Kajian Sosiologi Hukum Terhadap Fenomena
Kajian Sosiologi Hukum Terhadap Fenomena
TAHUN 2015
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia membutuhkan lingkungan hidup yang layak. Hal
ini menjadi hak bagi setiap anggota masyarakat Indonesia. Hak tersebut
diatur secara tegas dalam Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
yang menentukan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Berdasarkan ketentuan
tersebut, lingkungan hidup yang selalu mengalami banjir di setiap tahun
wajib diperbaharui, karena banjir pasti menimbulkan ketidaknyamanan.
Salah satu peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat adalah banjir setiap
tahun di Jakarta. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:103), salah
satu pengertian banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya
kering) karena volume air yang meningkat.” Berdasarkan pengertian tersebut,
banjir membuat ketidaknyamanan dalam masyarakat, karena banjir membuat
aktivitas masyarakat yang mayoritas ada di daratan menjadi terhambat. Selain
itu, ada pula kerugian materiil maupun kerugian immateriil yang timbul
karena keberadaan banjir di Jakarta yang dirasakan sendiri oleh masyarakat
Jakarta.
Masyarakat Jakarta melihat jalan raya yang merupakan salah satu
infrastruktur dalam masyarakat yang sangat berguna untuk aktivitas
masyarakat sehari-hari harus terendam dan mengganggu aktivitas masyarakat
ketika banjir tiba. Tidak sedikit pula kendaraan beroda empat yang berhenti
ditengah jalan karena sedang terendam banjir. Kondisi ini tentu sangat
memprihatinkan mengingat Kota Jakarta adalah Ibu Kota Republik
Indonesia. Sebagaimana diberitakan Kompas (11 Februari 2015:1) bahwa
“Banjir besar melumpuhkan sebagian Jakarta, Senin hingga Selasa (9-
10/2). Cuaca buruk diperkirakan masih akan bertahan hingga beberapa
hari mendatang. Menghadapi semua ini, warga Ibu Kota pun mengatur
berbagai siasat agar kegiatan mereka tak terganggu.”
Berdasarkan pemberitaan tersebut, pemerintah Jakarta dan masyarakat
Jakarta harus bersatu padu untuk menanggulangi banjir. Selain itu, perlu
penelusuran lebih jauh mengenai penyebab banjir yang menerpa Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta.
Kota Jakarta merupakan tergolong daerah yang selalu mengalami banjir
disetiap tahun. Kompas (11 Februari 2015:1) memberitakan bahwa “Presiden
Joko Widodo menyatakan, upaya penanggulangan banjir di ibu Kota tak
mungkin diselesaikan 1-2 tahun. Namun, ia berkomitmen mempercepat
penyelesaian program penanggulangan banjir di Jakarta.” Berdasarkan
pemberitaan tersebut, terkesan tidaklah mudah menanggulangi fenomena
banjir di setiap tahun di Jakarta.
Tahun 2015 awal, banjir di Jakarta telah memakan banyak korban.
Sebagaimana diberitakan oleh Jakarta.bisnis.com (11 Februari 2015) bahwa :
Sebanyak 636 korban bencana banjir Jakarta telah dievauasi oleh tim
relawan Aksi Cepat Tanggap pada Selasa (10/2/2015), malam kemarin.
Korban tersebut kini berada di tempat pengungsian yang telah disediakan
oleh relawan. Hingga Selasa malam kemarin, tim ACT telah mendirikan
10 induk posko daerah (IPD) banjir di 10 kabupaten/kota di Jabotabek
dan Karawang. Posko IPD di masing-masing wilayah mengkoordinasikan
24 posko unit yang ada di wilayahnya.
Berdasarkan semua hal tersebut diatas, perlu ada Kajian Sosiologi Hukum
Terhadap Fenomena Banjir Setiap Tahun di Kota Jakarta. Hal ini menjadi
penting karena telah memakan banyak korban dan kerugian secara materiil
dan immaterial.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, tibalah untuk
mengemukakan rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
a. Bagaimana kajian sosiologi hukum terhadap fenomena banjir setiap
tahun di Kota Jakarta?
b. Apa penyebab fenomena banjir setiap tahun di Kota Jakarta?
B. SOSIOLOGI HUKUM
1. Sosiologi
Soerjono Soekanto (2006:3) menyatakan bahwa “Sosiologi merupakan
bagian dari filsafat sosial.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005:1085), Sosiologi adalah “pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku,
dan perkembangan masyarakat atau ilmu tentang struktur sosial, proses
sosial, dan perubahannya.” Berdasarkan pengertian tersebut, sosiologi identik
dengan semua hal terkait masyarakat. Masyarakat menjadi obyek dalam
Sosiologi.
Salah satu orang yang memberikan pengertian mengenai Sosiologi adalah
Soerjono Soekanto. Soerjono Soekanto (2006:3) menyatakan bahwa
“Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang ada di dalam proses
pertumbuhannya dapat dipisahkan dari ilmu-ilmu kemasyarakatan lainnya
seperti ekonomi, sejarah, ilmu jiwa sosial dan sebagainya.” Berdasarkan
pernyataan tersebut, sosiologi terpisah dengan ekonomi, sejarah, ilmu jiwa
sosial dan sebagainya yang adalah ilmu-ilmu kemasyarakatan.
Ada banyak pihak memberikan pernyataan mengenai sosiologi. Salah
satunya adalah Soerjono Soekanto (2006:3) yang menyatakan bahwa
Pemikiran terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk sebagai
suatu ilmu pengetahuan yang kemudian dinamakan sosiologi, pertama
kali terjadi di benua eropa. Banyak usaha, baik yang bersifat ilmiah
maupun yang bersifat nonilmiah, yang membentuk sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, penyebab umum banjir di Jakarta adalah sampah tidak
dikelola dengan baik.
D. KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM
Masyarakat Indonesia membutuhkan lingkungan hidup yang layak. Hal ini
menjadi hak bagi setiap anggota masyarakat Indonesia. Hak tersebut diatur
secara tegas dalam Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang
menentukan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Berdasarkan ketentuan tersebut,
lingkungan hidup yang selalu mengalami banjir di setiap tahun wajib
diperbaharui, karena banjir pasti menimbulkan ketidaknyamanan.
Telah banyak hal yang dilakukan pemerintah daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibu Kota Jakarta dalam penanggulangan banjir. Salah satunya adalah
sebagaimana diberitakan oleh merdeka.com (20 Februari 2015) bahwa
Pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dalam
pembangunan sudetan Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur. Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mendapatkan tugas untuk melakukan
pembebasan lahan. Ahok menegaskan, pihaknya akan menggusur warga yang
berada di jalur pembangunan sudetan ini. Terutama untuk kawasan Jalan Otto
Iskandar Dinata (Otista). Karena program penanganan banjir tidak boleh
berhenti.
Berdasarkan hal tersebut, dalam penanggulangan banjir di Jakarta harus ada yang
digusur, yaitu masyarakat yang berada di jalur pembangunan sudetan Kali
Ciliwung ke Kanal Banjir Timur.
Penanggulangan banjir di Jakarta telah lama diupayakan oleh Pemeritah
daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Dewasa ini, Gubernur Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta yaitu Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok kembali
mengupayakan penanggulangan banjir di Jakarta. Sebagaimana diberitakan oleh
tempo.co (25 Februari 2015), bahwa :
Setelah terbengkalai lebih dari enam bulan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
berencana melanjutkan pengerjaan Waduk Marunda di daerah Cilincing,
Jakarta Utara. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama membenarkan
hal tersebut sekaligus menyebutkan adanya dua fokus utama Pemprov DKI
dalam menangani banjir dengan optimalisasi waduk. "Di pompa Tunjungan,
Kamal Muara, nanti mendekati stadion GOR Cengkareng, kalau yang Jakarta
Utara di bagian timur ada di Marunda," kata Ahok pada Tempo, Senin 23
Februari 2015.
Buku
Evi Hartanti, 2009, Tindak Pidana Korupsi, Edisi ke-2, Cetakan ke-3, Sinar
Grafika, Jakarta.
Moh. Kusnardi dan Bintan Saragih, 2005, Ilmu Negara, Edisi Revisi,
Cetakan Kelima, Gaya Media Pratama, Jakarta.
Kamus
Koran
Website