PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana
saja. Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku
baik potensial maupun aktual dan bersifat relatif permanen sebagai akibat dari latihan
dan pengalaman.
Sedangkan kegiatan pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam kegiatan
pembelajaran siswa dituntut keaktifannya. Aktif yang dimaksud adalah siswa aktif
bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan dan terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran, karena belajar memang merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam
membangun pengetahuannya. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut
bertentangan dengan hakikat belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya dituntut keaktifannya saja tapi
juga kekreativitasannya, karena kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan
situasi yang baru, tidak monoton dan menarik sehingga siswa akan lebih terlibat dalam
kegiatan pembelajaran.
Dalam pembelajaran seringkali siswa merasa kesulitan dalam belajar, selain itu
belajar siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep salah.
Akibatnya prestasi siswa baik secara nasional maupun internasional belum
menggembirakan. Rendahnya prestasi disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami
masalah secara komprehensip atau secara parsial. Sedangkan guru yang bertugas
sebagai pengelola pembelajaran seringkali belum mampu menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa secara bermakna, serta penyampaiannya juga terkesan monoton
tanpa memperhatikan potensi dan kreativitas siswa sehingga siswa merasa bosan karena
siswa hanya dianggap sebagai botol kosong yang siap diisi dengan materi pelajaran.
Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara
wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat
1
terkadang tinggi, tetapi terkadang juga sulit mengadakan konsentrasi. Keadaan murid
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya disebut “kesulitan belajar”.
Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis
pernyataan (fenomena). Karena guru bertanggung jawab terhadap proses belajar-
mengajar, maka ia seharusnya memahami gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman
ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada murid yang mengalami
kesulitan belajar.
Pada dasarnya dari setiap jenis-jenis masalah, cenderung bersumber dari faktor-
faktor yang melatarbelakanginya (penyebabnya). Seorang guru harus mengetahui siapa
murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya.
Selanjutnya guru dapat melaksanakan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab
terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. Meskipun seorang guru tidak
mudah menentukan sebab-sebab terjadi masalah yang sesungguhnya, karena masalah
belajar cenderung sangat kompleks.
Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu masalah-masalah intern dan ekstern
belajar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi
masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik.
Faktor-faktor Internal adalah faktor-faktor yang berada pada diri murid itu
sendiri. Terdapat beberapa faktor intern yang dialamai dan dihayati oleh siswa dan hal
ini akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Faktor-faktor tersebut akan
diuraikan sebagai berikut:
4
2.2.3 Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada
pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi
belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu
diperhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar ialahsebaiknya seorang guru tidak
langsung melakukan pembelajaran namun seorang guru harus memusatkan perhatian
siswanya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran. Sebab ketika awal masuk kelas
perhatian siswa masih terpecah-pecah dengana berbagai masalah. Sehingga sangat perlu
untuk melakukan pemusatan perhatian dengan berbagai strategi.
Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tiga
puluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat
selama beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa
obrolan ringan yang mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan
memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
5
panjang akan mudah dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak
membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru.
Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah
lama diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut.
Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi
yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan
materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin
kuat.
6
2.2.8 Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.
Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin
sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya
akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah
percaya dirinya. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya
diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi sangat
takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut
gagal lagi. Oleh karena itu, guru harus mendorong keberanian siswa terus-menerus,
memberikan bermacam-macam penguatan, dan memberikan pengakuan dan
kepercayaan bila siswa telah berhasil.
7
penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan
membangkitkan harga diri siswa.
8
Ia bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Mengatasi masalah-
masalah keutuhan secara pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan
pekerjaan sepanjang hayat.
Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa tersebut meliputi hal-hal berikut:
(1) pembangunan hubungan baik dengan siswa, (2) menggairahkan minat, perhatian,
dan memperkuat motivasi belajar, (3) mengorganisasi belajar, (4) melaksanakan
pendekatan pembelajaran secara tepat, (5) mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan
objektif, (6) melaporkan hasil belajar kepada orang tua siswa yang berguna bagi
orientasi masa depan siswa.
9
2.3.4 Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah
Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal
sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam lingkunga sosial tersebut ditemukan
kedudukan, peranan dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut
terjadi pergaulan seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi
hubungan akrab kerjasama, kerja berkoprasi, berkompetisi, bersaing, konflik atau
perkelahian.
Tiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Ia memiliki
kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Jika seorang siswa terterima, maka ia
dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia ditolak,
maka ia akan merasa tertekan.
10
2.4 Upaya-Upaya Penanggulangan Masalah Belajar
11
2) Meneliti nilai ulangan yang tercantum dalam “record academic” kemudian
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas atau dengan kriteria tingkat
penguasaan minimal kompetensi yang dituntut.
3) Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat.
4) Melakukan observasi pada saat siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar
yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu
yang diberikan di dalam kelas, berusaha mengetahui kebiasaan dan cara belajar
siswa di rumah melalui check list.
5) Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas, dan guru
pembimbing.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pemaparan mengenai masalah-masalah belajar siswa dalam makalah ini,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Masalah-masalah belajar siswa meliputi masalah intern dan masalah ekstern
belajar.
2. Masalah-masalah intern belajar terdiri atas sikap terhadap belajar, motivasi
belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil
belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau
unjuk hasil belajar, rasa percaya diri, intelegensi dan keberhasilan belajar,
kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa.
3. Masalah-masalah ekstern belajar terdiri atas guru sebagai pembina siswa belajar,
prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa
di sekolah, dan kurikulum sekolah.
4. Upaya-upaya penganggulangan masalah belajar dapat dilakukan dengan
memperhatikan mood, mempersiapkan ruang belajar, komunikasi,
mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
3.2 Saran
Berdasarkan pemaparan mengenai masalah-masalah belajar di atas, penulis
ingin menyampaikan saran kepada pembaca, khususnya kepada guru (pendidik) agar
lebih memperhatikan peserta didik terutama mengenai masalah-masalah yang
dihadapinya, baik masalah intern maupun masalah ekstern belajar siswa. Dengan
begitu, akan dapat lebih mudah dicari jalan keluar dari masalah-masalah yang dihadapi
siswa tersebut demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.
13
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Makmun, Abin Syamsuddin. 2005. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
R Djono. 2001. Bimbingan dan Konseling Belajar. Surakarta: UNS Pers.
Rooijakers, Ad. 1990. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.
Semiawan, Conny, (et.al). 1987. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Winkel, Ws. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
14