Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH DISKUSI BAHASA INGGRIS

PEMANASAN GLOBAL

Alwi Al Aziz (190401098)


Benny Yaputra (190401079)
Bobby Ade Putra (190401072)
Joshua Gintaing (190401101)
Mhd. Yhoga Ananta Wijaya (190401077)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pemanasan Global
Pemanasan global (bahasa Inggris: Global warming) (juga disebut Darurat iklim atau
Krisis iklim) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32
°F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad
ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh
setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-
negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa
kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[2]
Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai
emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang
berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan
kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun
tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.

Longsorannya Es
Peneliti menemukan fakta terbaru soal pemanasan global yang membuat es di Antartika
mencair lebih cepat dari 40 tahun yang lalu. Antara tahun 1979 hingga 2017, peneliti mencatat
pencairan permukaan laut di seluruh dunia meningkat 1,4 cm akibat mencairnya es di Antartika.
Akibatnya, permukaan laut di seluruh dunia berpotensi menjadi semakin tinggi. Dibandingkan
tahun 2009-2017, saat ini es di Antartika mencair enam kali lipat lebih cepat menjadi 252 miliar
ton per tahun.
Dilaporkan AFP, peneliti menemukan fakta yang lebih mengkhawatirkan terkait area
yang sempat dianggap stabil dan tak terpengaruh perubahan di Antartika Timur. Di lokasi
tersebut banyak es yang kini mencair. "Di sekitar Wilkes, Antartika Timur secara keseluruhan
selalu menjadi area penting terkait lapisan es yang mencair, bahkan sejak tahun 1980-an, seperti
yang ditemukan pada riset kami," ungkap peneliti utama, ketua ilmu sistem Bumi di University
of California, Eric Rignot.
Menurutnya, tim peneliti menduga area tersebut kemungkinan lebih sensitif terhadap perubahan
iklim dibandingkan prediksi sebelumnya. Daerah Antartika Timur memiliki lebih banyak lapisan
es dibandingkan Antartika Barat dan Semenanjung Antartika.
Naiknya Permukaan Air Laut
Sebagai negara kepulauan dengan 17 ribu jumlah pulaunya, Indonesia wajib berhati-hati
dan waspada dengan dampak pemanasan global(Global Warming), karena para ahli sudah
menyimpulkan bahwa naiknya permukaan air laut adalah karena akibat pemanasan global.
Global Warming yang diakibatkan oleh terjebaknya panas matahari yang seharusnya ke luar
angkasa namun tertahan oleh gas efek rumah kaca yang jumlahnya berlebihan karena peran
manusia dalam menggunakan energi bahan bakar fosil, membuat samudra menjadi lebih hangat
dan berakibat permukaan air laut makin naik.
Ada dua hal yang membuat air laut bertambah naik yaitu ekspansi/perluasan panas
(thermal expansion) dan melelehnya es (melting ice) di Kutub Utara dan Selatan. Para ahli
menghitung pada abad lalu permukaan air laut telah naik antara 10 hingga 20 centimeter.
Analogi dari thermal expansion adalah sebagaimana kita melihat gerakan thermometer ketika
suhu panas berlangsung, cairan air raksa didalamnya akan bergerak naik dan begitu pula juga
dengan air laut yang makin naik akibat pemanasan global. Pada abad lalu (abad 20-tahun 1900-
2000), samudra bertambah panas 0.1 derajat Celcius, dan ini kelihatan kecil namun para ahli
menemukan makin panasnya lautan menyebabkan setengah/50 persen dari kenaikan permukaan
air laut itu (rising sea levels).
Alasan berikutnya dengan melelehnya sebagian besar es di Kutub Utara dan Selatan yang
juga mempunyai musim panas (summer) dan dingin (winter) sebagaimana daerah lain di bumi
ternyata berdampak buruk saat kedua musim itu tiba. Akibat pemanasan global ketebalan es di
kedua kutub tersebut makin tipis (thinner) dan area yang ditutupi es makin sedikit (smaller)
sehingga ketika musim panas datang, es ini gampang meleleh dan tercebur ke laut dan ini
membuat tinggi permukaan air laut naik.

Perubahan Iklim
Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam distribusi pola cuaca secara
statistik sepanjang periode waktu mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. Istilah ini bisa juga
berarti perubahan keadaan cuaca rata-rata atau perubahan distribusi peristiwa cuaca rata-rata,
contohnya, jumlah peristiwa cuaca ekstrem yang semakin banyak atau sedikit. Perubahan iklim
terbatas hingga regional tertentu atau dapat terjadi di seluruh wilayah Bumi.
Dalam penggunaannya saat ini, khususnya pada kebijakan lingkungan, perubahan iklim
merujuk pada perubahan iklim modern. Perubahan ini dapat dikelompokkan sebagai perubahan
iklim antropogenik atau lebih umumnya dikenal sebagai pemanasan global atau pemanasan
global antropogenik.
Perubahan iklim terjadi ketika perubahan dalam sistem iklim bumi menghasilkan pola
cuaca baru yang bertahan selama setidaknya beberapa dekade, dan mungkin selama jutaan tahun.
Sistem iklim terdiri dari lima bagian yang saling berinteraksi, atmosfer (udara), hidrosfer (air),
kriosfer (es dan permafrost), biosfer (makhluk hidup), dan litosfer (kerak bumi dan mantel atas).
Sistem iklim menerima hampir semua energinya dari matahari, dengan jumlah yang relatif kecil
dari interior bumi. Sistem iklim juga memberikan energi ke luar angkasa. Keseimbangan energi
yang masuk dan keluar, dan perjalanan energi melalui sistem iklim, menentukan anggaran energi
Bumi. Ketika energi yang masuk lebih besar dari energi yang keluar, anggaran energi bumi
positif dan sistem iklim memanas. Jika lebih banyak energi keluar, anggaran energi negatif dan
bumi mengalami pendinginan.
Saat energi ini bergerak melalui sistem iklim Bumi, ia menciptakan cuaca Bumi dan rata-
rata cuaca jangka panjang disebut "iklim". Perubahan rata-rata jangka panjang disebut
"perubahan iklim". Perubahan seperti itu bisa merupakan hasil dari "variabilitas internal", ketika
proses alami yang melekat pada berbagai bagian dari sistem iklim mengubah anggaran energi
Bumi. Contohnya termasuk pola siklus laut seperti El Nino Southern Oscillation yang terkenal
dan kurang dikenal Osilasi decadal Pasifik dan osilasi multidecadal Atlantik. Perubahan iklim
juga dapat dihasilkan dari "pemaksaan eksternal", ketika peristiwa di luar lima bagian sistem
iklim tetap menghasilkan perubahan dalam sistem. Contohnya termasuk perubahan output
matahari dan vulkanisme.
Aktivitas manusia juga dapat mengubah iklim bumi, dan saat ini mendorong perubahan
iklim melalui pemanasan global. Tidak ada kesepakatan umum dalam dokumen ilmiah, media,
atau kebijakan mengenai istilah yang tepat untuk digunakan merujuk pada antropogenik
perubahan yang dipaksakan; baik "pemanasan global" atau "perubahan iklim" dapat digunakan.

Krisis Pertanian
Sebuah laporan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) yang dirilis pada Kasmi
(8/8) menyatakan jika perubahan iklim dibiarkan tidak terkendali, kenaikan suhu, cuaca ekstrem
dan penurunan lahan dapat memicu krisis pangan dunia. Laporan dikerjakan oleh 100 ilmuwan
dari seleuruh dunia itu meneliti bagaimana pertanian akan dipengaruhi oleh pemanasan global,
serta bagaimana produksi pangan dan perubahan lain dalam penggunaan lahan diharapkan
berkontribusi terhadap perubahan iklim di masa depan.
Laporan menyimpulkan bahwa jika suhu global rata-rata naik 2 derajat Celcius (C) risiko
ketidakstabilan pasokan makanan diproyeksikan akan sangat tinggi. Salah satu cara utama
produksi pangan dapat dipengaruhi oleh peristiwa cuaca ekstrem. Penelitian telah menunjukkan
bahwa perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan cuaca ekstrem, menyebabkan hujan lebih
dan badai atau menyebabkan gelombang panas ekstrem panjang, yang dapat mengganggu
tanaman atau mengubah musim tanam.
Pada bulan Juli, gelombang panas hebat yang melanda Eropa telah memperburuk kondisi
kekeringan di Perancis, memengaruhi tanaman untuk dipanen, di mana Prancis satu produsen
biji-bijian terbesar di Uni Eropa.
"Di masa lalu, cuaca buruk di satu daerah bisa digantikan karena cuaca lebih baik terjadi
di daerah lain, tetapi beberapa penelitian kami menunjukkan saat suhu meningkat 2 derajat
Celcius, kemungkinan produsen biji-bijian masalah di tempat yang sama," kata Rosamond
Naylor, direktur Pusat Ketahanan Pangan dan Lingkungan di Universitas Stanford, yang tidak
terlibat dengan laporan tersebut. Naylor menyarankan bahwa pemanasan global dapat membuat
hama berkembang biak lebih cepat dan dapat melemahkan kemampuan tanaman tertentu
melawan penyakit.

Penyakit yang Disebarkan Nyamuk


Menurut penelitian yang pernah dilakukan di kawasan temperate, pemanasan global
dapat meningkatkan sebaran nyamuk dan mereduksi ukuran larva dan ukuran dewasanya,
akibatnya nyamuk dengan perawakan dewasa yang kecil akan menggigit lebih sering untuk
mengembangkan telurnya. Selain itu temperatur yang hangat dapat membangkitkan pemakanan
dua kali (double feeding) yang dapat meningkatkan kesempatan penularan yang lebih banyak.
Informasi mengenai pemanasan global yang dirilis oleh majalah Nature (February, 2004)
mengungkapkan studi ilmuwan yang mempelajari enam kawasan di dunia yang merupakan lahan
daratan dan memproyeksikan 1.103 spesies binatang dan spesies tumbuhan. Menurut laporan itu,
sebagai akibat pemanasan global, ada beberapa spesies mempunyai kemampuan untuk secara
sukses menyebar atau bergerak pada kawasan yang berlainan, hal itu terjadi atas upaya spesies
itu menghindar dari perubahan iklim yang mengakibatkan kepunahan.
Secara tidak langsung analisa ini menekankan kepada kita bahwa penggundulan hutan
yang mengakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim merupakan dampak tidak langsung
mewabahnya demam berdarah. Oleh karena itu pemberantasan penyakit demam berdarah,
seharusnya bukan lagi menjadi isu lokal, yang harus menyadarkan kebijakan mengenai
penanganan lingkungan hidup yang benar, tapi juga isu regional bahkan isu global yang harus
ditanggulangi bersama oleh masyarakat dunia.

Pengandalian Pemanasan Global


Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-
langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah
pemanasan global pada masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang
timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim pada
masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi
dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah
dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara,
seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga
koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara.
Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke
habitat yang lebih dingin.

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau
komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan
karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/ipe/5ac31a38f1334479081c4562/pemanasan-global-semakin-
naiknya-tinggi-samudra
https://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_iklim
https://news.okezone.com/read/2019/08/17/18/2093295/perubahan-iklim-bisa-memicu-krisis-
pangan-dunia
http://etos.co.id/duis-sed-odio-sit-amet-nibh-vulputate-cursus-2/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global#Pengendalian_pemanasan_global
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190115112957-199-360890/pemanasan-global-252-
miliar-ton-es-mencair-di-antartika

Anda mungkin juga menyukai