Anda di halaman 1dari 8

Pelaksanaan Peningkatan Keselamatan Pasien Resiko Jatuh

Nadila Maha/181101098

cristinnadila09@gmail.com

Abstrak

Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan pihak rumah sakit.Hal
ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit maupun keamanan pasien. Tujuan dari
pelaksaan keselamatan pasien di rumah sakit adalah untuk melindungi pasien dari kejadian yang
tidak diharapkan.Resiko kejadian ini berasal dari proses pelayanan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh rumah sakit (Depkes RI 2008).
Jatuh merupakan suatu yang umum yang terjadi pada lansia, orang sakit, atau orang cedera
yang sedang lemah. Untuk mencegah klien jatuh dan mengalami cedera karenanya, perawat
harus mempertimbangkan pedoman pencegahan jatuh di tempat pelayanan kesehatan.
Walaupun sepertinya menaikkan pagar tempat tidur merupakan cara yang efektif untuk
mencegah jatuh, namun tidak perlu dilakukan secara rutin untuk tujuan tersebut.

Kata Kunci : Keselamatan, Pelaksanaaan, Resiko


PENDAHULUAN Metode

1.1 Latar Belakang Metode yang digunakan dalam


pengkajian ini adalah analisis dan
Keselamatan pasien merupakan
perbandingan terhadap beberapa jurnal .
prioritas utama yang harus dilaksanakan
Dalam melakukan analisis ini
pihak rumah sakit.Hal ini sangat erat
didapatkan sebuah hasil bahwa dalam
kaitannya baik dengan citra rumah sakit
melakukan asuhan keperawatan
maupun keamanan pasien. Tujuan dari
haruslah sesuai dengan standar
pelaksaan keselamatan pasien di rumah
keselematan pasien,serta dapat berpikir
sakit adalah untuk melindungi pasien
kritis.
dari kejadian yang tidak
diharapkan.Resiko kejadian ini berasal HASIL DAN PEMBAHASAN
dari proses pelayanan yang dilakukan
Jatuh merupakan suatu yang
oleh tenaga kesehatan melalui program-
umum yang terjadi pada lansia, orang
program yang telah ditetapkan oleh
sakit, atau orang cedera yang sedang
rumah sakit (Depkes RI
lemah. Untuk mencegah klien jatuh dan
2008).Lingkungan fisik yang aman
mengalami cedera karenanya, perawat
adalah suatu lingkungan tempat orang
harus mempertimbangkan pedoman
dapat menjalankan fungsinya tanpa
pencegahan jatuh di tempat pelayanan
mengalami cedera dan merasa
kesehatan. Walaupun sepertinya
aman.Jatuh merupakan suatu yang
menaikkan pagar tempat tidur
umum terjadi pada lansia, orang sakit,
merupakan cara yang efektif untuk
atau orang cedera yang sedang lemah.
mencegah jatuh, namun tidak perlu
Untuk mencegah klien jatuh dan
dilakukan secara rutin untuk tujuan
mengalami cedera karenanya.
tersebut. Risiko jatuh pada pasien
1.2 Tujuan yang berisiko untuk jatuh umumnya
disebabkan oleh faktor lingkungan dan
Perawat lebih memperhatikan keadaan
faktor fisiologis yang dapat berakibat
pasien untuk mengurangi resiko jatuh
cidera. Risiko jatuh dapat terjadi karena
pada pasien khususnya pada pasien
beberapa hal, diantaranya salah
lansia, anak, dan yang berkebutuhan
memperkirakan jarak dari tempat tidur
khusus,
ke lantai, merasa lemah atau pusing
pada saat mencoba untuk bangun, mencegah maupun menangani pasien
merubah posisi terlalu cepat dan dengan risiko jatuh maupun pasien yang
kehilangan keseimbangan ketika mengalami insiden jatuh sehingga
mencoba untuk bangun dari kursi. Hal mengantisipasi terjadinya cedera fisik
ini umum terjadi khususnya pada pasien pada pasien serta untuk meningkatkan
usia lanjut, penyebab lain meliputi tidak mutu rumah sakit.Ada beberapa
mengenal lingkungan sekelilingnya, langkah-langkah yang dapat dilakukan
meminum obat yang membuat perawat untuk menurunkan resiko
kesadaran mereka terhadap lingkungan terjadinya cedera pada klien akibat
berkurang, berada di tempat gelap, gerakan yang berbahaya baik ketika
gangguan status mental (misalnya: berada atau tidak berada di tempat tidur
bingung atau disorientasi), gangguan atau kursi. Langkah pertama yang dapat
mobilitas (misalnya: gangguan berjalan, dilakukan adalah melakukan pengkajian
kelemahan fisik, menurunnya mobilitas keamanan.
tungkai bawah, gangguan
Ada beberapa yang dapat dikaji
keseimbangan), riwayat jatuh
dari klien dengan menentukan hal-hal
sebelumnya, obat-obatan (sedatif dan
berikut ini :
penenang, obat-obatan yang
berlebihan), berkebutuhan khusus dalam  Tingkat Kesadaran, terutama
hal toileting (memerlukan bantuan orientasi waktu, tempat, dan
untuk buang air, mengalami orang, kemampuan
inkontinensia, diare, tidak dapat berkonsentrasi dan mengambil
menahan keinginan buang air) dan usia keputusan, kemampuan untuk
lanjut. Hal ini tentu akan merugikan memahami beragam informasi
pasien terutama secara fisik, maka dari pada satu waktu, kemampuan
itu staff medis harus sangat untuk mempresepsikan realitas
memperhatikan kondisi pasien dengan secara akurat dan bertindak atas
assesment risiko jatuh yang dengan persepsi tersebut.
menggunakan instrument yang tepat. Pertimbangkan juga klien yang
Pelaksanaan program kegiatan keputusannya terganggu karena
manajemen risiko pasien jatuh obat, seperti narkotik, penenang,
merupakan upaya yang dilakukan untuk hipnotis, dan sedative.
 Faktor gaya hidup, seperti hambatan bahasa tentunya tidak
perilaku yang membahayakan akan dapat membaca rambu-
dan penggunaan peralatan rambu keamanan seperti “lantai
keselamatan. licin” atau “rusak”.
 Perubahan sensori, seperti  Kecelakaan sebelumnya dan
gangguan penglihatan, frekuensi atau faktor
pendengaran, penciuman predisposisi terjadinya
persepsi taktil dan cita rasa. kecelakaan.
 Status mobilitas. Perhatikan  Pengetahuan mengenai
orang tertentu yang mengalami keamanan dalam menggunakan
kelemahan otot, keseimbangan peralatan yang berpotensi
atau koordinasi yang buruk, atau menimbulkan bahaya dan
paralisis, orang yang lemah langkah kewaspadaan untuk
karena penyakit atau mencegah cedera.
pembedahan, dan orang yang
Selain pengkajian keamanan hal yang
mempergunakan alat bantu
perlu dilakukan selanjutnya adalah
ambulasi.
mencegah jatuh di tempat pelayanan
 Keadaan emosional, yang dapat
kesehatan,ada beberapa hal yang bisa
mengubah kemampuan
dilakukan,antara lain :
merasakan adanya bahaya
lingkungan. Orang yang sedang  Pada saat klien pertama kali
merasa cemas, marah atau masuk, orientasikan klien
depresi mungkin mengalami terhadap lingkungan sekitarnya
penurunan kesadaran persepsi dan jelaskan tentang system
atau dapat berpikir dan bereaksi panggil yang berlaku.
lebih lambat terhadap stimulus  Kaji secara teliti kemampuan
di lingkungannya. klien untuk ambulasi dan
 Kemampuan berkomunikasi. berpindah. Berikan alat bantu
Orang dengan kemampuan yang jalan dan bantuan sesuai
kurang untuk menerima dan kebutuhan.
meneruskan informasi serta
klien yang mempunyai
 Awasi klien secara ketat yang  Anjurkan agar klien
beresiko jatuh, terutama pada menggunakan alas kaki yang
malam hari. antislip.
 Dorong klien untuk  Jaga kebersihan lingkungan agar
menggunakan bel panggil jika tetap rapi, terutama singkirkan
perlu bantuan. Pastikan bel kabel yang ringan dari tempat
tersebut berada dalam jangkauan yang sering dilalui dan dari
klien. perabot yang digunakan
 Letakkan dan overbed table di  Pasang pagar tempat tidur klien
dekat tempat tidur atau kursi yang sedsng dalam kondisi
sehingga klien tidak sulit konfusi, sedasi, gelisah, dan
menjangkaunya yang bisa tidak sadar, serta biarkan pagar
mengakibatkan klien kehilangan tetap naik bila klien ditinggal
keseimbangan. sendiri. Pertimbangkan hanya
 Atur agar tempat tidur selalu menaikkan setengah pagar
dalam posisi rendah dan rodanya tempat tidur jika menaikkan
terkunci ketika tidak sedang pagar tempat tidur seluruhnya
melakukan tindakan sehingga membuat klien lebih gelisah.
klien dapat ke tempat tidur atau
PENUTUP
meninggalkan tempat tidur
dengan mudah. Dari hasil kajian yang saya dapat sesuai
 Dorong klien untuk dengan data yang telah saya cari saya
menggunakan palang genggam menyimpulkan bahwa perawat harus
yang terdapat di dinding bagian mampu untuk mencegah klien jatuh dan
atas kamar mandi dan toilet serta mengalami cedera karenanya, perawat
palang genggam di sepanjang harus mempertimbangkan pedoman
koridor. pencegahan jatuh di tempat pelayanan
 Pastikan terdapat keset yang kesehatan. Walaupun sepertinya
antislip di bak mandi dan menaikkan pagar tempat tidur
pancuran merupakan cara yang efektif untuk
mencegah jatuh, namun tidak perlu
dilakukan secara rutin untuk tujuan dan Surya Kencana RS Borromeus.
tersebut. Journal Kesehatan Stikes Santo
Borromeus
DAFTAR PUSTAKA

Abdad, F. (2012). Tingkat Pengetahuan Fillit H.M., Rockwood, K. &


Perawat Tentang Komunikasi Woodhouse, K. (2010). Brocklehurst’s
Terapeutik di Unit Rawat Inap Umum Textbook of Geriatric Medicine and
RS DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Gerontology Seventh Edition. United
Depok : FK-UI: Skrpsi. States of America.

Agus, R. (2011). Aplikasi Metodologi Handojo, D. (2015). Efektivitas


Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Pemberian ekstrak Phaleria
Nuha Medika Machocarpa Terhadap peningkatan
Ekspresi Granzy Sel Mononuklear dan
Arikunto, S. (2010). Prosedur Hambatan Perkembangan Diameter
penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Tumor pada Mencit Swiss dengan
(Edisi Revisi). Jakarta: RinekaCipta Karsinoma Epidormoid Kulit. Tesis, FK
: UNDIP Semarang.
Bawelle, S., Sinolungan, & Hamel, R.
(2013). Hubungan Pengetahuan dan Handoko, T. (2012). Manajemen
Sikap Perawat dengan Pelaksanaan Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Keselamatan Pasien (Pasien Safety) di Yogyakarta: BPFE UGM.
Ruang Rawat Inap RSUD Liun
Kandage Tahuna.E-Jurnal Hasibuan. (2011). Manajemn Dasar,
Keperawatan, Vol. 1 No 1, Februari Pengertian dan Maslah. Jakarta: CV
2017. Haji Masagung.

Elizabeth, Setyarini, A., Lusiana. Healthcare, J. C. (2013). Creating a


&Herlina L. (2012). Kepatuhan Safety Culture. Joint Commission
Perawat Melaksanakan Standar Center for Transforming Healthcare.
Prosedur Operasional: Pencegahan JCI.
Resiko Jatuh di Gedung Yosef 3 Dago
Herdman, T, & Heather.(2015). Nanda Variables and Job Satisfaction in a
International Inc. Diagnosis Greak Sampel . Procedia, 2230-2234.
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017.Jakarta : EGC Hidayat, A. Mahajan, R. (2010). Critical Incident
(2007). Riset keperawatan dan tehnik Reporting and Learning. British
penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Journal of anesthesia, 69-79.
medik.
Maulidin. (2016). Hubungan
Huda Amin Dan Kusuma Hardhi, Pengetahuan Komunikasi Interpersonal
(2015).Aplikasi NANDA NIC-NOC, Perawat dengan Penerapan
Jakarta. Media Action Publishing. Komunikasi Terapeutik pada Pasien di
Iskandar, H., Maksum, H., & Nafisah. ruang Rawat Inap RSISA Semarang.
(2014). Faktor Penyebab Penurunan Semarang: UNISSULA.
Pelaporan Insiden Keselamatan pasien.
Kedokteran Brawijaya, Vol 28. Kamus Menik, S. (2015). Hubungan motivasi
Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. dan Komitmen kerja Perawat dengan
(2008). Jakarta: Gramedia Pustaka Penerapan keselamatn Pasien di Ruang
Utama Intensif RSUP Sanglah
denpasar.Denpasar: Universitas
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Udayana.
Peraturan menteri kesehatan nomor 169/ National Patient Safety
MENKES/PER/VIII/2011 tentang
keselamatan pasien rumah sakit Notoatmojo, S. (2010).Metodelogi
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Profil Kesehatan Indonesia 2010 KKP- RinekaCipta.
RS.(2008). Pedoman Pelaporan
Keselamatan Pasien. Jakarta: KKP-RS Nursalam. (2013). Metodologi
penelitian: pendekatan praktis (edisi 3).
Koenenou, K., Aikaterini, K., & Jakarta: Salemba Medika
Georgia, K. (2011). Nurse'
Communication Skills: Exploring Theur Nursalam.(2015). Manajemen
Relationship With demographic Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
R.H Simamora (2019). Buku Ajar
Pelaksanaan Identifikasi Pasien. Uwais
Inspirasi Indonesia

R.H Simamora. (2019). The Influence


of Training Handover based SBAR
Communication for Improving Patients
Safety. Indian Journal of Public Health
Research & Development

R. H Simamora. (2019). Documentation


of patient Identification Into the
Electronic System to Improve the
Quality of Nurshing Services.
International Journal of Scientific &
Technology Research.

Anda mungkin juga menyukai