Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana
saja. Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku
baik potensial maupun aktual dan bersifat relatif permanen sebagai akibat dari latihan
dan pengalaman.
Sedangkan kegiatan pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam kegiatan
pembelajaran siswa dituntut keaktifannya. Aktif yang dimaksud adalah siswa aktif
bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan dan terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran, karena belajar memang merupakan suatu proses aktif dari  siswa dalam
membangun pengetahuannya. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut
bertentangan dengan hakikat belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya dituntut keaktifannya saja tapi
juga kekreativitasannya, karena kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan
situasi yang baru, tidak monoton dan menarik sehingga siswa akan lebih terlibat dalam
kegiatan pembelajaran.
Dalam pembelajaran seringkali siswa merasa kesulitan dalam belajar, selain itu
belajar siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep salah.
Akibatnya prestasi siswa baik secara nasional maupun internasional belum
menggembirakan. Rendahnya prestasi disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami
masalah secara komprehensip atau secara parsial. Sedangkan guru yang bertugas
sebagai pengelola pembelajaran  seringkali belum mampu menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa secara bermakna, serta penyampaiannya juga terkesan  monoton
tanpa memperhatikan potensi dan kreativitas siswa sehingga siswa merasa bosan karena
siswa hanya dianggap sebagai botol kosong yang siap diisi dengan materi pelajaran.
Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara
wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat

1
terkadang tinggi, tetapi terkadang juga sulit mengadakan konsentrasi. Keadaan murid
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya disebut “kesulitan belajar”.
Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis
pernyataan (fenomena). Karena guru bertanggung jawab terhadap proses belajar-
mengajar, maka ia seharusnya memahami gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman
ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada murid yang mengalami
kesulitan belajar.
Pada dasarnya dari setiap jenis-jenis masalah, cenderung bersumber dari faktor-
faktor yang melatarbelakanginya (penyebabnya). Seorang guru harus mengetahui siapa
murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya.
Selanjutnya guru dapat melaksanakan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab
terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. Meskipun seorang guru tidak
mudah menentukan sebab-sebab terjadi masalah yang sesungguhnya, karena masalah
belajar cenderung sangat kompleks.
Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu masalah-masalah intern dan ekstern
belajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Masalah Belajar


Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang
kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu siswa
dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami
proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari segi guru, proses belajar tersebut
dapat diamati secara tidak langsung. Artinya, proses belajar yang merupakan proses
internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru.
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang
melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Sedangkan menurut
pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah
sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”.
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau
didefinisikan sebagai berikut : “Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang
dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh
murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-
murid yang pandai atau cerdas.

2.2 Masalah-Masalah Intern Belajar


Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan
belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis
berkenaan dengan bahan belajar. Proses belajar adalah hal yang kompleks. Siswalah
yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa

3
menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi
masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik.
Faktor-faktor Internal adalah faktor-faktor yang berada pada diri murid itu
sendiri. Terdapat beberapa faktor intern yang dialamai dan dihayati oleh siswa dan hal
ini akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Faktor-faktor tersebut akan
diuraikan sebagai berikut:

2.2.1 Sikap Terhadap Belajar


Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang
membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan
sikap menerima, menolak atau mengabaikannya. Selama melakukan proses
pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut.
Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah
dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap
tindakan belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa merasa tidak peduli dengan
belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif. Tentunya hal ini
akan sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa terhadap belajar akan menentukan
proses belajar itu sendiri. Ketika siswa sudah tidak peduli terhadap belajar maka upaya
pembelajaran yang dilakaukan akan sia-sia. Maka siswa sebaiknya mempertimbangkan
masak-masak akibat sikap terhadap belajar.

2.2.2 Motivasi Belajar


Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses
belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau
tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu hasil
belajar akan menjadi lemah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu
diperkuat terus menerus.
Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan
keutamaan mencari ilmu. Bila siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah
ilmu dan betapa besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan
merasa haus untuk menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang gurumampu membuat
siswanya merasa membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka
tanpa disuruhpun siswa akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat siswa untuk
menunutut ilmu sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses belajar.

4
2.2.3 Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada
pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi
belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu
diperhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar ialahsebaiknya seorang guru tidak
langsung melakukan pembelajaran namun seorang guru harus memusatkan perhatian
siswanya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran. Sebab ketika awal masuk kelas
perhatian siswa masih terpecah-pecah dengana berbagai masalah. Sehingga sangat perlu
untuk melakukan pemusatan perhatian dengan berbagai strategi.
Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tiga
puluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat
selama beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa
obrolan ringan yang mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan
memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.

2.2.4 Mengolah Bahan Belajar


Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan
cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar
merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta
nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik
jika siswa berperan aktif selama proses belajar. Misalnya, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa
benar-benar memahami materi yang telah disampikan. Siswa akan mengolah bahan
belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang diampaikan menarik, sehingga
seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan
memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru.

2.2.5 Menyimpan Perolehan Hasil Belajar


Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi
pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung
dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses
belajar terdiri dari proses pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses
penggunaan kembali. Biasanya hasil belajar yang disimpan dalam jangka waktu yang

5
panjang akan mudah dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak
membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru.
Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah
lama diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut.
Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi
yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan
materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin
kuat.

2.2.6 Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan


Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan
yang telah diterima. Dalam hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara
mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama,
maka siswa akan memanggil atau membangkitkan kembali pesan dan pengalaman lama
untuk suatu unjuk hasil belajar.
Ada kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama.
Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya
sendiri. Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan dan
penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka
siswa tidak memiliki apa apa. Jika siswa tidak berlatih sungguh sungguh maka siswa
tidak akan memiliki ketrampilan.

2.2.7 Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar


Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses
belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan.
Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau
menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada
sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut
terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan,
penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila
proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga
gagal berprestasi.

6
2.2.8 Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.
Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin
sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya
akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah
percaya dirinya. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya
diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi sangat
takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut
gagal lagi. Oleh karena itu, guru harus mendorong keberanian siswa terus-menerus,
memberikan bermacam-macam penguatan, dan memberikan pengakuan dan
kepercayaan bila siswa telah berhasil.

2.2.9 Intelegensi dan Keberhasilan Belajar


Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk
dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan
secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah
dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi
yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja
yang bermutu rendah . Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh
karena itu mereka didorong untuk melakukan belajar di bidang keterampilan sebagai
bekal hidup.

2.2.10 Kebiasaan Belajar


Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam
berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk
tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan
kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya
pemimpin, bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat
ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan
tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri.
Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri. Pemberian

7
penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan
membangkitkan harga diri siswa.

2.2.11 Cita-Cita Siswa


Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu
cita-cita dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi intrinsik. Cita-cita sebagai motivasi
intrinsik perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak mulai kecil.
Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa selalu termotivasi untuk
belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan
cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi
sesuai dengan kemampuannya sendiri.

2.3 Faktor-Faktor Ekstern Belajar


Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses
belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan
siswa. Dengan kata lain aktifitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran
disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di
sekolah merupakan faktor eksternal belajar.
Faktor Eksternal adalah faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu siswa.
Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh
pada aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut

2.3.1 Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar


Guru adalah pengajar yang mendidik . Ia tidak hanya mengajar bidang studi
yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi
bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi
penyandang profesi bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga
mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan
keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan
kebutuhan hidup sebagai manusia.
Dengan penghasilan yang diterimanya setiap bula ia dituntut berkemampuan
hidup layak sebagai seorang pribadi guru. Tuntutan hidup layak tersebut sesuai dengan
wilayah tempat tinggal dan tugasnya. Guru juga menumbuhkan diri secara profesional.

8
Ia bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Mengatasi masalah-
masalah keutuhan secara pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan
pekerjaan sepanjang hayat.
Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa tersebut meliputi hal-hal berikut:
(1) pembangunan hubungan baik dengan siswa, (2) menggairahkan minat, perhatian,
dan memperkuat motivasi belajar, (3) mengorganisasi belajar, (4) melaksanakan
pendekatan pembelajaran secara tepat, (5) mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan
objektif, (6) melaporkan hasil belajar kepada orang tua siswa yang berguna bagi
orientasi masa depan siswa.

2.3.2 Prasarana dan Sarana Pembelajaran


Prasarana pembelajaran meliputi sarana olahraga, gedung sekolah ruang belajar,
tempat ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi
buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media
pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan
kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan
prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik. Justru di
sinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasarana pembelajaran sehingga
terselenggara proses belajar yang berhasil dengan baik.

2.3.3 Kebijakan Penilaian


Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja
siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut maka proses belajar
berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Hasil belajar merupakan hasil
proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Pelaku aktif dalam
pembelajaran adalah guru. Dengan demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi, dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat prabelajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat
nasional. Dengan ukuran-ukuran tersebut, seorang siswa yang keluar dapat digolongkan
lulus atau tidak lulus.

9
2.3.4 Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah
Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal
sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam lingkunga sosial tersebut ditemukan
kedudukan, peranan dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut
terjadi pergaulan seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi
hubungan akrab kerjasama, kerja berkoprasi, berkompetisi, bersaing, konflik atau
perkelahian.
Tiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Ia memiliki
kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Jika seorang siswa terterima, maka ia
dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia ditolak,
maka ia akan merasa tertekan.

2.3.5 Kurikulum Sekolah


Kurikulum yang diberlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional yang
disahkan oleh pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan
tuntutan kemajuan masyarakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat
timbul tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi.
Adanya rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah
menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi
pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.
Perubahan kurikulum sekolah tidak hanya menimbulkan masalah bagi guru dan
siswa, tetapi juga petugas pendidikan dan orang tua siswa. Bagi guru, ia perlu
mengadakan perubahan pembelajaran. Bagi siswa, ia perlu mempelajari cara-cara
belajar, buku pelajaran, dan sumber belajar yang baru. Bagi petugas pendidikan, ia juga
perlu mempelajari maksud, tata kerja, peran guru, dan peran siswa dalam belajar pada
kurikulum baru. Orang tua perlu memahami adanya metode dan teknik belajar baru
bagi anak-anaknya. Dengan memahami dan mempelajari teknik belajar yang baru,
maka ia dapat membantu proses belajar anaknya secara baik.

10
2.4 Upaya-Upaya Penanggulangan Masalah Belajar

2.4.1 Perhatikan Mood


Untuk mengenal mood anak, seorang guru harus mengenal karakter dan
kebiasaan belajar anak. Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan
kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari lebih
cepat ditangkap. Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab
munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau karena konsentrasi
yang pecah.

2.4.2 Siapkan Ruang Belajar


Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai.
Karena itu, coba sediakan tempat belajar untuk anak. Selain itu, saat mengajari anak ini
Anda bisa melakukannya dengan menularkan cara belajar yang baik. Misalnya bercerita
kepada anak tentang bagaimana dahulu ibunya menyelesaikan mata pelajaran yang
dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut dengan cerita ibunya sehingga ia mencoba
mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya sekarang.
 
2.4.3 Komunikasi
Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu
mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan
dengan cara guru mengajar di kelas.
Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana
cara guru mereka mengajar di sekolah. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak
bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai
menyampaikan pendapatnya.
 
3.4.4 Mengidentifikasi Siswa yang Diperkirakan Mengalami Kesulitan Belajar.
Adapun langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan
belajar adalah:
1) Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan
mengalami kesulitan belajar baik bersifat umum maupun khusus dalam bidang
studi

11
2) Meneliti nilai ulangan yang tercantum dalam “record academic” kemudian
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas atau dengan kriteria tingkat
penguasaan minimal kompetensi yang dituntut.
3) Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat.
4) Melakukan observasi pada saat siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar
yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu
yang diberikan di dalam kelas, berusaha mengetahui kebiasaan dan cara belajar
siswa di rumah melalui check list.
5) Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas, dan guru
pembimbing.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari pemaparan mengenai masalah-masalah belajar siswa dalam makalah ini,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Masalah-masalah belajar siswa meliputi masalah intern dan masalah ekstern
belajar.
2. Masalah-masalah intern belajar terdiri atas sikap terhadap belajar, motivasi
belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil
belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau
unjuk hasil belajar, rasa percaya diri, intelegensi dan keberhasilan belajar,
kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa.
3. Masalah-masalah ekstern belajar terdiri atas guru sebagai pembina siswa belajar,
prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa
di sekolah, dan kurikulum sekolah.
4. Upaya-upaya penganggulangan masalah belajar dapat dilakukan dengan
memperhatikan mood, mempersiapkan ruang belajar, komunikasi,
mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.

3.2 Saran
Berdasarkan pemaparan mengenai masalah-masalah belajar di atas, penulis
ingin menyampaikan saran kepada pembaca, khususnya kepada guru (pendidik) agar
lebih memperhatikan peserta didik terutama mengenai masalah-masalah yang
dihadapinya, baik masalah intern maupun masalah ekstern belajar siswa. Dengan
begitu, akan dapat lebih mudah dicari jalan keluar dari masalah-masalah yang dihadapi
siswa tersebut demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Makmun, Abin Syamsuddin. 2005. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
R Djono. 2001. Bimbingan dan Konseling Belajar. Surakarta: UNS Pers.
Rooijakers, Ad. 1990. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.
Semiawan, Conny, (et.al). 1987. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Winkel, Ws. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

14

Anda mungkin juga menyukai