ABSTRACT
This research aim was to determine the level of bacterial contamination of Salmonella sp on quail egg. The
samples used in this research was 24 shell of quail eggs obtained from eight stores in traditional markets in Ulee
Kareung Banda Aceh. The shell was crushed with a mortar and then cultured on SCB media (selenite cysteine
broth). Isolation and identification was conducted by using SSA media culture, Gram staining, and biochemical
tests. The results of this research showed that the shell of quail eggs contained Salmonella sp. Therefore it can be
concluded that the quail eggs sold in Ulee Kareung traditional market were contaminated by Salmonella sp.
Key word : Salmonella sp, quail egg, SCB media, SSA media.
79
Jurnal Medika Veterinaria Erina, dkk
31,9% yolk (kuning telur) serta 20,7% merupakan bakteri spesifik yang dibawa
cangkang telur dan selaput tipis. Bobot telur oleh unggas (Hong dkk, 2003).
puyuh rata-rata 10 gram atau sekitar 8% dari Salmonellosis merupakan salah satu
bobot tubuh puyuh betina (Listiyowati dan foodborne disease (Dominguez dkk, 2002).
Kinanti, 2005). Foodborne disease adalah penyakit yang
Manajemen pemeliharaan dan disebabkan karena mengkonsumsi makanan
penanganan memungkinkan telur atau minuman yang tercemar. Foodborne
terkontaminasi oleh mikroorganisme seperti disease disebabkan oleh berbagai macam
bakteri Salmonella sp.Bakteri yang sering mikroorganisme atau mikroba patogen yang
mengkontaminasi telur adalah genus mengkontaminasi makanan. Selain itu, zat
Salmonella sp, Aeromonas sp, Streptococcus kimia beracun atau zat berbahaya lain dapat
sp(American Egg Board, 2007).Secara menyebabkan foodborne disease jika zat-zat
alami, cangkang telur merupakan pelindung tersebut terdapat dalam makanan. Makanan
yang baik terhadap cemaran mikroba. yang berasal baik dari hewan maupun
Menurut Sarwono (1995), tumbuhan dapat berperan sebagai media
kontaminasibakteri pada telur dapat pembawa mikroorganisme penyebab
mempengaruhi kualitas telur. Salah satu penyakit pada manusia (Motarjemidkk,
upaya yang dapat dilakukan untuk 2006).Penyakit ini masih menjadi masalah
mempertahankan kualitas telur adalah utama di beberapa negara berkembang
memperhatikan proses penyimpanannya. termasuk Indonesia yang diperkirakan
Sudaryani (2003) menyatakan bahwa faktor- terjadi sebanyak 60.000 hingga 1.300.000
faktor yang perlu diperhatikan dalam kasus kematian akibat Salmonellasp
penyimpanan telur adalah lama (Suwandono dkk, 2005).
penyimpanan, serta kondisi tempat Informasi mengenai cemaran
penyimpanan. bakteriSalmonella spdi Aceh pada telur
Kualitas produk pangan asal hewan masih sangat sedikit, karena sangat penting
bebas mikroba patogen termasuk Salmonella untuk mengetahui tentang kejadian
sp merupakan hal penting dalam persyaratan Salmonellosis guna mencegah terjadinya
keamanan pangan. Salmonellosis adalah cemaran secara meluas serta cara
suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri pemberantasannya. Oleh karena itu maka
Salmonella sp. Penyakit ini dapat perlu adanya penelitian mengenai cemaran
menyerang unggas, hewan mamalia, dan Salmonella sp.
manusia sehingga memiliki arti penting bagi
manusia karena penyakit ini dapat terjadi MATERI DAN METODE
akibat mengkonsumsi makanan atau air
yang tercemarSalmonella sp.(Doyle dan Tempat dan Waktu Penelitian
Cliver,1990).
Salmonellasp merupakan bakteri Gram Penelitian ini telah dilaksanakan di
negatif yang tidak berspora, berbentuk Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
batang kecil dan tumbuh optimum pada suhu Kedokteran Hewan, UniversitasSyiah Kuala,
35°C sampai 37°C. Banda Aceh.
Salmonellaspdiklasifikasikan kedalam dua
spesies, yaitu Salmonella entericadan Sampel Penelitian
Salmonella bongori. Unggas dapat terinfeksi
oleh berbagai jenis Salmonellaenterica, Sampel pada penelitian ini adalah 24
seperti S. pullorum dan S. gallinarumyang butir telur puyuh, yang berasal dari delapan
80
Jurnal Medika Veterinaria Erina, dkk
1 Toko 1A - - - - - - - - - - - - -
2 Toko 1B + + - + - + + + + + - + Salmonella sp
3 Toko 1C - - - - - - - - - - - - -
4 Toko 2A - - - - - - - - - - - - -
81
Jurnal Medika Veterinaria Erina, dkk
5 Toko 2B - - - - - - - - - - - - -
6 Toko 2C - - - - - - - - - - - - -
7 Toko 3A - - - - - - - - - - - - -
8 Toko 3B - - - - - - - - - - - - -
9 Toko 3C + + - + - + - + + + + - Salmonella sp
10 Toko 4A + + - + - + + + + + - - Salmonella sp
11 Toko 4B + + - + - + + D - + - - Salmonella sp
12 Toko 4C + + - + - + + + - + + + Salmonella sp
13 Toko 5A - - - - - - - - - - - - -
14 Toko 5B - - - - - - - - - - - - -
15 Toko 5C - - - - - - - - - - - - -
16 Toko 6A - - - - - - - - - - - - -
17 Toko 6B + + - + - + + + + + - - Salmonella sp
18 Toko 6C - - - - - - - - - - - - -
19 Toko 7A + + - + - + + + + + - - Salmonella sp
20 Toko 7B - - - - - - - - - - - - -
21 Toko 7C - - - - - - - - - - - - -
22 Toko 8A - - - - - - - - - - - - -
23 Toko 8B - - - - - - - - - - - - -
24 Tokoo8C + + - + - + + + + + - - Salmonella sp
Keterangan: Selenite Cystine Broth (SCB); Salmonella Shigella Agar (SSA); Simmons Citrat
(SC); Manitol (M); Glukosa (G); Sukrosa (S); Laktosa (L).
82
Jurnal Medika Veterinaria Erina, dkk
Shigella sp. Media SSA dapat menghambat terdapat sodium sitrat (Anonim, 2009).
bakteri Gram positif karena di dalamnya
a b
Gambar 2. Gambaran Salmonella sp pada media biakan. Keterangan: Gambar (a). Hasil
biakan pada media Selenite Cystine Broth (SCB), Gambar (b). Morfologi koloni bakteri
Salmonella sp pada media Salmonella Shigella Agar (SSA).
83
Jurnal Medika Veterinaria Erina, dkk
a b
Gambar 3. Gambaran Salmonella sp pada media biakan. Keterangan: Gambar (a). Hasil
pewarnaan Gram dari koloni Salmonella sp dibawah mikroskop perbesaran 100x10, Gambar (b).
Uji IMViC dan gula-gula (positif Salmonella sp).
Pada uji IMViC menunjukkan hasil perubahan warna media biakan setelah di
identifikasi dari bakteri Salmonella sp teteskan α naftol dan KOH 40% 3-5 tetes.
(Gambar 3b dan Tabel 1). Uji IMVic dan uji Pada uji Triple Sugar Iron Agar
gula-gula meliputi Indol, Methylred - Voges (TSIA) ditujukan untuk membedakan jenis
Proskauer (MR-VP), Triple Sugar Iron bakteri berdasarkan kemampuannya
Agar (TSIA),Sulfit Indol Motility (SIM), memecah dextrosa, laktosa, dan sukrosa
Simmon’s Citrate Agar (SCA), dan uji gula- menjadi sumber energinya. Selain itu pada
gula (glukosa, laktosa, sukrosa, dan manitol) media ini juga dapat berfungsi untuk melihat
(Dwidjoseputro, 1954). apakah bakteri dapat menghasilkan gas H₂S
Pada Uji Indol diperoleh hasil negatif atau tidak. Media TSIA mempunyai bagian
karena tidak terbentuk cincin berwarna slant (lereng) dan butt (tegak) (Yusuf,2009).
merah muda pada permukaan biakan, artinya Pada uji TSIAmenunjukkan hasil
bakteri ini tidak membentuk indol dari kaldu positif, basa dan H₂S ditunjukkan dengan
tryptopan sebagai sumber carbon. Pada uji perubahan warna media menjadi warna
MR menunjukkan hasil positif, yaitu merah dan hitam, ini menandakan bahwa
ditandai dengan terjadinya perubahan warna bakteri ini memiliki gas H2S. Pada uji TSIA
indikator menjadi merah artinya dalam bagian slant (lereng) berubah menjadi merah
biakan terdapat asam campuran (asetoin). karena bakteri bersifat basa, suasana basa
Penambahan indikator metil red dapat menunjukkan glukosa telah habis di
menunjukkan perubahan pH pada media fermentasi oleh bakteri sebagai sumber
biakan, metil red akan menjadi merah pada energi dan bakteri menggunakan pepton
kondisi asam dan berwarna kuning pada sebagai sumber energinya. Pada bagian butt
kondisi basa. Jadi pada uji MR menunjukan (tegak) terbentuknya gas H₂S ditandai
hasil positif yaitu pada kondisi asam. dengan adanya perubahan media menjadi
Sedangkan pada uji VP menunjukkan hasil hitam seperti pada Gambar 3. Menurut
negatif ditandai dengan tidak terjadinya Hadietomoe (1985), warna hitam terbentuk
84
Jurnal Medika Veterinaria Erina, dkk
karena bakteri mampu menghasilkan H₂S Salmonella sp. Cemaran Salmonellasp ini
kemudian akan berikatan dengan Fe yang terjadi dikarenakan sanitasi kandang yang
terdapat pada media biakan sehingga belum maksimal, selain itu kebersihan air
menghasilkan endapan berwarna hitam. minum juga kurang diperhatikan, serta
Hasil uji pada media Sulfid Indol tempat penyimpanan telur di pasar yang
Motility (SIM) menunjukkan bakteri yang tidak bersih dan lembab sehingga tingkat
bersifat metil (Gambar 3) yang ditandai cemaran mikroba semakin meningkat.
dengan adanya penyebaran berwarna hitam Horrox (1997), menyatakan bahwa kejadian
pada daerah inokulasi dan perubahan pada Salmonellosis sering terjadi akibat beberapa
media dari warna bening menjadi hitam, faktor. Faktor utama yang menyebabkan
sesuai dengan pernyataan Ren (2004), terjadinya Salmonelosis adalah kebersihan
bahwa bakteri Salmonella sp. bersifat motil kandang, kepadatan kandang, sanitasi air
dan asam. Uji SCA memberikan hasil minum, cara pengambilan telur dan sanitasi
positif, yang ditandai dengan terjadinya yang tidak dilakukan secara rutin dan
perubahan warna menjadi biru karena teratur.
bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai Menurut Erianto dan Dadang (2007),
sumber karbon akan menghasilkan Natrium salah satu faktor yang berpengaruh besar
Karbonat yang bersifat alkali, dengan dalam pencegahan bakteri Salmonellasp
adanya indikator brom thymol blue adalah kebersihan kandang. Jika kebersihan
menyebabkan terjadinya warna biru. Pada kandang terjaga, kemungkinan besar unggas
uji Gula-gula dapat dilihat perubahan warna tidak akan terinfeksi oleh Salmonella sp.
media dari warna ungu menjadi kuning serta Begitu juga sebaliknya apabila unggas
terbentukgelembung udara di dalam tabung terinfeksi oleh Salmonella spmaka feses,
Durham. Hal ini menunjukkan bakteri ini daging, dan telurnya akan ditemukan bakteri
mampu memfermentasikan karbohidrat dan ini. Hal lain yang harus diperhatikan adalah
dapat menghasilkan gas. cemaran Salmonella yang terdapat pada
Menurut Brooks,G.F.,dkk (2005) saluran reproduksi induknya.
bakteri Salmonella sp tidak dapat Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
menfermetasi laktosa dan sukrosa. Bakteri Wulandari (2010), bahwa cemaran bakteri
ini hanya dapat memfermentasi glukosa dan pada kerabang telur akibat dari kolonisasi
manitol sebagai sumber energi. Hasil bakteri Salmonellasp di saluran reproduksi
pengamatan uji gula-gula hanya terdapat yaitu daerah istmus dan uterus. Kontaminasi
perubahan warna menjadi kuning pada masuknya bakteri Salmonellasp ke dalam
media glukosa dan manitol. Artinya jenis telur setelah telur berada diluar tubuh
bakteri yang dibiakkan dapat menfermentasi induknya salah satunya berasal dari kotoran
glukosa dan manitol atau positif fermentasi, yang menempel pada kerabang telur.
sementara pada media laktosa terjadi Kotoran tersebut diantaranya adalah tinja,
perubahan warna sedikit kuning bercampur tanah, atau suatu bahan yang banyak
ungu, ini menandakan kondisi dubius. Pada mengandung bakteri perusak sala satunya
media sukrosa tidak terjadi perubahan Salmonella sp. Bakteri Salmonellasp masuk
warna, yaitu bakteri tidak dapat ke dalam telur melalui kulit telur yang retak
menfermentasi sukrosa sebagai sumber atau menembus kulit ketika kutikula yang
energi (Gambar 3). menutupi kulit telur masuk kedalam lubang-
Berdasarkan hasil yang didapatkan lubang kecil yang terdapat pada permukaan
dalam penelitian menunjukkan jika telur telur yang disebut pori-pori (Pelczar dan
puyuh yang diperiksa telah terkontaminai Chan, 1988).
85
Jurnal Medika Veterinaria Erina, dkk
Menurut Lay dan Hastowo (1992) binatang melata, dan hewan-hewan lain ke
pencegahan dapat pembasmian penyakit dalam kandang yang berpotensi
dilakukan dengan fumigasi pada lemari mempengaruhi status kesehatan ternak.
pengeram ayam.Menurut Dharmojono Meskipun secara teoritis sudah dimengerti
(2001) tindakan sanitasi dan higienik namun penerapan di lapangan seringkali
merupakan tindakan yang tepat untuk tidak konsisten. Kondisi inilah yang sering
dilakukan dan tindakan ini adalah tindakan menimbulkan masalah dalam peternakan
yang paling murah untuk meskipun sudah ada upaya
dilakukan.Pencegahan lain yang bisa melaksanakannya (Vaillancourt dan Carver
dilakukan yaitu dengan mengidentifikasi 1999).
dengan benar, bahwa hewan yang baru Menurut (Shivaprasad dkk, 1990),
masuk dari peternakan lain bebas salah satu cara untuk mencegah terjadinya
Salmonellosis. Selain itu pencegahan cemaran serta keberadaan Salmonella sp
Salmonellosis dapat juga dilakukan melalui adalah dengan cara melakukan sanitasi
tindakanvaksin Salmonellosisyang telah kandang dengan rutin serta menjaga
dibuat dan dipasarkan baik yang aktif kebersihan air minum.
(dibuat dari Salmonella avirulen) maupun
yang pasif (Dharmojono, 2001). KESIMPULAN
Direktorat Bina Kesehatan Hewan
(1982) telah mengeluarkan pedoman bahwa Berdasarkan hasil penelitian terhadap
untuk mencegah penyebaran Salmonella sampel telur burung puyuh dari 8 toko pasar
pada unggasmelalui sanitasi dan fumigasi Ulee Kareung Banda Aceh menunjukkan
perludilakukan, pengujian laboratorium adanya cemaran bakteri Salmonellasp pada
minimal 2 kali berturut-turut dengan selang sebagian toko di pasar Ulee Kareung Banda
waktu 35 hari dan selanjutnya secara teratur Aceh.
2 kali setahun, unggas diharapkan dapat
divaksinasi dengan menggunakan vaksin DAFTAR PUSTAKA
aktif. Tindakan yang cepat diperlukan pada
Salmonellosis dalam stadium septikemia,
American Egg Board. 2007. Egg products reference
meskipun perlu diingat adanya kontroversi guide. http://www.aeb/ egg products reference
penggunaan antimikroba pada kasus-kasus guide.html. [12 Mei 2007].
Salmonellosis alat pencernaan, karena Brooks, W. A. Hossain, A. Goswami, D. Sharmeen, A.T.
Nahar, K. Alam, N. Naheed, A. Nair, G.B. Luby,
antibiotik peroral akan merusak mikroflora andR.F. Breiman.2005.Bacteraemic typhoid fever
usus. Chloramphenicol adalah antibiotik in children in an urban slum.Bangladesh
pilihan yang tepat untuk mengobati Emerging Infectious Diseases. 10(2):326-329.
Cappucino, J.G and N. Sherman, 1983. Microbiology: A
septikemia, tetapi telah menghasilkan strain- Laboratory Manual. Rockland and Community
strain yang resisten. Oleh sebab itu uji Collage, New York Cliver.
kepekaan antibiotik perlu dilakukan, Untuk Dharmojono.2001. Limabelas Penyakit Menular dari
Binatang ke Manusia. Milenia Populer, Jakarta.
kasus gastroenteritis, sangat penting Direktorat Bina Kesehatan Hewan. 1982. Pedoman
dilakukan penggantian cairan dan elektrolit Pengendalian Penyakit Hewan Menular. Jilid I-
yang hilang (Dharmojono, 2001). V. Direktorat Bina Kesehatan Hewan, Direktorat
Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian.
Pengendalian tikus (pest control) Jakarta.
merupakan salah satu program keamanan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik
biologi untuk mengurangi terjadi Peternakan dan Kesehatan
Hewan2012.http://ditjennak.deptan.go.id. [3 Juni
penyebaran penyakit oleh hewan perantara 2013].
seperti tikus, burung-burung liar, serangga,
86
Jurnal Medika Veterinaria Erina, dkk
Dominguez, C. L. Gomes, and J. Zumlacarregui. 2002. Motarjemi, Y. A. Moarefi, dan M. Jacob. 2006. Penyakit
Prevalence of Salmonella and Campylobacter in Bawaan Makanan Fokus Pendidikan Kesehatan.
Retail Outlet in Spain. Int. J. Food Microbiol. EGC. Jakarta.
9(1):165-168. Pelczar, M.J. dan E. S. C. Chan. 1988.Dasar-Dasar
Doyle, M.P. and D.O. Cliver. 1990. Salmonella in : Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Foodborne Diseases. Cliver, D.O (eds), Academic Ren, S.2004.Isolation of a Cadmium-Releasing
Press, Inc.185-204. Bacterium and Characterization of Its Novel
Dwidjoseputro. 1954. Dasar-dasar Mikrobiologi. Protease,Biosci. Biotechnol. Biochem.
Djambatan, Malang. 68(8):1627-1633.
Erianto dan Dadang.2007. Penugasan Blok KBTI Artikel Sarwono dan Bambang. 1995. Pengawetan dan
Ilmiah Shigellosis.FakultasKedokteran Universitas Pemanfaatan Telur. Swadaya. Jakarta.
Islam Indonesia.Jakarta. Suwandono, A., M. Destri, dan C. Simanjutak. 2005.
Hadioetomo, R. S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Salmonellosis dan surveillans demam tifoid yang
Praktek. PT.Gramedia.Jakarta. disebabkan Salmonella di jakarta
Harley dan Prescott. 2002. Laboratory Exercises in Utara.Lokakarya Jejaring Intelijen pangan- BPOM
Microbiology. Fifth Edition. The McGraw−Hill RI. Jakarta.
Companies. Todar, K., 2008. Stapyhlococcus aureus and
Hartono, T. 2004. Permasalahan Puyuh dan Solusinya. staphylococcal Disease. USA : Wisconsin,
Penebar Swadaya. Jakarta. Madison. Available from :
Hong., Liu. C., Hofacre. M., Maier. D. G., White. S., http://www.textbookofbacteriology. Net/staph.html.
Ayers. L., Wang., dan J. J. Maurer. 2003. A [3 Juni 2013].
restriction fragment length polymorphism-based Vaillancourt, J.P., dan D.K. Carver. 1999.Biosecurity:
polymerase chain reaction as an alternative to Perception is not reality, Poultry Digest. No. 5,
serotyping for identifying Salmonella serotypes.J. 28-30.
Avian Diseases. 47:387-398. Wulandari, R. B. 2010. Isolasi dan Identifikasi Salmonella
Horrox, N. 1997. Salmonella practical overview. Sp. pada Telur dan Saluran Reproduksi Ayam
International Hatchery Practice. 10(12): 15-17. Petelur di Desa Curug Kecamatan Gunung Sindur
Lay, B. W. dan S. Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Kabupaten Bogor.Skripsi. Fakultas Peternakan.
Press. Jakarta. IPB. Bogor.
Listiyowati E. danR. Kinanti. 2005.Tata Laksana Budi Yusuf RW. 2009. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram
Daya puyuh Secara Komersial. Edisi Revisi Negatif pada Luka Ikan Maskoki (Carassius
Penebar Swadaya. Jakarta. auratus) Akibat Infeksi Ektoparasit Argulus
Listiyowati E. dan Roospitasari K. 2007. Puyuh Tata sp.Skripsi. Surabaya: Unversitas Erlangga.
Laksana Budi Daya Secara Komersial. Edisi Zubaidah.E.2006.Mikrobiologi umum. Universitas
Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya. Brawijaya. Malang.
Murtidjo, B. A. 1996. Pedoman Meramu pakan unggas.
Kanisius. Yogyakarta.
87