PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, pelayanan kesejahteraan sosial bagi warga usia lanjut secara umum
boleh dikatakan masih merupakan hal yang baru. Hal ini dikarenakan prioritas yang
diberikan pada populasi usia lanjut memang baru saja mulai diperhatikan. Sebelum
GBHN 1993, upaya kepada populasi usia lanjut selalu dikaitkan dengan istilah “usia
lanjut dan jompo“. Pandangan ini mulai diperbaiki, seiring dengan peningkatan
pengertian dan pemahaman tentang usia lanjut, sehingga dalam GBHN 1993 usia
lanjut mendapat perlakuan tersendiri, walaupun masih dalam seksi bersama dengan
wanita dan remaja. GBHN 1998 diharapkan memberikan perhatian yang lebih bagi
para usia lanjut. Dibanding negara maju, misalnya Amerika atau Australia, Indonesia
sangat tertinggal dalam hal pemberian kesejahteraan bagi lansia ini.
Pelayanan kesejahteraan sosial pada usia lanjut membutuhkan keterkaitan antara
semua bidang kesejahteraan, antara lain : kesehatan, sosial, agama, olah raga,
kesenian, koperasi dan lain–lain.
Aspek spiritual pada lansia menjadi penting mengingat :Populasi usia lanjut yang
“sehat” : secara fungsional masih tidak tergantung pada orang lain, aktivitas hidup
sehari–hari (AHS) masih penuh, walaupun mungkin ada keterbatasan dari segi sosial–
ekonomi yang memerlukan beberapa pelayanan, misalnya perumahan, peningkatan
pendapatan dan pelayanan lain. Pelayanan kesehatan yang diperlukan terutama adalah
dari segi prevensi dan promosi.
Kebutuhan spiritual merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk mencari
tujuan dan harapan hidup. Aspek dalam spiritual antara lain: harapan, kedamaian.
Cinta, kasih, sayang, bersyukur dan keyakinan. Perawat sebagai tenaga kesehatan
yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan
atau asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi
kebutuhan dasar yang holistic. Perawat memandang klien sebagai mahluk bio–psiko–
sosio– cultural dan spiritual yang berespon secara holistic dan unik terhadap
perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis. Asuhan keperawatan yang diberikan
perawat tidak bisa lepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari
interaksi perawat dengan klien (Martono, 2004).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep kebutuhan spirit
BAB II
PEMBAHASAN
B. Karakteristik Spiritual
Adapun karakteristik spiritualitas menurut ( hamid 2000 ) meliputi :
1. Hubungan dengan diri sendiri ( kekuatan dalam atau self-reliance) meliputi :
pengetahuan diri (siapa dirinya,apa yang dapat dilakukannya) dan sikap ( percaya
pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran,
harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri
2. Hubungan dengan alam ( harmoni ) meliputi : mengetahui tentang tanaman,
pohon,marga satwa,iklim dan berkomunikasi dengan alam (bertanam,berjalan kaki),
mengabadikan dan melindungi alam
3. Hubungan dengan orang lain (harmonis atau suportif)meliputi : berbagi
waktu,pengetahuan dan sumber secara timbal balik,mengasuh anak,orang tua dan
orang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi,melayat)
dikatakan tidak harmonis apabila : konflik dengan orang lain,resolusi yang
menimbulkan ketidak harmonisan dan friksi.
4. Hubungan dengan ketuhanan (agamais atau tidak agamais) meliputi : sembahyang
atau berdoa atau meditasi,perlengkapan keagamaan dan bersatu dengan alam (hamid
2000).