Anda di halaman 1dari 4

KISAH UMAR DAN WABAH PENYAKIT

THA’UN DI SYAMS
NADIA RAHMA A. 2B

Wabah penyakit merupakan hal yang sangat ditakuti manusia sebagaimana virus Corona
yang menyebabkan kematian di negeri China. Wabah virus ini kini menjadi perhatian dunia
termasuk Indonesia.

Di zaman Rasulullah SAW dan para Sahabat juga pernah mengalami musibah wabah
penyakit. Seperti yang terjadi di Kota Madinah tahun ke-6 Hijriyah, kaum muslim Madinah
terkena wabah penyakit tho'un (sejenis wabah penyakit kolera). Namun, Allah Ta'ala
menjaga Madinah berkat doa Rasulullah SAW. Pertistiwa wabah tha'un di Madinah hanya
terjadi sekali saja.
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu (RA), wabah penyakit tho'un
juga pernah menjangkiti negeri Syam. Dalam peritiwa itu sekitar 20.000 orang lebih
meninggal dunia. Kisah ini diceritakan dalam Hadis Shahih Muslim.

Wabah penyakit Tha'un juga pernah terjadi pada masa Ibnu Zubair, yaitu pada bulan
Syawal tahun 69 Hijriyah. Dalam kejadian itu ribuan orang meninggal dunia.

Dari 'Abdullah bin 'Amir bin Rabi'ah, "Suatu ketika Umar bin Khatthab pergi ke Syam.
Setelah sampai di Saragh, dia mendengar bahwa wabah penyakit sedang berjangkit di
Syam. Maka 'Abdurrahman bin 'Auf mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam (SAW) telah bersabda: 'Apabila kamu mendengar wabah
berjangkit di suatu negeri, maka janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah
itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena
hendak melarikan diri darinya.' Maka Umar pun kembali dari Saragh. Dan dari Ibnu
Syihab dari Salim bin Abdullah; bahwa Umar kembali bersama orang-orang setelah
mendengar Hadits Abdurrahman bin Auf". (Shahih Muslim No. 4115)

Sikap Umar Menghadapi Wabah Penyakit Tho'un

Ketika Umar pergi ke Syam, setelah sampai di Saragh, pimpinan tentara datang
menyambutnya. Antara lain terdapat Abu "Ubaidah bin Jarrah dan para sahabat yang lain.
Mereka mengabarkan kepada 'Umar bahwa wabah penyakit sedang berjangkit di Syam.
Ibnu Abbas berkata; 'Umar berkata; 'Panggil ke sini para pendahulu dari orang-orang
Muhajirin! '

Maka kupanggil mereka, lalu 'Umar bermusyawarah dengan mereka. Kata 'Umar; 'Wabah
penyakit sedang berjangkit di Syam. Bagaimana pendapat kalian? ' Mereka berbeda
pendapat. Sebagian mengatakan kepada 'Umar; 'Anda telah keluar untuk suatu urusan
penting. Karena itu kami berpendapat, tidak selayaknya Anda akan pulang begitu saja.'

Sebagian lain mengatakan; 'Anda datang membawa rombongan besar yang di sana terdapat
para sahabat Rasulullah SAW. Kami tidak sependapat jika Anda menghadapkan mereka
kepada wabah penyakit ini.' Umar berkata: 'Pergilah kalian dari sini! ' Kemudian 'Umar
berkata lagi: 'Panggil ke sini orang-orang Anshar! '
Maka aku memanggil mereka, lalu Umar bermusyawarah dengan mereka. Ternyata
kebijaksanaan mereka sama dengan orang-orang Muhajirin. Mereka berbeda pendapat
seperti orang-orang Muhajirin. Maka kata 'Umar; 'Pergilah kalian dari sini! ' Kata Umar
selanjutnya; 'Panggil ke sini pemimpin-pemimpin Quraisy yang hijrah sebelum penaklukan
Makkah!' Maka aku (Ibnu Abbas) memanggil mereka.

Ternyata mereka semuanya sependapat, tidak ada perbedaan. Kata mereka; 'Kami
berpendapat, sebaiknya Anda pulang saja kembali bersama rombongan Anda dan jangan
menghadapkan mereka kepada wabah ini. Lalu Umar menyerukan kepada rombongannya
"Besok pagi-pagi aku akan kembali pulang. Karena itu bersiap-siaplah kalian!"

Kemudian Abu 'Ubaidah bin Jarrah bertanya; "Apakah kita hendak lari dari takdir Allah?"
Umar menjawab: 'Mengapa kamu bertanya demikian hai Abu 'Ubaidah?

Agaknya Umar tidak mau berdebat dengannya. Beliau menjawab: "Ya, kita lari dari takdir
Allah kepada takdir Allah. Bagaimana pendapatmu, seandainya engkau mempunyai seekor
unta, lalu engkau turun ke lembah yang mempunyai dua sisi. Yang satu subur dan yang lain
tandus.Bukanlah jika engkau menggembalakannya di tempat yang subur, engkau
menggembala dengan takdir Allah juga, dan jika engkau menggembala di tempat tandus
engkau menggembala dengan takdir Allah?"

Di tengah perbincangan Umar dengan Abu 'Ubaidah tiba-tiba datang sahabat Nabi bernama
Abdurrahman bin 'Auf yang belum hadir karena suatu urusan. Lalu dia berkata: "Aku
mengerti masalah ini. Aku mendengar Rasulullah bersabda: "Apabila kamu mendengar
wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu
berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena
hendak melarikan diri."

Mendengar itu, akhirnya Umar mengucapkan puji syukur kepada Allah, setelah itu beliau
pergi. Di dalam Hadis Ma'mar ada tambahan Umar berkata: "Bukankah jika kamu
mengembalakan unta di tempat yang tandus dengan meninggalkan tempat yang subur
berarti kamu telah membuatnya lemah?

Ketika itu Abu Ubaidah menjawab: "Ya." Kemudian Umar berkata: maka berangkatlah!
Maka Abu Ubaidah berangkat hingga sampai di Madinah, lalu dia berkata: "Insya Allah ini
adalah tempat tinggal." (Shahih Muslim No. 4114)
Penjelasan Nabi Soal Wabah Tha'un

Dari 'Amir bin Sa'ad bin Abu Waqash dari bapaknya bahwa dia ('Amir) mendengar
bapaknya bertanya kepada Usamah bin Zaid: "Apa yang pernah kamu dengar dari
Rasulullah SAW tentang masalah tha'un (wabah penyakit sampar, pes, lepra)?".

Maka Usamah berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Tha'un adalah sejenis kotoran (siksa)
yang ditimpakan kepada satu golongan dari Bani Isra'il atau kepada umat sebelum kalian.
Maka itu jika kalian mendengar ada wabah tersebut di suatu wilayah janganlah kalian
memasuki wilayah tersebut dan jika kalian sedang berada di wilayah yang terkena wabah
tersebut janganlah kalian mengungsi darinya". (Shahih Al-Bukhari No. 3214)

Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi bersabda: "Tha'un (wabah kolera)
adalah semacam azab (siksaan) yang diturunkan Allah kepada Bani Israil atau kepada umat
yang sebelum kamu.

Perintah Nabi untuk Menutup Bejana

Dari Jabir bin 'Abdullah mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Tutuplah bejana-bejana,
dan ikatlah tempat-tempat minuman, karena di suatu malam pada setiap tahunnya akan ada
wabah penyakit (berbahaya) yang akan jatuh ke dalam bejana dan ke tempat-tempat air
yang tidak tertutup."

Dan telah menceritakan kepada kami Nashr bin 'Ali Al Jahdlami; Telah menceritakan
kepadaku Bapakku; Telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa'd dengan Hadis dan
sanad yang serupa, hanya saja dia berkata dengan kalimat "Karena di suatu hari pada setiap
tahunnya akan ada wabah penyakit". Dia juga menambahkan pada akhir Haditsnya; Al laits
berkata: "Orang-orang ajam (selain orang arab) di antara kami merasa takut pada hal itu
sejak bulan pertama.' (Shahih Muslim No. 3758)

Wabah Tha'un merupakan penyakit yang mematikan pada masa Rasulullah dan para
sahabat. Namun, Nabi memberi gabar gembira bagi mereka yang pernah terkena penyakit
ini. Beliau bersabda: "Bahwa ada suatu azab yang Allah mengutusnya (untuk) menimpa
kepada seseorang yang DIA kehendaki. Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-
orang mukmin. Tidaklah bagi seseorang yang tertimpa tha'un kemudian ia berdiam diri di
wilayahnya itu dengan sabar dan ia menyadari bahwa tha'un itu tidak akan menimpa
kecuali telah ditetapkan Allah, kecuali ia memperoleh pahala bagaikan orang mati syahid.
(HR. Al-Bukhari dari 'Aisyah RA).

Anda mungkin juga menyukai