Anda di halaman 1dari 123

PENJELASAN

51.
Antidotum adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi perlawanan atau dengan kata
lain antidotum adalah penawar racun dan atau senyawa yang mengurangi atau
menghilangkan toksisitas senyawa diabsropsi.
Norit atau arang aktif merupakan padatan berpori yang mengandung 85-95 % karbon,
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon yang mengalami pemanasan pada
suhu tinggi.Norit dapat menyerap gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat dapat
menyerap gas atau senyawa kimia tertentu atau sifat penyerapan selektif, tergantung pada
besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap norit sangat besar, yaitu 25-
100% terhadap berat norit.
Prinsip kerja norit adalah ketika masuk kedalam perut dia akan mampu menyerap
bahan – bahan racun dan berbahaya yang menyebabkan gangguan pencernaan. Kemudian
menyimpannya didalam permukaan porinya sehingga nantinya keluar bersama tinja.Arang
aktif ini ketika diperiksa dibawah Scanning Electron Microscopy, akan terlihat pori-pori
dalam jumlah yang sangat besar. Dengan gaya Van der Walls yang dimilikinya, pori-pori
tersebut mampu menangkap berbagai macam bahan, termasuk bahan beracun. Oleh karena
itu arang aktif dapat digunakan pada kasus overdosis obat, keracunan makanan, atau tertelan
bahan beracun lainnya.
Kemampuan arang aktif dalam  menangkap racun  hanya terjadi di lambung dan usus,
ketika zat beracun belum terserap dan masuk ke dalam peredaran darah. Sehingga, semakin
cepat diberikan, semakin banyak racun yang dapat diserap. Namun, tidak semua bahan dapat
diserap oleh arang aktif.
Meskipun norit (arang aktif) mampu menyerap banyak racun, norit nyatanya juga
menyerap zat gizi dan vitamin yang terdapat pada makanan. Oleh karena itu, saat menenggak
norit (arang aktif) pasien juga harus terus diberikan minum air putih untuk menggantikan zat
yang ikut terserap norit (arang aktif), untuk menyerap racun dari makanan yang telah
kadarluasa tersebut, pasien dapat mengkonsumsi tablet kabon/arang aktif yang diminum
dengan air putih. Jika terjadi mutah dan diare dapat merehidrasi cairan yang hilang dengan
minum oralit. Untuk mengatasi keluhan seperti mual, muntah dan diare pada awal terjadi
dapat disarankan untuk mengkonsumsi norit (arang aktif) untuk penanggulangan awal.
52.
Indikasi :

Pengobatan infeksi saluran pernapasan bawah, akut otitis media bakteri, infeksi kulit dan
struktur kulit, infeksi tulang dan sendi, infeksi intra-abdomen dan saluran kemih, penyakit radang
panggul (PID), tidak rumit gonore, septikemia bakteri, dan meningitis; digunakan dalam profilaksis
bedah.

Pengobatan chancroid, epididimitis, infeksi gonokokal rumit; penyakit menular seksual


(PMS); periorbital atau selulitis bukal; salmonellosis atau shigellosis; atipikal pneumonia komunitas
yang didapat; epiglottitis, penyakit Lyme; digunakan dalam kemoprofilaksis untuk kontak berisiko
tinggi dan orang-orang dengan penyakit meningokokus invasif; kekerasan seksual; demam tifoid.

Efek pada Ibu Hamil :

Efek Teratogenic kehamilan belum diamati dalam studi hewan; Oleh karena itu, ceftriaxone
diklasifikasikan sebagai kategori kehamilan B. farmakokinetik ceftriaxone pada trimester ketiga
adalah sama dengan yang dari pasien tidak hamil, dengan kemungkinan pengecualian dari konsentrasi
puncak yang lebih rendah selama persalinan. Ceftriaxone melewati plasenta dan mendistribusikan
cairan ketuban. Ceftriaxone direkomendasikan untuk digunakan pada wanita hamil untuk
pengobatan infeksi gonokokal (semacam infeksi saluran kemih).

A. Sefadroksil

Indikasi :

Pengobatan infeksi rentan di saluran pernapasan, struktur kulit dan kulit, tulang dan sendi,
saluran kemih, ginekologi serta septikemia, dan didokumentasikan atau dicurigai meningitis. Aktif
terhadap sebagian besar basil gram negatif (tidak Pseudomonas) dan gram positif cocci (tidak
Enterococcus). Aktif terhadap banyak penisilin-tahan pneumokokus.

Penjelasan :

Obat ini tidak mempunyai indikasi untuk infeksi saluran kemih.

B. Tetrasiklin

Indikasi :

Pengobatan infeksi bakteri rentan organisme baik gram positif dan gram negatif; juga infeksi
karena Mycoplasma, Chlamydia, dan Rickettsia; diindikasikan untuk jerawat, eksaserbasi bronkitis
kronis, dan pengobatan gonore dan sifilis pada pasien yang alergi terhadap penisilin; sebagai bagian
dari rejimen multidrug untuk H. pylori pemberantasan untuk mengurangi risiko kekambuhan ulkus
duodenum.

Efek Pada Ibu Hamil

Pertimbangan kehamilan, Tetrasiklin melewati plasenta, memasuki sirkulasi janin, dan dapat
menyebabkan perubahan warna permanen gigi jika digunakan selama trimester kedua atau ketiga.
Toksisitas hati ibu telah dikaitkan dengan penggunaan tetrasiklin selama kehamilan, terutama pada
pasien dengan azotemia atau pielonefritis. Karena penggunaan selama kehamilan dapat menyebabkan
kerusakan janin, tetrasiklin diklasifikasikan sebagai kategori kehamilan D.

Penjelasan :

Tetrasiklin tidak dianjurkan untuk Ibu Hamil

C. Penisilin

Indikasi :

Pengobatan infeksi yang disebabkan oleh organisme rentan melibatkan saluran pernapasan,
otitis media, sinusitis, kulit, dan saluran kemih; profilaksis demam rematik.

Efek Pada Ibu Hamil :

Pertimbangan Kehamilan Efek samping belum diamati dalam studi hewan; Oleh karena itu,
penisilin V diklasifikasikan sebagai kategori kehamilan B. Penisilin melewati plasenta dan
mendistribusikan ke cairan ketuban. Tidak ada bukti efek samping janin setelah digunakan penisilin
selama kehamilan pada manusia. Karena perubahan fisiologis akibat kehamilan, beberapa parameter
farmakokinetik penisilin V dapat diubah pada trimester kedua dan ketiga. Dosis yang lebih tinggi atau
peningkatan frekuensi dosis mungkin diperlukan.

Penjelasan :

Tidak ada penjelasan yang jelas mengenai rekomendasi pemakaian obat ini pada Ibu Hamil.

E. Sefotaksim

Indikasi :

Pengobatan infeksi rentan di saluran pernapasan, struktur kulit dan kulit, tulang dan sendi,
saluran kemih, ginekologi serta septikemia, dan didokumentasikan atau dicurigai meningitis. Aktif
terhadap sebagian besar basil gram negatif (tidak Pseudomonas) dan gram positif cocci (tidak
Enterococcus). Aktif terhadap banyak penisilin-tahan pneumokokus.
Efek Pada Ibu Hamil :

Efek Teratogenic kehamilan yang tidak diamati dalam studi hewan; Oleh karena itu,
sefotaksim diklasifikasikan sebagai kategori kehamilan B. Cefotaxime melewati plasenta dan dapat
ditemukan di jaringan janin. Peningkatan risiko efek teratogenik belum diamati berikut digunakan ibu.
Selama kehamilan, konsentrasi serum puncak sefotaksim menurun dan serum paruh yang lebih
pendek.

Penjelasan :

Sefotaksim mempunyai khasiat yang sama seperti Seftriakson, tetapi tidak di


Rekomendasikan pada Ibu Hamil.

53.

OSTEOARTRITIS

A. Osteoartiritis
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit yang berkembang dengan lambat, biasa
mempengaruhi terutama sendi diartrodial perifer dan rangka aksial. Penyakit ini
ditandai dengan kerusakan dan hilangnya kartilago articular yang berakibat pada
pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas dan
ketidakmampuan. Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi yang dipengaruhi.
B. Patofisiologi
 Pada awal OA, kandungan air pada kartilago meningkat, kemungkinan sebagai
akibat kerusakan jaringan kolagen yang tidak mampu untuk mendesak
proteoglikan, dan selanjutnya memperoleh air. Seiring perkembangan OA,
kandungan proteoglikan kartilago menurun, kemungkinan melalui kerja
metalloproteinase.
 Perubahan dalam komposisi glikosaminoglikan juga terjadi, dengan
peningkatan keratin sulfat dan penurunan rasio kondrotin 4-sulfat terhadap
kondrotin 6-sulfat. Perubahan ini dapat mengganggu interaksi kolagen-
proteoglikan pada kartilago. Kandungan kolagen tidak berubah sampai
penyakit menjadi parah. Peningkatan dalam sintesis kolagen dan perubahan
distribusi dan diameter serat dapat terlihat.
 Peningkatan aktivitas metabolic yang ditandai dengan peningkatan sintesis
matriks yang dikontrol oleh kondrosit, dianggap merupakan suatu respon
perbaikan terhadap kerusakan.
 Tulang subkondral yang berdekatan dengan kartilago articular juga mengalami
pergantian tulang yang lebih cepat, dengan peningkatan aktivitas osteoklast
dan osteoblast. Terdapat hubungan antara pelepasan peptide vasoaktif dan
matrix metalloproteinase, neovaskularisasi, dan peningkatan permeabilitas
kartilago yang berdekatan. Peristiwa ini selanjutnya mengakibatkan degradasi
kartilago dan pada akhirnya hilangnya kartilago, berakibat pada rasa sakit dan
deformitas sendi.
 Fibrilasi, robeknya kartilago yang tidak mengandung kalsium, mengekspose
bagian dalam tulang sehingga dapat menyebabkan mikrofraktur pada tulang
subkondral. Selanjutnya, kartilago tererosi, meninggalkan tulang subkondral
yang kosong dan menjadi padat, halus dan berkilau.
 Mikrofraktur berakibat pada produksi callus dan osteoid. Tulang baru
(osteofit) terbentuk pada tepi sendi, jauh dari area destruksi kartilago. Osteofit
dapat merupakan suatu usaha untuk menstabilkan sendi daripada suatu aspek
yang destruktif dari OA.
 Inflamasi, dicatat secara klinis sebagai sinovitis, terjadi dan dapat diakibatkan
dari pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin dari kondrosit.
C. Manifestasi Klinik
 Prevalensi dan keparahan OA meningkat seiring usia. Factor resiko yang
potensial meliputi obesitas, penggunaan berulang melalui pekerjaan atau
aktivitas di waktu luang, trauma persendian, dan hereditas.
 Presentasi klinis tergantung pada durasi dan keparahan penyakit dan jumlah
sendi yang dipengaruhi. Gejala yang dominan adalah rasa sakit yang dalam
dan terlokalisasi berhubungan dengan sendi yang dipengaruhi. Pada awal OA,
rasa sakit mengiringi kativitas persendian dan berkurang dengan istirahat.
Selanjutnya, rasa sakit terjadi walaupun dengan aktivitas yang minimal atau
pada saat istirahat.
 Sendi yang paling umum dipengaruhi adalah sendi interfalangeal distal dan
proksimal (DIP dan PIP) pada tangan, sendi karpometakarpal (CMC) pertama,
lutut, pinggul, tulang belakang serviks dan lumbar, dan sendi
metatersofalangeal (MTP) pertama pada jari kaki.
 Selain rasa sakit, keterbatasan pergerakan, kekakuan, srepitus dan deformitas
dapat pula terjadi. Pasien dengan lower extremity involvement dapat
melaporkan adanya suatu perasaan kelelahan atau ketidakstabilan.
 Kekakuan sendi berlangsung kurang dari 30 menit dan sembuh dengan
bergerak. Pembesaran sendi berhubungan dengan proliferasi tulang atau
penebalan sinovioum dan kapsul sendi. Adanya rasa hangat, kemerahan dan
sendi yang empuk mengesankan terjadinya inflamasi sinovitis.
 Deformitas sendi dapat terjadi pada tahap selanjutnya sebagai akibat dari
subluxasi, kolaps-nya tulang subkondral, pembentukan tonolan tulang atau
pertumbuhan tulang berlebih.
 Pemeriksaan fisik terhadap sendi ditandai dengan pengempukkan, krepitasi
dan mungkin pembesaran sendi. Nodus Heberden dan Bouchard secara
berturut-turut merupakan pembesaran tulang (osteofit) dan sendi DIP dan PIP.
D. Terapi
1. Terapi Non Farmakologi
 Langkah pertama adalah memberikan edukasi pada pasien tentang
penyakit, prognosis dan pendekatan manajemennya. Selain itu,
diperlukan konseling diet untuk pasien OA yang kelebihan berat
badan.
 Terapi fisik dengan pengobatan panas atau dingin dan program
olahraga membantu menjaga dan mengembalikan rentang pergerakan
sendi dan mengurangi rasa sakit dan spasmus otot. Program olahraga
dengan menggunakan teknik isometric didesain untuk menguatkan
otot, memperbaiki fungsi sendi dan pergerakan dan menurunkan
ketidakmampuan, rasa sakit dan kebutuhan akan penggunaan
analgesic.
 Alat bantu dan ortotik seperti tongkat, alat pembantu berjalan, alat
bantu gerak, heel cups dan insole dapat digunakan selama
olahragaatau aktivitas harian.
 Prosedur operasi (mis. Ostetotomi, pengangkatan sendi, penghilangan
osteofit, artroplasti parsial atau total, joint fusion) diindikasikan untuk
pasien dengan rasa sakit parah yang tidak memberikan respon
terhadap terapi konservatif atau rasa sakit yang menyebabkan
ketidakmampuan fungsional substansial dan mempengaruhi gaya
hidup.
2. Terapi Farmakologi
 Terapi obat pada OA ditargetkan pada pengalihan rasa sakit. Karena
OA sering terjadi pada individu yang lebih tua yang memiliki kondisi
medis lainnya, diperlukan suatu pendekatan konservatif terhadap
pengobatan penyakit.
 Pendekatan individual untuk pengobatan penting. Untuk sakit yang
ringan atau sedang, analgesic topical atau asetaminofen dapat
digunakan. Jika hal ini gagal atau tejadi inflamasi, obat AINS dapat
berguna. Ketika terapi obat dimulai, terapi non-obat yang cocok harus
diteruskan.
a. Golongan Analgesik
1) Asetaminofen
Acetaminophen lebih disukai terutama untuk pasien usia lanjut,
diduga bekerja dalam sistem saraf pusat untuk menghambat
sintesis prostaglandin, agen yang meningkatkan
sensasi rasa sakit. Acetaminophen mencegah sintesis
prostaglandin dengan
menghalangi aksi cyclooxygenase.Acetaminophen sentral diserap
dengan baik setelah pemberian oral (bioavailabilitas adalah 60%
sampai 98%),
mencapai sasaran-konsentrasi puncak dalam waktu 1 sampai 2
jam, tidak aktif dalam hati dengan konjugasi dengan sulfat atau
glukuronida, dan metabolitnyayang diekskresi melalui ginjal.
2) Kapsaisin (Analgetik Topikal)

Suatu ekstrak dari lada merah yang menyebabkan pelepasan dan


pengosongan substansi P dari serabut saraf.

3) Glukosamin dan kondroitin (Analgesik Topikal)

Glukosamin mengurangi penyempitan ruang sendi


4) Analgetik non narkotik

b. Golongan AINS
Blokade sintesis prostaglandin melalui penghambatan cyclooxy-
genase (COX-1 dan COX-2enzymes) mekanisme utamanya
dimana NSAID mengurangi rasa sakit dan peradangan. Mengingat
khasiat serupa NSAID nonspesifik danCOX-2 inhibitor, toksisitas
dan biaya berperan utama dalam menentukanobat yang dipilih
untuk pasien tertentu.
c. Kortikosteroid
Kortikosteroid bekerja melalui interaksinya dengan protein
reseptor yang spesifik di organ target, untuk mengatur suatu
ekspresi genetic yang selanjutnya akan menghasilkan perubahan
dalam sintesis protein lain. Protein yang terakhir inilah yang kan
mengubha fungsi seluler organ target sehingga diperoleh,
misalnya efek gluconeogenesis, meningkatnya asam lemak,
meningkatnya reabsorpsi Na, meningkatnya reaktivitas pembuluh
terhadap zat vasoaktif, dan efek antiinflamasi.
PENJELASAN OBAT
1. Indometasin
Indometasin adalah turunan asam asetat indol. Hal ini 20-30 kali lebih kuat
dibandingkan aspirin dalam antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Hal ini
disebabkan tidak hanya untuk penghambatan COX, tetapi juga kemampuannya untuk
mengurangi polimorfonuklear migrasi sel dan mengurangi T dan proliferasi sel-B,
yang merupakan peristiwa penting dalamproses inflamasi. Hal ini juga diyakini
menghambat produksi asam arakidonat(prekursor utama eikosanoid) dengan
menghambat phospholipases A dan C. Jugamempengaruhi intraseluler siklik-AMP
(adenosin monofosfat) konsentrasi
dengan menghambat phosphodiesterase.Seperti kebanyakan NSAID lainnya,
indometasin baik diserap. Hal ini dimetabolisme dihati dan mengalami sirkulasi
enterohepatik luas, dalam ASIperempuan menyusui. Indometasin dan metabolit aktif
yang diekskresikan tidak berubahdalam empedu dan urin. Hal ini diindikasikan untuk
mengurangi gejala-gejala osteoarthritis, rheumatoid arthritis, dan ankylosing
spondylitis. Hal ini juga sangat efektif dalam pengelolaanarthritis gout akut. Ini
adalah obat pilihan untuk pengobatan ductus arteriosus paten,yang dikelola oleh
sintesis terus-menerus prostasiklin dan PGE2. Itu juga digunakan dalam pengelolaan
sindrom Bartter, yang melibatkan kekurangan di ginjalklorida reabsorpsi dan
kelebihan dari prostaglandin, dan sindrom Sweet,yang merupakan dermatosis
neurophilic akut yang disertai demam.
Indometasin efektif, tetapi kurang menguntungkan, ada efek samping terutama
untuk manula.
2. Piroksikam
Piroksikam adalah oxicam. Seperti kebanyakan NSAID, piroksikam ini antiinflamasi,
analgesik, dan antipiretik yang dikaitkan dengan kemampuannya yaitu non-selektif
menghambat COX-1 dan -2. Pada konsentrasi tinggi, telah terbukti
menghambatmigrasi leukosit polimorfonuklear. Tidak seperti meloxicam, piroksikam
adalah cepatdiserap. Karena sirkulasi enterohepatik, ia memiliki waktu paruh sangat
panjang (berkisar dari30-85 jam). Dimetabolisme di hati dan metabolit diekskresikan
dalam urin dan feses. Efek sampingterkait dengan piroksikam yang khas NSAID
lainnya.Piroksikam tersedia dalam kapsul 10- dan 20-mg. Hal ini diindikasikan untuk
mengobati rheumatoid arthritis dan osteoarthritis. Interaksi obat dan
kontraindikasimirip dengan NSAID lainnya.
Efek Samping: 
Keluhan gastrointestinal, misalnya anoreksia, nyeri perut, konstipasi, diare, flatulen,
mual, muntah, perforasi, tukak lambung dan duodenum. gangguan hematologik
seperti trombositopenia, depresi sumsum tulang. Gangguan kulit: eritema, dermatitis
eksfoliatif, sindroma Stevens-Johnson. Gangguan Saraf pusat: sakit kepala, pusing,
depresi, insomnia, gugup. Efek samping lain seperti hiperkalemia, sindroma nefrotuk,
nyeri, demam, penglihatan kabur, hipertensi dan reaksi hipersensitif.
3. Meloksikam
Meloxicam adalah enolcarboxamide, turunan oxicam. meskipun meloxicam
menghambat baik COX-1 dan 2, itu sedikit COX-2 selektif. Tidak seperti kebanyakan
NSAID lainnya, meloxicam secara perlahan diserap. Ia memiliki paruh relatif
panjang. Meskipuntelah digunakan di Eropa dan Timur Tengah selama beberapa
waktu, telah baru-baru inidisetujui untuk digunakan di Amerika Serikat.
1. Persiapan, Indikasi Terapi, Efek samping, Kontraindikasi, dan
Interaksi obat: Ini tersedia dalam tablet 3.5-, 7.5-, dan 15 mg. Hal ini diindikasikan
untuk
pengobatan osteoarthritis. Efek samping dan kontraindikasi yang mirip dengan yang
dijelaskan untuk NSAID lainnya. Baru-baru ini, telah terbukti menurunkan effek
diuretik dari furosemide. Interaksi obat lain yang mirip dengan yang berhubungan
denganNSAID lainnya.
2. Dosis: Untuk mengurangi rasa sakit akibat osteoarthritis, dosisnya adalah 7,5 mg
per hari, hingga maksimum 15 mg per hari.
Beberapa efek samping yang umum terjadi saat mengonsumsi obat ini adalah : mual
dan muntah, gangguan pencernaan, sakit kepala dan sulit tidur

Meloxicam dosis 7.5 mg dan 15 mg menyebabkan angka perforasi, perdarahan atau tukap
peptik sebesar 0.1 dan 0.2%;115 sedangkan piroxicam (20 mg), sodium diclofenac (100 mg
SR) dan naproxen (750-1000 mg) memberikan angka kejadian lebih besar yaitu 1.2 %, 0.6%
dan 2.1%.

54.

Hiperlipidemia
Hyperlipidemia didefinisikansebagaipeningkatansalahsatuataulebihkolesterol, kolesterol
lipid, fosfolipid, atautrigliserida.
Hiperlipoproteinemiaadalahmeningkatnyakonsentrasimakromolekul lipoprotein yang
membawa lipid dalam plasma.

Jenis-jenislipoprotein :
kilomikron LDL
VLDL HDL
IDL

Hiperlipidemiadapatdisebabkanolehfaktor primer (genetik).Disebutjugahiperlipidemia


familial.
Faktorsekunder
berhubungandenganadanyamasalahkesehatandangayahidup.
o Usia
o Jeniskelamin
o Riwayatkeluargadenganhiperlipidemia
o Obesitas / kegemukan
o Menu makanan yang mengandungasamlemakjenuh
o Kurangmelakukanolah raga
o Penggunaanalkohol
o Merokok
o Diabetes yang tidakterkontroldenganbaik
o Penyakit, (gagalginjal,gangguankelenjartiroid
Obat-obatantertentu yang dapatmengganggumetabolismelemakseperti estrogen, pil kb,
kortikosteroid, diuretiktiazid (padakeadaantertentu

JenisHiperlipidemia Kelainan Resiko PJK Fenotipe Fredrickson

Hiperkolesterolemia Defekpadareseptor LDL +++ IIa, IIb

Hiperkilomikronemia Defisiensi lipoprotein lipase - I, kadang-kadang IV

Hiperlipidemiacampuran Gangguankonversi VLDL +++ IIa, IIb, IV dan V


ke LDL

Disbetalipoproteinemia Defisiensiapoprotein +++ III


protein III

Hipertrigliseridemia Sintesis VDL↑ ++ IV kadang-kadang V

Katabolisme VDL e

Hiperlipoproteinemiatipe V Konversi VLDL ke LDL 0/+ V+IV (efekalkohol,


terganggu estrogen, diabetes dll)

BerdasarkanklasifikasiFredrickson-Levy-Lees,
hiperlipoproteinemiadibagimenjadienamjenisyaitu :
Patofisiologi

 Peningkatankolesterol total dan LDL danpenurunankolesterol HDL


berhubungandenganperkembanganpenyakitjantungkoroner.

 Kerusakan primer padahiperkolesterol familial adalahketidakmampuanpengikatan


LDL thdreseptor LDL ataukerusakanpencernaankompleks LDL-R
kedalamselsetelahpengikatannormal. Hal inimengarahpdkurangnyadegradasi LDL
olehseldantidakteraturnyabiosintesiskolesterol, dgnjumlahkolesterol total dan LDL
tidakseimbangdengankurangnyareseptor LDL.
Diagnosis

 Profil lipoprotein puasa

- Kolestrol total - LDL

- HDL - TG

 Pengukurankadarkolesterol plasma, TG, dan HDL stl 12 jam puasa, krn TG


dptmeningkatpdseseorangygtidakpuasa.

 Pemeriksaandua kali, 1-8 mingguscrterpisah.jikakolesterol total > 200 mg/dL,


pemeriksaankeduadianjurkan

 Setelahabnormalitas lipid dipastikan→sejarahpasien :

 umur

 jeniskelamin
 wanita (status menstrual dan estrogen)

 pemeriksaanfisik

 pemeriksaan lab

LABORATORY TESTS

 Total cholesterol

 LDL

 Triglycerides

 apolipoprotein B, and C-reactive protein

 Low HDL

OTHER DIAGNOSTIC TESTS

 Lipoprotein(a), homocysteine, serum amyloid A, and small,dense LDL (pattern B).

Tujuanterapi

Penurunankolesterol total dan LDL


untukmengurangiresikopertamaatauberulangdariinfarkmiokardial, angina, gagaljantung,
stroke iskemia, ataukejadian lain padapenyakit arterial perifer.

TARGET TERAPI
Terapi non farmakologi

• diet rendahkolesterol

• kontrolberatbadan

• Aktivitasfisik 30 menit/ hari

• membatasikonsumsialkohol

• hentikanrokok

Terapifarmakologi :

 Resin AsamEmpedu

 Niasin

 Inhibitor HmgCoaReduktase

 AsamFibrat

 Ezetimibe

 Suplementasiminyakikan
Anjuran obat untuk pengobatan

1. Inhibitor HmgCoaReduktase
(atorvastatin, fluvastatin, lovastatin, pravastatin, rosuvastatin, dan simvastatin)
o Golonganinibekerjadengancaramenghambatenzim HMG-CoA reduktase yang
berperandalambiosintesiskolesterol di hati.
o Sebagaimonoterapi, inhibitor HMG-CoA reduktasemerupakanobatpenurunkolesterol
total dan LDL yang paling kuatdan paling dapatditoleransi.
o memilikiduaefeksamping mayor tapirelatiftidakbiasaterjadiyaitupeningkatanenzim-
enzimhatidankelainanotot (mialgia, miopati, danrabdomiolisis).
2. Resin asamempedu
( kolestiramin, kolestipol, colesevalam)
o MK : Resin pengikat asam empedu yang bermuatan sangat positif mengikat asam
empedu yang bermuatan negatif. Ukurannya yang besar membuat kompleks yang
terbentuk tak diserap di usus dan selanjutnya akan dieksresikan melalui feses.
o Jumlah asam empedu yang sangat sedikit di saluran pencernaan berdampak pula pada
simpanan asam empedu hati. Hal ini akan memicu hati untuk meningkatkan sintesa
asam empedu yang bersumber dari kolesterol kolestrol hati akan menurun

3. Niasin
o Atauasamnikotinat, mengurangisintesishepatik VLDL yang
akanmengarahpadapengurangansintesis LDL. Niasinjugameningkatkan HDL
denganmengurangikatabolismenya.
o Prinsippenggunaanniasinadalahuntukhiperlipidemiacampuranatauagensekunderdalamt
erapikombinasiuntukhiperkolesterolemia. Merupakanagen primer
ataualternatifuntukpengobatanhipertigliseridemiadandislipidemiadiabetik.
o Dosisawal 10-20 mg/harisebagaiterapitunggalpdmalam hari.
o ES :konstipasiterjadikurangdari 10 %, peningkatankadar aminotransferase dalam
serum (terutamaalanin aminotransferase), peningkatankadarkreatini kinase, miopati,
danjarangrabdomiolisis.

4. Derivatasamfibrat
(gemfibrozil, fenofibrat, klofibrat)
o Golonganiniefektifdalammenurunkan VLDL namunsebaliknya, peningkatan LDL
mungkinterjadidannilaikolesterol total mungkinrelatiftidakberubah.
Gemfibrozilmenurunkansintesis VLDL danapolipoprotein B
sertameningkatkanlajupemindahan lipoprotein kaya trigliseridadari plasma.
Konsentrasi HDL jugadapatmeningkatsekitar 10-15%.
o Terapitunggalefektifdalampenurunan VLDL, tapiakibatnyaterjadipeningkatan LDL
dankadarkolesterol total akancenderungberubah.
o Dosisfenofibrat 300 mg/hari, dptditingkatkanmjd 400 mg.
5. Ezetimibe
o Ezetimibemenggangguabsorbsikolesteroldarimembranfilisalurancerna,
mekanismebaru yang membuatnyamenjadipilihanbaikuntukterapitambahan.
Obatinidapatdigunakanbaikdalamterapitunggalataudigunakanbersama statin.
o Dosis 10mg 1 kali/hari, tunggalataubersamadgn statin ataufenofibrat.

6. Suplementasiminyakikan
Makanantinggi omega-3 asamlemakrantaipanjang-tidakjenuh (dariminyakikan),
lebihdikenaldenganasameikosapentanoat (EPA), menguarangikolesterol, trigliserida, LDL, dan
VLDL dandapatmeningkatkankolesterol HDL.
Pasienygdiobatiuntukgangguansekunder, gejalapenyakitjantungaterosklerosis, seperti angina
atauiskemiaygmenyebabkannyerisepertikram, dapatmeningkatdaribulanketahun.

Interaksiobat

Anti hiperlipidemia Obat lain Efek Penanganan

Derivatasamfibrat Antidiabetes Meningkatkanefekantidiabetes Penggunaangemfibrozildgnrep

Antikoagulan Terjadipeningkataninsidenpendarahan, Dibutuhkanpenurunandosisan


hematuria dan hematoma 20-100%
(warfarin
&accenocumarol
)

Statin Terjadipeningkataninsidentoksisitasotot Kombinasidikontraindikasikan


(rhabdomyolisisdanmyopati)
Dosismaksimumkombinasirosu

Niasin Antikoagulan Efekantikoagulanmeningkat

Fibrat, statin, Peningkatanresikomiopatiataurhabdomiolisi Kontraindikasi


eritromisin, s
imunosupresan
Kolestiramin&kolestipo Antidepresan Absorbsiobatmenurun Pemberiannya 1 jam sebelum a
l trisiklik

Antikoagulan

Metotreksat,
glikosida digitalis

dll

Anti Obat lain Efek


hiperlipidemi
a

Statin Antikoagulan Efekantikoagulanmeningkat

Fibrat, Peningkatanresikomiopatiataurhabdomiolisis
asamnikotinat,
eritromisin,
imunosupresa
n

Ezetimibe beberapabuktimenyebutkanbahwapenggunaanbersamadapatmeningkatkanresikomiopati
.

Antasida penurunanbioavailabilitas statin

Evaluasikeberhasilanterapi :

o Evaluasijangkapendekterapihiperlipidemiadidasarkanpadaresponterhadap diet
danterapiobatygdidapatdenganmelakukanpengukurankolesterol total, LDL, HDL, dan TG.

o Pasienygditerapiakibathiperlipdemia primer, diperlukanpemantauanlaboratorium.

o Pasiendgnterapi RPA sbaiknyamelakukanpengecekankolesterolpuasaselama 4-8


minggusampaidosisstabiltercapai, TG
sebaiknyadiperiksapddosisstabiluntukmemastikantidakterjadipeningkatan TG.
SIMVASTATIN

Komposisi:
Tiap tablet mengandung:
Simvastatin 10 mg

Indikasi :

 Terapi dengan “lipid-altering agents” dapat dipertimbangkan penggunaannya pada


individu yang mengalami peningkatan resiko “artherosclerosis” vaskuler yang
disebabkan oleh hiperkolesterolemia.
 Terapi dengan “lipid-altering agents” merupakan penunjang pada diet ketat, bila
respon terhadap diet dan pengobatan non-farmakologi tunggal lainnya tidak memadai.
 Penyakit jantung koroner.
Pada penderita dengan penyakit jantung koroner dan hiperkolesterolemia, simvastatin
diindikasikan untuk :
o Mengurangi resiko mortalitas total dengan mengurangi kematian akibat
penyakit jantung koroner.
o Mengurangi resiko infark miokardial non fatal.
o Mengurangi resiko pada pasien yang menjalani prosedur revaskularisasi
miokardial.
 Hiperkolesterolemia.
Menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia
primer (Tipe IIa dan IIb).

Kontraindikasi:

 Pasien yang mengalami gagal fungsi hati atau pernah mengalami gagal fungsi hati.
 Pasien yang mengalami peningkatan jumlah serum transaminase yang abnormal.
 Pecandu alkohol.
 Bagi wanita hamil dan menyusui.
 Hipersensitif terhadap simvastatin.

Dosis :

Pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol sebelum dan selama pengobatan dengan
simvastatin.

 Dosis awal yang dianjurkan 5-10 mg sehari sebagai dosis tunggal pada malam hari.
Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg
sehari. Pengaturan dosis dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai
maksimum 40 mg sehari sebagai dosis tunggal malam hari. Lakukan pengukuran
kadar lipid dengan interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan
respon penderita.
 Pasien yang diobati dengan immunosupresan bersama HMG Co-A reduktase
inhibitor, agar diberikan dosis simvastatin terendah yang dianjurkan.
 Bila kadar kolesterol LDL turun dibawah 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau kadar total
kolesterol plasma turun dibawah 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu dipertimbangkan
pengurangan dosis simvastatin.
 Penderita gangguan fungsi ginjal : tidak diperlukan penyesuaian dosis, karena
simvastatin tidak diekskresikan melalui ginjal secara bermakna. Walaupun demikian,
hati-hati pemberian pada insufisiensi ginjal parah, dosis awal 5 mg sehari dan harus
dipantau ketat.
 Terapi bersama obat lain : simvastatin efektif diberikan dalam bentuk tunggal atau
bersamaan dengan “bile-acid sequestrants”.

Efek Samping:

 Abdominal pain, konstipasi, flatulens, astenia, sakit kepala, miopati, rabdomiolisis.


Pada kasus tertentu terjadi angioneurotik edema.
 Efek samping lain yang pernah dilaporkan pada golongan obat ini :
o Neurologi : disfungsi saraf cranial tertentu, tremor, pusing, vertigo, hilang
ingatan, parestesia, neuropati perifer, kelumpuhan saraf periferal.
o Reaksi hipersensitif : anafilaksis, angioedema, trombositopenia, leukopenia,
anemia hemolitik.
o Gastrointestinal : anoreksia, muntah.
o Kulit : alopecia, pruritus.
o Reproduksi : ginekomastia, kehilangan libido, disfungsi ereksi.
o Mata : mempercepat katarak, optalmoplegia.

55.

Psoriasis adalah penyakit autoimun yang mengenai kulit, ditandai dengan sisik yang
berlapis berwarna keperakan, disertai dengan penebalan warna kemerahan dan rasa gatal
atau perih. Bila sisik ini dilepaskan maka akan timbul bintik perdarahan di kulit
dibawahnya. Psoriasis merupakan inflamasi kronis pada kulit yang sering terjadi. Psoriasis
adalah suatu penyakit peradangan kronis (autoimun) pada kulit, dimana penderitanya
mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Psoriasis ditandai dengan bercak-
bercak merah dengan sisik kasar dan tebal.

Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang, penyakit
ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa, tidak menular tetapi karena timbulnya
dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup serta
menggangu kekuatkan mental seseorang bila tidak dirawat dengan baik. Berbeda dengan
pergantian kulit pada manusia normal yang biasanya berlangsung selama tiga sampai empat
minggu, proses pergantian kulit pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat yaitu
sekitar 2–4 hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yang banyak dan
menebal.

Penyakit Psoriasis dapat disertai dengan / tanpa rasa gatal . Kulit dapat membaik seperti
kulit normal lainnya setelah warna kemerahan , putih atau kehitaman bekas Psoriasis. Pada
beberapa jenis Psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat menjadi serius, seperti pada
Psoriasis artropi yaitu Psoriasis yang menyerang sendi, Psoriasis bernanah (Psoriasis
Postulosa) dan terakhir seluruh kulit akan menjadi merah disertai badan menggigil
(Eritoderma)

Psoriasis sering timbul di kuku, dimulai dari bintik putih pada kuku sampai ke penebalan
kuku, juga mengenai kulit kepala (skalp) ditandai dengan sisik besar dan penebalan dengan
warna kemerahan yang akan melewati batas rambut. Selain itu penyakit ini sering mengenai
siku dan lutut, walaupun dapat juga mengenai wajah, lipat lutut dan siku, genitalia, telapak
tangan dan kaki, sesuai tingkat keparahannya penyakit ini bisa meluas keseluruh tubuh
(eritroderma) yang akan menimbulkan kegawatan dan dapat mengancam jiwa.

Ada lokasi-lokasi khusus dimana psoriasis sering terjadi, yaitu :

• Kepala (scalp) : timbul plak yang berbatas tegas, dengan scaling yang tebal.
• Telapak tangan dan kaki : adanya plak keabuan yang tebal, hyperkeratosis, dan scaling.
deskuamasi menunjukan proses inflamasi.
• Batang tubuh (trunk) : lesi yang timbul biasanya berbentuk gutata.
• Wajah : jarang mengenai area ini.

Psoriasis belum dapat disembuhkan artinya belum ada penderita yang 100% terbebas dari
penyakit ini , pengobatan yang ada hanya untuk menekan gejala Psoriasis ini, memperbaiki
keadaan kulit, mengurangi rasa gatalnya. Penderita Psoriasis tidak bisa berhenti dari
pengobatan, ada pengobatan lanjutan sebagai pemeliharaan yang diberikan dalam jangka
waktu lama untuk mempertahankan kondisi dan juga untuk mengontrol timbulnya kelainan
kulit yang baru.

Kulit penderita Psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin melebar dan
ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak selalu di seluruh bagian kulit
tubuh kadang-kadang hanya timbul pada tempat-tempat tertentu saja, karena pergiliran sel–
sel kulit bagian lainnya berjalan normal. Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai
ketombe, sedangkan pada lempeng kuku tampang lubang-lubang kecil rapuh atau keruh.
Penyakit Psoriasis dapat disertai dengan / tanpa rasa gatal . Kulit dapat membaik seperti
kulit normal lainnya setelah warna kemerahan , putih atau kehitaman bekas Psoriasis. Pada
beberapa jenis Psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat menjadi serius, seperti pada
Psoriasis artropi yaitu Psoriasis yang menyerang sendi, Psoriasis bernanah (Psoriasis
Postulosa) dan terakhir seluruh kulit akan menjadi merah disertai badan menggigil
(Eritoderma).

Biasanya penderita sering merasa gatal pada kulit tersebut, nyeri, kulit terasa kencang dan
bahkan terjadi pendarahan pada kulit. Berbeda dengan pergantian kulit pada manusia
normal yang biasanya berlangsung selama 3 sampai 4 minggu, proses pergatian kulit pada
penderita Psoriasis terjadi secara cepat yakni sekitar 2-4 hari, bahkan bisa lebih cepat.

Penyakit ini secara klinis tidak mengancam jiwa dan juga tidak menular, akan tetapi karena
timbulnya dapat terjadi di bagian tubuh mana saja, sehingga dapat menurunkan kualitas
hidup si penderita. Selain itu Psoriasis juga dapat menggangu kehidupan pribadi dan
sosialnya, terlebih jika penyakit ini mengenai daerah-daerah tertentu, seperti wajah, telapak
tangan, kaki atau alat kelamin.

Tipe Psoriasis Yang Sering Ditemukan

* Bentuk vulgaris (Bentuk plak)


* Bentuk bentik bintik (Guttate)
* Bentuk Pada Bagian Lipetan (Flexura)
* Bentuk Menyebar luas atau Eritroderma (Seluruh kulit)
* Bentuk gelembung bernanah (Pustula))
* Bentuk Mengelupas (Exfoliative)
* Psoriasis Sendi (psoriasis yang diserta redang sendi)

Ada 2 tipe utama lesi dari psoriasis yaitu :

• Tipe inflamatori : manifestasi yang timbul yaitu adanya inflamasi, eruptif, yang kecil. Lesi
bisa berbentuk gutata (seperti tetesan air) atau nummular (seperti koin).
• Tipe plak yang stabil.
Gejala lain yang timbul pada kulit diantaranya gatal (pruritus) terutama di daerah kepala
dan anogenital, akantosis, parakeratosis, dan lesi biasanya ditutupi oleh plak berwarna
keperakan.

Gejala

Mekanisme terjadinya Psoriasis, biasanya didahului dengan semacam luka memar atau
benturan di salah satu bagian kulit tubuh. Setelah kejadian itu, bagian yang kena trauma itu
tidak kunjung sembuh. Bahkan, sebaliknya, makin memburuk dan mulai menyebar.
Kemudian ada lagi luka memar di bagian kulit lain. Luka luka itu bisa tetap kecil dan
menghilang atau sebaliknya melebar dan meluas.

Setelah berjalan beberapa lama biasanya penyakit ini meluas, hingga orang itu mencari
pengobatan. Pada ibu sedang hamil, nampaknya penyakit ini seperti sembuh dan
menghilang. Namun, setelah melahirkan psoriasisnya kembali kambuh..

Kebanyakan dokter menganggap psoriasis itu adalah hanya masalah pada bagian lapis kulit
saja. Padahal, itu tidak benar sama sekali. Perubahan pada bagian kulit hanya sebagai tanda
awal permulaan dari suatu penyakit. Jadi penderita psoriasis itu sebetulnya bukanlah
seorang yang sehat badani. Karena di bagian dalam tubuh ada yang tidak beres kerja dan
fungsinya.

Gejala Dari Psoriasis

• Bengkak dan kaku sendi


• Kering/merah retakan pada kulit yang mungkin berdarah
• Penebalan
• bercak merah tertutup disertai sisik keperakan
• Gatal, rasa terbakar atau rasa sakit
• Bercak-bercak merah di kulit
• Bercak menonjol
• Biasanya terpisah satu sama lain
• Penyakit ini ditemukan di sikut, lutut, batang tubuh, kulit kepala atau kuku

Pemicu

• Trauma fisik (Koebner Phenomenon), akibat gesekan atau garukan.


• Infeksi : infeksi streptokokus dapat menyebabkan psoriasis gutata
• Stress : faktor lain yang memicu timbulnya psoriasis yaitu stress, insidensi nya sebanyak
40% dan lebih tinggi lagi pada anak-anak.
• Obat : obat-obatan yang dapat memicu timbulnya psoriasis yaitu glukokortikoid, lithium,
obat antimalaria, dan B blocker.
• Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal digaruk
terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat beraktivitas. Bila
Psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit
bertambah tebal.
• Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
• Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
• Emosi tak terkendali.
• Sedang mengalami infeksi saluran nafas bagian atas, yang keluhannya dapat berupa
demam nyeri menelan, batuk dan beberapa infeksi lainnya.
• Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit menjadi merah ,
misalnya mengandung alcohol.

Penderita Psoriasis memiliki kemungkinan juga untuk menderita penyakit lain yang lebih
berbahaya, seperti penyakit Kardiovaskular, Hipertensi, Diabetes, Kanker, Depresi dan
Obesitas.

Penyebab Psoriasis

Penyebabnya yakni Autoimun, dimana Sel-T (sel kekebalan di dalam tubuh) menjadi
teraktivasi dan menghasilkan zat-zat peradangan, seperti TNF-alpha yang selanjutnya akan
berinteraksi dengan sel-sel kulit, sehingga terjadi proliferasi dan diferensiasi secara
abnormal pada sel kulit.
Beberapa keadaan lingkungan atau faktor tertentu juga dapat memperburuk atau mencetus
Psoriasis, seperti trauma (garukan, gesekan), infeksi (kuman streptokokus, HIV), gangguan
hormonal, stres emosional, obat-obatan, gangguan metabolisme, sinar matahari, alkohol dan
merokok.

Tips meminimalisasi efek psoriasis antara lain;

• Banyak minum air putih


Banyak mengonsumsi air minum sekitar 2-3 liter per hari. Konsumsi beragam makanan
yang mengandung karbohidrat, protein, lemak sehat, vitamin dan mineral agar tubuh tetap
berfungsi secara normal.
• Perbanyak konsumsi sayuran hijau dan aneka buah-buahan sehingga mendapat asupan
berbagai vitamin, mineral, serat termasuk antioksidan untuk menguragi efek psoriasis.
Makan secara teratur dengan porsi kecil saja sehingga tubuh selalu berenergi.
• Pilih diet rendah kalori, jaga berat badan ideal. Hal ini akan membuat kondisi fisik dan
emosional lebih baik sehingga mengurangi efek penyakit. Batasi konsumsi gula dan garam.
Batasi asupan lemak dan kolesterol. Lemak tetap diperlukan untuk menguatkan jaringan
tubuh.
• Pilih daging tanpa lemak, ikan, produk susu rendah lemak, minyak nabati seperti minyak
kedelai, minyak zaitun dan canola. Coba hindari rokok dan alkohol.

Calcipotriol / Kalsipotriol.
Calcipotriol merupakan sintetik dari vitamin D, preparatnya berupa salep atau krim.
Calcipotriol merupakan pilihan utama atau kedua dalam pengobatan psoriasis. Walaupun
tidak seefektif kortikosteroid superpoten, obat ini hanya memiliki sedikit efek samping.
Obat ini mampu mengobati psoriasis ringan sampai sedang. Mekanisme kerja sediaan ini
adalah anti-proliferasi keratinosit, menghambat proliferasi, dan meningkatkan diferensiasi
sel, juga menghambat produksi sitokin yang berasal dari keratinosit maupun limfosit.
Respon terapi terlihat setelah dua minggu pengobatan, respons maksimal baru terlihat
setelah 6-8 minggu. Reaksi iritasi dapat mengawali keberhasilan terapi, tetapi ada pula yang
tetap teriritasi dalam pemakaian ulangan. Walaupun lesi dapat menghilang sempurna, tetapi
eritema dapat bertahan. Untuk meredakan proses iritasi, calcipotriol dapat dikombinasikan
dengan kortikosteroid superpoten.

INDIKASI
Psoriasis vulgaris.

KONTRA INDIKASI
Hipersensitif.

PERHATIAN
- Tidak digunakan diwajah.
- Basuh tangan setelah penggunaan.

Interaksi Obat:
Hindari terapi bersama dengan preparat topikal yang mengandung asam salisilat.

EFEK SAMPING
Iritasi lokal transien, dermatitis pada wajah.
 

KEMASAN
Salep 0,05% x 30 gram

DOSIS
2 kali sehari, dioleskan tipis-tipis. Dosis mingguan maksimal: 100 gram.
56.

karena Krisis hiperglikemia dapat terjadi dalam bentuk ketoasidosis diabetik (KAD), status
hiperosmolar hiperglikemik (SHH) atau kondisi yang mempunyai elemen kedua keadaan
diatas. KAD adalah keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat pembentukan
keton yang berlebihan, sedangkan SHH ditandai dengan hiperosmolalitas berat dengan
kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi dari KAD murni.
Terapi cairan pada awalnya ditujukan untuk memperbaiki volume intravascular dan
extravascular dan mempertahankan perfusi ginjal. Terapi cairan juga akan menurunkan
kadar glukosa darah tanpa bergantung pada insulin, dan menurunkan kadar hormon kontra
insulin (dengan demikian memperbaiki sensitivitas terhadap insulin). Pada keadaan tanpa
kelainan jantung, NaCl 0.9% diberikan sebanyak 15–20 ml/kg berat badan/jam atau lebih
besar pada jam pertama ( 1–1.5 l untuk rata-rata orang dewasa). Pilihan yang berikut untuk
mengganti cairan tergantung pada status hidrasi, kadar elektrolit darah, dan banyaknya urin.
Secara umum, NaCl 0.45% diberikan sebanyak 4–14 ml/kg/jam jika sodium serum
meningkat atau normal; NaCl 0.9% diberikan dengan jumlah yang sama jika Na serum
rendah. Selama fungsi ginjal diyakinkini baik, maka perlu ditambahkan 20–30 mEq/l
kalium ( 2/3 KCl dan 1/3 KPO4) sampai pasien stabil dan dapat diberikan secara oral.
Keberhasilan penggantian cairan dapat dilihat dengan pemantauan hemodinamik (perbaikan
dalam tekanan darah), pengukuran input/output cairan, dan pemeriksaan fisik. Penggantian
cairan diharapkan dapat mengkoreksi defisit dalam 24 jam pertama. Perbaikan osmolaritas
serum mestinya tidak melebihi 3 mOsm· kg-1 H2O· h-1. Pada pasien dengan gangguan
ginjal atau jantung, pemantauan osmolaritas serum dan penilaian jantung, ginjal, dan status
mental harus sering dilakukan selama pemberian cairan untuk menghindari overload yang
iatrogenik.

57.

Pengobatan yang saat ini banyak digunakan untuk tukak lambung akibat Helicobacter
pylori adalah Triple therapy kombinasi dari 2 antibiotika dan suatu proton-inhibitor selama
satu minggu, misalnya yaitu metronidazole 400mg + klaritromisin 500mg + omeprazole
20mg 2 kali sehari. Kombinasi terapi ini dapat mengeluarkan H.pylori dari lambung secara
definitif dan menyembuhkan tukak praktis seluruhnya dalam waktu singkat (1-2 minggu),
sehingga triple therapy ini dianggap sebagai terapi pilihan pertama dan pasien tukak
lambung dianjurkan untuk menjalani terapi ini.

Omeprazole adalah penghambat pompa proton yang digunakan untuk menurunkan


produksi asam lambung. Indikasi penggunaanya pada tukak lambung dan tukak duodenum,
tukak duodenum karena H.pylori, dan Syndrom Zollinger-Ellison, pengurangan asam
lambung selama anastesi umum, reflukx gastroesofagus, dispepsia karena asam lambung.
Penghambatan pompa proton harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
penyakit hati, kehamilan, dan menyusui. Efek samping penghambat pompa proton meliputi
sakit kepala, diare, ruam, gatal-gatal dan pusing. Efek samping omeprazole meliputi
urtikaria, mual, muntah, konstipasi lambung, nyeri abdomen, lesu, paraestesia, nyeri otot
dan sendi, pandangan kabur, edema perifer, perubahan hematologik, perubahan enzim hati
dan gangguan fungsi hati juga dilaporkan depresi dan mulut kering.

Klaritromisin merupakan antibiotika yang sering digunakan sebagai unsur ketiga dalam
triple terapi untuk memberantas Helicobacter pylori, bersama suatu proton pump inhibitor
dan metronidazole.

Metronidazole memiliki spektrum antiprotozoa dan antibakterial yang luas. Mekanisme


kerjanya pada bakteri gugus nitro direduksi oleh enzim sehingga menghambat sintesa DNA.
Pada infeksi oleh H.pylori digunakan dengan obat lain seperti klaritromisin dan omeprazol.
Efek sampingnya ringan dan berupa gangguan saluran cerna, mulut kering dan rasa logam,
pusing atau sakit kepala, rash kulit, dan adakalanya leukopnia.

58.
Efek samping dari amoksilin adalah kejang perut, namun kondisi ini jarang terjadi.

59.

Obat Tb yang relatif aman untuk ibu hamil yaitu : Rifampisin, INH, dan Ethambutol
karena obat-obat tersebut dapat melalui plasenta dalam dosis rendah dan tidak
menimbulkan efek teratogenik pada janin. Untuk obat Pirazinamid, tidak digunakan
secara rutin untuk ibu hamil.
a. Rifampisin
Rifampisin merupakan obat lini pertama yang terutama bekerja pada sel yang sedang
tumbuh, tetapi juga memperlihatkan efek pada sel yang sedang tidak aktif (resting cell).
Bekerja dengan menghambat sintesa RNA M. tuberculosis sehingga menekan proses awal
pembentukan rantai dalam sintesa RNA. Bekerja di intra dan ekstra sel. Pada konsentrasi
0,005 - 0,2 mg/l akan menghambat pertumbuhan M. tuberculosis secara in vitro. Obat ini
juga menghambat beberapa Mycobacterium atipikal,bakteri gram negatif dan gram positif.
Secara in vitro, rifampisin dapat meningkatkan aktivitas streptomisin dan isoniazid terhadap
M. tuberculosis dan juga mempunyai mekanisme post antibiotic effect terhadap bakteri
gram negatif. Diabsorpsi dengan baik melalui saluran cerna, absorpsi rifampisin dapat
berkurang bila diberikan bersama makanan. Absorpsi rifampisin akan berkurang 30% jika
diberikan bersama dengan antasida. Pemberian antasida akan meningkatkan PH lambung
dan akan mengurangi proses dissolution rifampisin sehingga akan menghambat absorpsi.
Rifampisin dengan mudah didistribusikan ke sebagian besar organ, jaringan, tulang, cairan
serebrospinal dan cairan tubuh lainnya termasuk eksudat serta kavitas tuberkulosis paru.
Obat ini menimbulkan warna orange sampai merah bata pada urin, saliva, feses, sputum, air
mata dan keringat. Volume distribusi 1 L/kg BB, ikatan protein plasma 60-80%, waktu
paruh 1-6 jam dan akan memanjang bila terdapat gangguan fungsi hepar. Metabolisme
terjadi melalui deasetilasi dan hidrolisis, sedangkan ekskresinya terutama melalui empedu.
Dapat melewati barier plasenta dan dapat dijumpai konsentrasi rendah di ASI.
Rifampisin melewati plasenta dengan kadar yang sama dengan ibu. Pada akhir
trismester ke- 3 rasio konsentrasi pada tali pusat dan ibu besarnya 0,12 - 0,33. Pada
442 perempuan hamil yang minum rifampisin, termasuk 119 perempuan yang
terpajan selama trismester pertama tidak terdapat peningkatan kelainan janin secara
bermakna.
Efek samping ringan dapat timbul pada pemberian rifampisin antara lain: sindrom kulit
seperti gatal-gatal kemerahan, sindrom flu berupa demam, menggigil, nyeri tulang dan
sindrom perut berupa nyeri perut, mual, muntah dan kadang-kadang diare. Efek samping
yang berat tetapi jarang terjadi adalah sindrom respirasi, purpura, anemia hemolitik yang
akut, syok dan gagal ginjal. Efek samping ringan sering terjadi pada saat pemberian berkala
dan dapat sembuh sendiri atau hanya memerlukan pengobatan simtomatik. Efek samping
pada bayi baru lahir juga didapatkan hemmorrhagic disease of the newborn sehingga
dianjurkan pemberian profilaksis vitamin K.
b. INH
Isoniazid (INH) menghambat biosintesis asam mikolat yang merupakan unsur penting
dinding sel Mycobacterium. Menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah
lemak yang terekstraksi oleh metanol dari Mycobacterium. Hanya kuman yang peka yang
menyerap obat ke dalam selnya dan proses ini merupakan proses aktif. Bersifat bakterisid,
dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.(16) INH
mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral. Kelarutan INH dalam lemak
tinggi, berat molekul rendah dan melalui plasenta serta mudah mencapai janin dengan
kadar hampir sama dengan ibu. Pada penelitian, setelah pemberian INH dosis 100 mg
jangka pendek sebelum kelahiran didapatkan rasio konsentrasi tali pusat dan ibu sebesar
0,73. Kadar puncak dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral. Di hati, INH
terutama mengalami asetilasi, dan pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi
oleh faktor genetik (asetilator cepat/lambat) yang secara bermakna mempengaruhi kadar
obat dalam plasma dan masa paruhnya. Waktu paruh berkisar 1-3 jam. Mudah berdifusi ke
dalam sel dan semua cairan tubuh. Antara 75-95% diekskresikan melalui urin dalam waktu
24 jam dan seluruhnya dalam bentuk metabolit. Isoniazid tidak bersifat teratogenik
janin, meskipun konsentrasi yang melewati plasenta cukup besar.
c. Pirazinamid
Penggunaan PZA pada wanita hamil telah direkomendasikan oleh International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease karena dalam beberapa laporan tidak ditemukan
efek teratogenik yang bermakna dan janin pada pasien yang diterapi.
d. Streptomisin
Streptomisin melewati plasenta dengan cepat sampai ke sirkulasi janin dan cairan amnion
serta mencapai kadar kurang dari 50% dibandingkan kadar ibu. Streptomisin dapat
menyebabkan kerusakan sistem vestibular dan kerusakan nervus kranialis ke 8.
Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat permanent
placenta. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran dan
keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan.
e. Ethambutol
Etambutol (EMB) merupakan inhibitor arabinosyl transferases (I,II,III). Arabinosyl
transferase terlibat dalam reaksi polimerisasi arabinoglycan, yang merupakan unsur
esensial dari dinding sel Mycobacterium. Afinitas terhadap arabinosyl transferase III lebih
kuat dibandingkan lainnya. Rata-rata malformasi yang dilaporkan pada 638 bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang mendapat etambutol selama kehamilan adalah 2,2%. Secara
teori etambutol menyebabkan kemungkinan toksisitas pada mata. Hal ini diyakinkan
kembali dengan penilaian pada 6 janin yang mengalami abortus pada minggu 5- 12
kehamilan, tidak didapatkan gangguan pada sistem optik embrional.

60.
 Penghambatan metabolisme warfarin karena interaksi yang terjadi yaitu
farmakokinetik antara warfarin dan simetidin. Simetidin meningkatkan efek
antikoagulan (peningkatan hypoprotrombinaemia) terjadi perdarahan. Simetidin
menghambat enzim hepatic yang terlibat dalam metabolisme dan klirens warfarin.
Hal ini menyebabkan efek warfarin diperpanjang dan meningkat. Sehingga efek
antikoagulan yang berlebihan tersebut dapat menyebabkan perdarahan yang serius.
 Adapun yang dimaksud dengan ulkus (tukak lambung) – tukak peptik yaitu
perlukaan yang terjadi pada lambung dan duodenum (usus 12 jari). Penyebab
penyakit ini adalah iritasi yang ditimbulkan oleh cairan lambung terhadap mukosa
lambung. Cairan ini terjadi akibat pertentangan antara cairan lambung sebagai factor
agresif (penyerangan) dan resistensi (daya tahan) mukosa lambung sebagai factor
protektif (pertahanan). Gejala awal terjadinya ulkus adalah nyeri pada ulu hati.

61.
Deksametason adalah kortikosteroid kuat dengan khasiat immunosupresan dan
antiinflamasi yang digunakan untuk mengobati berbagai kondisi peradangan.

Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagian korteks
kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang
dilepaskan oleh kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin II. Hormon kortikosteroid
dihasilkan dari kolesterol di korteks kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Reaksi
pembentukannya dikatalisis oleh enzim golongan sitokrom P450.

Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan
terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme
karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku.

Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan atas aktivitas biologis yang


menonjol darinya, yakni glukokortikoid (contohnya kortisol) yang berperan mengendalikan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, juga bersifat anti inflamasi dengan cara
menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerja eosinofil.
Kelompok lain dari kortikosteroid adalah mineralokortikoid (contohnya aldosteron), yang
berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di ginjal.
Beberapa kortikosteroid menunjukkan kedua jenis aktivitas tersebut dalam beberapa derajat,
dan lainnya hanya mengeluarkan satu jenis efek. Deksametason dan turunannya tergolong
glukokortikoid, sedangkan Prednison dan turunannya memiliki kerja mineralokortikoid
disamping kerja glukokortikoid.

Kortikosteroid yang sangat banyak dan luas dipakai terutama golongan glukokortikoid.
Glukokortikoid sintetik digunakan pada pengobatan nyeri sendi, arteritis temporal,
dermatitis, reaksi alergi, asma, hepatitis, systemic lupus erythematosus, inflammatory bowel
disease, serta sarcoidosis. Selain sediaan oral, terdapat pula sediaan dalam bentuk obat luar
untuk pengobatan kulit, mata, dan juga inflammatory bowel disease. Kortikosteroid juga
digunakan sebagai terapi penunjang untuk mengobati mual, dikombinasikan dengan
antagonis 5-HT3 (misalnya ondansetron).

Manfaat yang diperoleh dari penggunaan glukokortikoid sangat bervariasi. Harus


dipertimbangkan dengan hati-hati dimana efek utama yang tidak diinginkan dari
glukokortikoidnya dan menimbulkan gambaran klinik sindrom cushing iatrogenik.

Sindrom cushing iatrogenik ialah kondisi hiper fungsi adrenokortikal yang disebabkan oleh
pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik untuk alasan yang
bervariasi. Kortikosteroid yang berlebihan akan memicu katabolisme lemak sehingga terjadi
redistribusi lemak di bagian tertentu tubuh. Gejala yang timbul antara lain moon face,
buffalo hump, penumpukan lemak supraklavikular, ekstremitas kurus, striae, acne dan
hirsutism. Moon face dan buffalo hump disebabkan redistribusi/akumulasi lemak di wajah
dan punggung. Sindrom cushing dijumpai pada penderita arthritis rheumatoid, asma,
limfoma, dan gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen
anti inflamasi.

Singkatnya:

Berdasarkan penjelasan diatas diketahui Dexamethason memang dapat digunakan untuk


pengobatan asma, seperti yang terjadi pada pasien dalam soal. Dimana Dexamethasone
merupakan golongan glukokortikoid yang menyebabkan hiperfungsi adrenokortikal,
sehingga dapat terjadi sindrom chusing yang salah satu gejalanya mengakibatkan moonface,
dimana membengkaknya wajah karena distribusi lemak yang abnormal. Sedangkan
mekanisme retensi ataupun penetrasi natrium dan air merupakan efek samping dari
penggunaan golongan mineralokortikoid seperti Prednison. Jadi mekanisme efek samping
terjadinya moonface dari penggunaan Dexamethasone (glukokortikoid) yaitu disebabkan
oleh induksi fungsi (hiperfungsi) adrenokortikal.

62.

Dik : Wanita 60 Tahun

Skor T : -3

Skor T adalah bilanhgan deviasi standar dari densitas mineral tulang (Bone Mineral
Density / BMD) rata-rata untuk populasi normal muda. Massa tulang normal
memiliki skor T lebih besar dari -1, osteopenia -1 hingga -2, dan osteopororsis lebih
kecil dari -2,5.

Algoritma Terapi Kesehatan Tulang

Algoritma terapi menurut Dipiro (2005), dibagi menjadi dua yaitu:


1. Pengobatan tanpa pengukuran BMD (Bone Mineral Density)
Pertimbangan terapi tanpa pengukuran BMD :
 Pria dan wanita dengan peningkatan risiko kerapuhan tulang
 Pria dan wanita yang menggunakan glukokortikoid dalam jangka waktu lama
Terapi dapat dilakukan dengan Biphosphonate, jika intolerance dengan
Biphosphonate pilihan terapi obat lainnya adalah Raloxifene, kalsitonin nasal,
teriparatide, bifosfonat parenteral. Jika kerapuhan tetap berlanjut setelah pemakaian
Biphosphonate, maka pilihan terapi lainnya adalah teriparatide

2. Pengobatan dengan pengukuran BMD (Bone Mineral Density)


Populasi yang perlu pengukuran BMD :
 Untuk wanita dengan usia ≥ 65 tahun
 Untuk wanita usia 60-64 tahun postmenopause dengan peningkatan risiko
osteoporotis
 Pria dengan 70 tahun atau yang risiko tinggi
Dari hasil pengukuran BMD, jika T-score >-1, maka nilai BMD termasuk normal,
tetapi tetap diperlukan monitoring DXA setiap 1-5 tahun. Dan jika diperlukan
pengobatan, maka pilihan pengobatannya adalah Biphosponate, Raloxifene,
Calcitonin (Dipiro et.al , 2005).
Jika T-score -1 s/d -2,5, maka termasuk dalam osteopenia. Dapat dilakukan
monitoring DXA setiap 1-5 tahun. Dan jika diperlukan pengobatan, maka pilihan
pengobatannya adalah Biphosponate, Raloxifene, Calcitonin
Jika T-score <-2,0 dilakukan pemeriksaan lanjut untuk osteoporosis sekunder,
yaitu dengan pengukuran PTH, TSH, 25-OH vitamin D, CBC, panel kimia, tes
kondisi spesifik. Kemudian dilakukan terapi berdasarkan penyebab, bila ada, yaitu
dengan Biphosphonate, jika intoleransi dengan Biphosphonate maka pilihan
pengobatannya adalah Biphosphonate parenteral, Teriparatide, Raloxifene dan
Calcitonin.
Dari hasil pengukuran Osteoporosis dengan skor T < -2,5, terapi dapat dilakukan
dengan Biphosphonate, jika intolerance dengan Biphosphonate pilihan terapi obat
lainnya adalah Raloxifene, kalsitonin nasal, teriparatide, bifosfonat parenteral. Jika
kerapuhan tetap berlanjut setelah pemakaian Biphosphonate, maka pilihan terapi
lainnya adalah teriparatide.
BAGAN ALGORITMA TERAPI KESEHATAN TULANG

Obat yang digunakan dalam terapi osteoporosis, yaitu :


A. Kalsium
Mekanisme kerja obat
Kalsium berfungsi sebagai integritas sistem saraf dan otot, untuk kontraktilitas jantung
normal dan koagulasi darah. Kalsium berfungsi sebagai kofaktor enzim dan
mempengaruhi aktivitas sekresi kelenjar endokrin dan eksokrin
Data farmakokinetik
1. Absorpsi
Absorpsi kalsium dari saluran pencernaan dengan difusi pasif dan transpor aktif.
Kalsium harus dalam bentuk larut dan terionisasi agar bisa diabsorpsi. Vitamin D
diperlukan untuk absorpsi lasium dan meningkatkan mekanisme absorpsi. Absorpsi
meningkat dengan adanya makanan. Ketersediaan oral pada orang dewasa berkisar
dari 25% hingga 35% jika diberikan dengan sarapan standar. Absorpsi dari susu
sekitar 29% dalam kondisi yang sama.
2. Distribusi
Kalsium secara cepat didistribusikan ke jaringan skelet. Kalsium menembus plasenta
dan mencapai kosentrasi yang lebih tinggi pada darah fetah dibanding darah ibu.
Kalsium juga didistribusikan dalam susu.

3. Ekskresi
Kalsium dieksresikan melalui feses, urin dan keringat.

Kontraindikasi
Kalsium dikontraindikasikan pada pasien dengan hiperkalsemia dan fibrilasi
ventrikuler
Efek samping
Efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi kalsium yaitu gangguan
gastrointestinal ringan, bradikardia, aritmia, dan iritasi pada injeksi intravena
(Anonim, 2008).

B. Vitamin D
Mekanisme kerja obat
Vitamin D merupakan vitamin larut lemak yang diperoleh dari sumber alami (minyak
hati ikan) atau dari konversi provitamin D (7-dehidrokolesterol dan ergosterol). Pada
manusia, suplai alami vitamin D tergantung pada sinar ultraviolet untuk konversi 7-
dehidrokolesterol menjadi vitamin D3 atau ergosterol menjadi vitamin D2. Setelah
pemaparan terhadap sinar uv , vitamin D3 kemudian diubah menjadi bentuk aktif vitamin
D (Kalsitriol) oleh hati dan ginjal. Vitamin D dihidroksilasi oleh enzim mikrosomal hati
menjadi 25-hidroksi-vitamin D3 (25-[OH]- D3 atau kalsifediol). Kalsifediol dihidroksilasi
terutama di ginjal menjadi 1,25-dihidroksi-vitamin D (1,25-[OH] 2-D3 atau kalsitriol) dan
24,25-dihidroksikolekalsiferol. Kalsitriol dipercaya merupakanbentuk vitamin D3 yang
paling aktif dalam menstimulasi transport kalsium usus dan fosfat.
Kontraindikasi
Vitamin D dikontraindikasikan dengan hiperkalsemia, bukti adanya toksistas vitamin D,
sindrom malabsorpsi, hipervitaminosis D, sensitivitas abnormal terhadap efek vitamin D,
penurunan fungsi ginjal.
Efek samping
efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi vitamin D ini yaitu sakit kepala, mual,
muntah, mulut kering dan konstipasi.

C. Biofosfonat
Mekanisme kerja obat
Biofosfonat bekerja terutama pada tulang. Kerja farmakologi utamanya adalah inhibisi
resorpsi tulang normal dan abnormal. Tidak ada bukti bahwa biofosfonat dimetabolisme.
Biofosfonat utnuk menoptimalkan manfaat klinis harus dengan dosis yang tepat dan
meminimalkan resiko efeksamping terhadap saluran pencernaan. Semua bifosfonat
sedikit diabsorpsi (bioavaibilitas 1-5%).
Efek samping
Efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi biofosfonat yaitu mual, nyeri abdomen
dan dyspepsia (Anonim, 2008).

D. Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs)


Raloxifene merupakan agonis estrogen pada jaringan tulang tetapi merupakan
antagonis pada payudara dan uterus. Raloxifen meningkatkan BMD tulang belakang
dan pinggul sebesar 2-3% dan menurunkan fraktur tulang belakang. Fraktur non-
vertebral tidak dapat dicegah dengan raloxifene.
Mekanisme kerja
Raloxifene merupakan reseptor estrogen selektif yang mengurangi resorpsi tulang dan
menurunkan pembengkokan tulang.
Data farmakokinetik
1. Absorpsi
Raloxifene diabsorpsi secara cepat setelah pemberian oral dengan sekitar 60% dosis
oral absorpsi.
2. Distribusi
Volume distribusi nyata sebesar 2348L/kg dan tidak tergantung dosis. sekitar 95%
raloxifene dan konjugat monoglukoronid terikat pada protein plasma.
3. Metabolisme
Raloxifene mengalami metabolisme lintas pertama menjadi konjugat glukoronid dan
tidak dimetabolisme melalui jalur sitokrom P450.
4. Ekskresi
Raloxifene terutama diekskresikan pada feses dan urin.
Kontraindikasi
Kontraindikasi pada SERMs ini yaitu pada wanita hamil dan menyusui. hipersensitif
raloxifene (Anonim, 2008).

E. Kalsitonin
Mekanisme kerja
Bersama dengan hormon paratiroid, kalsitonin berperan dalam mengatur homeostasis Ca
dan metabolisme Ca tulang. Kalsitonin dilepaskan dari kelenjar tiroidketika terjadi
peningkatan kadar kalsium serum.
Efek samping
Efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi kalsitonin yaitu mual, muntah, flushing
(Anonim, 2008).

TAMBAHAN
F. Estrogen dan terapi hormonal
Mekanisme kerja
Estrogen menurunkan aktivitas osteoklas, menghambat PTH secara periferal,
meningkatkan konsentrasi kalsitriol dan absorpsi kalsium di usus, dan menurunkan
ekskresi kalsium oleh ginjal. Penggunaan estrogen dalam jangka waktu lamatanpa
diimbangi progesteron meningkatkan risiko kanker endometrium pada wanita yang
uterusnya utuh.

Kontraindikasi
Estrogen ini kontraindikasi dengan wanita hamil dan menyusui, kanker estrogen-
independent (Anonim, 2008).

G. Fitoestrogen
Isoflavonoid (protein kedelai) dan lignan (flaxseed) merupakan bentuk estrogen dimana
efeknya terhadap tulang dapat disebabkan aktivitas agonis reseptor estrogen tulang atau
efek terhadap osteoblas dan osteoklas. beberapa studi isoflavon menggunakan dosis yang
lebih besar dilaporkan dapat menurunkan penanda resorpsi tulang dan sedikit
meningkatkan densitas (Anonim, 2008).
H. Testosteron
Penurunan konsentrasi testosteron tampak pada penyakit gonad, gangguan pencernaan
dan terapi glukokortikoid. Berdasarkan penelitian terapi testosteron ini dapat
meningkatkan BMD dan mengurangi hilangnya massa tulang pada pasien osteoporosis
laki-laki (Dipiro et.al , 2005).

I. Teriparatide
Terapi anabolik ini hanya untuk terapi menjaga dan memelihara bentuk tulang.
Teriparatide merupakan produk rekombinan yang mewakili 34 asam amino pertama
dalam PTH manusia. Teriparatide meningkatkan formasi tulang, perubahan bentuk
tulang dan jumlah osteoblast beserta aktivitasnya sehingga massa tulang akan meningkat.
Teriparatide disarankan oleh FDA kepada wanita postmenopouse dan laki-laki yang
memiliki resiko tinggi terjadi fraktur. Efikasi dari teriparatide ini dapat meningkatkan
BMD. PTH analog sangat penting dalam pengelolaan pasien osteoporosis yang memiliki
risiko tinggi patah tulang karena PTH merangsang pembentukan tulang baru.
Kontraindikasi teriparatide ini yaitu pada pasien hiperkalsemia, penyakit metabolik
tulang lainnya dan kanker otot (Dipiro et.al , 2005).
Hasil penelitian terbaru membuktikan bahwa obat teriparatide berperan lebih baik
dibanding alendronate dalam meningkatkan kepadatan tulang dan mengurangi patah
tulang belakang pada pasien dengan osteoporosis yang diinduksi glukokortikoid
(glucocorticoid-induced osteoporosis) (Anonim, 2010).

J. Diuretik Tiazid

Diuretik tiazid meningkatkan reabsorbsi kalsium. Berdasarkan penelitian pasien yang


mengkonsumsi diuretik tiazid memiliki massa tulang lebih besar dan fraktur yang lebih
sedikit. Diuretik tiazid ini diberikan ketika pasien osteoporosis dengan glukokortikoid
yang lebih besar dari 300mg dari jumlah kalsium yang dikeluarkan dalam urin selama
lebih dari 24 jam (Dipiro et.al , 2005).

63.

PENYAKIT TYPUS/TIPOID

Demam tifoid meruakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri gram
negaif Salmonella typhi maupun Salmonella paratyphi A,B,C. Salmonella typhii , bakteri
Gram-negatif mempunyai antigen somatik (O) terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen
(H) terdiri dari protein, envelope antigen terdiri dari polisakarida, dan endotoksin terdiri
dari lipopolisakarida. Plasmid faktor –R berhubungan dengan resistensi terhadap multipel
antibiotic. Penyakit ini ditularkan mellalui makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri tersebut, dikenal sebagai tinja-mulut (Fecaloral). Oleh karena itu, penting
kebiasaan untuk hidup bersih. Bakteri masuk ke saluran cerna, usus dan kelenjar limfe usus,
selanjutnya melalui aliran darah masuk ke hati dan limfa.

Patogenesis

Terdiri dari 4 proses kompleks mengikuti ingesti organisme yaitu, :

(1)  Penempelan dan invasi sel-sel M Peyer’s patch

(2)  Multiplikasi bakteri di makrofag Peyer’s patch, nodus limfatikus mesenterikus, dan organ-


organ ekstra intestinal RES

(3)  Bakteri bertahan hidup dalam aliran darah (bakteremia)

(4)  Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan


menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal

Masa inkubasi antara 5-40 hari degan rata-rata 10-14 hari

Diagnosis klinis

Diagnosis klinis terutama ditandai oleh adanya panas badan, gangguan saluran cerna,
gangguan pola buang air besar, hepatomegali/splenomegali, serta beberapa gejala umum
yang lain. Diagnosis laboratoris kebanyakan di Indonesia memakai tes serologi Widal,
tetapi sensitifitas dan spesifitasnya sangat terbatas, kesepakatan titer dapat berbeda untuk
masing-masing daerah. Biakan S.typhi merupakan pemeriksaan baku emas, tetapi hasilnya
banyak negatif dan memerlukan waktu lama, padahal dokter harus segera memberi
pengobatan. Beberapa serodiagnostik lain yang saat ini telah dikembangkan lebih banyak
memberi manfaat.

Gall culture

Gall culture atau biakan emedu meruakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan
Demam Thypoid/Parathypoid. Interpretasi : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk
demam tipoid/paratioid. Sebaliknya jika hasil negatif, belum tentu bukan demam
tifoid/paratifoid, karena hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit (kurang dari 2 mL)dan darah tiak segera
dimasukkan ke dalam media Gall (darah dibiarkan membeku dalam spuit sehingga bakteri
terperangkap di dalam bekuan), saat pengambilan darah masih dalam minggu- 1 sakit,
sudah mendapatkan terapi anibiotika, dan sudah mendapat vaksunasi. Kekurangan uji ini
adalah hasilnya tidak dapat segera dikethui karena perlu waktu untuk pertumbuhan kuman
(biasanya positif antara 2-7 hari, bila belum ada pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7
hari, ilihan bahan specimen yang digunakan ada awal sakit adalah darah, kemudian untuk
stadium lanjut digunakan urin dan tinja.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan demam tifoid memerlukan obat antimikroba yang diharapkan dapat


menurunkan lama sakit dan mencegah kematian. Kloramfenikol, ampisilin, amoksisilin, dan
kotrimoksasol merupakan obat konvensional yang dibeberapa negara melaporkan kurang
efektif sehubungan dengan munculnya galur MDR. Fluorokuinolon, sefalosporin ( antara
lain seftriakson) merupakan pilihan lini kedua. Meskipun demikian pemilihan obat-obatan
perlu mempertimbangkan derajat beratnya penyakit, kemudahan, serta sensitivitasnya.

 Tirah baring
 Dukungan nutrisi (makro dan mikronutrien)
 Pemberian antimikroba
 Terapi penyulit: Kemoterapi dengan obat-obat antimikroba yang efektif.
Fluorokuinolon, sefalosporin generasi 3 (antara lain seftriakson) telah terbukti efektif
sebagai alternatif untuk mengobati infeksi demam tifoid dengan MDR.
 Karier Kronik : Siprofloksasin 750 mg, 2 kali sehari selama 28 hari terbukti efektif.
Bila tidak ada siprofloksasin dan galur tersebut peka, 2 tablet ko-trimoksaszol 2 kali
sehari selama 3 bulan , atau 100 mg/kg/hari amoksisilin dikombinasi dengan
probenesid 30 mg/kg/hari, keduanya diberikan selama 3 bulan juga efektif. Karier
dengan batu empedu hanya memperlihatkan respons sementara terhadap kemoterapi,
dan diperlukan kolesistektomi untuk mengakhiri keadaan karier pada kasus tersebut.

64.

Singkong (Manihot utilisima) atau dikenal juga sebagai ketela pohon merupakan
tanaman yang tumbuh di seluruh wilayah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
Tanaman singkong dapat dimanfaatkan secara keseluruhan mulai dari batang, daun dan
umbinya. Singkong segar mempunyai komposisi kimiawi terdiri dari kadar air sekitar 60%,
pati 35%, serat kasar 2,5%, kadar protein 1%, kadar lemak, 0,5% dan kadar abu 1%,
sehingga merupakan sumber karbohidrat dan serat makanan, namun hanya mengandung
sedikit protein. Selain sebagai bahan makanan pokok, terdapat pula berbagai macam produk
olahan singkong yang telah dimanfaatkan antara lain adalah tape singkong, peuyeum, opak,
tiwul, kerupuk singkong, keripik singkong, kue, dan lain lain. Walaupun singkong dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pada beberapa jenis singkong tertenu juga dapat
menimbulkan keracunan, karena singkong mengandung senyawa yang berpotensi racun,
yaitu linamarin dan lotaustralin, keduanya termasuk golongan glikosida sianogenik.

Toksin/Racun Pada Singkong


Glikosida sianogen merupakan metabolit sekunder pada tumbuhan, yang berupa
turunan asam amino. Terdapat banyak jenis glikosida sianogen, seperti misalnya pada
almond disebut amygdalin, pada Shorgum disebut durrhin, pada rebung disebut taxiphyllin.
Pada singkong, glikosida sianogen utama adalah linamarin, sementara sejumlah kecil
lotaustralin (metil linamarin) hanya ditemukan dalam jumlah kecil pada singkong.
Linamarin dengan cepat dihidrolisis menjadi glukosa dan aseton sianohidrin sedangkan
lotaustralin dihidrolisis menjadi sianohidrin dan glukosa. Di bawah kondisi netral, aseton
sianohidrin didekomposisi menjadi aseton dan hidrogen sianida. Hidrogen sianida (HCN)
atau asam sianida ini merupakan racun pada singkong, masyarakat mengenal sebagai racun
asam biru karena adanya bercak warna biru pada singkong dan akan menjadi toksin (racun)
bila dikonsumsi pada kadar HCN lebih dari 50 ppm.
Kadar sianida pada singkong bervariasi antara 15-400 mg/kg singkong yang segar.
Singkong dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu singkong jenis manis dan pahit.
Singkong jenis manis memiliki kadar sianida yang rendah ( ≤ 50 mg/kg singkong)
sedangkan jenis pahit memiliki kadar sianida yang tinggi (> 50 mg/kg singkong). Singkong
manis banyak dikonsumsi langsung dan dimanfaatkan untuk pangan jajanan, rasa manis
disebabkan mengandung sianida yang rendah, semakin tinggi kadar sianida maka akan
semakin pahit rasanya. Industri tepung tapioka umumnya menggunakan varietas berkadar
HCN tinggi (varietas pahit), untuk mendapatkan pati yang banyak, hal ini disebabkan
adanya korelasi antara kadar HCN singkong segar dengan kandungan pati. Semakin tinggi
kadar HCN yang rasanya semakin pahit, kadar pati semakin meningkat dan sebaliknya.
Namun demikian, pada industri dilakukan proses pengolahan dengan baik sehingga kadar
HCNnya berkurang.

Gejala dan Mekanisme Terjadinya Keracunan


Kasus keracunan yang terjadi dimasyarakat sering kali karena mengkonsumsi jenis
singkong dengan kadar HCN yang tinggi dan proses pengolahan yang tidak benar sehingga
kadar HCN pada singkong masih melebihi kadar aman yang dapat dikonsumsi manusia.
Gejala keracunan yang muncul antara lain respirasi cepat, penurunan tekanan darah, denyut
nadi cepat, pusing, sakit kepala, sakit perut, muntah, diare, kebingungan mental, berkedut
dan kejang-kejang. Jika hidrogen sianida melebihi batas toleransi kemampuan individu
untuk detoksifikasi / mentolerir, kematian dapat terjadi akibat keracunan sianida. Dosis oral
HCN yang mematikan bagi manusia yang dilaporkan 0.5-3.5mg/kg berat badan. Sebenarnya
tubuh manusia memiliki kemampuan melindungi diri terhadap HCN ini dengan cara
detoksikasi HCN tersebut menjadi ion tiosianat yang relatif kurang toksik. Detoksikasi ini
berlangsung dengan perantaraan enzim rodanase (transulfurase) yang terdapat di dalam
jaringan, terutama hati.
Namun demikian, sistem enzim rodanase ini bekerja sangat lambat sehingga
keracunan masih dapat timbul. Kerja enzim ini dapat dipercepat dengan memasukkan sulfur
ke dalam tubuh. Secara klinis hal inilah yang dipakai sebagai dasar menyuntikkan natrium
tiosulfat pada pengobatan keracunan oleh singkong/HCN pada umumnya.
Hidrogen sianida yang masuk ke dalam tubuh dengan cepat didistribusikan ke
seluruh tubuh oleh darah. Tingkat sianida dalam berbagai jaringan manusia pada kasus
keracunan HCN yang fatal telah dilaporkan, bahwa pada lambung : 0,03, pada darah : 0.5,
pada hati : 0,03, pada ginjal : 0,11, pada otak : 0,07, dan urin : 0,2 (mg/100g). Secara
fisiolgi dalam tubuh, Hidrogen sianida menginaktivasi enzim sitokrom oksidase dalam
mitokondria sel dengan mengikat Fe3 + / Fe2 + yang terkandung dalam enzim. Hal ini
menyebabkan penurunan dalam pemanfaatan oksigen dalam jaringan. sehingga organ yang
sensitif terhadap konidis kurangnya O2 akan sangat menderita terutama jaringan otak.
Sehingga dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia dan kejang.
Selain itu sianida menyebabkan peningkatan glukosa darah dan kadar asam laktat
dan penurunan ATP / ADP rasio yang menunjukkan pergeseran dari aerobik untuk
metabolisme anaerobik. Hidrogen sianida akan mengurangi ketersediaan energi di semua
sel, tetapi efeknya akan paling cepat muncul pada sistem pernapasan dan jantung.
Pasien yang mengalami keracunan segera dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan keracunan. Penatalaksanaan pasien keracunan sianida oleh
petugas medis adalah sebagai berikut :
1. Stabilisasi pasien melalui penatalaksanaan jalan nafas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi
2. Rangsang muntah dan kumbah lambung dilakukan tidak boleh dari 4 jam setelah
mengkonsumsi singkong beracun
3. Pemberian arang aktif dengan dosis 1 g/kg atau 30-100 gram dan anak-anak 15 –
30 gram
4. Antidotum : antidotum diberikan jika pasen mengalami penurunan kesadaran
atau koma. Antidotum adalah sebuah subtansi yang dapat melawan reaksi
peracunan atau dengan kata lain antidotum ialah penawar racun. Dalam arti
sempit, antidotum adalah senyawa yang mengurangi atau menghilangkan
toksisitas senyawa yang diabsorpsi.
a. Natrium siosulfat 25% melalui intravena
b. Amyl nitrit
c. Natrium nitrit 3%
d. Larutan hydroxocobalamin 40%
e. Dimethylaminophenol (4-DMAP) 5%
f. Larutan Dicobalt edetat 1,5%
Terapi antidotum spesifik yang dilakukan adalah dengan pemberian Natrium
tiosulfat (Na2S2O3) secara intra peritoneal agar efek penghambatan racun dapat dicapai
dengan cepat. Sianida yang terpejan di dalam tubuh apat bereaksi engan komponen besi
dalam enzim sitokrom oksiase mitokondria. Hasil reaksi oksidasi tersebut adalah pigmen
berwarna coklat kehijauan sampai hitam yang disebut methehemoglobin. Ion Feri Sianida
dalam methehemoglobin akan berikatan dengan sianida dalam plasma membentuk sian-
methemoglobin yang menyebabkan ikatan sianida dalam sitokrom oksiase terputus
sehingga enzim pernafasan yang semula terblok tersebut menjadi teregenerasi kembali.
NATRIUM TIOSULFAT / SODIUM THIOSULFATE
1. Identifikasi Bahan Kimia
Golongan : Garam sulfat
Sinonim/Nama Dagang : Ametox; Antichlor; Chlorine control; Chlorine cure;
Dechlor-It; Diammonium sulfate; Disodium thiosulfate; Disodium thiosulphate;
Hypo; S-Hydril; Sodium hyposulfite; Sodium hyposulphite; Sodium oxide sulfide;
Sodium thiosulfate, anhydrous; Sodium thiosulphate, anhydrous; Sodium
thiosulphate crystal; Sodothiol; Sulfothiorine; Thiosulfuric acid, disodium salt;
Thiosulphuric acid, disodium salt;
2. Penggunaan
a. Banyak digunakan sebagai pemutih
b. Untuk mengekstraksi perak dari bijihnya
c. Sebagai mordan (senyawa yang digunakan untuk mengikat zat warna ke dalam
serat) dalam pencelupan dan pencetakan tekstil
d. Sebagai peredam dalam pencelupan krom
e. Digunakan pada pembuatan kulit
f. Sebagai reagen untuk keperluan analisis dan kimia organik di laboratorium
g. Sebagai antidotum pada keracunan sianida
h. Digunakan dalam pembuatan obat antituberkulosis
i. Sebagai antioksidan
j. Sebagai bahan pengkelat
3. Indikasi dan Dosis
a. Natrium tiosulfat digunakan sebagai antidotum pada keracunan sianida, yang
dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi dengan nitrit atau
hidroksokobalamin. Dosis natrium tiosulfat untuk pengobatan akibat keracunan
sianida:
- Dewasa: 12,5 g (50 mL dari larutan 25% atau 25 mL dari larutan 50%)
secara intravena sebanyak 2,5-5,0 mL/menit.
- Anak-anak: 400 mg/kg (1,6 mL/kg dari larutan 25%) hingga maksimal 50
mL. Jika gejala masih ada, ulangi setengah dari dosis setelah 30-60 menit.
b. Natrium tiosulfat juga dapat digunakan untuk mencegah akumulasi sianida pada
pasien yang mendapatkan infus nitroprusida dalam jangka waktu lama.
c. Dosis natrium tiosulfat untuk profilaksis selama infus nitroprusida : Penambahan
10 mg natrium tiosulfat untuk setiap miligram nitroprusida dalam larutan.

65.

Pada paseien geriatri dosisi digoksin harus dikurangi apabila pasien menderita penyakit
jantung koroner, karena pada usia lanjut dapat menadi indikator adanya penurunan fungsi
ginjal.

66.

Karena, manurut Farmakope Indonesia Edisi III, paracetamol mengandung tidak kurang
dari 98,0% dan 101,0% C8H9NO2 , dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, pada
pemeriksaan kembali kadar bahan baku oleh bagian QC hasil yang didapat yaitu 99%,
berarti bahan baku paracetamol dapat digunakan karena memenuhi standar yang sesuai pada
Farmakope Indonesia.

67.

Diabetes melitus, DM  adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor


seperti kurangnya insulin atau ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin (Insulin
resistance),dengan simtoma berupa hiperglikemia kronis dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak danprotein, sebagai akibat dari:

 defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya


 defisiensi transporter glukosa.
 atau keduanya.
Kadar glukosa pada darah dikendalikan oleh beberapa hormon. Hormon adalah zat kimia di
dalam badan yang mengirimkan tanda pada sel-sel ke sel-sel lainya. Insulin adalah hormon
yang dibuat oleh pankreas. Ketika makan, pankreas membuat insulin untuk mengirimkan
pesan pada sel-sel lainnya di tubuh. Insulin ini memerintahkan sel-sel untuk mengambil
glukosa dari darah. Glukosa digunakan oleh sel-sel untuk pembuatan energi. Glukosa yang
berlebih disimpan dalam sel-sel sebagai glikogen. Pada saat kadar gula darah mencapai
tingkat rendah tertentu, sel-sel memecah glikogen menjadi glukosa untuk menciptakan
energi.

Tanda-tanda klasik dari diabetes yang tidak diobati adalah hilangnya berat
badan, polyuria (sering berkemih), polydipsia (sering haus), dan polyphagia (sering lapar).
Gejala-gejalanya dapat berkembang sangat cepat (beberapa minggu atau bulan saja) pada
diabetes type 1, sementara pada diabetes type 2 biasanya berkembang jauh lebih lambat dan
mungkin tanpa gejala sama sekali atau tidak jelas.

Beberapa tanda-tanda lainnya dan gejala-gejalanya dapat menunjukkan adanya diabetes,


meskipun hal ini tidak spesifik untuk diabetes. Mereka adalah pandangan yang kabur, sakit
kepala, fatigue, penyembuhan luka yang lambat, dan gatal-gatal. Tingginya tingkat glukosa
darah yang lama dapat menyebabkan penyerapan glukosa pada lensa mata, yang
menyebabkan perubahan bentuk, dan perubahan ketajaman penglihatan. Sejumlah gatal-
gatal karena diabetes dikenal sebagai diabetic dermadromes.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes melitus


berdasarkan perawatan dan simtoma:

1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di


dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan
bersifat idiopatik. Diabetes melitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik
atau defisiensimitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai
dengan sindrom resistansi insulin
3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, GIGT
dan gestational diabetes mellitus, GDM.
dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
4. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
5. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus
tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan
tambahan hormon dari luar tubuh.
6. Not insulin requiring diabetes.

Kelas empat pada tahap klinis serupa dengan klasifikasi IDDM (bahasa Inggris: insulin-
dependent diabetes mellitus), sedang tahap kelima dan keenam merupakan anggota
klasifikasi NIDDM (bahasa Inggris: non insulin-dependent diabetes mellitus). IDDM dan
NIDDM merupakan klasifikasi yang tercantum pada International Nomenclature of
Diseases pada tahun 1991 dan revisi ke-10 International Classification of Diseases pada
tahun 1992.

Diabetes melitus tipe 1

Diabetes melitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset diabetes,


juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi
karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil
insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak
maupun orang dewasa.

Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan
dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan
dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas
maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini,
terutama pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut
dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan
pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian
darah. 

Diabetes melitus tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesity-related diabetes, non-


insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes melitus yang terjadi
bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan
kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen,termasuk yang
mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap
insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang
menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap
insulin serta RBP4yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan
sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang
merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.

Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan


hormon resistin yang tinggi, peningkatan laju
metabolisme glikogenolisis danglukoneogenesis pada hati, penurunan laju reaksi
oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati.

NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi,dan sindrom resistansi


insulin.

Pengobatan

1. Non farmakologi
Olahraga dan pola makan yang sesuai merupakan dasar dari tata laksana
diabetesdengan jumlah olahraga yang lebih banyak memberikan hasil yang lebih
baik.Olahraga aerobik memberikan penurunan HbA1C dan peningkatan
sensitivitas insulin.Latihan tahanan juga bermanfaat dan kombinasi kedua jenis
latihan ini mungkin paling efektif.Diet diabetes yang bertujuan untuk
menurunkan berat badan juga penting.Walaupun jenis diet yang terbaik untuk
mencapai hal ini masih kontroversial diet indeks glikemik rendah telah terbukti
dapat memperbaiki kontrol glukosa darah. Biasanya, edukasi yang tepat dapat
membantu pasien diabetes tipe 2 mengontrol kadar glukosa darah mereka,
setidaknya hingga enam bulan kemudian. Apabila perubahan gaya hidup, pada
penderita dengan diabetes ringan, belum menunjukkan perbaikan glukosa darah
dalam waktu enam minggu, perlu dipertimbangkan pemberian obat-obatan.

2. Farmakologi
Obat-obat antidiabetik oral ditujukan untuk membantu penanganan pasien diabetes
mellitus tipe 2. Farmakoterapi antidiabetik oral dapat dilakukan dengan
menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat (Ditjen Bina
Farmasi dan Alkes, 2005).
a. Golongan Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas, oleh
sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans pankreas masih dapat
berproduksi Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian
senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin
oleh kelenjar pankreas. Obat golongan ini merupakan pilihan untuk diabetes
dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah
mengalami ketoasidosis sebelumnya (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
Sulfonilurea generasi pertama
Tolbutamid diabsorbsi dengan baik tetapi cepat dimetabolisme dalam hati. Masa
kerjanya relatif singkat, dengan waktu paruh eliminasi 4-5 jam (Katzung, 2002).
Dalam darah tolbutamid terikat protein plasma. Di dalam hati obat ini diubah
menjadi karboksitolbutamid dan diekskresi melalui ginjal (Handoko dan
Suharto, 1995).
Klorpropamid cepat diserap oleh usus, 70-80% dimetabolisme di dalam hati dan
metabolitnya cepat diekskresi melalui ginjal. Dalam darah terikat albumin, masa
paruh kira-kira 36 jam sehingga efeknya masih terlihat beberapa hari setelah
pengobatan dihentikan (Handoko dan Suharto, 1995).
Tolazamid diserap lebih lambat di usus daripada sulfonilurea lainnya dan
efeknya pada glukosa darah tidak segera tampak dalam beberapa jam setelah
pemberian. Waktu paruhnya sekitar 7 jam (Katzung, 2002).
Sulfonilurea generasi kedua
Glipizid memiliki waktu paruh 2-4 jam, 90% glipizid dimetabolisme dalam hati
menjadi produk yang aktif dan 10% diekskresikan tanpa perubahan melalui
ginjal (Katzung, 2002).
Glimepiride dapat mencapai penurunan glukosa darah dengan dosis paling
rendah dari semua senyawa sulfonilurea. Dosis tunggal besar 1 mg terbukti
efektif dan dosis harian maksimal yang dianjurkan adalah 8 mg. Glimepiride
mempunya waktu paruh 5 jam dan dimetabolisme secara lengkap oleh hati
menjadi produk yang tidak aktif (Katzung, 2002).

b. Golongan Biguanida
Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metformin menurunkan glukosa
darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat selular dan
menurunkan produksi gula hati. Metformin juga menekan nafsu makan hingga
berat badan tidak meningkat, sehingga layak diberikan pada penderita yang
overweight (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
c. Golongan Tiazolidindion
Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis yang luas dan berupa
penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi
insulin dari otot, jaringan lemak dan hati, sebagai efeknya penyerapan glukosa
ke dalam jaringan lemak dan otot meningkat. Tiazolidindion diharapkan dapat
lebih tepat bekerja pada sasaran kelainan yaitu resistensi insulin tanpa
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan kelelahan sel β
pankreas. Contoh: Pioglitazone, Troglitazon.

d. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase


Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase alfa di
dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan hiperglikemia postprandrial.
Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan juga
tidak berpengaruh pada kadar insulin. Contoh: Acarbose (Tjay dan Rahardja,
2002).

Inkretin (bahasa Inggris: incretin) adalah nama golongan hormon yang


disekresi pada saluran pencernaan yang menjadi stimulator sekresi hormon insulin selain
stimulasi yang terjadi setelah penyerapan nutrisi yang menyebabkan peningkatan rasio gula
darah.

Inkretin juga memperlambat laju penyerapan zat nutrisi ke dalam sirkulasi darah, menekan
sekresi glukagon dari sel alfa.

Dari beberapa molekul hormon yang tersekresi, terdapat dua inkretin yang utama


yaitu GLP-1 dan GIP. Keduanya dengan cepat digradasi oleh enzim DPP-4 segera setelah
sekresi.

Pada pasien tersebut diketahui menderita DM tipe 2 sehingga pasien diberi obat diabetik
oral, bukan insulin. Selain itu diketahui memiliki kelainan hormon inkretin dan post
prandial yang tidak teratur, obat yang paling disarankan untuk dikonsumsi pasien yaitu
d.metformin metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja
insulin pada tingkat selular dan menurunkan produksi gula hati. Metformin juga menekan
nafsu makan hingga berat badan tidak meningkat, sehingga layak diberikan pada penderita
yang overweight atau post prandial yang tidak teratur.
68.

Jawab :

Pneumonia aspirasi merupakan salah satu jenis dari pneumonia. Pneumonia jenis ini
merupakan infeksi paru-paru yang disebabkan oleh terhirupnya bahan-bahan, seperti
makanan, minuman, muntahan, atau ludah, ke dalam saluran pernafasan dan paru-paru.

Penyebab : Partikel-partikel kecil dari mulut seringkali bisa terhirup masuk ke dalam
saluran nafas, tetapi biasanya sebelum masuk ke dalam paru-paru, partikel-partikel kecil
tersebut akan dikeluarkan oleh mekanisme pertahanan tubuh yang normal. Tetapi jika
partikel-partikel yang terhirup tidak dapat dikeluarkan, maka bisa terjadi peradangan
maupun infeksi.

Faktor risiko terjadinya aspirasi : penurunan kesadaran, koma, konsumsi alkohol atau obat-
obatan terlarang dalam jumlah besar, pemakaian obat anestesi untuk operasi, orang-orang
berusia lanjut, refleks muntah yang kurang baik, gangguan dalam menelan.

Gejala yang muncul dapat berupa batuk berdahak, nafas berbau busuk, nyeri dada, sesak
nafas, mengi, demam, banyak berkeringat, kelelahan, kulit berwarna kebiruan akibat
kekurangan oksigen, gangguan menelan.

Diagnosa didasarkan dari gejala-gejala yang ada, riwayat aspirasi bahan-bahan tertentu ke
dalam saluran nafas, serta pemeriksaan fisik. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan : bronskopi, foto rontgen atau CT scan dada, pemeriksaan darah, kultur dahak, tes
menelan.

Penanganan yang diberikan tergantung dari seberapa berat pneumonia yang terjadi.
Beberapa penderita mugkin perlu dirawat inap, dan terkadang diperlukan alat bantu nafas.
Pengobatan untuk pneumonia aspirasi bisa berupa pemberian oksigen dan bronskopi untuk
membersihkan saluran nafas akibat terhirupnya partikel, serta pemberian antibiotik.

Dalam hal ini apoteker sebaiknya menyarankan untuk mengganti antibiotik berdasarkan uji
kultur dan sensitvitas, dikarenakan setelah empat hari pasien masih mengalami demam dan
leukositosis. Hal ini bertujuan agar pneumonia yang dialami oleh pasien dapat ditangani
dengan tepat karena telah dilakukan uji kultur dan sensitivitas yang bertujuan untuk
pemilihan antibiotik yang tepat.
69.
Penyakit TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang mampu menginfeksi secara laten maupun progresif. Penyakit ini disebut
tuberkulosis karena terbentuknya nodul yang khas yaitu tubercle.

KATEGORI TBC

Kategori-1

• Pasien baru TBC  paru BTA positif


• pasien TBC Paru BTA negative foto toraks positif
• pasien TBC ekstra paru
Kategori-2

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:

• pasien kambuh
• pasien gagal
• pasien dengan pengobatan terputus
TERAPI

1. Kategori 1 diobati dengan INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol selama 2


bulan(fase intensif) setiap hari dan selanjutnya 4 bulan(fase lanjutan) dengan INH
dan rifampisin 3 kali dalam seminggu(2HRZE/4H3R3)
2. Kategori 2 diobati dengan INH, rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin
selama 2 bulan setiap hari dan selanjutnya dengan INH, rifampisin, dan etambutol
selama 5 bulan seminggu 3 kali(2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Jika setelah 2 bulan BTA masih positif, fase intensif ditambah 1 bulan sebagai
sisipan(HRZE)

MEKANISME KERJA OBAT

1. INH bekerja dengan menghambat sintesis asam mikolat, komponen terpenting pada
dinding sel bakteri.
2. Rifampisin menghambat aktivitas polymerase DNA yang tergantung DNA pada sel-
sel yang rentan.
3. Pirazinamid adalah analog pirazin dari nikotinamid yang bersifat bakteriostatik atau
bakterisid terhadap M. Tuberculosis.
4. Etambutol menghambat sintesis minimal 1 metabolit yang menyebabkan kerusakan
pada metabolisme sel, menghambat multipikasi, dan kematian sel.
5. Streptomisin adalah antibiotik bakterisid yang mempengaruhi sintesis protein.

CARA MENGATASI REAKSI YANG TIDAK DIKEHENDAKI (ADVERSE


REACTION) PADA PENGOBATAN TUBERKULOSIS

Nama Reaksi yang Tidak Cara Mencegah Terjadinya Reaksi Tersebut


Obat Dikehendaki

Rifampisin Nausea, anoreksia, nyeri Obat diberikan sesudah makan


lambung, diare
Peringatan : perlu penerangan rifampisin menyebabkan
warna merah pada urin, 

Tingginya serum Berikan rifampisisn dengan hati-hati selama fase


transaminase 2-8 minggu hepatitis
pertama dari pengobatan
hepatitis

Kemerahan pada kulit Yakinkan penderita dan teruskan pengobatan


kepala dan gatal-gatal

Purpura trombositopenik, Rifampisin dihentikan dan tidak boleh digantikan dengan


anemia hemolitik dan preparat yang lainnya
kegagalan akut (sangat
jarang)

Demam menggigil sesudah Beri dosis intermiten 2 kali seminggu. Obat yang
makan obat yang terjadi berdosis tinggi tidak dikurangi dan diberikan dengan
setelah 3-6 bulan sesudah dosis 3 kali seminggu
pengobatan
Isoniazid Parestesia, rasa terbakar Efek samping isoniazid bila melebihi 14 mg/kg BB
(INH) pada tangan dan kaki, dapat menimbulkan anemia sehingga dianjurkan juga
neuropati perifer untuk mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti
(gangguan saraf disertai piridoksin (vitamin B6).
kejang), anemia

Etambutol Kebutaan dan buta warna Usahakan dosis di bawah 15 mg/kg BB/hari dan pasien
merah/hijau, harus menceritakan apa yang terjadi dengan
penglihatannya. Bila terdapat keluhan, maka obat
Neuritis retrobulbar
dihentikan dan dimulai lagi dengan dosis rendah

Pirazinamid Hepatotoksik
(menimbulkan kerusakan
hati ) terutama pada dosis
lebih dari 2g/ hari

70.

ALASAN : Penggunaan obat sulbaktam-ampisilin merupakan kombinasi yang efektif


dengan tingkat efektivitasnya secara umum yaitu dengan pengembalian ampisilin
kekedudukan semula setelah kadarnya terus menurun karena resistensi yang disebabkan
oleh meningkatnya kemampuan kuman untuk menghasilkan enzim betalaktamase.

AMPICILLIN + SULBACTAM

ampicillin + sulbactam adalah antibiotik kombinasi yang digunakan untuk mengatasi


resistensi bakteri produsen enzim betalaktamase terhadap ampicillin. ampicillin adalah
antibiotik beta laktam yang termasuk golongan penicillin sedangkan sulbactam adalah obat
yang bekerja dengan cara menghambat enzim betalaktamase yang diproduksi oleh bakteri,
sehingga penambahan sulbactam akan meningkatkan potensi ampicillin. ampicillin +
sulbactam adalah bakteriosidal yang bekerja dengan cara menghambat secara irreversibel
aktivitas enzim transpeptidase yang dibutuhkan untuk sintesis dinding sel bakteri.
MEKANISME KERJA AMPICILLIN + SULBACTAM

Sulbaktam mempunyai kemampuan sebagai inhibitor spesifik terhadap enzim


betalaktamase yang dihasilkan baik oleh gram positif maupun gram negative. Sulbaktam
bila dicampurkan dengan ampicillin akan memberikan efek sinergisme terhadap bakteri
penghasil enzim betalaktamase. Keadaan ini menyebabkan ampicillin terlindung dari
degradasi oleh enzim betalaktamase. Struktur sulbaktam mirip dengan ampicillin, karena itu
sulbaktam disebut inhibitor bunuh diri karena sulbaktam ini pertama-tama akan didegradasi
oleh enzim betalaktamase sehingga ampicillin akan berikatan dengan target PBP2 yaitu
suatu protein pada membrane sel yang berfungsi sebagai target dari ampicillin hingga akan
terjadi gangguan pada pembentukkan membrane sel hingga bakteri akan lisis.

INDIKASI AMPICILLIN + SULBACTAM

Kegunaan ampicillin + sulbactam adalah untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh


bakteri yang peka terhadap ampicillin + sulbactam seperti :

 infeksi Kulit, struktur kulit dan jaringan lunak : selulitis, ulkus kaki karena diabetik
dan abses yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus  dan  Streptococcus
pyogenes. 

 Infeksi saluran pernapasan atas : faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh S.
pyogenes dan S. aureus. Sinusitis akut maupun kronis yang disebabkan oleh S.
aureus, S. pneumoniae, H. influenzae dan S.progenies. Otitis media, terutama media
yang supuratif, dengan atau tanpa mastoiditis antrum.

 Infeksi saluran nafas bawah : Bakterial pneumonia, bronkitis, bronchiestasis


disebabkan oleh S. pneumoniae, H. influenzae, Staphylococcus
aureus dan S.progenies. Eksaserbasi akut PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)

 Infeksi saluran kemih : pielonefritis, sistitis disebabkan oleh Escherichia coli,


Proteus mirabilis, Klebsiella, Enterobacter dan Staphylococcus aureus.

 Infeksi bedah : profilaksis dan pengobatan infeksi akibat operasi bedah, profilaksis


peri-operatif dalam bedah ortopedi dan kardiovaskular.

 Infeksi ginekologi : terutama infeksi yang disebabkan oleh E. coli strain


betalaktamase danBacteroides sp. (Termasuk B. fragilis).

 Infeksi pada saluran pencernaan : bakterial esophagitis dan pengobatan infeksi H.


pylori

 Infeksi tulang dan sendi yang disebabkan oleh bakteri yang peka

KONTRA INDIKASI

Penggunaan antibiotik ampicillin + sulbactam harus dihindari pada pasien dengan riwayat
alergi pada ampicillin + sulbactam dan antibiotika penisillinum lainnya.

EFEK SAMPING

 kebanyakan efek samping ampicillin + sulbactam yang muncul adalah kemerahan


dan rasa sakit di tempat penyuntikan (jika diberikan secara injeksi baik secara
intramuskular ataupun secara intra vena).

 Efek samping yang juga sering muncul adalah diare dan ruam pada kulit.

 Efek samping ampicillin + sulbactam yang frekuensinya jarang terjadi seperti


radang pembuluh darah, pembekuan darah, nyeri dada , kelelahan , kejang , sakit
kepala , nyeri buang air kecil , retensi urin , mual , muntah , gatal, sesak di
tenggorokan, kemerahan pada kulit , perdarahan hidung , dan pembengkakan wajah.

PERHATIAN

 Hati-hati memberikan ampicillin + sulbactam pada penderita dengan fungsi hati dan
ginjal yang rusak terutama pada pemakaian obat dalam jangka waktu panjang.

 Pertimbangan yang masak perlu dilakukan jika ampicillin + sulbactam diberikan


pada ibu menyusui atau pada bayi baru lahir

 Pasien yang memiliki riwayat asma atau pasien yang menderita eksim, gatal-gatal
dan demam memiliki potensi lebih tinggi mengalami reaksi alergi terhadap
ampicillin + sulbactam

TOLERANSI TERHADAP KEHAMILAN

Penelitian pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko pemakaian ampicillin +


sulbactam pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada
wanita hamil / Penelitian pada hewan telah menunjukkan efek buruk , namun studi yang
memadai dan terkendali dengan baik pada ibu hamil tidak menunjukkan risiko untuk janin
dalam trimester berapapun.

INTERAKSI OBAT

 ampicillin + sulbactam jika diberikan bersamaan dengan allopurinol dapat


meningkatkan reaksi hipersensitivitas.

 obat antikoagulan warfarin dan obat probenezid dapat meningkatkan kadar


ampicillin + sulbactam dalam plasma sehingga meningkatkan potensi terjadinya
efek samping.

 ampicillin + sulbactam dapat menurunkan efektivitas obat kontrasepsi oral.

DOSIS

 ampicillin + sulbactam diberikan dengan dosis : dewasa 1.5 – 12 gram dalam dosis
bagi setiap 6 – 8 jam. infeksi yang tidak terlalu berat dapat diberikan setiap 12 jam.

 anak-anak 150 mg / kg BB / hari dalam dosis bagi setiap 6 – 8 jam

 untuk Gonorrhoe dan  uretritis non gonococcal : 2.250 mg sebagai dosis tunggal,
dapat diberikan bersama Probenezid 1 gram

 dosis maksimum sulbactam tidak boleh lebih dari 4 gram / hari

Untuk pasien dengan fungsi ginjal yang buruk, monitor kadar obat dalam plasma dan
urine harus dilakukan.

71.

Karena alat disolusi tipe 1 (keranjang/basket) digunakan untuk pengujian disolusi sediaan
kapsul. Sedangkan alat disolusi tipe 2 (dayung) digunakan untuk pengujian disolusi sediaan
serbuk atau tablet.

Uji Disolusi
1.      Pengertian uji disolusi
Uji disolusi atau waktu larut digunakan untuk mengetahui jumlah zat aktif yang
terlarut pada media tertentu selama waktu tertentu. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk
kapsul gelatin lunak kecuali dinyatakan dalam masing-masing monografi yang perlu di uji
disolusinya ( Dep. Kes. RI 1995 : 1083 )
Pencantuman uji disolusi dalam Farmakope Indonesia berguna antara lain untuk :
a.       Uji Disolusi merupakan profil pelepasan zat aktif dari sediaan, oleh karena itu uji ini
merupakan prosedur kontrol mutu yang biasa dilakukan dengan cara yang baik.
b.      Uji disolusi ini merupakan pengujian mutu sediaan tablet dari batch ke bacth, jika hasil uji
disolusi berbeda pada tiap batch maka ini menjadi suatu peringatan bahwa zat aktif atau zat
tambahan formulasi mungkin keluar dari kontrol.
c.       Data uji disolusi juga penting untuk pengembangan mutu sediaan.
2.      Metodologi Uji Disolusi
Dalam uji disolusi metodologi yang harus diperhatikan adalah :
        Wadah
Pada farmakope indonesia edisi IV suatu wadah terdiri dari wadah tertutup yang
terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang wadah inert. Wadah tercelup sebagian
didalam suatu tanggas air yang sesuai berukuran sedemikian rupa sehingga dapat
mempertahankan suhu dalam wadah pada suhu 37˚C ±0.5˚C selama pengujian berlangsung
dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap.
Wadah disolusi lebih dianjurkan berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi
160 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan kapasitas nominal
100 ml. pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan dapat
digunakan suatu penutup yang pas suatu alat pengukur kecepatan digunakan sehingga
memungkinkan untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan mempertahankan
kecepatan seperti yang tertera dalam masing -masing monografi dalam batas kurang lebih
4%. (Dep. Kes. RI, 1995 :1084)
       Pengadukan
Tujuan dari pengadukan yaitu untuk memperbarui cairan yang kontak dengan
permukaan zat aktif. Kecepatan penggadukan antara 10 sampai 100 putaran permenit sudah
cukup, karena dalam pengadukan seperti itu sudah dapat membuat media disolusi yang
sama. (Siregar, 1986 :25)
        Media disolusi
Untuk media disolusi digunakan pelarut seperti yang tertera dalam masing-masing
monografi. Bila media disolusi adalah suatu larutan dapar, diatur pH larutan sedemikian
hingga berada dalam batas 0.05 satuan pH yang tertera pada masing-masing monografi.
Untuk memilih media disolusi dapat dipertimbangkan seperti halnya jika kelarutan zat aktif
tidak dipenggaruhi oleh pH, maka sebagai media disolusi dipakai air suling. Sedangkan jika
kelarutan zat aktif dipengaruhi pH, maka sebagai media disolusi dipakai cairan lambung
buatan atau cairan usus buatan. (Dep. Kes. RI, 1995 : 1085)
Media disolusi harus bebas gas atau udara terlarut karena gas dapat membentuk
gelembung yang dapat mempengaruhi hasil pengujian. Oleh karena itu, gas terlarut harus
dihilangkan terlebih dahulu sebelum pengujian dimulai.
       Volume media disolusi
Volume media disolusi tergantung pada kelarutan zat aktif yang kana ditentukan
kecepatan disolusinya. Jika kelarutan zat aktif kecil, dan kadarnya besar dalam satu sediaan
maka diperlukan media disolusi dengan volume yang cukup besar.
        Suhu
Suhu wadah dalam media disolusi harus dikendalikan dengan seksama. Kelarutan zat
aktif juga tergantung suhu media disolusi, suhu yang digunakan biasanya 370C karena suhu
ini merupakan parameter suhu in vivo (Siregar, 1986 :171).
      Lama pengujian
Lama pengujian tergantung pada kelarutan dan tujuan membuat formulasi tablet itu
sendiri. (Siregar, 1986 : 171)
        Peralatan Media Disolusi
Pada uji disolusi ada dua proses utama yaitu proses mendisolusikan zat aktif dalam
media dan proses penentuan jumlah zat aktif terlarut dalam media tersebut. Dalam uji
disolusi ini ada dua alat utama yaitu alat uji disolusi dan alat pengukur konsentrasi zat aktif
yang terlarut dalam media. (Siregar, 1986 : 32)
a.    Alat Uji Disolusi
Ada dua tipe uji disolusi :
1)   Tipe 1 (Pengaduk Keranjang)
Pengaduk ini berberntuk keranjang silindris komponen batang logam dan keranjang
yang merupakan bagian dari pengaduk terbuat dari baja tahan karat tipe 316 atau yang
sejenis. Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing mnografi, gunakan kasa 40 mesh.
Dapat juga digunakan keranjang berlapis emas setebal 0.0001 inci (2.5 µm). Sediaan
dimasukkan pada setiap keranjang yang kering pada tiap awal pengujian, jarak antara dasar
dasar bagian dalam wadah dan keranjang adalah 25 mm ± 2mm selama pengujian
berlangsung. (Dep. Kes. RI 1995 : 1085).
2)   Tipe 2 (Pengaduk Dayung)
Alat pengaduk ini sama dengan alat tipe 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung
yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi demikian
hingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertical wadah dan
berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Daun melewati diameter batang
sehingga dasar daun dan batang rata. Jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dalam
dasar wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung, daun dan batang logam yang
merupakan satu kesatuan dapat disalit dengan suatu penyalut inert yang sesuai. (Dep. Kes.
RI,1995 : 1085).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Uji Disolusi
a.       Faktor alat pada uji disolusi
1)      Geometri dan kesejajaran
Sumbu batang pengaduk harus tepat pada sumbu labu disolusi dengan variasi ±0.2
mm. penyimpangan dari spesifikasi tersebut, akan mempengaruhi laju disolusi terutama
pada alat 2 dimana kemiringan batang lebih besar dari 0.5˚ dan dapat meningkatkan laju
disolusi antara 2-25%. Dua factor alat berpengaruh pada pemenuhan spesifikasi ini adalah
kelurusan batang pengaduk dan pemasangan batang pengaduk pada alat, mengigat hal
tersebut maka pemasangan alat baik keranjang maupun dayung harus dilakukan dengan
hati-hati.
2)      Goyangan dan kemiringan
Untuk memperoleh hasil uji yang reliable, tidak boleh terdapat goyangan yang
signifikan dengan batas goyangan terluar diperhitungkan dari sumbu batang pengaduk
adalah 2 mm dari sumbu labu. Pada alat 2 uji disolusi sangat mempenggaruhi goyangan.
3)      Titik pengambilan sampel
Sampel harus diambil pada posisi ditengah jarak bagian atas keranjang atau dayung
dengan permukaan media dengan jarak dari permukaan labu bagian dalam tidak kurang dari
1 cm.
4)      Getaran atau Vibrasi
Getaran merupakan suatu energi, sehingga pada semua uji disolusi getaran dapat
mempengaruhi daya uji tidak ada sistem  yang bebas getaran. Sehingga pada setiap uji
disolusi getaran harus dikurangi sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan perbedaan
yang signifikan pada hasil pengujian suatu bentuk sediaan yang sama dilakukan secara
berurutan.
)      Kecepatan
Pada umumnya kecepatan yang digunakan 50 rpm untuk satu alat kecepatan harus
diperhitungkan dalam rentang ±4.0%,hubungan antara intensitas pengadukan dengan laju
disolusi sangat beragam. Tergantung pada bentyk dan disien pengaduk yang dipakai, aliran
yang terjadi di dalam system serta sifat fisika kimia bahan obat.
)      Tipe alat pengaduk
Alat pengaduk tipe keranjang mepunyai disien yang mengutungkan untuk digunakan
pada sediaan –sediaan yang berbentuk partikel. Bila digunakan ukuran mesh yang tepat, alat
ini dapat menahan didalamnya sementara memunginkan media mengalir kedalamnya.

b.      Faktor zat aktif dari sediaan tablet


       Faktor teknologi
        Daya kompresi dan porositas
Semakin luas permukaan kontak antar partikel, maka semakin berkurang ruangan
kosong didalam tablet yang semakin kecil, maka kecepatan hancur tablet semakin kecil dan
kecepatan disolusi zat aktif pun kecil. Sedangkan gaya kompresi optimum adalah gaya
kompresi yang dapat memecahkan Kristal yang menambah besar luas permukaan zat aktif
terdisolusi.
Sebaiknya jika gay bertambah, maka pecahan Kristal membentuk ikatan partikel yang
kuat, menyebabkan waktu hancur maikn lambat dan kecepatan disolusi semakin kecil.
        Metode Fabrikasi
Waktu hamcur dan kecepatan disolusi sangat tergantung pada eksipen yang dipakai.
Cara dan kondisi granulasi dapat mempengaruhi kekerasan dan porositas granul. Granulasi
kering pada umumnya menunjukan waktu pecah yang lebih cepat.
       Jenis Mesin Tablet
Pada mesin roatsi atas dan bawah sama-sama memberikan tekanan secara homogeny
pada masa cetak. Mesin alternative tidak memberikan gaya yang homogeny pada masa,
karena itu zona yang keras pada tablet ialah permukaan yang langsung dikempa atas.
2)   Faktor formulasi
a)      Zat pengikat
Zat pengikat yang larut dalam air dapat menaikan viskositas cairan disolusi yang
menghalangi berpenetrasi kedalam tablet. Karena itu waktu hancur dan kecepatan disolusi
menjadi lambat. Zat pengikat dalam konsentrasi tinggi dapat memperlambat pecahnya
tablet. Dengan mengunakan zat pengikat ini dapat menyalut partikel zat aktif, sehingga
dapat menambah pembahasan zat aktif.
       Zat pengisi
Untuk zat aktif yang sangat kecil jumlahnya sangat penting untuk diteliti pengaruh
zat aktif. Zat pengisi yang bersifat mengabsorpsi dapat memperlambat pelepasan, misalnya
kadin dan bentoit.
        Zat Lubrikan
Pada umumnya zat Lubrikan bersifat hidrofob, menghalangi pembahasan dan
disolusi zat aktif. Karena itu penggunaan lubrikan cukup pada konsentrasi yang optimum.
        Zat Disintegran
Zat disintegran berfungsi untuk mempercepat pecahnya suatu sediaan tablet.
)      Faktor Zat Aktif
a)      Pengaruh Ukuran Partikel
Dengan mengurangi ukuran partikel zat aktif maka kelarutan menjadi besar.
b)      Pengaruh kelarutan zat aktif
Kelarutan zat aktif adalah fungsi dari konstanta dielektrik media. Untuk nilai tertentu
dari konstanta dielektrik dapat dicapai suatu kelarutan optimum. Karena itu zat aktif yang
dapat dilarutkan dalam suatu pembawa atau campuran pelarut-pelarut yang kompatibel,
secara fisiologis mempunyai konstanta dielektrik yang sesuai dengan disolusi.
)      Faktor yang berhubungan dengan lingkungan uji disolusi
)      Pengaduk
Kecepatan pengaduk media mempengarui ketebalan lapisan difusi. Maka semakin
besar intensitas pengadukan, semakin tipis lapisan itu dan makin cepat disolusinya.
b)      Sifat media disolusi
Suasana media disolusi memegang peranan yang penting terhadap disolusi. Hal – hal
yang berpengaruh terhadap kecepatan disolusi yaitu :
.      Suhu dan Viskositas
Koefisien difusi meningkat dengan suhu yang meningkat, karena kecepatan disolusi
ialah fungsi dari suhu. Jadi kecepatan disolusi berbanding terbalik dengan Viskositas.
2.    Komposisi Media
Komposisi media yang sering digunakan ialah surfaktan. Surfaktan dapat
memperbaiki pembahasan suatu zat aktif sehingga kecepatan disolusinya dapat dipercepat.
Surfaktan memperkecil tegangan antar permukaan pada cairan. Zat warna yang terdapat
dalam lingkungandisolusi dapat memperkecil kecepatan disolusi, karena zat warna
teradopsi pada permukaan partikel zat aktif.
3.      pH Media disolusi
kecepatan disolusi zat aktif asam lemah akan naik dengan naiknya pH, sedangkan kecepatan
disolusi zat aktif yang bersifat basa lemah akan naik dengan menurunkannya pH.

72.

Amoksisilin

Menurut Ditjen POM (1995), sifat fisika dan kimia amoksisilin adalah sebagai berikut :

Rumus molekul : C16H19N3O5S.3H2O

Berat molekul : 419, 45

365, 9 dalam bentuk anhidrat


Pemerian : serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau.

Kelarutan : sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzena, dalam
karbon tertraklorida dan dalam kloroform.

A. Indikasi
Amoksisilin digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif
seperti Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella.
Amoksisilin juga dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri
gram positif seperti :Streptococcus pneumoniae, enterococci, nonpenicilinase, producing
staphylococci, Listeria. Tetapi walaupun demikian, amoksisilin secara umum tidak dapat
digunakan secara sendirian untuk pengobatan yang disebabkan oleh infeksi
streprtococcusdan staphilococcal. Amoksisilin diindikasikan untuk infeksi saluran
pernapasan, infeksi saluran kemih, infeksi klamidia, sinusitis, bronkitis, pneumonia, abses
gigi dan infeksi rongga mulut lainnya.

B. Farmakologi
Amoksisilin adalah antibiotik dengan spektrum luas, digunakan untuk pengobatan seperti
yang tertera diatas, yaitu untuk infeksi pada saluran napas, saluran empedu, dan saluran
seni, gonorhu, gastroenteris, meningitis dan infeksi karena Salmonella sp., seperti demam
tipoid. Amoxicillin adalah turunan penisilin yang tahan asam tetapi tidak tahan terhadap
penisilinase. Amoksisilin aktif melawan bakteri gram positif yang tidak menghasilkan β-
laktamase dan aktif melawan bakteri gram negatif karena obat tersebut dapat menembus
pori–pori dalam membran fosfolipid luar. Untuk pemberian oral, amoksisilin merupakan
obat pilihan karena di absorbsi lebih baik daripada ampisilin, yang seharusnya diberikan
secara parenteral. Amoksisilin merupakan turunan dari penisilin semi sintetik dan stabil
dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran
pencernaan,tidak tergantung adanyamakanan. Amoksisilin terutama diekskresikan dalam
bentuk tidak berubah di dalam urin. Ekskresi Amoksisilin dihambat saat pemberian
bersamaan dengan probenesid sehingga memperpanjang efek terapi.

Amoksisilin mempunyai spektrum antibiotik serupa dengan ampisilin. Beberapa


keuntungan amoksisilin dibanding ampisilin adalah absorbsi obat dalam saluran cerna
lebih sempurna, sehingga kadar darah dalam plasma dan saluran seni lebih tinggi. Efek
terhadap Bacillus dysentery amoksisilin lebih rendah dibanding ampisilin karena lebih
banyak obat yang diabsorbsi oleh saluran cerna. Namun, resistensi terhadap amoksisilin
dan ampisilin merupakan suatu masalah, karena adanya inaktifasi oleh plasmid yang
diperantai penisilinase. Pembentukan dengan penghambat β–laktamase seperti asam
klavunat atau sulbaktam melindungi amoksisilin atau ampisilin dari hidrolisis enzimatik
dan meningkatkan spektrum antimikrobanya.

C. Interaksi Obat

Amoksisilin dapat memberikan interaksi dengan senyawa lain bila diberikan dalam waktu
yang bersamaan. Interaksi tersebut antara lain:

1.Eliminasi Amoksisilin diperlambat pada pemberian dengan Uricosurika (misal


Probenesid), Diuretika, dan Asam–asam lemah ( misal asam Acetylsalicylat dan
Phenilbutazon).

2.Pemberian bersamaan Antasida–Alumunium tidak menurunkan ketersediaan biologik


dari Amoksisilin.

3.Pemberian bersamaan Allopurinol dapat memudahkan timbulnya reaksi–reaksi kulit


alergik.

4.Menurunkan keterjaminan kontrasepsi preparat hormon.

5.Kemungkinan terjadi alergik silang dengan Antibiotik Sepalosporin.

6.Antibiotik bacteriostatik mengurangi bactericidal dari Amoksisilin.

7.Inkompabilitas dengan cairan/larutan dekstrosa.

D. Aturan Pakai Obat


S 2 dd cth 1 ac

Artinya:
S : signa = tanda
dd : de die = tiap hari
cth : cochlear tea = sendok teh (3 mL)
ac : ante coenam = sebelum makan

Jadi yang ditulis di etiket adalah 2 kali sehari 1 sendok teh sebelum makan.

73.

Komposisi:

-       Setiap tablet mengandung Amlodipine 5 mg.

-       Setiap tablet mengandung Amlodipine 10 mg. .

Farmakologi:

Amlodipine merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium) yang
menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui membran ke dalam otot polos vaskular dan
otot jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot jantung. Amlodipine
menghambat influks ion kalsium secara selektif, di mana sebagian besar mempunyai efek pada sel
otot polos vaskular dibandingkan sel otot jantung.

Efek antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja langsung sebagai vasodilator arteri perifer
yang dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular serta penurunan tekanan darah. Dosis satu
kali sehari akan menghasilkan penurunan tekanan darah yang berlangsung selama 24 jam. Onset
kerja amlodipine adalah perlahan-lahan, sehingga tidak menyebabkan terjadinya hipotensi akut.

Efek antiangina amlodipine adalah melalui dilatasi arteriol perifer sehingga dapat menurunkan
resistensi perifer total (afterload). Karena amlodipine tidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung,
pengurangan beban jantung akan menyebabkan penurunan kebutuhan oksigen miokardial serta
kebutuhan energi.

Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner baik pada keadaan oksigenisasi normal
maupun keadaan iskemia. Pada pasien angina, dosis amlodipine satu kali sehari dapat meningkatkan
waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu timbulnya depresi segmen ST dan menurunkan
frekuensi serangan angina serta penggunaan tablet nitrogliserin. Amlodipine tidak menimbulkan
perubahan kadar lemak plasma dan dapat digunakan pada pasien asma, diabetes serta gout.

Amiodipine menimbulkan dilatasi arteri koroner utama dan arteriola koroner, baik pada keadaan
normal     maupun iskemia. Dilatasi ini meningkatkan penyampaian oksigen miokardial pada
penderita dengan spasme     arteri koroner (Prinzmetal's atau angina varian)

Indikasi:

-       Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan hipertensi dan digunakan dalam bentuk tunggal
untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar penderita Penderita-penderita yang tidak
cukup terkontrol bila hanya menggunakan obat antihipertensi tunggal, dapat lebih menguntungkan
bila pemberian amlodipine dikombinasi dengan diuretik tiazid, inhibitor adrenoreceptor, atau
inhibitor anglotensin-converting enzym.

-       Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan iskemia miokardial yang disebabkan obstruksi


fixed (angina stabil) dan atau vasospasme/vasokonstriksi (Prinzmetal's atau angina varian) dari
pembuluh darah koroner Amlodipine dapat digunakan sebagai gambaran klinik yang menunjukkan
suatu kemungkinan komponen vasospastik / vasokonstriktif tetapi belum nampak adanya
vasospasme / vasokonstriksi. Amlodipine dapat digunakan dalam bentuk tunggal (monoterapi) atau
dikombinasi dengan obat-obat antiangina lain, terutama pada penderita angina yang sukar
disembuhkan dengan nitrat dan atau dengan p-blocker pada dosis adequat / dosis yang memadai.

Penurun tekanan darah (anti hipertensi)

Waktu yang paling baik adalah pada pukul 9-11 pagi. Riset menunjukkan bahwa tekanan darah
mencapai angka paling tinggi pada pukul 9-11 pagi, dan paling rendah pada malam hari setelah
tidur. Sehingga secara umum, sebaiknya obat antihipertensi diminum pada pagi hari. Perlu hati-hati
jika obat anti hipertensi diminum malam hari karena mungkin terjadi penurunan tekanan darah yang
berlebihan pada saat tidur.

Mengonsumsi Amlodipine dengan Benar

Untuk menghindari melewatkan dosis dan memaksimalisasi efeknya, tentukan waktu yang sama tiap
hari untuk meminum obat ini. Pastikan ada jarak yang cukup antara satu dosis dengan dosis
berikutnya. Penggunaan obat ini sebaiknya diiringi dengan pemeriksaan teratur ke dokter agar
dokter dapat memantau kondisi Anda selama menggunakan obat ini. Minumlah amlodipine dengan
air, sebelum atau sesudah makan. Jika tidak sengaja lupa meminum amlodipine, disarankan untuk
segera meminumnya begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan
mengganti dosis yang terlewat dengan menggandakan dosis pada jadwal berikutnya. Obat ini tidak
akan menyembuhkan hipertensi, tapi membantu mengendalikannya dan mencegah penyakit lain
seperti gagal jantung dan gangguan pada ginjal.

Dosis :

Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada toleransi dan respon pasien.

Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan dosis maksimum 10 mg satu kali
sehari. Untuk melakukan titrasi dosis, diperlukan waktu 7-14 hari. Pada pasien usia lanjut atau
dengan kelainan fungsi hati, dosis yang dianjurkan pada awal terapi 2,5 mg satu kali sehari. Bila
amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihypertensi lain, dosis awal yang digunakan
adalah 2,5 mg. Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik atau angina vasospastik
adalah 5-10 mg, dengan penyesuaian dosis pada pasien usia lanjut dan kelainan fungsi hati.
Amlodipine dapat diberikan dalam pemberian bersama obat-obat golongan thiazide, ACE-
inhibitor, β-bloker, nitrate, dan nitrogliserin sublingual.

Catatan: untuk kontraksi, otot jantung memerlukan ion Ca2+ yang masuk dari luar sel disamping ion
Ca2+ dari gudang intrasel, otot polos bergantung hampir seluruhnya pada ion Ca2+  ekstrasel,
sedangkan otot rangka tidak memerlukan ion Ca2+ekstrasel. Oleh karena itu Calsium kanal bloker
menghambat kontraksi otot polos dan otot jantung, tetapi tidak menghambat kontraksi otot rangka.

Farmakokinetik:

Amlodopin  diabsorbsi secara bertahap pada pemberian peroral. Konsentrasi puncak dalam plasma
dicapai dalam waktu 6-12 jam. Bioavaibilitas amlodipine sekitar 64-90% dan tidak dipengaruhi
makanan. Ikatan dengan protein plasma sekitar 93%. Waktu paruh amlodopin sekitar 30-50 jam dan
kadar mantap dalam plasma dicapai setelah 7-8 hari.

Amlodopin dimetabolisme dihati secara luas (sekitar 90%) dan diubah menjadi metabolit inaktif,
dengan 10% bentuk awal serta 60% metabolit diekskresikan melalui urin. Pola farmakokinetik
amlodipine tidak berubah secara bermakna pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, sehingg
tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis. Pasien usia lanjut dan pasien dengan gangguan fungsi hati
didapatkan peningkatan AUC sekitar 40-60%, sehingga diperlukan pengurangan dosis pada awal
terapi. Demikian juga pada pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat.

Interaksi obat :

·         Amlodipine dapat diberikan bersama dengan penggunaan diuretik golongan tiazida, α-bloker,
β-bloker, ACE inhibitor, nitrat, nitrogliserin sublingual, antiinflamasi non-steroid, antibiotika, serta
obat hipoglikemik oral.

·         Pemberian bersama digoxin tidak mengubah kadar digoxin serum ataupun bersihan ginjal
digoxin pada pasien normal.

·         Amlodipine tidak  mempunyai efek terhadap ikatan protein dari obat-obat : digoxin,


phenytoin, warfarin dan indomethacin.

·         Pemberian bersama simetidin atau antasida tidak mengubah farmakokinetik amlodipine.

Efek samping :

Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan derajat efek samping yang timbul
bervariasi dari ringan sampai sedang. Efek samping yang sering timbul dalam uji klinik antara lain :
edema, sakit kepala.

Secara umum    : fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan.

Pada keadaan hamil dan menyusui : belum ada penelitian pemakaian amlodipine pada wanita hamil,
sehingga penggunaannya selama kehamilan hanya bila keuntungannya lebih besar dibandingkan
risikonya pada ibu dan janin. Belum diketahui apakah amlodipine diekskresikan ke dalam air susu
ibu. Karena keamanan amlodipine pada bayi baru lahir belum jelas benar, maka sebaiknya
amlodipine tidak diberikan pada ibu menyusui.

Efektivitas dan keamanan amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.

Peringatan dan perhatian :

Pasien dengan gangguan fungsi hati , waktu paruh amlodipine menjadi lebih panjang, sehingga
perlu pengawasan.

Overdosis :

Pada manusia, pengalaman keadaan overdosis sangat terbatas. Dosis amlodipine yang berlebihan
dapat menyebabkan vasodilatasi perifer yang luas dan hipotensi sistemik yang nyata, sehingga
dibutuhkan monitoring teratur dari fungsi jantung dan respirasi, dapat dilakukan elevasi ekstremitas,
serta pengawasan volume sirkulasi tubuh dan keluaran urin. Bila tidak ada kontra indikasi, obat-
obatan vasokontriktor dapat digunakan untuk mempertahankan tonus vascular dan tekanan darah.
Pemberian kalsium glukonat mungkin menguntungkan. Bilas lambung mungkin dibutuhkan pada
beberapa kasus.

74.

Farmakokinetik Obat
Sebelum masuk ke dalam efek farmakokinetik, obat harus masuk ke dalam tubuh
kita melalui tahapan yang disebut dengan administrasi. Pemasukan atau administrasi obat
ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang umumnya tergantung pada tujuan terapinya.
Cara pemasukan obat yang utama adalah secara enteral (lewat oral atau sublingual) dan
parenteral (lewat langsung sistem sirkulasi atau otot). Namun ada juga cara-cara lain seperti
inhalasi, intraventrikular, intranasal, topikal, transdermal dan rektal.2
Setelah obat masuk ke dalam tubuh, obat tersebut harus ditransfer ke dalam aliran darah
agar masuk ke sistem sirkulasi untuk dapat dialirkan ke target kerja obat tersebut. Proses ini
dinamakan absorpsi. Absorpsi obat dipengaruhi oleh jalur administrasi obat dan akan
berhubungan dengan bioavailabilitasnya. Bioavailabilitas adalah rasio banyaknya obat yang
berhasil masuk ke dalam sistem sirkulasi dengan jumlah obat yang berhasil masuk ketika
administrasi.2 Ketika proses absorpsi berlangsung, obat tersebut harus melalui banyak
barrier sel bermembran sehingga ada kemungkinan obat terdegradasi dan
bioavailabilitasnya sama atau kurang dari 100%.
Setelah terabsorpsi, obat tentunya harus didistribusikan dan memerlukan alat transportasi
agar dapat sampai ke targetnya (sel, jaringan, dan interstisial). Distribusi ini tergantung pada
aliran darah, permeabilitas kapiler, afinitas obat terhadap reseptornya, dan hidrofobisitas
obat.2 Dalam proses transpornya yang melalui membran-membran sel, obat akan tertransfer
melalui difusi pasif atau transpor aktif.
Obat yang masuk dalam tubuh akan mengalami reaksi-reaksi metabolisme baik
untuk aktivasi obat tersebut maupun untuk mengubahnya ke bentuk yang mudah untuk
dieliminasi (biotransformasi). Organ utama yang berperan dalam proses ini adalah hati di
mana terdapat enzim sitokrom P450 yang akan mengubah obat menjadi bentuk
metabolitnya.2,3 Namun ada juga obat yang dimetabolisme di ginjal dan usus.2 
Terdapat dua fase dalam metabolisme obat3:
1. Fase 1 (Reaksi nonsintetik) à Obat mengalami oksidasi/reduksi/hidrolisis/alkilasi/
dealkilasi menjadi bentuk aktif/inaktif/yang mudah dieliminasi
2. Fase 2 (Reaksi sintetik) à Obat mengalami konjugasi (penggabungan dengan molekul
lain) agar lebih polar dan mudah dieliminasi.

Farmakokinetik Aspirin
 Aspirin diabsorbsi cepat pada penggunaan oral.
 Aspirin terhidrolisis menjadi asam salisilat selama absorbsi dan didistribusikan ke
seluruh tubuh dan cairan.
 Asam salisilat dieliminasi oleh ginjal dengan proses oksidasi dan konjugasi saat
dimetabolisme.
 Waktu paruh aspirin 15-20 menit. Waktu paruh asam salisilat 2-3 jam pada dosis
rendah.

DAFTAR PUSTAKA
2.      Finkel R, Clark MA, Cubeddu LX. Lippincott’s Illustrated Reviews Pharmacology.
4th ed. Wolters Kluwer; 2009.

3.    Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika). [serial on the internet] cited 2013
February 28th. Available from: http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/pharmacokinetics-bw.pdf

4. Rusli BH. Sindroma Reye: Dari Etiologi Hingga Penatalaksanaan. [serial on the
internet] cited 2013 March 3. Available from:
http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-kedokteran/article/view/141/pdf

Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang
sering
digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik
(terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah
serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918
ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.

Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang
menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Kemudian senyawa ini
dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetilsalisilat yang dikenal
saat
ini.

Indikasi
Aspirin termasuk dalam golongan anti-inflamasi non-steroid yang memiliki fungsi penurun
panas, anti-nyeri, dan anti-radang. Komponen yang terdapat dalam aspirin adalah asam
salisilat
yang pada awalnya hanya dipakai sebagai obat luar.

Obat ini diindikasikan untuk mengurangi nyeri kepala, nyeri gigi, migraine, nyeri menelan,
dan dismenorrhea (nyeri berlebihan saat menstruasi). Selain itu, aspirin juga dapat
digunakan untuk
mengurangi gejala pada influenza, demam, nyeri reumatik, dan nyeri – nyeri otot. Fungsi
lain yang kerap kali berguna adalah efek anti-trombotik (menghambat aktivasi trombosit)
yang merupakan efek yang sangat berguna sebagai pencegah serangan berulang pada pasien
dengan nyeri dada akibat sumbatan pada arteri koroner jantung, dan juga pada pasien yang
sedang mengalami kejadian nyeri dada akibat sumbatan pada arteri koroner jantung

Kontraindikasi
Aspirin dikontraindikasikan pada pasien yang diketahui memiliki hipersensitivitas / alergi
terhadap komponen dari aspirin, jenis salisilat lain, atau obat – obatan anti-inflamasi non-
steroid
lain, asma, ulkus peptik yang aktif / riwayat sakit maag, kelainan perdarahan, gangguan
fungsi
hati yang berat, gangguan fungsi ginjal yang berat, gagal jantung yang berat, kehamilan
pada
trimester ke 3, anak dibawah 16 tahun (kecuali secara spesifik diindikasikan seperti pada
penyakit Kawasaki). Selain itu, penggunaan obat ini juga perlu mendapatkan perhatian
khusus pada pasien dengan asma di mana dapat memicu serangan pada pasien dengan
hipersensitivitas, polip nasal, penyakit saluran napas kronik, anemia, gagal jantung,
dehidrasi, defisiensi enzim glukosa-6- fosfat dehidrogenase, gout (asam urat tinggi), pasien
dengan gejala perdarahan tertentu, pasien dengan reaksi kulit yang berlebihan.

Efek samping
Efek samping yang umum terjadi adalah meningkatnya kemungkinan terjadinya perdarahan
spontan dan rasa tidak enak pada lambung. Efek samping lain yang mungkin terjadi seperti
sesak napas, serangan asma, perdarahan menstruasi yang lebih banyak, perdarahan saluran
cerna, mual, muntah, ulkus peptik, gangguan fungsi hati, biduran, sindrom Steven-Johnsons,
gangguan fungsi ginjal dan keracunan salisilat.

Dosis
Terdapat beberapa sediaan tablet dari aspirin yaitu 81 mg, 325 mg, sampai 500 mg.

Dosis dewasa :
Nyeri dan demam : 325 – 600 mg tiap 4 – 6 jam per hari.
Penyakit jantung koroner :
Akut : 160 – 325 mg saat serangan.
Dosis Pemeliharaan : 81 mg per hari.
Stroke : 50 – 325 mg / hari dalam waktu 48 jam pertama sejak serangan stroke,
kemudian dilanjutkan 75 – 100 mg / hari.
Radang tulang dan sendi (osteoarthritis) : sampai 3 gram / hari dengan dosis terbagi.
Terdapat penyesuaian dosis pada pasien dengan fungsi ginjal yang terganggu.
Pada pasien dengan fungsi hati terganggu, obat ini tidak direkomendasikan.

Dosis anak :
Nyeri dan demam :
Usia < 12 tahun : 10 – 15 mg/kg tiap 4 jam, sampai maksimal 60 – 80 mg/kg/hari.
Usia ≥ 12 tahun : 325 – 650 mg tiap 4 – 6 jam per hari.
Radang sendi reumatik pada usia muda :
Berat badan < 25 kg : 60 – 100 mg/kg/hari dibagi menjadi 3 – 4 kali pemberian.
Berat badan ≥ 25 kg : 2,3 – 3,6 gram/hari.

Farmakologi
•Salisilat mempunyai efek analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi.
•Mempunyai potensi yang kuat untuk menghambat sintesis prostaglandindengan asetilasi
cyclo-
oxygenase yang merupakan enzim penting pada jalur sintesis prostaglandin

Efek farmakodinamik
Semua obat mirip-aspirin bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi. Ada perbedaan
aktivitas di antara obat-obat tersebut, misalnya: parasetamol (asetaminofen) bersifat
antipiretik
dan analgesik tetapi sifat anti-inflamasinya lemah sekali.

Efek analgesik.
Sebagai analgesik, obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeridengan intensitas rendah
sampai sedang misalnya sakit kepala, mialgia, artralgia dan nyerilain yang berasal dari
integumen, juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan denganinflamasi. Efek analgesiknya
jauh
lebih lemah daripada efek analgesik opiat. Tetapi berbeda dengan opiat, obat mirip-aspirin
tidak
menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek samping sentral yang merugikan. Obat
mirip-aspirin hanya mengubah persepsi modalitas sensorik nyeritidak mempengaruhi
sensorik
lain. Nyeri akibatterpotongnya saraf aferen, tidak teratasi dengan obat mirip-aspirin.
Sebaliknya
nyerikronis pasca bedah dapat diatasi oleh obat mirip-aspirin.

Efek antipiretik.
Sebagai antipiretik, obat mirip-aspirin akan menurunkan suhu badanhanya pada keadaan
demam. Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro,tidak
semuanya
berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik biladigunakan secara rutin atau terlalu
lama. Fenilbutazon dan antireumatik lainnya tidak dibenarkan digunakan sebagai antipiretik
atas alasan tersebut.

Efek anti-inflamasi.
Kebanyakan obat miri-aspirin, terutama yang baru, lebihdimanfaatkan sebagai anti-
inflamasi
pada pengobatan kelainan muskuloskeletal, sepertiartritis reumatoid, osteoartritis dan
spondilitis
ankilosa. Tetapi harus diingat bahwa obatmirip-aspirin ini hanya meringankan gejala nyeri
dan
inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak menghentikan,
memperbaiki atau mencegahkerusakan jaringan pada kelainan muskuloskeletal ini

Special precaution
 Sindrom reye’s
 Efek otic seperti pusing, telinga berdenging yang menunjukkan bahwa aspirin telah
mencapai atau diatas batas kadar
 Pasien setelah pembedahan selama satu minggu setelah dibedah karena
kemungkinan terjadi perdarahan.
 Mengurangi fungsi ginjal
 Menyebabkan iritasi sal GI, gastrik ulcer, gout, perdarahan.
 Tidak digunakan pada penderita anemia, atau yang mengkonsumsiantikoagulan
 Terapi jangka lama harus dimonitoring kadar aspirin dalam darah
 Pelepasan aspirin yang dikontrol terhadap onset tidak direkomendasikan sebagai
antipiretik atau analgesik jangka pendek
 Benzil alkohol menyebabkan fatal gasping sindrom pada kehamilan prematur
 Rekasi hipersensitifitas –Bereaksi dengan makanan seperti paprika, likorice,
benedictine,liqueur, prunes, teh,
 Sensitif tartrazin
 Penurunan fungsi hati

75.
Jika ditinjau dari efek samping maka pemberian antibiotik yang paling tepat adalah
amoksisilin. Hal ini dikarenakan penyebab infeksi tidak diketahui, selain itu efek samping
yang menimbulkan perubahan warna gigi dan tulang yaitu Tetrasiklin, sedangkan
Gentamisin dan Eritromisin dapat menyebabkan gangguan pendengaran, dan pada
Klindamisin efek samping dapat berupa gangguan muskuloskeletal.

a. Amoksisilin

Indikasi:  Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut (lihat
keterangan di atas), bronkitis, uncomplicated community- acquired pneumonia, infeksi
Haemophillus influenza, salmonellosis invasif; listerial meningitis.

Peringatan: Riwayat alergi, gangguan ginjal (lampiran 2), ruam eritematous umumnya


pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan leukemia limfositik akut atau kronik
(lihat keterangan di atas). Pemakaian dosis tinggi atau jangka lama dapat menimbulkan
superinfeksi terutama pada saluran pencernaan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir dan
ibu yang hipersensitif terhadap penisilin. Pada penderita payah ginjal, takaran harus
dikurangi. Keamanan pemakaian pada wanita hamil belum diketahui dengan pasti. Hati-hati
kemungkinan terjadi syok anafilaktik.

Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap penisilin.

Efek Samping: Mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang terjadi kolitis
karena antibiotik.

Dosis: Oral: 0,25-1 gram tiap 6 jam, diberikan 30 menit sebelum makan. ANAK di
bawah 10 tahun, ½ dosis dewasa. Infeksi saluran kemih, 500 mg tiap 8 jam; ANAK di
bawah 10 tahun, setengah dosis dewasa. Injeksi intramuskular atau injeksi intravena atau
infus, 500 mg setiap 4-6 jam; ANAK di bawah 10 tahun, ½ dosis dewasa; Endokarditis
(dalam kombinasi dengan antibiotik lain jika diperlukan), infus intravena, 2 g setiap 6 jam,
ditingkatkan hingga 2 g setiap 4 jam, dalam endokarditis enterokokus atau jika ampisilin
digunakan tunggal; Listerial meningitis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain), infus
intravena, 2 g setiap 4 jam selama 10–14 hari; NEONATAL 50 mg/kg bb setiap 6 jam;
BAYI 1-3 bulan, 50-100 mg/kg bb setiap 6 jam; ANAK 3 bulan – 12 tahun, 100 mg/kg bb
setiap 6 jam (maksimal 12 g sehari).
b. Gentamisin

Indikasi: Septikemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya, infeksi
bilier, pielonefritis dan prostatitis akut, endokarditis karena Streptococcus viridans atau
Streptococcus faecalis (bersama penisilin), pneumonia nosokomial, terapi tambahan pada
meningitis karena listeria.

Peringatan: Gangguan fungsi ginjal, bayi dan lansia (sesuaikan dosis, awasi fungsi ginjal,
pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma); hindari penggunaan jangka panjang.
Lihat juga keterangan di atas.

Kontraindikasi: Kehamilan, miastenia gravis.

Efek Samping: Gangguan vestibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas, hipomagnesemia


pada pemberian jangka panjang, kolitis karena antibiotik.

Dosis: Injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infus, 2-5 mg/kg bb/hari (dalam dosis
terbagi tiap 8 jam). Lihat juga keterangan di atas. Sesuaikan dosis pada gangguan fungsi
ginjal dan ukur kadar dalam plasma. ANAK di bawah 2 minggu, 3 mg/kg bb tiap 12 jam; 2
minggu sampai 2 tahun, 2 mg/kg bb tiap 8 jam. Injeksi intratekal: 1 mg/hari, dapat
dinaikkan sampai 5 mg/hari disertai pemberian intramuskuler 2-4 mg/kg bb/hari dalam
dosis terbagi tiap 8 jam. Profilaksis endokarditis pada DEWASA 120 mg. Untuk ANAK di
bawah 5 tahun 2 mg/kg bb.

Keterangan: Kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 10 mg/liter dan kadar lembah
(trough) tidak boleh lebih dari 2 mg/liter.

c. Eritromisin

Indikasi: Sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis
kampilobakter, pneumonia, penyakit Legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis
kronik, akne vulgaris, dan profilaksis difetri dan pertusis.

Peringatan: Gangguan fungsi hati dan porfiria ginjal, perpanjangan interval QT (pernah


dilaporkan takikardi ventrikuler); porfiria; kehamilan (tidak diketahui efek buruknya) dan
menyusui (sejumlah kecil masuk ke ASI)
Kontraindikasi: Penyakit hati (garam estolat)

Efek Samping: Mual, muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya;
gangguan pendengaran yang reversibel pernah dilaporkan setelah pemberian dosis besar;
ikterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada)

Dosis: oral: DEWASA dan ANAK di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1 g tiap
12 jam (lihat keterangan di atas); pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/hari. ANAK
sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dosis
dapat digandakan.Akne: 250 mg dua kali sehari, kemudian satu kali sehari setelah 1
bulan.Sifilis stadium awal, 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.Infus intravena: infeksi berat
pada dewasa dan anak, 50 mg/kg bb/hari secara infus kontinu atau dosis terbagi tiap 6 jam;
infeksi ringan 25 mg/kg bb/hari bila pemberian per oral tidak memungkinkan.

d. Klindamisin

Indikasi:  Infeksi stafilokokus pada sendi dan tulang, peritonitis; profilaksis endokarditis;
pengobatan akne vulgaris disertai lesi inflamasi dan komedo tertutup
Peringatan: Obat harus segera dihentikan bila terjadi diare atau kolitis; gangguan fungsi
ginjal (Lampiran 3) dan gangguan fungsi hati; perlu pemantauan fungsi hati dan fungsi
ginjal, pada pengobatan jangka panjang dan penggunaan pada neonatus dan anak-anak;
wanita hamil dan menyusui; hindari penyuntikan intravena secara cepat; hindari pada
porfiria
Kontraindikasi: Kondisi diare, hindari injeksi yang mengandung benzil alkohol pada bayi
Efek Samping: Diare (hentikan pengobatan), rasa tidak enak pada perut; oesophagitis,
nausea, muntah, kolitis karena antibiotik, jaundice, leukopenia; eosinofilia, dan
trombositopenia; ruam, pruritus, urtikaria, reaksi anafilaksis, sindroma Steven- Johnson,
gangguan muskuloskeletal seperti polyarthritis, pengelupasan kulit, vesiculobullous
dermatitis. Nyeri, indurasi dan abses setelah pemberian intramuskuler; tromboflebitis
setelah suntikan intra vena.
Dosis: oral: DEWASA, 150-300 mg tiap 6 jam, dapat naik sampai 450 mg tiap 6 jam pada
infeksi berat. ANAK, 3-6 mg/kg bb tiap 6 jam.
Catatan: Bila terjadi diare, pasien sebaiknya segera menghentikan obat dan menghubungi
dokter. Kapsul sebaiknya ditelan dengan segelas air.
Intramuskular dalam atau infus intravena, 0,6-2,7 gram per hari (dibagi dalam 2-4 dosis).
Pada infeksi yang mengancam jiwa, sampai 4,8 gram per hari. Dosis tunggal melebihi 600
mg hanya boleh secara infus intravena, tapi tidak melebihi 1,2 gram. ANAK di atas 1 bulan,
15-40 mg/kg bb/ hari dalam dosis terbagi 3 atau 4. Infeksi berat, minimal 300 mg perhari
tanpa memperhitungkan berat badan.

e. Tetrasiklin

Indikasi: eksaserbasi bronkitis kronis, bruselosis (lihat juga keterangan di atas), klamidia,


mikoplasma dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne vulgaris

Peringatan: gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara intravena), gangguan fungsi


ginjal, kadang-kadang menimbulkan foto sensitivitas, Sebaiknya tetrasikli tidak diberikan
pada kehamilan 5 bulan terakhir sampai anak berusia 8 tahun, karena menyebabkan
perubahan warna gigi menjadi kuning dan terganggu pertumbuhan tulang, penggunaan
tetrasiklin pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dapat menimbulkan efek
komulasi, wanita menyusui, jangan minum susu atau makanan produk susu lainnya dalam
waktu 1 - 3 jam setelah penggunaan Tetrasiklin.

Efek Samping: mual, muntah, diare, eritema (hentikan pengobatan), sakit kepala dan
gangguan penglihatan dapat merupakan petunjuk peningkatan tekanan intrakranial,
hepatotoksisitas, pankreatitis dan kolitis

Dosis: oral: 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi berat dapat ditingkatkan sampai 500 mg tiap 6-
8 jam.Sifilis primer, sekunder dan laten: 500 mg tiap 6-8 jam selama 15 hari.Uretritis non
gonokokus: 500 mg tiap 6 jam selama 7-14 hari (21 hari bila pengobatan pertama gagal atau
bila kambuh).

Catatan: tablet atau kapsul harus ditelan bersama air yang cukup, dalam posisi duduk atau
berdiri.

Injeksi intravena: 500 mg tiap 12 jam; maksimum 2 g perhari.

Untuk efusi pleura: infus intrapleural 500 mg dalam 30-50 mL NaCl fisiologis.

76.
Pasien mengalami hipertensi dilihat dari tekanan darah yang mencapai 200/130 dengan
keadaan fisik yang lemah dan didiagnosa menderita stroke iskemik.

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg atau lebih tinggi. Angka tekanan darah orang dewasa
dinyatakan normal adalah <120/80 mmHg.

Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal > 120 < 80
Prehipertensi 120 - 139 80 - 89
Hipertensi tahap I 140 - 159 90 - 99
Hipertensi tahap II > 160 > 100

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit
neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
non traumatik.

Klasifikasi

Secara umum stroke dibagi berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya yaitu:

a. Stroke Hemoragik (perdarahan), stroke hemoragik dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Perdarahan intraserebral (terjadi di dalam otak atau intraserebral), perdarahan ini
biasanya timbul akibat hipertensi maligna atau sebab lain misalnya tumor otak
yang berdarah, kelainan (malformasi) pembuluh darah otak yang pecah
2. Perdarahan subarachnoid (PSA) adalah masuknya darah ke ruang subarakhnoid
baik dari tempat lain (Perdarahan subarakhnoi sekunder) atau sumber
perdarahan berasal dari rongga subarakhnoid itu sendiri (Perdarahan
subarakhnoid primer)
b. Stroke Iskemik
Gangguan fungsi otak secara tiba-tiba yang disebabkan oleh penurunan aliran
oksigen (akibat penyempitan atau penyumbatan arteri ke otak) yang dapat
mematikan sel-sel saraf. Keadaan iskemik dapat berlanjut menjadi kematian sel-sel
otak yang disebut infark otak.
Macam atau derajat dari stroke iskemik berdasarkan perjalanan klinisnya.

1. Transient Ischemic Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas, pada TIA
kelainan neurologis yang timbul berlangsung hanya dalam hitungan menit
sampai sehari penuh.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficits) yaitu kelainan atau gejala
neurologis menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.
3. Stroke Progesif atau stroke in evolution yaitu stroke dengan gejala klinisnya
secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai semakin berat.
4. Stroke komplet atau Completed Stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologis
yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi.

Stroke adalah komplikasi dari hipertensi, dimana kebanyakan dihubungankan secara


langsung dengan tingkat tekanan darah. Pemberian obat hipertensi diperlukan untuk
mencegah terjadinya kerusakan organ lebih lanjut, namun dilain pihak pemberian obat
antihipertensi juga beresiko terjadinya penurunan tekanan darah secara cepat, yang sangat
berbahaya terhadap perfusi (aliran darah) ke otak. Oleh karena itu, obat antihipertensi tidak
diberikan untuk menormalkan tekanan darah, tetapi hanya mengurangi tekanan darah
sampai batas tertentu sesuai protokol pengobatan.

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung
dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan
kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat
selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan
oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang
dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara.

Tekanan darah seringkali meningkat pada periode post stroke dan merupakan beberapa
kompensasi respon fisiologi untuk mengubah perfusi serebral menjadi iskemik pada lapisan
otak. Hasilnya terapi tekanan darah mengurangi atau menghalangi kerusakan otak akut
hingga kondisi klinis stabil. Hipertensi pada patogenesis artherosklerosis pembuluh darah
besar akan menyebabkan stroke iskemik oleh karena oklusi trombotik arteri, emboli arteri
ke arteri atau kombinasi keduanya.
Pada stroke iskemik akut, hipertensi yang tidak di kelola dengan baik dapat berakibat
meluasnya area infark (reinfark), edema serebral serta transformasi perdarahan.

Penatalaksanaan hipertensi pada stroke iskemik adalah dengan obat-obat antihipertensi


golongan penghambat alfa beta (labetalol), penghambat ACE (kaptopril atau sejenisnya)
atau antagonis kalsium yang bekerja perifer (nifedipin atau sejenisnya) penurunan tekanan
darah pada stroke iskemik akut hanya boleh maksimal 20% dari tekanan darah sebelumnya.

Mekanisme antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot pembuluh darah
dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium menimbulkan relaksasi otot polos
arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti
oleh refleks takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila menggunakan golongan
dihidropiridin kerja pendek (nifedipin).

Golongan obat antihipertensi yang digunakan pada penderita stroke iskemik adalah
golongan penghambat alfa beta, penghambat ACE atau antagonis kalsium yang bekerja
perifer. Pilihan jawaban obat antihipertensi untuk penderita stroke iskemik pada soal adalah
valsartan, lisonopril, doksazosin, nipedifin, dan bisoprolol.

- Valsartan merupakan antihipertensi golongan angiotensin-reseptor blockers (ARB)


- Lisonopril merupakan golongan penghambat ACE, tetapi bukan pilihan obat bagi
pasien karena pasien tidak mengalami masalah pada ginjal. Penghambat ACE
diindikasikan untuk hipertensi dengan penyakit ginjal kronik
- Doksazosin merupakan golongan alfa bloker
- Nipedifin merupakan golongan antagonis kalsium
- Bisoprolol merupakan golongan beta bloker
Jadi, dari kelima pilihan obat antihipertensi yang dapat digunakan untuk pasien stroke
iskemik adalah nipedifin.

77.

A. Sefadroksil
Cefadroxil atau sefadroksil merupakan salah satu obat antibiotik dengan spektrum luas,
efektif melawan bakteri gram negatif maupun positif. Manfaat obat antibiotik ini diketahui
ampuh mengatasi beragam infeksi yang disebabkan oleh beberapa jenis kuman dan bakteri.
Dari hasil uji klinis diketahui obat antibiotik yang termasuk dalam golongan obat keras dan
membutuhkan resep dokter ini bisa digunakan untuk mengobati infeksi kulit, infeksi telinga,
infeksi saluran pernapasan, infeksi tulang, infeksi darah, dan juga infeksi saluran kemih.
Obat sefadroksil diketahui aman dikonsumsi orang dewasa maupun anak-anak.Selain itu,
obat bisa pula diberikan kepada wanita hamil karena sampai saat ini belum
diketahuiadanyaefeksampingbagibayi yang dikandung.Akan tetapi sebagai tindakan
antisipasi, untuk wanita hamil atau menyusui obat cefadroxil harus diberikan sangat
hati-hati.

B. Klotrimoksazol
Kotrimoksazol adalah antibiotik kombinasi yang terdiri dari sulfamethoxazole dan
trimethoprim.Penggunaan kotrimoksazol umumnya hanya dianjurkan bagi pasien yang
memiliki alergi terhadap jenis antibiotik penisilin.Tetapi obat ini tidak cocok bagi mereka
yang memiliki alergi terhadap sulfonamide.
Antibiotik hanya berdampak pada bakteri penyebab infeksi. Karena itu, kotrimoksazol tidak
cocok untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh virus, seperti pada pilek atau
flu.Kotrimoksazol bisa digunakan untuk mencegah sekaligus menangani beberapa jenis
infeksi akibat bakteri, terutama bagi mereka yang mengalami gangguan pada sistem
kekebalan tubuh.Jenis-jenis infeksi yang biasanya ditangani dengan obat ini meliputi:
Infeksi paru-paru, seperti pneumonia.
Infeksi ginjal dan infeksi salurankemih.
Infeksi pada pencernaan.
Infeksi kulitdan kelamin.
Infeksi telinga.

Peringatan
- Wanita yang berencana hamil atau sedang hamil sebaiknya menghin dari konsumsi
kotrimoksazol. Sedangkan ibu menyusui dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter
sebelum menggunakan obat ini.
- Sangat penting bagi penderita untuk menghabiskan kotrimoksazol sesuai resep dokter.
- Harap berhati-hatibagimanuladan yang menderitagangguanhati yang parah, sakitkuning,
porfiria, gangguanginjal yang parah, asma, defisiensi G6PD, malagizi,
kekuranganasamfolat, serta trombositopenia.
- Jikaterjadireaksialergiatauoverdosis, segerahubungidokter.
C. Penisilin
Penisilin (Inggris:Penicillin atau PCN) adalah sebuah kelompok antibiotika β-laktam yang
digunakan dalam penyembuhan penyaki tinfeksi karena bakteri, biasanya berjenis Gram positif

Mekanisme kerja :Antibiotika β-laktam bekerja dengan menghambat pembentukan peptidoglikan di


dinding sel. Beta –laktam akan terikat pada enzim transpeptidase yang berhubungan dengan molekul
peptidoglikan bakteri, dan hal ini akan melemahkan dinding sel bakteri ketika membelah. Dengan
kata lain, antibiotika ini dapat menyebabkan perpecahan sel (sitolisis) ketika bakteri mencoba untuk
membelah diri.

78.

A. Studi Stabilitas
Waktu nyata dan studi dipercepat dilaksanakan pada bets primer atau bets yang
ditetapkan sesuai protocol uji stabilitas untuk menetapkan atau memastikan masa uji
ulang dari suatu zat aktif dengan masa simpan atau edar suatu produk.

B. Pengujian Jangka Panjang atau Waktu Nyata.


Pengujian jangka panjang biasanya dilaksakan setiap 3 bulan selama tahun pertama,
setiap 6 bulan selama tahun ke 2 dan selanjutnya tiap tahun selama masa simpan atau
edar pada paling sedikit 3 bets primer. Studi stabilitas lanjutan atau jangka panjang
dilakukan selama 3, 6, 9, 12, 18, 24, 36 dan seterusnya akan dilaksanakan sesuai
panduan uji stabilitas setempat dan ASEAN.

C. Pengujian Stabilitas
Parameter pengujian stabilitas adalah :
a. Pemerian
b. Identifikasi sesuai dengan monografinya
c. Uji disolusi
d. Kadar bahan aktif
e. Degradasi
Sebagai contoh, untuk sediaan tablet parameter pemeriksaan selama proses yang dapat
dikurangi antara lain keseragaman bobot, kekerasan, kerenyahan dan waktu hancur
(Balai POM, 2009)

79.

Alasan bahwa tramadol termasuk dalam obat keras sebagai obat analgetik non
narkotik. diindikasikan untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat , nyeri
paska operasi. Resep tersebut tidak rasional jika dilihat dari permintaan jumlah
tramadol yang banyak yaitu 80 tablet.
TRAMADOL
Bukan turunan opium atau turunan semisintetik morfin atau thebaine.

FARMAKOLOGI / MEKANISME AKSI TRAMADOL

Berikatan dengan reseptor opioid tertentu dan meninhibisi reuptake (Reabsorpsi


Neurotransmiter) norepinefrin dan serotonin; mekanisme secara terinci belum
diketahui.

Bertindak sebagai agonis opiat, tampaknya oleh aktivitas selektif pada μ-


receptor.Juga menghambat reuptake norepinefrin dan serotonin.

Dapat menghasilkan ketergantungan, namun potensi penyalahgunaan tampaknya


rendah.

NAMA GENERIK:

Tramadol Hidroklorida

PENGGUNAAN / FUNGSI / INDIKASI TRAMADOL


Nyeri

Manajemen Nyeri sedang sampai cukup parah. Khasiat pada pasien dengan nyeri
akut cukup parah atau nyeri kronis, termasuk pasca operasi, ginekologi, kandungan,
dan nyeri pada kanker.

Tablet extended-release (lepas lambat) digunakan untuk pengelolaan nyeri sedang


sampai cukup parah ketika penggunaan berulang yang membutuhkan jangka waktu
terapi yang luas. Khasiat pada pasien dengan nyeri kronis sedang sampai cukup
parah terkait dengan osteoarthritis.

Digunakan dalam kombinasi tetap dengan acetaminophen untuk terapi jangka


pendek (≤5 hari) nyeri akut.

BATASAN PENGOBATAN / RESEP (Dosis Maksimal) TRAMADOL

DEWASA

Nyeri

> Tablet Konvensional

Oral:

Dosis Maksimum tramadol 400 mg sehari.

> Tablet Super-release

Oral:

Dosis MaksimumTramadol 300 mg sehari.

PERHATIAN PENGGUNAAN TRAMADOL

KONTRAINDIKASI
Dikenal hipersensitivitas terhadap tramadol, agonis opiat, atau bahan dalam
formulasi tramadol.

Intoksikasi akut dengan depresan SSP lainnya (misalnya, alkohol, obat penenang
dan hipnotik, analgesik yang bekerja sentral lainnya, agonis opiat, atau obat-obatan
psikotropika).

Kewaspadaan Agonist Opiat

Dapat menyebabkan efek yang mirip dengan yang dihasilkan oleh agonis opiat
lainnya, banyak mengamati tindakan pencegahan yang biasa dilakukan pada terapi
agonis opiate.

Ketergantungan dan Penyalahgunaan


Penyalahgunaan dan penyalahgunaan tramadol telah dikaitkan dengan overdosis dan
kematian; risiko overdosis yang fatal meningkat dengan penyalahgunaan alkohol
atau bersamaan depresan SSS lainnya. Penyalahgunaan yang Disengaja berisiko
overdose dan berpotensi fatal. Ketergantungan fisik dan toleransi lebih mungkin
dengan terapi berkepanjangan, penghentian tiba-tiba dapat menyebabkan gejala
penghentian (misalnya, kecemasan, berkeringat, insomnia, kaku, nyeri, mual,
tremor, diare, gejala pernapasan atas, piloereksi, dan , jarang, terjadi halusinasi).
Gejala dapat dihindari dengan mengurangi dosis ketika obat ini dihentikan.

Toksisitas Akut

Tramadol dosis yang berlebihan, baik sendiri atau dalam kombinasi dengan depresan
SSP lainnya (misalnya, alkohol), merupakan penyebab kematian yang berkaitan
dengan obat. Kematian berhubungan dengan over dosis karena disengaja dan tidak
disengaja. Penggunaan bersamaan dengan alkohol atau depresan SSP lainnya
meningkatkan risiko kematian.  

REAKSI SENSITIVITAS
Reaksi anafilaksis serius dan fatal yang dilaporkan, sering terjadi pada dosis
pertama. Pasien dengan riwayat reaksi anafilaksis oleh kodein atau agonis opiat
lainnya mungkin mengalami peningkatan risiko dan seharusnya tidak menggunakan
tramadol. Pruritus, urtikaria, bronkospasme, angioedema, nekrolisis epidermal
toksik, dan sindrom Stevens-Johnson juga dilaporkan.

EFEK SAMPING TRAMADOL YANG UMUM

Asthenia, stimulasi SSP, sembelit, diare, pusing, mulut kering, dispepsia, flushing,
sakit kepala, mual, pruritus, mengantuk, anoreksia, berkeringat, muntah.

80.
81.

Analgesik

Analgesik adalah obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Contoh : Parasetamol

Antipiretik

Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik
adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Contoh : Paracetamol

Antiinflamasi

Antiinflamasi adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan peradangan. Contoh:
NSAID yaitu salisilat, derivat asam para klorobenzoat, devirat asam propionat, fenamat,
oksikam, asam - asam fanilasetat.

Antiplatelet

Anti platelet adalah obat-obat yang menurunkan agregasi platelet dan menghambat pembentukan thrombus di
sirkulasi arteri dimana antikoagulan mempunyai efek yang sedikit. Contoh: Aspiri

82.
25 mg dalam 100 ml = 0,25 mg/ml

V1 x N1 = V2 x N2

100 ml x 0,25 mg/ml = V2 x 10 mg/ml

100 ml x 0,25
V2 =
10

V2 = 2,5 ml

Injeksi famotidin

Famotidine Deskripsi Injeksi Bahan aktif dalam Famotidin Injection, USP adalah histamin
H2-antagonis reseptor.  

Famotidine Injeksi, USP diberikan sebagai solusi terkonsentrasi steril untuk injeksi
intravena. Setiap mL larutan mengandung 10 mg famotidine, USP dan bahan-bahan aktif
berikut: asam L-aspartat 4 mg, 20 mg manitol, dan Air untuk Injeksi qs 1 mL. The
multidose injeksi juga mengandung benzil alkohol 0,9% ditambahkan sebagai pengawet.

FARMAKOLOGI KLINIS DI DEWASA GI Efek


 Famotidine adalah sebuah obat antagonis pada reseptor histamin H2 yang
mengurangi produksi asam lambung dan sering digunakan untuk mengobati maag,
penyakit ulkus peptikum, dan penyakit refluks gastroesofageal.
 Di Indonesia, famotidine diproduksi di bawah merek dagang Mylanta, Promag, dan
Neosanmag Fast dengan kombinasi antasida tradisional, seperti Mg(OH)2,Al(OH)3,
dan CaCO3. Tidak seperti cimetidine, obat antagonis reseptor histamin H2 yang
pertama diproduksi, famotidine tidak mempunyai efek pada sistem enzim sitokrom
P450 dan terbukti tidak berinteraksi dengan obat-obatan lain.
 Beberapa sediaan famotidine dijual secara bebas (over-the-counter) di beberapa
negara. Di AS, sediaan tablet 10 mg dan 20 mg, kadang-kadang dengan kombinasi
antasida tradisional, dijual secara bebas. Sediaan dengan dosis yang lebih besar
membutuhkan resep dokter.
 Famotidine diberikan untuk pasien pembedahan sebelum operasi untuk mencegah
rasa mual pascaoperasi dan mengurangi risiko pneumonitis aspirasi. Famotidine
juga diberikan untuk pasien yang mengonsumsi obat-obatan anti peradangan non-
steroid (NSAID) untuk mencegah efek samping ulkus peptikum, dengan bekerja
sebagai inhibitor alternatif pompa proton.
 Famotidine juga pernah digunakan dengan kombinasi obat-obatan kelas antagonis
reseptor histamin H1 untuk mengobati dan mencegah urtikaria setelah reaksi alergi
akut. Obat ini juga diketahui dapat meringankan gejala yang diakibatkan gagal
jantung kronis dengan memblok sekresi histamin.
 Famotidine, sebagai antagonis reseptor H2, adalah antagonis kompetitif dari
histamin pada sel parietal reseptor H2. Obat ini bekerja dengan menekan produksi
asam lambung normal oleh sel-sel parietal dan produksi asam yang distimulasi oleh
zat makanan. Obat ini dapat bekerja demikian lewat dua mekanisme berikut:
Histamin yang dikeluarkan oleh sel-sel ECL (Enterochromaffin-like), yaitu sel-sel
yang terdapat dalam mukosa lambung di bawah epitelium yang mensekresikan
histamin di bawah rangsangan hormon gastrin, terhalang untuk berikatan secara
normal dengan reseptornya, yaitu reseptor H2 karena mengikatnya famotidine
dengan reseptor tersebut (berikatan secara kompetitif), sehingga produksi asam
lambungpun menurun.
 Lebih jauh, zat-zat lain yang meningkatkan sekresi asam lambung (seperti hormon
gastrin dan asetilkolin) juga berkurang efek kerjanya dengan "terblokirnya" reseptor
H2.
 Efek samping akibat penggunaan famotidine dalam pengujian klinis meliputi sakit
kepala, pusing, dan sembelit atau diare.

83.

Mitosis adalah proses pembagian genom yang telah digandakan oleh sel ke dua sel identik yang
dihasilkan oleh pembelahan sel. Mitosis umumnya diikuti sitokinesis yang membagi sitoplasma dan
membran sel. Proses ini menghasilkan dua sel anak yang identik, yang memiliki distribusi organel
dan komponen sel yang nyaris sama.

Mitosis dibedakan atas beberapa fase, yaitu profase, metafase, anafase dan telofase.

1. Profase
 Kromosom menebal menjadi pilinan yang kuat dan besar serta menjadi
terlihat. Setiap kromosom berisi dua kromatid yang disatukan oleh
sentromer. Kromatid akan menjadi kromososm dalam generasi sel
berikutnya.
 Pasangan setriol berpisah dan mulai bergerak ke sisi nucleus yang
berlawanan, digerakkan dengan perpanjangan mikrotubu
 lus yang terbentuk diantara sentriol. Setelah sampai di sisi nucleus, sentriol
membentuk benang spindle mitosis polar.
 Nukleolus melebur dan membran nulear menghilang, sehingga
memungkinkan spindel memasuki nukleus. Mikrotubulus pendek dapat
berinteraksi dengan benang spindle polar, menyebabkan kromosom bergerak
dengan cepat.
 Mikrotubulus lain menyebar ke luar sentriol untuk membentuk aster.
2. Metaphase
 Kromosom (pasangan kromatid) berbaris pada bidang metaphase atau
bidang ekuator sel. Disebut demikian karena posisinya bersilangan dari satu
sisi sel ke sisi lainnya pada spindle.
 Sentromer pada semua kromosom saling berikatan.
 Kinetochore memisah dan kromatid bergerak menjauh.
3. Anaphase
 Akibat perubahan panjang mikrotubulus ditempat perlekatannya, pasangan
kromatid (sekarang dianggap sebagai satu kromosom) bergerak dari
bidang ekuator ke setiap kutub.
 Akhir anaphase ditandai dengan adanya dua set kromosom lengkap yang
berkumpul pada kedua kutub sel. Organel sitoplasma yang sebelumnya telah
bereplikasi juga tersebar merata dikedua kutub.
4. Telofase
 Dua nuklei kembali terbentuk disekitar kromosom. Kromosom kemudian
terurai dan melebur. Membrane nuclear dan nucleolus terbentuk kembali.
 Sitokinesis adalah pembelahan sitoplasma. Alur pembelahan yang berada
tepat dipertengahan antara kedua massa kromosom mulai membelah
sitoplasma. Berlanjut disekitar sel dan membelah sel tersebut menjadi dua sel
terpisah.

5. Interfase terdiri dari fase G1, fase S dan fase G2.


a. Pada fase G1 (gap 1), sel secara metabolik sangat aktif. Semua komponen sel
disintesis dan sel tumbuh dengan cepat. Dalam nukleus setiap kromosom
merupakan dobel heliks DNA tunggal belum tereplikasi yang terikat dengan
histon dan protein kromosom lain. Sel yang tidak membelah umumnya tetap
berada dalam fase G1 di sepanjang rentang kehidupannya.
b. Fase S (sintesis), sintesis protein berlanjut dan DNA serta protein
kromosom (histon) direplikasi. Setiap kromosom kemudian berisi dua
dobel heliks DNA identik yang disebut kromatid menyatu pada sentromer.
c. Fase G2 (gap 2) merupakan periode penting dalam metabolisme dan
pertumbuhan sel sebelum mitosis (RNA dan sintesis protein)
- kromosom belum menebal dan masih dalam bentuk benang panjang
- sentriol membelah dan spindle mitosis dihasilkan dari serat mikrotubulus
sel, mulai terbentuk untuk persiapan pembelahan nuklear selanjutnya.
Paklitaxel merupakan obat kemoterapi. Paklitaxel berikatan dengan tubulin yang merupakan
komponen dari protein mikrotubulus, spindle mitotik dan memblok polimerisasinya.
Akibatnya terjadi disolusi mikrotubulus sehingga sel terhenti dalam metafase.

84.
Dengan alasan karena obat tsb adalah obat hormon dengan pemakaian jangka panjang akan ada
pengaruh pada penambahan berat badan, dan ada nya pengaruh terhadap pembuluh darah yg
menjadi vasokontriksi dan dapat meningkatkan kadar lipid dalam tubuh... Dengan singkat dapat
menimbulkan efek samping hipertensi bahkan dapat dislipidemia.

Kontrasepsi Oral ( Pil )

Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tablet, mengandung hormon
estrogen dan progestrone yang digunakan untuk mencegah hamil. Kontrasepsi oral terdiri atas lima
macam yaitu :

1) Pil kombinasi, dalam satu pil terdapat estrogen dan progestrone sintetik yang diminum 3 kali
seminggu. Pil kombinasi terdapat 3 tipe jenis berdasarkan variasi dosis, yaitu monofasik,bifasik dan
trifasik.

2) Pil sekunseal, Pil ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan urutan hormon yang
dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut,estrogen hanya
diberikan selama 14 – 16 hari pertama di ikuti oleh kombinasi progestrone dan estrogen selama 5 –
7 hari terakhir.

3) Pil mini, merupakan pil hormon yang hanya mengandung progestrone dalam dosis mini ( kurang
dari 0,5 mg) yang harus diminum setiap hari termasuk pada saat haid.

4) Once a moth pil, pil hormon yang mengandung estrogen yang ” Long acting ” yaitu biasanya pil
ini terutama diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang.

5) Morning after pil, merupakan pil hormon yang mengandung estrogen dosis tinggi yang hanya
diberikan untuk keadan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor.

• Efek samping yang ditimbulkan kontrasepsi Oral ( Pil ).

a. Nousea

b. Nyeri payudara

c. Gangguan Haid

d. Hipertensi

e. Acne

f. Penambahan berat badan.


• Keuntungan Kontrasepsi Oral ( Pil )

a. Mudah menggunakannya

b. Cocok untuk menunda kehamilan pertama dari pasangan usia subur muda.

c. Mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi

d. Dapat mencegah defesiensi zat besi (Fe)

e. Mengurangi resiko kanker ovaroid yang berperan dalam siklus menstruasi wanita, mendukung
proses kehamilan, dan embriogenesis. Progesteron tergolong kelompok hormon progestogen, dan
merupakan hormon progestogen yang banyak terdapat secara alami. Progesteron ini mempunyai
efek terhadap sistem reproduksi, saraf, maupun sistem lainnya.

Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang bersifat hormonal,
yaitu:

Kontraindikasi mutlak: (sama sekali tidak boleh diberikan):kehamilan, gejala thromboemboli,


kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam rahim.

Kontraindikasi relatif (boleh diberikan dengan pengawasan intensif oleh dokter): penyakit kencing
manis (DM), hipertensi, pendarahan vagina berat, penyakit ginjal dan jantung.

Alat kontrasepsi modern yaitu bisa berupa Pil, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), suntik,
implant (susuk), Tubektomi dan Vasektomi.

Alat kontrasepsi hormonal yang paling banhyak di jumpai di masyarakat yaitu ,suntik, pil
kombinasi, IUD dan susuk(implant).

Semua jenis kontrasepsi tersebut tentunya memiliki mekanisme yang berbeda. Namun pada
keuntungan dan kerugianya terdapat beberapa kesamaan di antara alat kontrasepsi pil, suntik, IUD,
implant. Dari ke empat jenis kontrasepsi tersebut kerugian/efek samping yang sering terjadi dari ke
empatnya yaitu seperi gangguan haid, terjadinya perdaraha, timbulnya jerawat, keputihan, serta
terjadinya peningkatan berat badan.

85.

Etanol digunakan untuk mengatasi keracunan metanol. Keracunan metanol umumnya


terjadi karena etanol tertukar dengan metanol yang memiliki toksisitas lebih tinggi.
Toksisitas yang tinggi dari metanol disebabkan oleh oksidasi metanol di dalam organisme
menjadi formaldehid dan asam format. Gejala keracunan pertama terlihat setelah beberapa
jam yaitu keluhan saluran cerna, pusing, sakit kepala, nausea, muntah dan gangguan
penglihatan. Menyusul kemudian pasien akan tidak sadar dan jika tidak ditangani secara
cepat maka akan terjadi kematian akibat kelumpuhan pernafasan. Terapi keracunan metanol
dimaksudkan untuk mencapai 3 tujuan :

1. Untuk menurunkan konsentrasi metanol dalam darah


2. Untuk menghambat oksidasi metanol
3. Untuk menghilangkan asidosis

Penurunan konsentrasi metanol dalam darah dapat dicapai dengan :

1. Dialysis peritoneal atau dialysis ekstra corporal


2. Diberikan etanol segera (30-40 mL), diusahakan agar konsentrasi etanol dalam
darah 1mg/mL selama 5 hari, kalau perlu dilakukan infuse
3. Asidosis ditangani dengan infuse larutan NaHCO 3 atau larutan Na2HPO4 dengan
mengontrol reaksi urin harus jelas bersifat basa

Mekanisme kerja etanol yaitu menghambat kerja enzim pengurai metanol (yang dinamakan
competitive inhibition) sehingga metanol tidak sempat terurai dan akan dikeluarkan melalui
ginjal dalam bentuk utuhnya.Digunakan etanol dengan kadar 5-10% yang bisa diberikan
dalam cairan infus dextose 5%.

86.

Insulin mempengaruhi metabolisme glukosa pada semua jaringan terutama hati dengan cara
menghambat glikegenolisis dan glukoneogenesis dan merangsang sintesi glikogen.

87.

senyawa yang dapat meningkatkan efek samping obat diatas dari teh dan kopi adalah
senyawa kafein. Kafein merangsang kinerja susunan saraf pusat. Jadi, ketika menggunakan
obat – obat yang merangsang saraf pusat (seperti obat asma yang mengandung teofilin dan
efinefrin ) dapat meningkatkan efek stimulant sistem saraf pusat yang berlebihan.

Dari pilihan jawaban semua senyawa termasuk senyawa alkaloid. Namun, kafein adalah
salah satu senyawa yang termasuk gol.xantin.

Berikut adalah turunan golongan alkaloid :


 Golongan Piridina: piperine, coniine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine, c
ytisine, lobeline, nikotina, anabasine,sparteine, pelletierine.
 Golongan Pyrrolidine: hygrine, cuscohygrine, nikotina
 Golongan Tropane: atropine, kokaina, ecgonine, scopolamine, catuabine
 Golongan Kuinolina: kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina, strychnin
e, brucine, veratrine, cevadine
 Golongan Isokuinolina: alkaloid-
alkaloid opium (papaverine, narcotine, narceine), sanguinarine, hydrastine, berberine,e
metine, berbamine, oxyacanthine
 Alkaloid Fenantrena: alkaloid-alkaloid opium (morfin, codeine, thebaine)
 Golongan Phenethylamine: mescaline, ephedrine, dopamin
 Golongan Indola:
 Tryptamines: serotonin, DMT, 5-MeO-DMT, bufotenine, psilocybin
 Ergolines (alkaloid-alkaloid dari ergot ): ergine, ergotamine, lysergic acid
 Beta-carboline: harmine, harmaline, tetrahydroharmine
 Yohimbans: reserpine, yohimbine
 Alkaloid Vinca: vinblastine, vincristine
 Alkaloid Kratom (Mitragyna speciosa): mitragynine, 7-hydroxymitragynine
 Alkaloid Tabernanthe iboga: ibogaine, voacangine, coronaridine
 Alkaloid Strychnos nux-vomica: strychnine, brucine
 Golongan Purine:
 Xantina: Kafein, teobromina, theophylline
 Golongan Terpenoid:
 Alkaloid Aconitum: aconitine
 Alkaloid Steroid (yang bertulang punggung steroid pada struktur yang
bernitrogen):
 Solanum (contoh: kentang dan alkaloid tomat)
(solanidine, solanine, chaconine)
 Alkaloid Veratrum (veratramine, cyclopamine, cycloposine, jervine, 
muldamine)
 Alkaloid Salamander berapi (samandarin)
 lainnya: conessine
 Senyawa ammonium quaternary s: muscarine, choline, neurine
 Lain-lainnya: capsaicin, cynarin, phytolaccine, phytolaccotoxin

88.

Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan,
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, netrofil dan sel epitel. Faktor
lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi
saluran napas pada pasien asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada
asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperesponsif (hipereaktifitas) jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam
dan/atau dini hari.

Terapi non farmakologi

1. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus


2. Pemberian oksigen
3. Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-anak
4. Kontrol secara teratur
5. Pola hidup sehat
Dapat dilakukan dengan :
1. Penghentian merokok
2. Menghindari kegemukan
3. Kegiatan fisik misalnya senam asma

Alasan memilih D. Inhalasi Glukokortikoid


Glukokortikoid dapat menurunkan jumlah dan aktivitas dari sel yang terinflamasi dan
meningkatkan efek obat beta adrenergik dengan memproduksi AMP siklik, inhibisi
mekanisme bronkokonstriktor, atau merelaksasi otot polos secara langsung. Penggunaan
inhaler akan menghasilkan efek lokal steroid secara efektif dengan efek sistemik
minimal.
Contoh obat : Triamsinolon, Beklometason, Flunisolid
Indikasi
Terapi pemeliharaan dan propilaksis asma, termasuk pasien yang memerlukan
kortikosteoid sistemik, pasien yang mendapatkan keuntungan dari penggunaan dosis
sistemik, terapi pemeliharaan asma dan terapi profilaksis pada anak usia 12 bulan
sampai 8 tahun.

Alasan tidak memilih A, B, C, E,


A. Tablet
Karena onset kerja/ ketercapaian terapi sediaaan tablet lebih lama dibanding inhalasi
B. Inhalasi Terbutalin
Terbutalin merupakan salah satu contoh obat simpatomimetik
Mekanisme Kerja
1. Stimulasi reseptor α adrenergik yang mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi,
dekongestan nasal dan peningkatan tekanan darah.
2. Stimulasi reseptor β1 adrenergik sehingga terjadi peningkatan kontraktilitas dan
irama jantung.
3.Stimulasi reseptor β2 yang menyebabkan bronkodilatasi, peningkatan klirens
mukosiliari, stabilisasi sel mast dan menstimulasi otot skelet.
Tidak dipilih karena Terdapat Peringatan pada Anak-anak untuk obat
simpatomimetik:
Inhalasi : keamanan dan efikasi penggunaan terbutalin pada anak kurang dari 12 tahun
dan lebih muda belum diketahui.

C. Inhalasi Bromida
Bromida termasuk obat Antikolinergik, terdapat 2 golongan :
A. Ipratropium Bromida
B. Tiotropium Bromida
Tidak dipilih karena terdapat Peringatan pada Anak-anak: keamanan dan efikasi pada
anak di bawah 12 tahun belum diketahui.
E. Tablet Kortikoid
Karena onset kerja/ ketercapaian terapi sediaaan tablet lebih lama dibanding inhalasi

89.

Yang mempengarungi metabolisme digoksin yaitu penurunan fungsi hepar dimana Hepar
berfungsi dalam proses metabolisme di dalam tubuh.

penurunan dan penaikan pH berpengaruh pada proses absorbsi dan eksressinya

penurunan fungsi ginjal mempengaruhi distribusinya di dalam tubuh

90.

Karena Streptomisin dapat melewati plasenta dan masuk ke janin sehingga dapat
menyebabkan bayi mengalami gangguan pendengaran.

91.

Infark Miokard Akut (IMA) merupakan gangguan aliran darah ke jantung yang
menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi
sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di
sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat aliran darah atau
alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung,
dikatakan mengalami infark.
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana
injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor merokok, diabetes meilitus, hipertensi, dislipidemia
dan riwayat keluarga.
Dislipidemia ialah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan metabolisme lipid
yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil lipid, meliputi peningkatan kadar
kolesterol total, peningkatan kadar trigliserida, peningkatan kadar Low Density Lipoprotein
(LDL), dan penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Dislipidemia merupakan
salah satu faktor risiko dari penyakit kardioserebrovaskular. Faktor tersebut disebabkan
karena terbentuknya atherosklerosis yang akan mengganggu peredaran darah dari sistem
kardioserebrovaskular.
Penyakit penyerta lain nya yaitu Hipertensi. Hipertensi akan mengakibatkan
terjadinya pembentukan presipitasi tombosis, kerusakan dinding pembuluh darah dan
defisiensi prostasiklin (PGI2) yang akhirnya merusak endotel pembuluh darah. Kerusakan
endotel pembuluh darah mengakibatkan permeabilitas arteri meningkat sehingga sel-sel
darah yang banyak menempel di lapisan intima dapat menembus tunika intima. Kemudian
terjadi perlengketan trombosis endotel yang rusak (agregasi trombosit) yang akan
membentuk massa trombosis besar dan diikuti fase pelepasan trombosit seperti enzim
fosfolipase A2 yang melepaskan asam arakhidonat yang akan merubah prostaglandin
menjadi prostasiklin (PGI2) yang menyebabkan tromboxan (TXA2) berperan dalam
agregasi trombosit dan terjadinya vasokonstriksi pada arteri. Kemudian sel-sel otot polos
arteri bermigrasi dari tunika media ke tunika intima dan sel otot polos tersebut berproliferasi
sehingga akhirnya terbentuk plaque (ateroma) yang mengendap pada endotel pembuluh
darah. Pengendapan ini menyebabkan bagian intima menebal dan pembuluh darah arteri
menyempit sehingga bila pembuluh darah berkontraksi akan terasa nyeri.
Isosorbide Dinitrate (ISDN) adalah jenis vasodilator. Obat ini mengendurkan
pembuluh darah, meningkatkan persediaan darah dan oksigen ke jantung. Obat ini
digunakan untuk mencegah sakit di dada yang disebabkan oleh angina. Senyawa nitrat
bekerja melalui dua mekanisme. Secara in vivo senyawa nitrat merupakan pro drug yaitu
menjadi aktif setelah dimetabolisme dan menghasilkan nitrogen monoksida (NO).
Biotransformasi senyawa nitrat yang berlangsung intraseluler ini dipengaruhi oleh adanya
reduktase ekstrasel dan reduced tiol (glutation) intrasel. Nitrogen monoksida akan
membentuk kompleks nitrosoheme dengan guanilat siklase dan menstimulasi enzim ini
sehingga kadar cGMP meningkat. Selanjutnya cGMP akan menyebabkan defosforilasi
miosin, sehingga terjadi relaksasi otot polos. Mekanisme kerja yang kedua yaitu akibat
pemberian senyawa nitrat, endotelium akan melepaskan prostasiklin (PGI2) yang bersifat
vasodilator. Berdasarkan kedua mekanisme ini, senyawa nitrat dapat menimbulkan
vasodilatasi, dan pada akhirnya menyebabkan penurunan kebutuhan dan peningkatan suplai
oksigen
92.
A. Sulfasalazine

Indikasi : Sulfasalazine digunakanuntukmengobatiperadanganusus, diare, pendarahan


rectal, sakitperutdenganulseratif colitis (kondisidimanaususmeradang),
radangsendikhususnya rheumatoid arthristis.

Dosis
.Ulseratifcolitis :Dewasa : 3-4 g (6-8 tablet)
.Anak-anakdiatas 2 tahun : 40-60 mg/kg beratbadansetiapharisesuaitakaran
·Seronegatifarthristis, spondilitis : awalnya 1 kaplet pada malam hari selama 1 minggu
pertama lalu berlanjut 1 kaplet 2x sehari di 1 minggu selanjutnya.

KontraIndikasi:
·         Hipersensitivitasuntuk sulfonamide dansalisilat
·         Porfiriaintermitenakut
·         Bayi di bawah 2 tahun
·         Obstruksi usus dan saluran kencing

EfekSamping:
Dapat menyebabkan kemandulan sementara pada laki-laki dan kembali subur setelah obat
dihentikan,air seni berwarna kekuningan, Diare, kekurangan nafsu makan, sakit kepala,
sakit perut, muntah.

Jika memiliki salah satu dari gejala berikut, berhenti munim sulfasalazine dan
hubungi dokter: Ruam kulit, gatal, bengkak, sakit tenggorokan, demam, nyeri sendi atau
otot, kulit pucat atau kuning, kesulitan menelan, mudah lelah, biasa pendarahan atau
memar, dan kelemahan.
Perhatian: Gangguan hereditas pada aktivitas eritrosit( sel darah merah )
Nama Paten :Sulcolon (Benofarm)
Interaksi Obat: Phenobarbital menaikkan biliary excretion dari sulfasalazine sehingga
menurunkan urinary excretion dariobat. Sulfasalazine mengurangi bioavallity dari digoxin
Keamanan untuk Ibu Hamil: Pada wanita hamil hanya digunakan bila mana sangat
diperlukan. Pada wanita menyusui sebaiknya jangan diberikan.
UntukSediaan : Tablet mengandung sulfasalazine 500 mg
Komposisi :Doosberisi 10 trip @ 1o tablet

B. Na. diklopenak

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Natrium diclofenac merupakan bagian dari obat anti radang non-steroid yang memiliki
fungsi sebagai anti-reumatik, anti-radang, dan penurun demam. Obat ini diindikasi untuk
pasien dengan berbagai bentuk radang dan degeneratif dari reumatik
seperti : artritisreumatoid, spondilitisankilosis, osteoartritis, serangan gout (kadar asam urat
yang tinggi) akut, sindrom nyeri pada tulang belakang, dsb.

Selain itu, obat ini juga digunakan sebagai anti-nyeri setelah operasi, mengurangi radang
dan bengkak setelah pembedahan, anti-nyeri pada kasus seperti dismenorrhea, dan obat
anti-nyeri tambahan pada infeksi berat yang sangat sakit seperti pada infeksi telinga,
hidung, dan tenggorokan.

Kontra indikasi penggunaan obat ini adalah pasien dengan ulkus pada saluran pencernaan
baik dengan atau tanpa perdarahan saluran cerna, kelainan pada sistem pembekuan darah,
asma. Perlu juga mendapat perhatian penggunaan obat ini pada pasien dengan kelainan
fungsi hati.

Pasien dengan hipertensi, gagal jantung, asma, kelainan saluran cerna (riwayat maag), kelainan
fungsi hati, dan pasien yang sedang hamil dan menyusui memerlukan perhatian khusus dalam
penggunaan obat ini.

EFEK SAMPING

Efek samping yang memilikiangka kejadian 1 – 10% meliputi :mual, muntah, diare,


kembung, penurunan nafsu makan, peningkatan kadar enzim hati, nyeri kepala, vertigo,
kemerahan pada kulit, ulkus peptik, berdenging pada telinga.

Efek samping yang jarang (< 1%) meliputi : hepatitis akut, asma, reaksi hipersensitivitas,
bengkak, perdarahan salurancerna, kelainan pada darah.

DOSIS
Natriumdiclofenac memiliki 2 sediaan tablet yaitu 25 mg dan 50 mg. Tablet harus ditelan
seluruhnya dengan cairan, lebih baik jika diminum sebelum makan, dan tidak boleh dibagi
atau dikunyah.

Dosisdewasa :

 Dosis harian yang direkomendasikan berkisar antara 100 – 150 mg. Pada kasus yang
lebih ringan dan juga pada kasus yang membutuhkan terapi jangka panjang, dosis 75 – 100
mg per hari biasanya cukup.
 Pada kasus dismenorrhea (nyeri menstruasi yang berat), dosis harian harus
disesuaikan dengan kisaran dosis 50 – 150 mg (biasanya 100 mg) sebagai dosis awal,
dilanjutkan dengan 50 mg, 3 kali sehari.
 Pada kasus migraine, dosis 50 mg biasa dipakai. Sebaiknya obat ini diminumdengan
air putih dan tidak dengan cairan lain.

Dosis anak :

 Dosis pada anak dan dewasa muda biasanya 0,5 – 2 mg/kg/hari dibagi menjadi 2 – 3
kali pemberian tergantung pada beratnya penyakit. Untuk kasus radang sendi rheumatoid
yang menyerang anak usia muda, dosis harian dapat mencapai 3 mg/kg/hari.
 Dosismaksimal 150 mg tidak boleh dilampaui. Karena kekuatan dosis pada sediaan
50 mg, sediaan ini tidak direkomendasikan untuk digunakan pada anak dan dewasa muda
dibawah 14 tahun. Tablet sediaan 25 mg dapat digunakan pada kelompok umur ini.

C. Metrotreksat

Indikasi: 

Psoriasis berat yang tidak terkendali dan tidak responsif terhadap terapi
konvensional; Crohn's disease; keganasan, lihat 8.1.3; artritisreumatoid, lihat 10.1.3
Interaksi: 
lihat di bawah dan lampiran 1 (metotreksat)

EfekSamping: 

Lihat pada 10.1.3

Dosis: 

oral, 10-25 mg sekali tiap minggu, diatur sesuai dengan respons; LANSIA: pertimbangkan
pengurangan dosis (ekstra hati-hati); ANAK tidak dianjurkan.
PENTING. Perhatikan bahwa dosis di atas adalah dosis mingguan

93.

Fungsi NaOH yaitu untuk memutuskan cincin beta lactam. Jika cincin beta lactam tidak di
pecah terlebih dahulu akan berbahaya maka dari itu harus ada pemecahan cincin betalaktam
dengan cara hidrolisis terlebih dahulu oleh NaOH dan dinetralkan dengan penambahan HCl
untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik, terutama antibiotik beta lactam.

94.

Jenis-jenis ekstraksi :
a.         Ekstraksi Cara Dingin
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung,
tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan.
Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi
b.        Ekstraksi Cara Panas
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara
otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin. Jenis ekstraksi
panas adalah refluk, sokletasi, dekoktasi, infus dan digesti.

1.       Metode Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut
dengan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan
yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
2. Metode Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang
sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat
berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan
ataupun tidak tahan pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai
keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan
di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang
berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).

3. Metode Refluks

Salah satu metode sintesis senyawa anorganik adalah refluks, metode ini digunakan
apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut yang volatil. Pada kondisi ini jika
dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai
selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya
dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi
sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2
diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa
organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.

4. Metode Soxhlet

Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang terdapat
dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut
tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Sokletasi digunakan
pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah
dingin secara kontinyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan
kembali ke dalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut.
Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan
rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik
berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan
menggunakan pelarut yang diinginkan.
5. Dekoktasi

Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit.
Penguapan ekstrak larutan dilakukan dengan penguap berpusing dengan pengurangan
tekanan, yaitu rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak yang kental (Harborne, 1987). 

6. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan cara perebusan, dimana pelarutnya adalah air pada
temperature 96-98 °C selama 14-20 menit.
95.

Ibuprofen atau asam 2-(-4-isobutilfenil) propionat merupakan suatu obat antiinflamasi


non steroid. Ibuprofen praktis tidak larut dalam air, hal ini akan mempengaruhi
ketersediaan farmasetikanya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kelarutan obat adalah dispersi padat . sistem dispersi padat dibuat dengan
cara mendispesikan satu atau lebih bahan aktif dalam suatu pembawa atau matriks inert.
Proses pembuatannya dengan metode peleburan (fusi), pelarutan dan metode campuran
peleburan pelarut. Obat yang sukar larut apabila didispersikan dalam matriks yang
mudah larut akan membentuk ukuran partikel yang lebih kecil, sehingga akan
meningkatkan kelarutannya. Mekanisme yang mungkin terjadi meliputi peningkatan
kelarutan dari ibuprofen maupun meningkatkan pembasahan dari permukaan obat
dengan menggunakan polimer hidrofilik

96.

Salah satu tindakan pengobatan terpenting untuk mencegah timbulnya


hiperparatiroidisme sekunder dan segala akibatnya adalah diet rendah fosfat dan dengan
pemberian agen yang dapat mengikat fosfat dalam usus. Obat pengikat fosfat ada dua jenis,
yaitu:
 yang mengandung kalsium (calcium containing phosphate binder) sepeti kalsium
karbonat dan kalsium asetat.
 yang tidak mengandung kalsium (noncalcium containing phosphate binder) seperti
lantanum karbonat.
Pencegahan dan koreksi hiperfosfatemia mencegah urutan peristiwa yang dapat
mengarah pada gangguan kalsium dan tulang. Apabila terjadi keterlibatan tulang yang parah
akibat kurangnya terapi preventif dengan agen pengika tfosfat, maka diindikasikan terapi
vitamin D atau paratiroidektomi. Bila lesi yang dominan adalah osteomalasia maka perlu
harus dimulai terapi vitamin D dengan pengawasan ketat.
Terapi farmakologis yang dipakai untuk mengurangi hipertensi glomerulus ialah
dengan pengggunaan antihipertensi yang bertujuan untuk memperlambat progresivitas dari
kerusakan ginjalyaitu dengan memperbaiki hipertensi dan hipertrofi intraglomerular. Selain
itu terapi ini juga berfungsi untuk mengontrol proteinuria. Tekanan darah yang meningkat
akan meningkatkan proteinuria yang disebabkan transmisi ke glomerulus pada tekanan
sistemik yang meningkat. Saat ini diketahui secara luas, bahwa proteinuria berkaitan dengan
proses perburukan fungsi ginjal. Dengan kata lain derajat proteinuria berkaitan dengan
proses perburukan fungsi ginjal pada PGK. Beberapa obat antihipertensi, terutama
penghambat enzim konverting angotensin (ACE inhibitor) dan angiotensin reseptor bloker
melalui berbagai studi terbukti dapat memperlambat proses perburukan fungsi ginjal, hal ini
terjadi lewat mekanisme kerjanya sebagai antihipertensi dan antiproteinuria. Jika terjadi
kontraindikasi atau terjadi efek samping terhadap obat-obat tersebut dapat diberikan
calcium chanel bloker, seperti verapamil dan diltiazem.
1. KalsiumKarbonat
Indikasi: Sebagai Fosfat Binder (pengikat fosfat) sama dengan Antihiperfosfatemia
Dosis: Peroral 1-2 tab/hari. Dosis maksimum 16 tablet/hari. Pemberian tablet kunyah
digunakan untuk pada pasien dengan kondisi gagal ginjal hiperfosfatemia kronik dosis
mulai dari 2,5- 7 gram /hari dengan dosis terbagi.
Pemberian obat: dengan atau tanpa makanan. Disarankan makan-makanan yang
mengandung serat dan mudah diabsorpsi.
Kontraindikasi: pasiendengan riwayat kalsium dalam ginjal yang diperhitungkan,
hiperkalsemia, hipofosfatemia, serta pasien yang diduga keracunan digoksin.
Tindakan pencegahan: ginjal kronis, penyakit hipoparatiroid, penyakit komplikasi
hiperkalsemia, absorpsi calcium kronis yang tidak mengandung klorida. Digunakan sebagai
pengganti garam ketika akan makan. Perhatian digunakan untuk pasien riwayat batu ginjal.
Efeksamping: konstipasi,flatulen, hiperkalsemia dan metabolik alkalosis.
2. Amlodipin
Indikasi: antihipertensi golongan kalsium kanal bloker, dimana dapat bekerja dengan
menghambat masuknya kalsium ke dalam otot polos pembuluh darah sehingga mengurangi
tahanan perifer. Merupakan antihipertensi yang dapat bekerja pula sebagai obat angina dan
antiaritmia, sehingga merupakan obat utama bagi penderita hipertensi yang juga penderita
angina.
Dosis: 5-10 mg/hari, untuk pasien geriatric 2,5 mg/hari. Dosis awal dapat digunakan 1 x 10
mg untuk memberikan efek optimal jika dikombinasikan ACE inhibitor, tetapi dosis perlu
diatur (diturunkan) jika penggunaannya bersama beberapa macam obat antihipertensi
Efek samping: Sesak napas terjadi pada pasien ketika mengkonsumsi beberapa macam obat
antihipertensi dalam waktu bersamaan.
Interaksi: tidak bisa digunakan bersamaan dengan β-bloker (Bisoprolol) dapat menyebabkan
hipotensi dan gangguan ritme jantung.
3. Captopril
Indikasi: Untuk pengobatan hipertensi sedang dan berat yang tidak dapat diatasi dengan
pengobatan kombinasi lain. Kaptopril dapat dipergunakan sendiri atau dalam kombinasi
dengan obat anti hipertensi lain terutam atiazid. Payah jantung yang tidak cukup responsif
atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis.
Dosis:Dewasa:
Hipertensi : Dosis awal adalah 12,5 mg-25 mg, 2-3 kali sehari.
Bila setelah 2 minggu belum diperoleh penurunan tekanan darah, maka dosis dapat
ditingkatkan sampai 50 mg, 2-3 kali sehari.
Gagal jantung : Dosis awal adalah 25 mg, 3 kali sehari, sebaiknya dimulai dengan
12,5 mg, 3 kali sehari.
Efek samping: Umumnya kaptopril dapat ditoleransi dengan baik, efek samping yang dapat
timbul adalah ruamkulit, gangguan pengecapan, neutropenia, proteinuria, sakit kepala,
lelah/letih dan hipotensi. Efek samping lain yang pernah dilaporkan: umumnya asthenia,
gynecomastia.
Interaksiobat: Pemberian obat diuretik hemat kalium (spironolakton-triamteren, anulona)
dan preparat kalium harus dilakukan dengan hati-hati karena adanya bahaya hiperkalemia.
Penghambat enzim siklooksigenase sepeti indometasin, dapat menghambat efek kaptopril.
Disfungsi neurologik pernah dilaporkan terjadi pada pasien yang diberi kaptopril dan
simetidin. Kombinasi kaptopril dengan allopurinol tidak dianjurkan, terutama gagal ginjal
kronik.
97.

Jika di pasaran terdapat tablet prednison 8 mg, maka diambil tablet prednison 8 mg sebanyak 6
tablet (tidak ada jawaban).

Tetapi di pasaran hanya ada tablet prednison denga dosis 1 mg; 2,5 mg; 5 mg; 10 mg 20 mg; dan
50mg. Jika yg diambil tab prednison :

• 1mg maka obat yang diperlukan (8*6) = 1x

X = 48 tablet (tidak ada jawaban)

• 5 mg maka obat yang diperlukan (8*6) = 5x

X = 9,6 tablet ~ 10 tablet (jawaban C)

• 10 mg maka obat yang diperlukan (8*6)=10x

X= 4,8 tablet ~ 5 tablet (Jawaban B)

• 20 mg maka oba yang diperlukan (8*6)=20x

X = 2,4 tablet~ 3 tablet (tidak ada jawaban)

•50 mg maka obat yang diperlukan (8*6)=50x

X = 0,96 tablet ~ 1 tablet (tidak ada jawaban)

jika tidak ada tablet prednison 8 mg,maka diperlukan tablet prednison denga dosis 10mg sebanyak
5 tablet (dilihat dari pembulatan angka terdekat 4,8 tab ~ 5 tab) (jawaban C)

98.
Obat-obat antihiperlipid

 Penghambat HMG Koa reduktase (Statin)

Contoh obat : atorvastatin, fluvastatin, lovastatin, pravastatin, rosuvastatin,


simvastatin.

Mekanisme kerja : dengan cara menghambat sintesis kolesterol de novo, obat-obat


tersebut mengurangi persediaan kolesterol intraseluler.

 Fibrat

Contoh obat : fenofibrat, gemfibrozil (merupakan suatu derivate fibric acid yang
menurunkan kadar triasilgliserol serum dan meningkat kadar HDL.

Mekanisme kerja : reseptor yang diaktifkan- proliferator peroksisom (peroxisome


profilator – activated receptor/ PPAR) merupakan anggota kelompok supergen
reseptor nucleus yang mengatur metabolisme lipid. PPAR berfungsi sebagai faktor
transkripsi yang diaktifkan- ligan.

 Niacin (nicotianid acid)


Contoh obat : asam nikotianid
Mekanisme kerja : dalam dosis gram, niacin menghambat secara kuat lipolisis pada
jaringan adipose-prosedur primer asam lemak bebas yang bersirkulasi.
 Sekuestran Asam Empedu (Resin)
Contoh obat : Cholestiramine, Colestipol, Colesevelam
Mekanisme kerja : Cholestiramine, Colestipol, Colesevelam merupakan resin
pengganti – anion yang berikatan dengan asam empedu dan garam bermuatan
negatif dalam usus halus, kompleks resin/ asam empedu diekskresikan dalam feses
sehingga mencegah asam empedu kembali menuju hepar melalui sirkulasi
enterohepatik.
 Penghambat Absorbsi Kolesterol

Contoh obat : ezetimibe

Mekanisme kerja : menghambat absorbsi diet dan kolesterol empedu pada usus kecil
secara selektif, yang menyebabkan penurunan hantaran kolesterol usu menuju hepar,
hal ini menyebabkan redksi simpanan kolesterol hepar dan peningkatan bersihan
kolesterol dari dalam darah.

Jawaban

Cholestiramin dan merupakan golongan Resin (Sekuestran Asam Empedu)

99.

Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat
sementara atau reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993). Angina pektoris
adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu
seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri
yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti.  (Prof. Dr. H.M.
Sjaifoellah Noer, 1996). Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum.
    Penyebab/ etiologi
Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri koroner. Penyebab lainnya adalah:
·         Stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta)
·         Regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta)
·         Stenosis subaortik hipertrofik
·         Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tiba-tiba)
·         Anemia yang berat.
Faktor-Faktor Resiko                                                                                      
1.      Dapat Diubah (dimodifikasi)
a.       Diet (hiperlipidemia)
b.      Rokok
c.       Hipertensi
d.      Stress
e.       Obesitas
f.       Kurang aktifitas
g.      Diabetes Mellitus
h.      Pemakaian kontrasepsi oral
2. Tidak dapat diubah
a.       Usia
b.      Jenis Kelamin
c.       Ras
d.      Herediter
e.       Kepribadian tipe A
ada 4 Kelompok obat untuk angina yakni :
1. Antiangina golongan Beta blocker
Obat ini mempengaruhi efek hormon epinephrine dan norepinephrine pada jantung
dan organ lainnya.
Beta blocker mengurangi denyut jantung pada saat istirahat.selama melakukan
aktivitasbeta bolcker membatasi peningkatan denyut jantung sehingga mengurangi
kebutuhan oksigen.
2. Antiangina golongan Nitrat (Contohnya nitroglycerin)
Nitrat menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darahterdapat dalam bentuk
short-acting dan long acting.
Sebuah tablet nitroglycerin yang diletakkan di bawah lidah (sublingual) biasanya
akan menghilangkan gejalaangina dalamwaktu 1-3 menit, dan efeknya berlangsung
selama 30menit.
3. Antiangina golongan Antagonis kalsium
Obat ini mencegah pengkerutan pembuluh darah dan bisa mengatasi kejang arteri
koroner.
Antagonis kalsium juga efektif untuk mengobati variant angina. Beberapa antagonis
kalsium (misalnya verapamil dan diltiazem) bisa memperlambat denyut jantun.
Obat ini juga bisa digabungkan bersama beta bolcker untuk mencegah terjadinya
episode takikardi (denyut jantung yang sangat cepat).
4. Antiangina golongan Antiplatelet (contohnya aspirin)
Platelet adalah suatu faktor yang diperlukan untuk terjadinya pembekuan darah bila
terjadi perdarahan. Tetapi jika platelet terkumpul pada ateroma di dinding arteri,
maka pembentukan bekuan (trombosis) bisa mempersempit atau menyumbat arteri
sehingga terjadi serangan jantung.
Aspirin terikat pada platelet dan mencegahnya membentuk gumpalan dalam dinding
pembuluh darah, jadi aspirin mengurangi resiko kematian karena penyakit arteri
koroner.
Penderita yang alergi terhadap asppirinbisa menggunakan triklopidin.

Jawaban

Antiangina golongan Antiplatelet (contohnya aspirin)

100.

Pemeriksaan Fraksi Lemak Darah Kolestrol

Kolestrol (C27H45OH) adalah alcohol steroid, semacam lemak yang ditemukan dalam lemak
hewani, minyak, empedu, susu, kuning telur, yang sebagian besar disintesis oleh hati dan
sebagian kecil diserap dari diet. Keberadaan dalam pembuluh darah pada kadar tinggi akan
cenderung membuat endapan atau Kristal atau lempengan yang akan mempersempit atau
menyumbat pembuluh darah.

Nilai ideal :

Dewasa sampai dengan 200 mg/dl.

Resiko sedang : 200-240 mg/dl, resiko tinggi >240 mg/dl

Anak : Bayi : 90-130 mg/dl, anak 130-170 mg/dl.

Resiko tinggi : > 185 mg/dl

Klinis :

Peningkatan kolestrol menyebabkan aterosklerosis dan terdapat pada penderita


hipotiroidisme, DM, sirosis bilier, pankreatektomi, kehamilan trimester III, stress berat,
hiperlipoproteinemi, diet tinggi kolestrol, dan sindrom nefrotik. Dapat juga disebabkan oleh
obat pil KB, epinefrin, fenotiazin, Vitamin A, d. sulfonamide, dan fenitoin.

Trigliserida

Merupakan senyawa yang terdiri dari 3 molekul asam lemak yang teresterisasi menjadi
gliserol, disintesis dari karbohidrat dan disimpan dalam bentuk lemak hewani. Dalam serum
dibawa oleh lipoprotein, merupakan penyebab utama penyakit arteri dibanding kolesterol.
Peningkatan trigliserida biasanya diikuti oleh peningkatan VLDL (very low density
lipoprotein). Pada peristiwa hidrolisis lemak-lemak ini akan masuk dalam pembuluh darah
dalam bentuk lemak bebas.

Nilai normal

Dewasa muda : s/d 150 mg/dl,

Tua (>50 tahun) : s/d 190 mg/dl,

Anak : 10-135 mg/dl

Bayi : 5-40 mg/dl

Klinis :

Penurunan kadar trigliserid serum dapat terjadi karena congenital, hipertiroid, dan
malnutrisi protein. Dapat juga oleh obat-obat, asam askorbat, Atromid-S (kofibrat),
penformin, dan metformin.

Peningkatan Kadar:

Trigliserida terjadi pada lipoproteinemi, hipertensi, hipotoroidisme, sindrom nefrotik,


thrombosis cerebral, sirosis alkoholik, DM tak terkontrol, down’s sindrom, diet tinggi
karbohidrat dan kehamilan,. Obat pil KB terutama esterogen dapat juga meningkatkan
trigliserid.

HDL (High Density Lipoprotein)

Merupakan salah satu dari tiga komponen lipoprotein kombinasi lemak dan protein,
mengandung kadar protein tinggi, sedikit trigliserid dan fosfolipid, mempunyai sifat umum
protein dan terdapat pada plasma darah,disebut juga lemak baik yang membantu
mengurangi penimbunan plak pada pembuluh darah.

Nilai normal:

Laki-laki : > 55 mg/dl


Wanita : >65 mg/dl

Berisiko tinggi penyakit jantung koroner (PJK) : < 35 mg/dl

Resiko sedang PJK : 35-45 mg/dl

Resiko rendah PJK : >60 mg/dl

Klinis:

Peningkatan lipoprotein dapat dapat dipengaruhi oleh aspirin, cortisone, kntrasepsi,


fenotiazin dan sulfonamide, juga penyakit : DM, hipotiroid, nefrotik, dan eklamsia.

LDL (Low Density Lipoprotein)


Adalah lipoprotein dalam plasma yang mengandung sedikit trigliserid, fosfolipid sedang,
protein sedang dan kolesterol tinggi.

Normal:
Kurang dari 150 mg/dl
Berisiko tinggi terhaadap PJK : > 160 mg/dl
Resiko sedang : 130-159 mg/dl
Resiko Rendah : < 130 mg/dl

Klinis :
Merupakan lipoprotein Beta yang mempunyai andil utama terjadinya arterosklerosis dan
penyakit arteria koronaria.

Tipe-tipe Hiperlipidemia
Tipe I (Hiperkilomikronemia Familial)
 Puasa hiperkilomikronemia yang hebat, bahkan setelah diet asupan lemak normal.,
menyebabkan peningkatan hebat kadar TG serum.
 Defisiensi lipoprotein lipase atau defisiensi apolipoprotein CII normal (jarang).
 Tipe I tidak mengakibatkan peningkatan penyakit jantung koroner.
 Terapi : diet rendah-lemak,. Tidak ada terapi obat yang efektif untuk hiperlipidemia
tipe I.

Tipe II A (Hiperkolesterolemia Familial)


 Peningkatan kadar LDL dengan kadar VLDL normal akibat penghambatan
degradasi LDL. Hal ini mengakibatkan peningkatan kolesterol serum, tetapi kadar
TG tetap normal.
 Disebabkan oleh defek sintesis atau pemrosesan reseptor LDL.
 Penyakit jantung iskemik sangat dipercepat.
 Terapi : Diet. Heterozigot : Cholestyraminedan niacin atau statin.

Tipe II B (Hiperlipidemia Kombinasi (Campuran) Familial)


 Sama dengan tipe II A, kecuali bahwa VLDL juga meningkat, yang mengakibatkan
peningkatan TG serum serta kadar kolesterol.
 Disebabkan oleh produksi berlebih VLDL oleh hepar.
 Relatif jarang.
 Terapi : Diet. Terapi obat sama dengan terapi untuk tipe II A.

Tipe III (Disbetalipoproteinemia Familial)


 Konsentrasi serum IDL meningkat, yang mengakibatkan peningkatan TG serum
serta kadar kolesterol.
 Disebabkan oleh produksi berlebih VLDL oleh hepar.
 Relatif jarang.
 Terapi : Diet. Terapi obat meliputi niacin dan fenofobrate atau statin.

Tipe IV (Hipertrigliseridemia Familial)


 Kadar VLDL meningkat sedangkan kadar LDL normal atau menurun, yang
mengakibatkan kolestrol normal atau meningkat dan sangat meningkatkan kadar TG
sirkulasi.
 Disebabkan oleh produksi berlebihan dan/atau penurunan pembuangan VLDL TG
dalam serum.
 Ini merupakan penyakit yang relative sering. Penyakit ini memiliki beberapa
manifestasi klinis selain penyakit jantung iskemik terpacu. Pasien yang mengalami
gangguan ini sering kali obesitas, diabetis dan hiperurisemia.
 Terapi : Diet. Jika perlu terapi obat yang meliputi niacin dan/atau fenofibrate.

Tipe V (Hipertrigliseridemia Campuran Familial)


 VLDL dan kilomikron serum meningkat, LDL normal atau menurun. Hal ini
mengakibatkan peningkatan kolesterol dan sangat meningkatkan kadar TG.
 Disebabkan entah oleh peningkatan produksi, entah penurunan bersihan VLDL, dan
kilomikron. Biasanya, ini merupakan defek genetic.
 Terjadi paling sering pada dewasa yang mengalami obesitas dan/atau diabetes.
 Terapi : Diet. Jika diperlukan, terapi obat yang meliputi niacin, dan/atau fenofibrate
atau statin.

Pada kasus diatas kadar TG masih berada dibatas normal yaitu 190 mg/dl, namun kadar
LDL meningkat yaitu 190 mg/dl dari kadar normal. Kadar HDL sebesar 50 mg/dl
menunjukkan nilai dibawah normal yaitu > 55 mg/dl yang menunjukkan penyakit jantung
iskemik yang dipercepat. Hal ini sangat sesuai dengan hiperlipidemia tipe II A. Terapi
hiperlipidemia tipe II A dilakukan menggunakan Cholestyraminedan niacin atau statin.

Anda mungkin juga menyukai