Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ALDRY M.A.

UMAGAP

NIM : 144 2019 1057

SOP
INISIAL ASSESMENT NON TRAUMA
Pengertian Tindakan penilaian secara cepat fungsi vital penderita
berdasarkan prioritas, diikuti resusitasi dan stabilisasi.
Tujuan 1. Untuk mengetahui secara cepat dan tepat kondisi klien.
2. Untuk dapat memberikan penanganan yang cepat pada
korban yang mengalami kondisi mengancam jiwa.
Indikasi Pasien yang mengalami kegawat daruratan trauma dan non
trauma.
PersiapanAlat Alat pelindung diri : Masker, sarung tangan. dll
Prosedur 1. Evaluasi kondisi lingkungan tempat kejadian. Amankan
pasien dan penolong dan bahaya lingkungan.
2. Penolong memasang APD, terutama untuk penolong
yang berasal dari team ambulance pre hospital.
3. Kaji respon/ kesadaran dengan sapa atau panggil pasien
dengan suara yang keras lalu tepuk
4. Kaji kemungkinan pasien mengalami fraktur cervical
dengan meliputi tanda-tanda luka di kepala, mata lebam,
hidung dan telinga berdarah, adab fraktur cervical. Jika
ada fraktur cervical segera pasang neck collar.
5. Kaji kepatenan Airway (saluran pernapasan pasien)
dengan meliputi:
a. Inspeksi
 Apakah ada benda asing di mulut pasien.
 Apakah ada penyumbatan jalan napas.
 Adakah pergerakan dada-perut ketika
bernapas.
 Lihat apakah bibir sianosis.
b. Auskultasi
 Dengar suara napas pasien, apakah normal
atau tidak.
c. Palpasi
 Dekatkan pipi penolong dengan hidung dan
mulut pasien. Apakah terasa hembusan napas
pasien dari mulut / hidung.
6. Kaji kemampuan bernapas (Breathing) dengan
melakukan:
a. Inspeksi
 Adakah sianosis
 Adakah jejas di dada.
b. Auskultasi
 Tempelkan pipi penolong kehidung pasien,
sambil mendengarkan suara napas pasien,
apakah normal, menurun, menghilang, atau
suara napas tambahan.
c. Palpasi
 Apakah dada pasien ada udema atau nyeri
tekan.
7. Kaji kondisi sirkulasi darah korban dengan melakukan
a. Inspeksi
 Lihat apakah ada luka dan perdarahan yang
banyak.
b. Palpasi
 Raba nadi arteri karotis, rasakan denyutanya,
jika tidak teraba maka lakukan RJP
 Raba nadi arteri radialis, hitung frekuensinya,
takikardi atau tdk.
 Raba ekstremitas, teraba dingin atau tidak.
8. Kaji tingkat kesadaran dan status neurologis korban
dengan melakukan
a. Alert, verbal respon, pain respon, unresponse.
b. Lihat respon pupil pasien.
9. Kaji kondisi cedera tambahan (eksposure) dengan
melakukan:
a. Tindakan log roll (nilai bagian belakang)
dilakukan secara team, jika ada fraktur servical
minta bantuan orang lain untuk memfiksasi
kepala dan leher.
b. Buka pakaian belakang, jika kesulitan gunting
pakaian korban, lihat jejas luka-luka, perubahan
bentuk tulang dari punggung, panggul sampai
kaki bagian belakang.
c. Rapikan pakaian pasien.
d. Kembalikan posisi pasien keposisi semula lalu
selimuti pasien untuk mencegah hipotermia.
e. Catat kelainan yang di temukan terutama yang
mengancam jiwa.
10. Buat keputusan apakah pasien dalam kategori:
a. Kritis apabila A,B, dan C Negatif.
b. Tidak stabil apabila salah dua dari A,B,C,D, dan
E Negatif.
 Kesulitan bernapas da njalan napas tidak
paten, trauma kepala dan dada yang berat,
shock, nyeri dada yang hebat, ftaktur tulang
panjang, diduga meningitis, luka tusuk pada
dada, leher, abdomen dan genetalia,
penurunan kesadaran, luka bakar> 10% untuk
orang dewasa, dan>5% untuk anak-anak.
c. Resiko tidak stabil apabila salah satu
dariA,B,C,D,dan E Negatif.
 Trauma yang serius, injury yang tersembunyi,
injury ekstremitas dngan kerusakan saraf dan
sirkulasi, ada tanda-tanda shock.
d. Stab table apabila semua A,B,C,D, dan E positif
 Injury kecil dengan tanpa perdarahan yang
banyak, tidak ada kerusakan saraf dan
sirkulasi, tidak ada tanda-tanda shock, tidak
ada komplikasi lainnya.
11. Untuk pasien yang kritis dan tidak stabil segera di
transportasi dan diobati, dilakukan pencatatan tanda-
tanda vital. Bila kondisi korban telah stabil maka
dilakukan survey sekunder.
12. Untuk pasien yang resiko tidak stabil dilakukan
pencatatan tandatanda vital dan survey sekunder.

Anda mungkin juga menyukai