Anda di halaman 1dari 17

Makalah Mata Kuliah Sosiologi Hukum

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Dra. Endang Sumiarni, S.H.,M.Hum


KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP FENOMENA
BANJIR SETIAP TAHUN DI KOTA JAKARTA

ROBBY PRIMA PANGGABEAN / 145202181

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

MAGISTER ILMU HUKUM

TAHUN 2015
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia membutuhkan lingkungan hidup yang layak. Hal
ini menjadi hak bagi setiap anggota masyarakat Indonesia. Hak tersebut
diatur secara tegas dalam Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
yang menentukan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Berdasarkan ketentuan
tersebut, lingkungan hidup yang selalu mengalami banjir di setiap tahun
wajib diperbaharui, karena banjir pasti menimbulkan ketidaknyamanan.
Salah satu peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat adalah banjir setiap
tahun di Jakarta. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:103), salah
satu pengertian banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya
kering) karena volume air yang meningkat.” Berdasarkan pengertian tersebut,
banjir membuat ketidaknyamanan dalam masyarakat, karena banjir membuat
aktivitas masyarakat yang mayoritas ada di daratan menjadi terhambat. Selain
itu, ada pula kerugian materiil maupun kerugian immateriil yang timbul
karena keberadaan banjir di Jakarta yang dirasakan sendiri oleh masyarakat
Jakarta.
Masyarakat Jakarta melihat jalan raya yang merupakan salah satu
infrastruktur dalam masyarakat yang sangat berguna untuk aktivitas
masyarakat sehari-hari harus terendam dan mengganggu aktivitas masyarakat
ketika banjir tiba. Tidak sedikit pula kendaraan beroda empat yang berhenti
ditengah jalan karena sedang terendam banjir. Kondisi ini tentu sangat
memprihatinkan mengingat Kota Jakarta adalah Ibu Kota Republik
Indonesia. Sebagaimana diberitakan Kompas (11 Februari 2015:1) bahwa
“Banjir besar melumpuhkan sebagian Jakarta, Senin hingga Selasa (9-
10/2). Cuaca buruk diperkirakan masih akan bertahan hingga beberapa
hari mendatang. Menghadapi semua ini, warga Ibu Kota pun mengatur
berbagai siasat agar kegiatan mereka tak terganggu.”
Berdasarkan pemberitaan tersebut, pemerintah Jakarta dan masyarakat
Jakarta harus bersatu padu untuk menanggulangi banjir. Selain itu, perlu
penelusuran lebih jauh mengenai penyebab banjir yang menerpa Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta.
Kota Jakarta merupakan tergolong daerah yang selalu mengalami banjir
disetiap tahun. Kompas (11 Februari 2015:1) memberitakan bahwa “Presiden
Joko Widodo menyatakan, upaya penanggulangan banjir di ibu Kota tak
mungkin diselesaikan 1-2 tahun. Namun, ia berkomitmen mempercepat
penyelesaian program penanggulangan banjir di Jakarta.” Berdasarkan
pemberitaan tersebut, terkesan tidaklah mudah menanggulangi fenomena
banjir di setiap tahun di Jakarta.
Tahun 2015 awal, banjir di Jakarta telah memakan banyak korban.
Sebagaimana diberitakan oleh Jakarta.bisnis.com (11 Februari 2015) bahwa :
Sebanyak 636 korban bencana banjir Jakarta telah dievauasi oleh tim
relawan Aksi Cepat Tanggap pada Selasa (10/2/2015), malam kemarin.
Korban tersebut kini berada di tempat pengungsian yang telah disediakan
oleh relawan. Hingga Selasa malam kemarin, tim ACT telah mendirikan
10 induk posko daerah (IPD) banjir di 10 kabupaten/kota di Jabotabek
dan Karawang. Posko IPD di masing-masing wilayah mengkoordinasikan
24 posko unit  yang ada di wilayahnya.

Berdasarkan semua hal tersebut diatas, perlu ada Kajian Sosiologi Hukum
Terhadap Fenomena Banjir Setiap Tahun di Kota Jakarta. Hal ini menjadi
penting karena telah memakan banyak korban dan kerugian secara materiil
dan immaterial.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, tibalah untuk
mengemukakan rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
a. Bagaimana kajian sosiologi hukum terhadap fenomena banjir setiap
tahun di Kota Jakarta?
b. Apa penyebab fenomena banjir setiap tahun di Kota Jakarta?
B. SOSIOLOGI HUKUM
1. Sosiologi
Soerjono Soekanto (2006:3) menyatakan bahwa “Sosiologi merupakan
bagian dari filsafat sosial.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005:1085), Sosiologi adalah “pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku,
dan perkembangan masyarakat atau ilmu tentang struktur sosial, proses
sosial, dan perubahannya.” Berdasarkan pengertian tersebut, sosiologi identik
dengan semua hal terkait masyarakat. Masyarakat menjadi obyek dalam
Sosiologi.
Salah satu orang yang memberikan pengertian mengenai Sosiologi adalah
Soerjono Soekanto. Soerjono Soekanto (2006:3) menyatakan bahwa
“Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang ada di dalam proses
pertumbuhannya dapat dipisahkan dari ilmu-ilmu kemasyarakatan lainnya
seperti ekonomi, sejarah, ilmu jiwa sosial dan sebagainya.” Berdasarkan
pernyataan tersebut, sosiologi terpisah dengan ekonomi, sejarah, ilmu jiwa
sosial dan sebagainya yang adalah ilmu-ilmu kemasyarakatan.
Ada banyak pihak memberikan pernyataan mengenai sosiologi. Salah
satunya adalah Soerjono Soekanto (2006:3) yang menyatakan bahwa
Pemikiran terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk sebagai
suatu ilmu pengetahuan yang kemudian dinamakan sosiologi, pertama
kali terjadi di benua eropa. Banyak usaha, baik yang bersifat ilmiah
maupun yang bersifat nonilmiah, yang membentuk sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri.

Berdasarkan pernyataan tersebut, pemikiran terhadap masyarakat menjadi


penyebab munculnya sosiologi.
Dalam ranah interpretasi, ada interpretasi teleologis atau sosiologis.
Sudikno Mertokusumo (2005:171) menyatakan bahwa “Intepretasi
Teleologis, yaitu apabila makna undang-undang itu ditetapkan berdasarkan
tujuan kemasyarakatan.” Berdasarkan pernyataan tersebut, jelas bahwa ranah
penafsiran Undang-Undang dapat digunakan untuk tujuan kemasyarakatan.
2. Hukum
Tentu kita sering mendengar kata Hukum. Hukum diidentikkan dengan
hukuman penjara dan aparatur penegak hukum seperti Polisi, Jaksa, Advokat
dan Hakim. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:410), ada 4
pengertian mengenai hukum :
1. Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.
2. Undang-Undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur
pergaulan hidup masyarakat.
3. Patokan (Kaidah, Ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan
sebagainya) yang tertentu.
4. Keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh Hakim (dalam
pengadilan);vonis.

Berdasarkan sejumlah pengertian hukum tersebut, hukum merupakan


serangkaian peraturan/kaidah/ketentuan atau juga berbentuk putusan hakim
Pengadilan yang hidup di dalam masyarakat.
Masyarakat mempunyai pengaruh terhadap kaedah hukum. Soerjono
Soekanto dan Mustafa Abdullah (1987:9) menyatakan bahwa :
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berfungsinya kaedah hukum
dalam masyarakat yaitu :
1. Kaedah Hukum/peraturan itu sendiri
2. Petugas/penegak hukum
3. Fasilitas
4. Masyarakat.
Berdasarkan pernyataan tersebut, selain masyarakat, ada pula faktor yang lain
yang mempengaruhi kaedah hukum.
Kaedah Hukum sendiri tidak menutup diri terhadap hal yang berada di
luar hukum. Sidharta (2006:71) menyatakan bahwa “hukum senantiasa
bersifat terbuka terhadap faktor-faktor lain yang nonhukum, seperti budaya,
politik, sosial, ekonomi, dan teknologi.” Berdasarkan pernyataan tersebut,
hukum tidak hanya hidup sendiri dalam masyarakat, namun juga
memperhatikan faktor yang lain, tentu dengan mengingat teori hukum.
Teori Hukum merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan jika
membahas hukum itu sendiri. Sudikno Mertokusumo (2012:3) menyatakan
bahwa “Teori Hukum adalah teorinya ilmu hukum. Dengan perkataan lain,
Ilmu Hukum adalah objek Teori Hukum.” Berdasarkan pernyataan tersebut,
Teori Hukum membahas mengenai ilmu Hukum itu sendiri. Teori Hukum
sendiri tidak dapat dilepaskan dari Filsafat Hukum.
Filsafat Hukum merupakan hal yang penting ketika membahas mengenai
teori hukum. Meuwissen (2007:66) menyatakan bahwa “Filsafat hukum ingin
mendalami “hakikat” dari hukum, dan itu berarti bahwa ia ingin memahami
hukum sebagai penampilan atau manifestasi dari suatu asas yang
melandasinya.” Berdasarkan pernyataan tersebut, filsafat hukum mengupas
hakikat dari hukum itu sendiri secara mendalam.
Dalam dunia hukum, dikenal penegakan hukum. Chaerudin, Syaiful
Ahmad Dinar dan Syarif Fadillah (2008:113) menyatakan bahwa “Penegakan
hukum merupakan elemen penting dan strategis dalam kerangka
Pembangunan Hukum, terlebih lagi dalam suatu Negara hukum (rechstaat),
yang menurut Jeremy Bentham, penegakan hukum adalah sentral bagi
eksistensi hak.” Berdasarkan hal tersebut, penegakan hukum sungguh berarti
dalam masyarakat, karena setiap anggota mempunyai hak, bahkan hak asasi,
yang salah satunya adalah hal untuk hidup layak.
Hukum sendiri mempunyai sasaran yang dituju. Evi Hartanti (2009:1)
menyatakan bahwa :
Sasaran hukum yang hendak dituju bukan saja orang yang nyata-nyata
berbuat melawan hukum, melainkan juga perbuatan hukum yang
mungkin akan terjadi, dan kepada alat perlengkapan Negara untuk
bertindak menurut hukum. Sistem bekerjanya hukum yang demikian itu
merupakan salah satu bentuk penegakan hukum.

Berdasarkan pernyataan tersebut, salah satu sasaran hukum adalah untuk


membuat ius constituendum, selain untuk penegakan hukum dan untuk
menghukum orang yang melanggar hukum dalam suatu wilayah atau Negara.
3. Sosiologi Hukum
Negara hukum termasuk salah satu yang dibahas dalam Sosiologi Hukum.
Contoh Negara Hukum adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini
jelas diatur dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang menentukan bahwa “Negara Indonesia
adalah negara hukum.” Aristoteles memberikan pengertian mengenai Negara
Hukum, “Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada
warganegaranya” (Moh. Kusnardi dan Bintan Saragih, 2005:131).
Berdasarkan pernyataan tersebut, keadilan adalah hal yang penting dalam
Negara Hukum. Mengingat hal tersebut, tidaklah salah jika pemerintah
Indonesia membuat hukum dengan melihat masyarakat atau warganegaranya.
Hal ini tentu menjadi bahasan dalam sosiologi hukum.
Definisi tentang Sosiologi Hukum pernah dikemukakan oleh Alvin S.
Johnson. Alvin S. Johnson (1994:64) menyatakan bahwa :
Sosiologi hukum adalah bagian dari sosiologi jiwa manusia yang
menelaah sepenuhnya realitas sosial hukum, dimulai dari hal-hal yang
nyata dan observasi perwujudan lahiriah, di dalam kebiasaan-kebiasaan
kolektif yang efektif (organisasi-organisasi yang baku, adat-istiadat
sehari-hari dan tradisi-tradisi atau kebiasaan-kebiasaan inovatif) dan juga
dalam materi dasarnya (struktur keruangan dan kepadatan lembaga-
lembaga hukumnya secara demografis).

Berdasarkan pernyataan tersebut, realitas sosial hukum sampai ke dasar-dasar


realitas sosial hukum itu sendiri merupakan obyek dari sosiologi hukum.
Sosiologi hukum tentu mempunyai sejarah. Satjipto Rahardjo (2002:9)
menyatakan bahwa “Perubahan serta dinamika masyarakat memiliki saham
penting bagi munculnya sosiologi hukum, dalam hal ini perubahan di abad ke
dua puluh.” Berdasarkan pernyataan tersebut, jelas bahwa masyarakat
menjadi obyek dari sosiologi hukum itu sendiri.
Dalam Sosiologi Hukum, hubungan antara hukum dan masyarakat begitu
kental. Meuwissen (2007:63) menyatakan bahwa
Suatu tema penting dalam Sosiologi hukum yang tidak diragukan lagi
adalah penelitian tentang hubungan antara hukum dan masyarakat.
Dengan itu kita tidak terutama memaksudkan hubungan-hubungan
antarfakta kemasyarakatan (seperti yang dikemukakan dalam pandangan
Albert De Wild), tetapi hal mengembangkan suatu pengertian dari
hubungan-hubungan ini.

Berdasarkan pernyataan tersebut, sosiologi hukum dibuat untuk


mengembangkan suatu pengertian dari hubungan antara hukum dan
masyarakat.
Dalam dunia sosiologi hukum, dikenal sosiologi hukum sistematis. Alvin
S. Johnson (1994:189) menyatakan bahwa “Sosiologi Hukum sistematis
memiliki tugas untuk menelaah (studying) hubungan fungsional antara
kenyataan sosial dan jenis-jenis hukum.” Berdasarkan semua hal tersebut
diatas, kenyataan sosial berupa banjir setiap tahun di Jakarta tidak salah jika
dikaitkan dengan hukum. Tentu sangatlah menarik membahas mengenai
banjir setiap tahun di Jakarta. Perlu ada regulasi yang berarti dalam
penegakkannya guna mengakhiri banjir tersebut. Faktor-faktor kebiasaan
masyarakat yang buruk yang berakibat muncul banjir tentu harus dieliminasi.
Persamaan hukum dan sosiologi adalah bersama-sama hidup di tengah
masyarakat. Sebagaimana telah dijelaskan sebelum ini, bahwa obyek
sosiologi adalah masyarakat, sedangkan Hukum merupakan salah satu kaedah
yang berada di tengah-tengah masyarakat, selain kaedah agama, kaedah
kesusilaan dan kaedah kesopanan. Sudikno Mertokusumo (2005:15-16)
menyatakan bahwa
Kaedah hukum merupakan ketentuan atau pedoman tentang apa yang
seyogyanya atau seharusnya dilakukan. Pada hakekatnya kaedah hukum
perumusan pendapat atau pandangan tentang bagaimana seharusnya atau
seyogyanya seseorang bertingkah laku. Sebagai pedoman kaedah hukum
bersifat umum dan pasif.

Berdasarkan pernyataan tersebut, hukum dan sosiologi tumbuh dan


berkembang di dalam masyarakat.
C. DESKRIPSI TENTANG FENOMENA BANJIR SETIAP TAHUN DI
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA
Telah banyak pemberitaan mengenai banjir di Jakarta. Seluruh masyarakat
Indonesia pun sudah mengetahui mengenai banjir setiap tahun di Jakarta. Tidak
dapat dipungkiri bahwa banjir di Jakarta menghambat aktivitas warga Jakarta.
Apabila kita lihat pemberitaan di televisi, tidak sedikit kendaraan beroda
empat yang harus berhenti di tengah-tengah banjir. Tidak sedikit pula kendaraan
roda empat yang mempunyai harga yang mahal harus ikut berhenti berjalan di
tengah-tengah banjir. Hal ini tentu menimbulkan kerugian materiil, karena
kendaraan roda empat menjadi rusak karena mesin terkena genangan air.
Selain contoh kerugian materiil tersebut, ada pula kerugian immateriil.
Sebagaimana diberitakan oleh viva.co.id (19 Januari 2014) bahwa :
Kepala Seksi Gawat Darurat Bencana Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Iwan
Kurniawan, Minggu 19 Januari 2014, mengungkapkan sampai saat ini sudah
tercatat 10.260 warga yang terserang penyakit. "Berbagai penyakit yang
menyerang para pengungsi di antaranya Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA), gatal-gatal, dan pegal-pegal. Belum ada laporan warga yang terserang
penyakit berat," kata Iwan, di Balai Kota, Jakarta. Dia menambahkan, dari
10.260 orang yang terserang penyakit itu, 26 di antara sudah di rujuk ke
rumah sakit. Sementara sisanya tetap berada di posko pengungsian.

Pemberitaan tersebut menggambarkan bahwa akibat banjir di Jakarta begitu


masiv. Tidak dapat ditoleransi lagi.
Selain pemberitaan tersebut, ada pula pemberitaan yang lain, namun masih
mengenai banjir di Jakarta pada tahun 2014. Sebagaimana diberitakan oleh
beritajakarta.com (25 Januari 2014) bahwa :
Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Barat, Widyastuti menuturkan, terhitung
sejak Senin (13/1) hingga Jumat (24/1) tercatat sebanyak 20.263 korban banjir
terserang penyakit. Dari total jumlah itu, 21 persen diantaranya adalah balita
dengan keluhan, gatal-gatal, diare, dan batuk pilek. "Dari jumlah tersebut
paling banyak menderita penyakit ISPA sebanyak 36 persen dan kulit atau
gatal-gatal  sebanyak 32 persen. Sedangkan anak balita umumya menderita
gatal-gatal dan diare," kata Widyastuti.
Berdasarkan pemberitaan tersebut, semakin jelas bahwa penanggulangan banjir
setiap tahun di Jakarta merupakan hal yang tergolong harga yang tidak bisa
ditawar-tawar.
Rencana pembangunan DAM pun telah dicanangkan pemerintah.
Sebagaimana diberitakan oleh Kompas (16 Februari 2015:1) bahwa :
Untuk mengendalikan air dan mengantisipasi banjir di DKI Jakarta dan Jawa
Barat, khususnya sekitar kawasan Bandung Raya, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan menata kawasan hilir Sungai Ciliwung dan Sungai
Citarum. Untuk itu, pemerintah membangun DAM.”

Berdasarkan pemberitaan tersebut, fenomena banjir yang salah satunya di Kota


Jakarta memang menjadi pekerjaan pemerintah yang termasuk berat.
Keberadaan banjir setiap tahun di Jakarta sudah bertahun-tahun. Pada saat
Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Fauzi Bowo sebenarnya sudah
diupayakan penanggulangan banjir di Jakarta. Akan tetapi banjir setiap tahun di
Jakarta tidak kunjung usai
Ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab banjir. Yasin Yusuf (2005:9)
menyatakan bahwa :
Sebab banjir yang pertama yaitu hujan yang tinggi, yang merupakan faktor
pertama bagi daerah yang rentan banjir. Gelombang laut merupakan penyebab
banjir utama untuk pantai terbuka. Sebab-sebab lainnya adalah gelombang
besar karena siklon seperti di Bangladesh dan gelombang besar akibat gempa
bumi (tsunami), longsor lahan, ataupun letusan gunung api seperti di Jepang
dan Indonesia (letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883).

Berdasarkan pernyataan tersebut, sejumlah penyebab banjir adalah dari faktor


alam itu sendiri.
Ketiadaan pengelolaan sampah menjadi sebab kelahiran banjir. Contohnya
adalah di Kota Jakarta. Sebagaimana diberitakan oleh Kompas (23 Februari
2015:25) bahwa “Menurut Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Rasio Ridho Sani, sebanyak 20 persen sampah yang dihasilkan warga
lepas ke lingkungan tanpa pengelolaan apa pun. Akibatnya, terjadi banjir karena
sampah menyumbat aliran sungai.” Berdasarkan pemberitaan tersebut, selain
faktor alam dapat menjadi penyebab banjir, faktor ketiadaan pengelolaan yang
baik terhadap sampah, juga dapat mengakibatkan banjir.
Selain pernyataan Ridho Sani tersebut, ada juga yang menyatakan bahwa
sampah menjadi penyebab fenomena banjir di Jakarta. Sebagaimana diberitakan
oleh megapolitan.kompas.com (7 Januari 2015) bahwa :
Wali Kota Jakarta Pusat yang baru, Mangara Pardede, mengaku permasalahan
banjir di wilayahnya tidak akan dapat teratasi apabila sampah dan sedimentasi
di sungai dan selokan belum dibersihkan serta dikeruk. Karena itu, salah satu
instruksi pertamanya untuk Suku Dinas Kebersihan Jakarta Pusat adalah
membersihkan sungai dan selokan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, bahwa sampah dan sedimentasi di sungai dan


selokan jika belum dibersihkan serta dikeruk permasalahan banjir tidak mungkin
teratasi. Hal ini tentu sangat memprihatinkan mengingat Jakarta adalah Ibu Kota
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tidak sedikit masyarakat yang mempunyai semangat untuk menanggulangi
banjir. Sebagaimana diberitakan oleh Kompas (23 Februari 2015:25) bahwa :
Gerakan kesadaran masyarakat untuk memperlakukan sampah dengan benar
perlu terus dibangun. Gerakan peduli sampah ini harus dilakukan bersama-
sama. Sudah mulai banyak orang yang peduli terhadap sampah yang ia
hasilkan, tetapi tak sedikit pula yang “tidak beradab” dan tetap membuang
sampahnya sembarangan.

Berdasarkan pemberitaan tersebut, cukup banyak anggota masyarakat sendiri


yang mengecam fenomena buang sampah sembarangan.
Pada saat Basuki Tjahaja Purnama masih menjadi Wakil Gubernur Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta, sebagaiamana diberitakan oleh liputan6.com bahwa :
Ahok menilai, tindakan warga yang kerap membuang sampah ke Kali
Cipinang sebagai sikap yang tak mendukung upaya Pemprov DKI
membebaskan wilayah DKI dari bencana banjir. Padahal, setiap hujan
mengguyur banjir terus melanda Jakarta, yang umumnya disebabkan
tumpukan sampah.

Berdasarkan hal tersebut, penyebab umum banjir di Jakarta adalah sampah tidak
dikelola dengan baik.
D. KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM
Masyarakat Indonesia membutuhkan lingkungan hidup yang layak. Hal ini
menjadi hak bagi setiap anggota masyarakat Indonesia. Hak tersebut diatur
secara tegas dalam Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang
menentukan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Berdasarkan ketentuan tersebut,
lingkungan hidup yang selalu mengalami banjir di setiap tahun wajib
diperbaharui, karena banjir pasti menimbulkan ketidaknyamanan.
Telah banyak hal yang dilakukan pemerintah daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibu Kota Jakarta dalam penanggulangan banjir. Salah satunya adalah
sebagaimana diberitakan oleh merdeka.com (20 Februari 2015) bahwa
Pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dalam
pembangunan sudetan Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur. Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mendapatkan tugas untuk melakukan
pembebasan lahan. Ahok menegaskan, pihaknya akan menggusur warga yang
berada di jalur pembangunan sudetan ini. Terutama untuk kawasan Jalan Otto
Iskandar Dinata (Otista). Karena program penanganan banjir tidak boleh
berhenti.

Berdasarkan hal tersebut, dalam penanggulangan banjir di Jakarta harus ada yang
digusur, yaitu masyarakat yang berada di jalur pembangunan sudetan Kali
Ciliwung ke Kanal Banjir Timur.
Penanggulangan banjir di Jakarta telah lama diupayakan oleh Pemeritah
daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Dewasa ini, Gubernur Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta yaitu Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok kembali
mengupayakan penanggulangan banjir di Jakarta. Sebagaimana diberitakan oleh
tempo.co (25 Februari 2015), bahwa :
Setelah terbengkalai lebih dari enam bulan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
berencana melanjutkan pengerjaan Waduk Marunda di daerah Cilincing,
Jakarta Utara. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama membenarkan
hal tersebut sekaligus menyebutkan adanya dua fokus utama Pemprov DKI
dalam menangani banjir dengan optimalisasi waduk. "Di pompa Tunjungan,
Kamal Muara, nanti mendekati stadion GOR Cengkareng, kalau yang Jakarta
Utara di bagian timur ada di Marunda," kata Ahok pada Tempo, Senin 23
Februari 2015.

Berdasarkan pemberitaan tersebut, strategi utama Pemerintah Provinsi Daerah


Khusus Ibu Kota Jakarta dalam penanggulangan banjir di Jakarta adalah melalui
optimalisasi waduk, yang dimana termasuk waduk marunda di daerah Cilincing,
Jakarta Utara.
Sejumlah pihak memberikan pengertian mengenai penanggulangan banjir.
Salah satunya adalah Y. Sudaryoko (1987:1) yang menyatakan bahwa
“Penanggulangan banjir merupakan salah satu usaha dalam rangka pengendalian
banjir, sedangkan pengendalian banjir merupakan salah satu manfaat dari
pengaturan sungai.” Berdasarkan pernyataan tersebut, penanggulangan banjir
merupakan salah satu cara untuk mengendalikan fenomena banjir.
Sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia, tentu perlu ada
regulasi yang berfungsi untuk menanggulangi banjir di Kota Jakarta yang tidak
kunjung berhenti. Sebagaimana diberitakan oleh tempo.co (4 Desember 2014)
bahwa :
Ahok menuturkan Jakarta belum memiliki undang-undang yang mewajibkan
warga yang membuang sampah sembarangan untuk melakukan kerja sosial.
Penerapan sanksi selama ini diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
2013 tentang Pengelolaan Sampah. Target penegakan peraturan daerah
tersebut adalah Sungai Ciliwung. Ia menargetkan keadaan sungai yang
membelah Kota Jakarta itu harus menunjukkan perubahan setidaknya dalam
satu tahun.

Berdasarkan pemberitaan tersebut, perlu ada regulasi bagi penanggulangan banjir


di Kota Jakarta dalam bentuk Undang-Undang. Banjir telah mengakibatkan tidak
sedikit kerugian materiil maupun immateriil. Hal ini harus menjadi konsideran
jika dikemudian hari ada Undang-Undang mengenai penanggulangan banjir di
Kota Jakarta. Mengingat hal tesebut, semua pembuatan Undang-Undang
mengenai penanggulangan banjir di Jakarta tentu harus ada. Kota Jakarta
merupakan Ibu Kota Negara, sehingga banjir harus cepat ditanggulangi.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan semua hal tersebut diatas, tibalah untuk menyampaikan
kesimpulan dalam makalah ini, yaitu :
1. Kajian sosiologi hukum terhadap fenomena banjir setiap tahun di Kota
Jakarta adalah perlu ada regulasi bagi penanggulangan banjir di Kota
Jakarta dalam bentuk Undang-Undang. Banjir telah mengakibatkan tidak
sedikit kerugian materiil maupun immateriil. Hal ini harus menjadi
konsideran jika dikemudian hari ada Undang-Undang mengenai
penanggulangan banjir di Kota Jakarta. Mengingat hal tesebut, semua
pembuatan Undang-Undang mengenai penanggulangan banjir di Jakarta
tentu harus ada. Kota Jakarta merupakan Ibu Kota Negara, sehingga banjir
harus cepat ditanggulangi.
2. Penyebab fenomena banjir setiap tahun di Kota Jakarta adalah setiap hujan
mengguyur banjir terus melanda Jakarta, yang umumnya disebabkan
tumpukan sampah.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alvin S. Johnson (Penerjemah : Rinaldi Simamora), 1994, Sosiologi


Hukum (Judul asli “Sosiology of Law”), Cetakan Pertama, Rineka
Cipta, Jakarta.

Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar dan Syarif Fadillah, 2008, Strategi


Pencegahan dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, Cetakan
Pertama, PT. Refika Aditama, Bandung.

Evi Hartanti, 2009, Tindak Pidana Korupsi, Edisi ke-2, Cetakan ke-3, Sinar
Grafika, Jakarta.

Meuwissen (Penerjemah B. Arief Sidharta), 2007, Tentang Pengembangan


Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Filsafat Hukum, Refika
Aditama, Bandung.

Moh. Kusnardi dan Bintan Saragih, 2005, Ilmu Negara, Edisi Revisi,
Cetakan Kelima, Gaya Media Pratama, Jakarta.

Satjipto Rahardjo, 2002, Sosiologi Hukum: Perkembangan, Metode, dan


Pilihan Masalah, Cetakan Pertama, Muhammadiyah University
Press, Surakarta.

Sidharta, 2006, Moralitas Profesi Hukum Suatu Kerangka Berpikir,


Cetakan Pertama, Refika Aditama, Bandung.

Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, 1987, Sosiologi Hukum Dalam


Masyarakat, Cetakan ke-3, Rajawali, Jakarta.

Soerjono Soekanto, 2006, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru, PT.


RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sudikno Mertokusumo, 2005, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Edisi


Kelima, Cetakan Kedua, Liberty, Yogyakarta.

Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum, Edisi Revisi, Cahaya Atma


Pustaka, Yogyakarta.
Yasin Yusuf, 2005, Anatomi Banjir Kota Pantai Perspektif Geografi,
Pustaka Cakra Surakarta, Cetakan I, Surakarta.

Y. Sudaryoko, 1987, Pedoman Penanggulangan Banjir, Departemen


Pekerjaan Umum Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Cetakan
Pertama, Jakarta.

Kamus

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005, Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Edisi ke-3, Cetakan ke-3, Balai Pustaka, Jakarta.

Koran

Kompas, 11 Februari 2015, Atur Siasat di Puncak Musim Hujan, Jakarta.

Kompas, 11 Februari 2015, Presiden Bertekad Atasi Banjir, Gubernur DKI


Meminta Maaf atas Kerugian Ekonomi yang Tombul, Jakarta.

Kompas, 16 Februari 2015, Tahun Ini Pemerintah Bangun 190 DAM,


Jakarta

Kompas, 23 Februari 2015, Hari Peduli Sampah Masih Banyak Sampah,


Jakarta Belum Beradab, Jakarta.

Website

Aries Setiawan dan Tommy Adi Wibowo (viva.co.id), 19 Januari 2014,


Banjir Jakarta, 10.260 Pengungsi Terserang Penyakit, Diakses dari
http://metro.news.viva.co.id/news/read/474446-banjir-jakarta--10-
260-pengungsi-terserang-penyakit, Tanggal akses 28 Februari 2015.

TP. Moan Simanjuntak, 25 Januari 2014, 20.263 Korban Banjir di Jakbar


Terserang Penyakit, Diakses dari
http://beritajakarta.com/read/412/20263_Korban_Banjir_di_Jakbar_T
erserang_Penyakit#.VPHvPfnO9xg, Tanggal akses 28 Februari 2015.

Unoviana Kartika (megapolitan.kompas.com), 7 Januari 2015, Dekati


Puncak Musim Hujan, Selokan di Jakarta Pusat Masih Dipenuhi
Sampah, Diakses dari
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/01/07/16241701/Dekati.P
uncak.Musim.Hujan.Selokan.di.Jakarta.Pusat.Masih.Dipenuhi.Sampa
h, Tanggal akses 26 Februari 2015.

Tegar Arief (Jakarta.bisnis.com), 11 Februari 2015, Banjir Jakarta,


Relawan ACT Evakuasi 636 Korban, Diakses dari
http://jakarta.bisnis.com/read/20150211/382/401384/banjir-jakarta-
relawan-act-evakuasi-636-korban, Tanggal akses 26 Februari 2015.

Fikri Faqih (merdeka.com), 20 Februari 2015, Ahok Siap Usir Warga,


Diakses dari http://www.merdeka.com/jakarta/sukseskan-program-
sudetan-ciliwung-ahok-siap-usir-warga.html, Tanggal akses 26
Februari 2015.

Aisha Shaidra, 25 Februari 2015, Strategi DKI Bebaskan Banjir di Jakarta


Utara, Diakses dari
http://www.tempo.co/read/news/2015/02/25/083645101/Strategi-
DKI-Bebaskan-Banjir-di-Jakarta-Utara, Tanggal akses 26 Februari
2015.

Linda Hairani, 4 Desember 2014, Awas, Ahok Denda Rp 5 Juta bagi


pembuang sampah sembarangan, Diakses dari
http://www.tempo.co/read/news/2014/12/04/231626292/Awas-Ahok-
Denda-Rp-5-Juta-bagi-Pembuang-Sampah-Sembarangan, Tanggal
akses 4 Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai