Anda di halaman 1dari 105

Pembibitan Kelapa

Sawit
PENDAHULUAN
• Kwalitas bibit dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor genotyp dan
pehenotyp.
• Faktor genotype dipengaruhi oleh keturunan atau asal usul bibit itu
sendiri. Faktor ini tidak bisa dirubah meskipun dengan pemeliharaan
yang baik.
• faktor phenotyp yaitu faktor yang dipengaruhi oleh keadaan luar
yang bisa dirubah seperti: penyiraman, pemupukan, perawatan dan
naungan (intensitas cahaya matahari). Karena kwalitas bibit
merupakan faktor utama penentu tingginya produksi maka pemilihan
benih/kecambah harus mendapat prioritas utama tanpa terlalu
mempersoalkan harga benih itu sendiri.
• Kesalahan pemilihan benih berdampak kerugian produksi selama 25
tahun. Meskipun kecambah diperoleh dari sumber yang bagus tetapi
dalam pembibitan masih sering terjadi bibit abnormal, keadaan ini
perlu diseleksi kemudian dibuang. Jangan merasa sayang membuang
bibit yang dicurigai abnormal.
Tujuan
– Mendapatkan bibit yang baik dengan kwalitas
yang terjamin.
– Menyediakan bibit yang cukup sesuai kebutuhan
tanam dan sisipan.
– Memperkecil biaya pengadaan bibit.
PEMESANAN BENIH

• Sumber benih yang sudah terdaftar di pemerintahan


Republik Indonesia adalah : Pusat Penelitian
Perkebunan Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, PT. Socfindo,
PT. London Sumatera yang semuanya terletak di
Sumatera Utara. Selanjutnya tahun 2004 telah
terdaftar pula produsen benih kelapa sawit yang baru
yaitu : PT. Asian Agri (Riau), PT. Sinar Mas (Riau) dan PT.
Tania Selatan (Sumsel). Meskipun telah ada 6 produsen
benih sawit tetapi belum mencukupi untuk kebutuhan
dalam negeri. Oleh sebab itu pemesan benih harus
lebih awal dipesan sebelum dibutuhkan.
• CONTOH PERKIRAAN KEBUTUHAN LUAS AREAL PEMBIBITAN
• Luas kebun 5000 ha, dengan perincian sebagai berikut :
• Penanaman tahun I : 1000 ha
• Penanaman tahun II : 2000 ha
• Penanaman tahun III : 2000 ha,
• Kerapatan tanam/ha : 136

1. Kebutuhan bibit untuk penanaman 5.000 x 136 = 680.000


2. Cadangan 5 % 5 % x 680.000 = 34.000
3. Afkir 15 % 15 % x 680.000 = 102.000
• Jumlah kebutuhan bibit untuk 5.000 ha = 816.000

• Kebutuhan bibit tahun 1 (1.000 ha) 816.000/5 = 163.000


• Kebutuhan luas areal bibitan tahun 1 adalah
• Areal pembibitan (utama) dengan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm atau 14.260
bibit/ha = 11,4 ha
• Luas areal untuk bibitan Main Nursery = 11,4 ha
• Tambahan luas areal untuk PN, gudang, jalan dll (16%) = 1,9 ha
• Jumlah luas areal yang diperlukan pada tahun pertama = 13,3 ha
• Jumlah Keseluruhan areal
• Tahun 1 = 13,3 ha
• Tahun 2 dan 3 = 13,3 ha
• Areal cadangan (bibit kembar, cadangan, bibit sisipan) = 5,0 ha

• Jumlah areal pembibitan yang diperlukan = 31,6 ha


AKIBAT TIDAK ADA PERENCANAAN
AKIBAT TIDAK ADA PERENCANAAN
LOKASI PEMBIBITAN

• Pembibitan dibuat terlebih dahulu yaitu 8 bulan sebelum


pekerjaan pembukaan lahan dimulai, tujuannya untuk
mendapatkan bibit yang siap tanam pada saat lahan sudah
tersedia untuk ditanami.
• Syarat-syarat lokasi pembibitan yaitu :
– Dekat dengan sumber air (sungai, anak sungai atau waduk).
– Dekat dengan perumahan.
– Terletak di tengah-tengah areal kebun.
– Topograpinya rata. Jika tidak ada tanah yang rata harus dibuat
tapak teres bertingkat.
– Jalan akses mudah dilalui.
– Aman dari sumber hama dan penyakit.
– Bebas dari banjir.
• Naungan tersebut tidak mutlak untuk
pembibitan di PN. Jika penyiraman dapat
dilakukan secara teratur dan mencukupi
maka naungan dapat ditinggalkan.
• Penanaman Kecambah.
 Siram tanah dipolibag sampai jenuh sebelum kecambah
ditanam.
 Kecambah direndam didalam larutan fungisida dithane/thiram
dengan konsentrasi 0,2 %.
 Selanjutnya kecambah diseleksi dan dihitung.
 Penanaman kecambah harus memperhatikan posisi radicula
yang akan diposisikan arah kebawah dan plumula di posisikan
ke atas.
 Kecambah ditanam dengan kedalaman sekitar 2 cm dibawah
permukaan tanah polibag. Hindarkan penanaman kecambah
yang terlalu dalam atau terbalik.
 Polibag disiram sampai jenuh setelah penanaman kecambah.
 Pemberian naungan disesuaikan dengan iklim setempat
Contoh papan label bibit di PN dan
MN
• Dosis Pemupukan di Pre Nursery

Pemindahan bibit dari baby bag ke large bag pada umur 12 minggu. Jika pada umur
12 minggu bibit belum dipindahkan dan masih tetap di baby bag, maka pemupukan
harus tetap dilanjutkan dengan dosis umur 11 minggu yaitu pupuk 15:15:6:4
compound dengan dosis 25 gr/10  setiap 200 bibit setiap minggu sampai bibit
dipindahkan. Jangan memberikan pupuk dalam bentuk granular pada baby bag.
Setelah dipindahkan ke large bag, maka dapat dilakukan pemupukan dengan pupuk
granular mengikuti umur bibit dibawah ini.
Pemberantasan Hama & Penyakit di PN
Cara yang terbaik menangani hama dan penyakit di pembibitan adalah dengan
cara pencegahan, seperti menciptakan kondisi tidak terlalu lembab dan
menghilangkan sumber infeksi penyakit. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengurangi naungan, membuang bagian yang sakit kemudian dimusnahkan
dengan cara membakar. Pengamatan yang lebih sering dan teliti merupakan
tindakan yang terbaik.

Pemberantasan Gulma
Tidak diperkenankan pemberantasan gulma di pre nursery dengan
menggunakan herbisida. Gulma yang tumbuh dalam baby bag
dicabut dengan tangan dan gulma yang tumbuh di samping
bedengan digaruk dan disingkirkan. Pada saat merumput tersebut
jika ada tanah yang kurang di baby bag harus ditambahi.
Pengendalian Hama Penyakit di PN
Jenis Insektisida Dosis (produk Teknik
Jenis Hama
Bahan Aktif Nama dagang dagang) aplikasi
Valanga nigricornis (belalang) Karbofuran Furadan 3 G 2 – 5 gr/btg Tabur
Apogonia sp. (kumbang malam)
Deltametrin Decis 2 – 3 cc/lt air semprot
Aphid (kutu daun)
Setora nitens Wlk (ulat api) B. thuringiensis Foil 70 F, Florbac 2 – 4 cc/lt air semprot
Metisa plana (ulat kantong) Karbofuran Furadan 3 G 2 – 5 gr/btg tabur
Grillus sp. (jengkrik) Karbofuran Furadan 3 G 2 – 5 gr/btg tabur
Rattus tiomanicus, Phython, Klerat,
Brodifakum 2 – 3 bait umpan
Rattus jalorensis (tikus) Ramortal

Jenis fungisida Dosis produk Teknik


Jenis Penyakit
Bahan Aktif Nama dagang dagang aplikasi
Penyakit akar,
Mankozeb Dithane 2-3 gr/liter
Penyakit antracnose, Semprot
Penyakit bercak daun Asam fosfit Folirfos 2-3 cc/liter
KEBUTUHAN AIR
• Seleksi di PN :
 Seleksi bibit di pre-nursery dilakukan dalam 2
(dua) tahap, yaitu :
• Tahap I : pada bibit umur 4 - 6 minggu
• Tahap II : pada saat sebelum bibit ditransplanting ke main-nursery
(pembibitan utama)
• Pada kondisi normal, seleksi di pre-nursery + 5-10 % dari populasi bibit
 Seleksi harus dilakukan secara ketat oleh seorang staf Agronomi yang
berpengalaman dengan tujuan untuk memastikan bahwa setiap bibit yang
dipindahkan ke polybag besar adalah bibit yang sehat.
 Jumlah bibit afkir selama di PN antara 8-10 % dari total bibit yang ditanam.

 Tata cara pelaksanaan seleksi bibit di PN :


 Angkat dan singkirkan semua bibit afkir dari bedengan sebelum dilakukan
pemindahan bibit sehat ke polibag besar.
 Musnahkan semua bibit afkir.
 Catat dan laporkan semua bibit yang diafkir
PERAWATAN DI MN
 Gulma didalam polibag
1. Gulma didalam polibag dilakukan dengan cara manual setiap bulan
sampai bibit cukup besar.
2. Konsolidasi bibit (mendirikan dan menegakkan bibit doyong)
dilakukan bersamaan dengan pengendalian gulma.
3. Pemberian mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma. Mulsa
yang dianjurkan adalah mulsa cangkang atau fiber atau potongan
lalang kering.
 Gulma diluar polibag
1. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida
glifosate dengan dosis 2 liter/ha blanket (konsentrasi 0,5 %). Nozel
dari sprayer yang digunakan adalah polijet kuning/VLV 200 dan
posisinya harus lebih rendah dari permukaan polibag pada saat
penyemprotan. Semua peralatan yang dipakai untuk kegiatan
perawatan harus diberikan tulisan khusus herbisida secara jelas
dengn warna merah dan disimpan terpisah, sehingga dipastikan
peralatan ini tidak digunakan untuk kegiatan lain .
Pemupukan
• Tabel : Dosis Pemupupukan Di Main Nursery

Bibit harus dipindahkan ke lapangan pada umur 10-12 bulan. Jumlah dosis pupuk
per bibit per 52 minggu = 0,38 gram Urea + 45,75 gram NPK 15:15:6:4 Coump. +
180,0 gram NPK 12:12:17:2 + TE dan 40,0 gram Kieserit
• Hama Di Pembibitan
– Kumbang Malam (Apogonia sp dan Aderotus sp)
• Aktif pada sore dan malam hari sedang siang hari bersembnunyi di
semak-semak sekitar pembibitan atau di bawah permukaan tanah.
Menyerang dengan memakan epidermis daun hingga daun berlubang.

– Kutu daun (Aphids)


• Berwarna hijau kemerahan, tungkai berwarna putih berlilin sedang
mealy bug tubuhnya dilapisi lilin putih. Sering dijumpai pada helai daun,
pucuk, leher akar atau akar muda. Hidup bersimbiose dengan semut.

– Spider mites
• Tinggal di bawah anak daun yang agak tua, berkembang cepat terutama
pada musim panas. Serangan Spider mites sama dengan Aphids yaitu
mengisap cairan tanaman, pada serangan berat menyebabkan tanaman
menjadi lemah dan dapat terserang penyakit sekunder lainnya.
– Belalang (Valanga nigricomis)
• Jenis belalang yang menyerang cukup banyak dari mulai belalang
coklat, hijau, belalang kayu dan lain-lainnya. Memakan mulai dari
tepi daun dan selalu berpindah-pindah dari satu daun ke daun
lainnya.

– Ulat api (Setora nitens, Thosea asigna, Darna trima)


• Ulat muda hanya memakan epidermis saja tetapi ulat dewasa memakan daun
mulai dari tepi kemudian beranjak hingga ke lidi. Pada serangan berat dapat
menyebabkan daun hanya tinggal lidi saja.

– Jangkrik (Gryllus sp)


• Sering menyerang bibit kecil pada pembibitan awal, memakan pucuk, pangkal
daun atau umbutnya menyebabkan kematian bibit.

– Tikus (Rattus argentiventer, Rattus tiomanicus, Rattus-


ratus diardii)
• Memakan titik tumbuh atau umbutnya sehingga bibit mati. Pembibitan
yang kotor atau semak akan mengundang kedatangan tikus
• Penyakit Di Pembibitan
– Cendawan Rhizoctonia dan Phyrium sp
• Menyerang bahagian akar bibit, dimulai dari ujung akar yang masih lunak
dan menyebar ke akar yang lebih tua. Daun menjadi kusam, menguning
membentuk bercak-bercak coklat kemerahan dan layu. Jaringan yang
terserang menjadi busuk dan berair. Penyakit ini timbul pada bibit muda dan
timbul karena kondisi lingkungnan kurang serasi.

– Anthracnose
• Disebabkan oleh cendawan Botriodiplodia sp, Gloomerella singulata dan
Melaconiem elaedis. Penyakit ini timbul disebabkan kelembaban tinggi,
menyebar melalui spora. Bercak daun yang terjadi berwarna hijau pucat
kemudian berubah coklat membusuk dan kering.

– Black spot
• Disebabkn oleh cendawan Curvularia sp dan Helminthosporium sp.
Menyerang bibit umur 4 bulan. Bercak kecil pada daun berwarna kuning
kemudian menjadi hitam bulat atau lonjong yang selanjutnya bergabung.
• Pestisida yang digunakan untuk pengendalian
hama dan penyakit di pembibitan adalah
seperti padaPestisida
Jenis Hama/ table Yang 3 sebagai
Konsentrasi berikut
Interval : Cara
Penyakit Dipakai (% ) (Minggu) Aplikasi
1. H a m a
Kutu (Aphids) Perfektion 25 EC 0,1 2 Semprot
Spider mites Rogor 40 EC 0,1 2 Semprot
Apogonia sp Sevin 85 EC 0,05 2 Semprot
Belalang Sevin 85 EC 0,05 2 Semprot
Jangkerik Sevidol 4/4 G 5 gr/pkk 12 Tabur
Keong Metadex 5 gr/pkk 4 Tabur
Tikus Klerat RM 1 bh/50 m2 3 hari Tabur
Ulat api Hostathion 0,15 2 Semprot

2. Penyakit
Anthracnose Dithane M 45 0,1 2 Semprot
Curvularia/ Difolatan 0,2 2 Semprot
Helminthos- Thiram 0,2 2 Semprot
porium Benomyl 0,2 2 Semprot
Phytophtora Maneb 0,1 2 Semprot
Propineb 0,1 2 Semprot
Pedoman Pengendalian hama dan penyakit di
pembibitan
• Seleksi Bibit
• Seleksi bibit yaitu dengan cara membuang bibit yang abnormal dan
menyimpan bibit yang bagus. Bibit abnormal disebabkan oleh 2 hal
yaitu karena faktor genetik (keturunan) dan faktor accidental yaitu
timbul karena suatu sebab perlakuan atau lingkungan. Faktor
accidential antara lain :
 Salah tanam di PN seperti terbalik, kedalaman atau kedangkalan.
 Tanah terlalu padat sehingga akar sulit berkemban.
 Kekeringnan (kurang air).
 Tergenang air hingga akar busuk.
 Gangguan hama dan penyakit.
 Salah pemupukan
 Keracunan pestisida
 Jarak tanam terlalu rapat
 Tanah tidak sesuai karena terlalu asam (peat soil)
 Air penyiraman kurangn baik : asin, asam dan mengandung
racun

• Seleksi yang kurang ketat menyebabkan sebahagian bibit abnormal tertanam


ke lapangan. Kurang ketatnya seleksi bibit di pembibitan disebabkan :
» Kurangnya mengenal gejala abnormal bibit
» Kurangnya jumlah bibit sehingga seleksi diperlonggar
» Sulit melaksanakan seleksi karena rapatnya barisan bibit

Anda mungkin juga menyukai