1‐2 mm dengan pisau, cutter,
silet (yang
d. disterilkan atau tidak, tergantung situasi). Buat luka pada mulai
dari bagian atas,
e. melalui lubang luka akibat taring. INGAT ! irisan luka baru jangan
horisontal tetapi vertikal.
f. Keluarkan darah sebanyak mungkin dengan cara mengurut kearah
luka baru. Korban akan terasa sangat kesakitan, sehingga perlu
dilakukan dengan hati – hati tetapi tetap berlanjut. Saat mengurut,
ikatan dapat dikendorkan. Upaya pengeluaran dapat dibantu
dengan alat khusus “snakebite kit”, alat suntik (tanpa jarum),
batang muda pohon pisang, teknik menggunakan tali senar, dll....
g. Tidak dianjurkan melakukan proses pengeluaran darah dan racun
dengan menyedot melalui mulut. Karena itu sangat beresiko pada
si penolong karena racun dapat mengkontaminasi mulut, gigi, gusi
bahkan tertelan hingga lambung dan usus.
h. Proses itu dilakukan berulang‐ulang hingga darah berwarna merah
kehitaman dan
i. berbuih keluar semua dan berganti dengan darah berwarna merah
segar.

B. Evakuasi korban
Jika pertolongan tidak segera datang, sebaiknya anda segera
membawa korban ke Rumah Sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
Informasikan kepada tim medis / dokter kronologis yang terjadi, apa yang
sudah dilakukan dan ular apa yang menggigit, serta sudah berapa lama.
Biasanya dokter akan melakukan observasi selama 1x24 jam setelah
pasien mendapatkan suntikan antibisa ular dan yang lainnya.
INGAT !!!!
Tidak semua efek gigitan berbisa tinggi seperti diatas. Jika yang diserang
hanya syaraf, maka tidak terjadi pembangkakan, demam, pusing, muntah
dll. Penanganan gigitan ular welang, ular weling, ular laut, ular pudak
seruni membutuhkan teknik khusus karena spesifikasi racunnya berbeda.
Perhatikan !!
1. Jangan beri minuman beralkohol
2. Usahakan agar korban tetap dalam keadaan sadar
3. Berikan semua jenis makanan dan minuman yang bergizi
4. Jangan bergerak berlebihan, istirahat yang cukup
5. Segera Evakuasi ke Rumah Sakit terdekat

C. Pasca Pertolongan Pertama


Setelah dibawa ke rumah sakit Korban akan diberikan Serum Anti
Bisa Ular (SABU) Polivalen. Kebanyakan Rumah Sakit di Indonesia
hanya menyediakan SABU polivalen yang diproduksi biofarma ini.
Polivalen artinya, Dalam satu Serum ini terdapat lebih dari dua antibisa
ular, yaitu untuk Ular Tanah, Kobra, welang, weling. Dalam satu 1ml
berisi :
1. 10-50 LD50 bisa Calloselasma rhodostoma (Ular Tanah)
2. 25-50 LD50 bisa Bungarus candidus / fasciatus (Welang / weling)
3. 25-50 LD50 bisa Naja sputarix (Ular Kobra)
4. Fenol 0,25% v/v.
Teknik Pemberian :
2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9 % atau Dextrose 5%
dengan kecepatan 40‐80 tetes per menit. Maksimal 100 ml (20 vial).
Catatan : teknik pengobatan korban gigitan ular dengan antibisa harus
dilakukan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan, dan harus dilakukan oleh tim Medis yang
berkompeten.
Rasa nyeri pada gigitan ular mungkin ditimbulkan dari amin
biogenik, seperti histamin dan 5- hidroksitriptamin, yang ditemukan pada
Viperidae. Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus
gigitan ular berbisa, yaitu terjadi edem (pembengkakan) pada tungkai
ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati
rasa), paralysis (kelumpuhan otot), pulselesness (denyutan).
Setelah dibawa ke Rumah Sakit atau klinik terdekat, sebaiknya
serahkan hal-hal yang bersifat klinis kepada tim medis. Ada baiknya tetap
melakukan evaluasi personal terhadap diri sendiri. Lawan bisa ular dengan
sugesti-sugesti positif dari dalam diri sendiri. Mengkonsumsi Madu, susu,
air putih, dan makanan bergizi lainnya terbukti sangat membantu
memulihkan kondisi paska gigitan. Bisa ular kemungkinan masih berada
dalam tubuh kita selama satu minggu atau bahkan lebih, bergantung
penanganannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketika terjadi gigitan ular langkah-langkah yang dapat dilakukan
yaitu :
1. Lakukan langkah kegawat daruratan DR HELP CAB
2. Imobilisasi bagian gigitan ular dengan pembalutan diatas gigitan
3. Tenangkan korban
4. Kenali jenis ular yang menggigit
5. Lakukan pertolongan pertama pada korban

B. Saran
Lakukan setiap langkah-langkah manajemen gigitan ular dengan

tenang dan tepat, pelajari manajemen tersebut sebelum bepergian yang

memungkinkan terjadi keadaan tersebut dan pastikan kalian sudah

memahaminya dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Das, Indraneil. 2010. A Field Guide to The Reptiles of Southeast Asia. London :
New Holland Publisher.

Darwin. 2008. Menzies School of Health Research. Australian Snakebite Project


Procedures.

Rahardian, Rudy. 2012. Manajemen Penanganan Gigitan Ular. -: SIOX


INDONESIA.

Supriyatna, Jatna Drs.1981. Ular Berbisa di Indonesia. Jakarta : Penerbit Bhratara


Karya Aksara.

Sudoyo AW, et.al. (ed.). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta : FK UI.

Anda mungkin juga menyukai