Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK KOSMETIKA

LOTION SUNBLOCK

Disusun oleh :

Bunga Arya P 16.0565

Eka Susanti 16.0566

Agastia Cicilia W 16.0575

Veronica Aprilia A 16.0590

Like Fajarnian 16.0607

Ninik Puji A 16.0608

POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

SEMARANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman yang serba modern ini, sudah banyak terdapat kosmetik yang
telah dibuat dan digunakan. Kebutuhan masyarakat akan kosmetik yang terus
meningkat menyebabkan banyak produsen kosmetik berlomba-lomba untuk
semakin memperbarui kosmetik yang telah ada sebelumnya. Salah satunya
adalah kebutuhan masyarakat akan penggunaan kosmetik pada kulit sebagai
pelindung dari paparan sinar matahari. Paparan sinar matahari secara berlebih
merupakan mediator eksogen utama terjadinya kerusakan pada kulit yaitu
dengan adanya Sinar UV yang dapat mempercepat terjadinya penuaan dan
resiko terjadinya kanker pada kulit. Sinar UV pada dasarnya memiliki manfaat
dalam pembentukan vitamin D3 (Cholecalciferol) yang digunakan untuk
metabolisme pembentukan tulang dan sistem imun. Selain itu, radiasi sinar
UV juga dapat digunakan untuk terapi penyakit tbc, psoriasis, dan vitiligo
(Cefali dkk., 2016). Akan tetapi, paparan sinar UV secara terus-menerus justru
dapat memberikan efek buruk bagi kesehatan (Kockler dkk., 2012). Salah satu
cara yang dapat digunakan untuk mengurangi paparan sinar UV pada kulit
adalah dengan penggunaan tabir surya atau sublock.
Tabirsurya (sunscreen atau sunblock) atau UV filter, memiliki 2
mekanisme utama yaitu : (i) menghamburkan dan memantulkan energi sinar
UV dan (ii) mengabsorbsi energi sinar UV. Sangat banyak tabir surya
mengandung bahan-bahan yang bekerja dengan kedua mekanisme ini yang
dikenal dengan istilah UV protection. Pada awalnya tabir surya didesain untuk
melindungi pemakainya pada saat ke pantai. Saat ini, produk yang sama
digunkan pula oleh mereka yang melakukan olahraga salju, sejak sinar
matahari menunjukkan efek terhadap kulit yang dapat dilihat pada pantulan
dipermukaan salju. Sekarang ini UV filter digunakan bersama dengan produk
yang digunakan sehari-hari, seperti krim pelembab dan produk perawatan
rambut, produk aftershave, lipstik atau produk make-up (3,5).
Kemampuan menahan sinar Ultraviolet dalam tabir surya dinilai dalam
faktor proteksi sinar yaitu perbandingan antara waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan erythema pada kulit yang diolesi dengan tabir surya dengan
yang tidak diolesi (Wasitaatmadja, 1997). SPF atau Sun Protecting Factor,
didefinisikan sebagai jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai
minimal erythema dose (MED) pada kulit yang dilindungi tabir surya, dibagi
dengan jumlah energi yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang
tidak diberikan perlindungan. MED dideifinisikan sebagai jangka waktu
terendah atau dosis radiasi sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan
erythema (Wood & Murphy, 2000).
Senyawa yang memiliki aktivitas sebagai pelindung terhadap sinamatahari
sangat berguna dalam mengurangi efek buruk radiasi sinar UV pada kulit.
Namun, banyak zat aktif pengabsorpsi sinar UV yang dapat menyebabkan
terjadinya alergi dan iritasi pada kulit. Oleh karena itu, pengembangan
formulasi yang mengandung ekstrak tanaman sedang dikembangkan.
Kosmetik dari tumbuhan yang biasa digunakan untuk menghindari penuaan
yaitu senyawa antioksidan. Senyawa antioksidan dapat digunakan untuk
meminimalisir aktivitas radikal bebas dan melindungi kulit dari radiasi sinar
UV karena adanya kandungan polifenol dalam senyawa. Senyawa yang
mengandung cincin aromatik dapat mengabsorpsi sinar UV khususnya UV A
dan UV B pada panjang gelombang 200-400 nm (Cefali dkk., 2016; Kockler
dkk., 2012; Mishra dkk., 2011). Beberapa senyawa aktif antioksidan seperti
flavonoid, tannin, antraquinon, sinamat, kurkumin, dan lain-lain telah
dilaporkan memiliki kemampuan sebagai pelindung terhadap sinar UV (Singh
dkk., 2009; Hogade, 2010; Rasheed dkk., 2012).
B. Tujuan
1. Mengetahui apa itu tabir surya sebagai kosmetik.
2. Mengetahui bahan-bahan apa saja yang terkandung dalam tabir surya.
3. Mengetahui formulasi tabir surya sebagai penangkal sinar UV.
4. Mengetahui penentuan nilai SPF dalams sediaan tabir surya.
5. Memahami efektivitas tabir surya sebagai penangkal sinar UV.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Tabir Surya (Sublock)

Tabir surya merupakan suatu produk yang digunakan untuk


melindungi kulit dari radiasi sinar matahari. Tabir surya digunakan sebagai
upaya pencegahan kerusakan kulit akut dan kronik. Kerusakan kulit akut
berupa efek terbakar pada kulit/sunburn, sedangkan kerusakan kulit yang
kronik berupa kanker kulit atau penuaan yang disebabkan oleh paparan
sinar ultraviolet, yaitu UVB dan UVA (Grether-Beck et al., 2014).
Berdasarkan kandungannya, tabir surya dibedakan menjadi sunblock dan
sunscreen. Sunblock merupakan jenis tabir surya yang bersifat
memantulkan sinar UV, sedangkan sunscreen adalah jenis tabirsurya yang
bersifat menyerap sinar UV.

Pembagian tabir surya yaitu, tabir surya kimia dan tabir surya fisik.
Ada pula tabir surya di alam, misalnya senyawa fenolik yang terdapat
dalam tumbuhan yang berfungsi melindungi jaringan tanaman terhadap
kerusakan akibat radiasi sinar matahari (Shovyana dkk., 2013:110).
Senyawa fenolik khusunya golongan flavonoid dan tannin mempunyai
potensi tabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal
terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV baik UV A maupun UV B
(Shovyana dkk., 2013: 110; Sa’adah, 2010: 45).Salah satu tanaman yang
mengandung flavonoid dan tannin adalah daun kemangi.

Syarat-syarat yang diperlukan dalam tabir surya adalah (Wilkinson


dan Moore, 1982):

1. Mempunyai nilai SPF yang tinggi sehingga dapat lebih lama menjaga kulit
dari sengatan sinar matahari.
2. Tidak berbau dan memiliki daya lengket yang baik.
3. Tidak menyebabkan toksik, tidak iritan, dan tidak menimbulkan sensitisasi.
4. Memiliki daya proteksi terhadap matahari selama beberapa jam.
5. Stabil dalam penggunaan.
6. Tidak memberikan noda pada pakaian.

Sun Protection Factor (SPF) merupakan suatu standar untuk mengukur


efektivitas produk tabir surya dalam melindungi kulit dari radiasi ultraviolet
sehingga dapat melindungi kulit dari rasa terbakar karena sinar matahari. Salah
satu parameter tabir surya yang baik adalah memiliki nilai SPF yang tinggi,
sehingga mampu melindungi kulit dalam jangka waktu cukup panjang
(Caswell, 2001). Nilai SPF menunjukkan tingkat lamanya tabir surya bisa
melindungi kulit dari radiasi sinar matahari (UV) atau berapa lama bisa berada
dibawah sinar matahari tanpa membuat kulit terbakar (sunburn). Semakin
tinggi nilai SPF, semakin besar perlindungan terhadap kulit. Kulit yang
terpapar sinar matahari tanpa dilindungi tabir surya akan menghitam setelah 10
menit. Krim dengan nilai SPF 2 artinya memiliki waktu 2x10 menit = 20
menit, bagi konsumen terlindung dari radiasi sinar matahari (Allen, 2010).
Penggunaan tabir surya secara topikal dan menghindari paparan ekstrim sinar
matahari merupakan strategi yang paling baik untuk menghindari terjadinya
sunburn dan udema, selain itu dapat mencegah terjadinya kanker kulit. Tujuan
utama produk tabir surya adalah untuk meminimalisasi terjadinya kerusakan
kulit akibat paparan sinar matahari. Tabir surya merupakan suatu zat yang
mampu memantulkan dan/atau sebagian atau seluruh radiasi UV (Lionetti and
Rigano, 2017).

Ultraviolet (UV) merupakan suatu radiasi elektromagnetik yang


mempunyai panjang gelombang lebih pendek daripada sinar violet yang
berkisar dari 200-400nm. UV-B dapat menyebabkan luka bakar (sunburn) dan
kanker kulit, sedangkan UV-A dapat menyebabkan kulit hitam (tanning) dan
fotosensitivitas. Keduanya juga sama-sama dapat menyebabkan kanker kulit,
walaupun sebenarnya UV-B lebih karsinogenik 1000-10000 kali dibandingkan
UV-A (Mishra dan Chattopadhyay, 2011). Efek toksik radiasi UV yang
terdapat di sinar matahari maupun lampu UV merupakan masalah kesehatan
yang serius. Efek akut utama yang terjadi oleh radiasi UV pada kulit manusia
yang normal dapat berupa inflamasi (eriterma), tanning, dan imunosupresi
lokal ataupun sistemik, sedangkan efek kronik dariradiasi UV dapat
menyebabkan penuaan, imunosupresi, dan fotokarsinogenesis (Fonseca dan
Rafaela, 2013).

2. Klasifikasi Tanaman Kemangi

Kemangi diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Division : Spermatophyta

Classic : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Familia : Lamiaceae

Genus : Ocimum

Species : Ocimum sanctum L (Verum,2006)

Kemangi (Ocimum sanctum) merupakan tanaman tahunan yang


tumbuh liar yang dapat ditemukan di tepi jalan dan di tepi kebun. Tanaman ini
tumbuh ditempat tanah terbuka maupun agak teduh dan tidak tahan terhadap
kekeringan. Tumbuh kurang lebih 300 m di atas permukaan laut (Zainal, dkk.
2016). Daun kemangi mengandung tanin (4,6 %), flavonoid, steroid /
triterpenoid, minyak atsiri (2%), asam heksauronat, pentosa, xilosa, asam metal
homoanisat, molludistin serta asam urolat (Yuhana dkk.,2010: 7). Daun
kemangi mengandung tanin (4,6 %), flavonoid, steroid/triterpenoid, minyak
atsiri (2%), asam heksauronat, pentosa, xilosa, asam metalhomoanisat,
molludistin serta asam urolat (Yuhana dkk.,2010: 7). Flavonoid memiliki
potensi sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor yang umumnya
memberikan warna kuning pada tanaman.
Gugus Kromofor tersebut merupakan sistem aromatic terkonjugasi yang
menyebabkan kemampuan untuk menyerap kuat pada kisaran panjang
gelombang sinar UV baik pada UVA maupun UVB (Ismizana dkk., 2015).
3. Pembuatan Krim
Fase minyak dibuat dengan melebur campuran asam stearat, setil
alkohol, adeps lanae, paraffin cair, span 80. Kemudian ditambahkan propel
paraben, kemudian suhu dipertahankan pada suhu 700C. Fase air dibuat
dengan melarutkan metilparaben dalam sebagian volume air panas.
Kemudian tambahkan gliserin, tween 80, dansisa volume air.
Dipertahankan suhunya 70oC. Krim dibuat dengan mencampurkan fase
minyak dan fase air secara bersamaan ke dalam lumpang sambil digerus
secara terus menerus hingga terbentuk massa krim. Kemudian
ditambahkan ekstrak etanol daun kemangi, diaduk hingga homogen.
4. Penentuan Nilai SPF sediaan krim
2 g krim masing-masing konsentrasi (0,03 %, 0,06%, 0,12%)
dilarutkan dalam etanol PA sebanyak 10 ml. Setelah itu dibuat kurva
serapan uji dengan panjang gelombang antara 290-320 nm dengan
ineterval 5 nm. Hasil absorbansi dicatat kemudian dihitung nilai SPFnya
dengan menggunakan metode Mansur.
5. Manfaat sunblock
Berikut adalah manfaat sunblock untuk wajah dan kulit:
a. Melindungi kulit dari paparan sinar UV
Pada dasarnya, sinar UV atau ultraviolet merupakan sinar matahari
yang sampai ke bumi. Sinar UV sendiri terbagi menjadi beberapa jenis dan
yang umum diketahui adalah UVA dan UVB. Sinar matahari memang
megandung vitamin D yang membantu tubuh lebih mudah menyerap
kalsium dan pembuatan tulang. Namun, kulit yang terpapar sinar UV yang
berlebihan tidak baik untuk kesehatan tubuh. Beberapa gangguan yang
mungkin muncul jika terpapar sinar UV yang berlebihan adalah gangguan
kulit kronis, gangguan kesehatan mata dan gangguan sistem kekebalan
tubuh, perubahan degenaratif sel kulit dan pembuluh darah, dll.
b. Mencegah penuaan dini
Jika sering terkena sinar matahari, jaringan elastic kulit dapat
menjadi rusak dan mudah keriput sebelum waktunya.
c. Terhindar dari resiko kanker
Orang yang sering terkena sinar matahari lebih beresiko
mengalamikan kerkulit daripada yang jarang terkena paparan sinar
matahari.
d. Memberi kesehatan pada kulit
Senyawa dalam sunblock berupa kolagen, keratin dan elastin adalah
protein yang bagus untuk kesehatan kulit. Protein tersebut membantu kulit
tetap sehat dan lembut.
6. Efek samping sunblock
Berikut adalah bahaya sunblock pada wajah dan kulit :

a. Memperparah jerawat
Beberapa sunblock memiliki kandungan minyak yang tinggi dan tidak cocok
digunakan untuk Anda yang memiliki kulit berjerawat.

b. Merusak lapisan bibir


Kulit bibir yang lebih sensitif akan bereaktif terhadap kandungan bahan
kimia yang cukup banyak jumlahnya pada sunblock.

c. Muncul reaksi alergi


Reaksi alergi akibat sunblock biasanya muncul akibat penggunaan sunblock
yang tidak sesuai dengan jenis kulit atau akibat reaksi kulit yang sensitive
terhadap beberapa bahan kimia pada sunblock. Jika muncul gejala seperti
gatal, munculnya ruam merah, hingga mata berair, sebaiknya langsung
hentikan penggunaan sunblock.
7. Contoh produk Sunblock
BAB III

PEMBAHASAN

1. Tabir Surya
Sediaan tabir surya adalah kosmetika yang digunakan untuk
maksud menyerap secara efektif sinar terutama di daerah gelombang
ultraviolet sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit oleh sinar
matahari.Tabir surya (sunblock) digunakan untuk melindungi kulit dari
efek berbahaya matahari. Tabir surya membantu untuk mencegah kulit
terbakar (sunburn) dan penuaan dini misalnya keriput dan kulit kasar.
Tabir surya juga membantu untuk mengurangi resiko kanker kulit dan juga
reaksi kulit terbakar dari sinar matahari (seperti sensitivitas matahari) yang
disebabkan oleh beberapa obat seperti tetrasiklin, obat sulfa, fenotiazin
seperti chlorpromazine (Damogalat, 2013).
Bahan aktif dalam tabir surya bekerja baik dengan menyerap sinar
ultraviolet (UV) radiasi matahari, mencegah dari mencapai lapisan kulit
yang lebih dalam, atau dengan merefleksikan matahari. Ada berbagai jenis
tabir surya yang tersedia dalam berbagai bentuk misalnya krim, lotion,
gell, semprot, dan lip balm.
2. Formula tabir surya
Tabir surya merupakan bahan-bahan kosmetik yang secara fisik
atau kimia dapat menghambat penetrasi sinar UV ke dalam kulit.
Pembagian tabir surya yaitu,tabir surya kimia dan tabir surya fisik.
Adapula tabir surya di alam, misalnya senyawa fenolik yang terdapat
dalam tumbuhan yang berfungsi melndungi jaringan tanaman terhadap
kerusakan akibat radiasi sinar matahari (Shovyana dkk., 2013).
a. Bahan aktif dalam tabir surya terbagi menjadi dua kelompok sesuai
kegunaannya yaitu :
1. Absorbing Compound
Berfungsi pada penyerapan sinar UVB untuk menyaring sinar yang
masuk, contohnya Octyl methoxycinnamate, Ethylhexyl
methoxycinnamate, Benzophenone 3
2. Reflecting Compound
Berfungsi sebagai penghambat penyerapan sinar UVA, seperti
Titanium dioxide, Zinc oxide, dan Butyl Methoxydibenzolmethane.
b. Bahan pelembab
Bahan pelembab yang paling umum digunakan adalah agen
oklusif. Bahan seperti petrolatum, minyak mineral, dan Dimethicone
dapat digunakan sebagai agen oklusif. Humektan yang merupakan bahan
menarik air juga ditambah dalam air. Gliserin adalah humektan yang
paling umum digunakan. Gliserin ditambahkan untuk meningkatkan
nuansa lembab pada kulit. Formulasi tabir surya biasanya lebih tipis
viskositas dari lotion kulit standar.
c. Bahan-bahan lain
Selain pelembab, tabir surya mengandung emulsifier untuk
membuat minyak dan air yang kompatibel pada kulit. Suspending agent,
neutralizing agents dan pengental biasanya juga ditambahkan. Untuk
membuat formula stabil, bahan baku seperi pengawet, fragrance, dan
pewarna juga perlu disertakan (Susanti, 2012).

1. Formulasi Tabir Surya


Bahan-bahan dalam penelitian ini adalah daun kemangi (Ocimum sanctum
L.), air suling, adeps lanae, asam stearat, daun kemangi, etanol 96 %, etanol
PA, gliserin, kertas saring, metil paraben, parafin cair, propil paraben, setil
alkohol, span 80 dan tween 80. Sampel dilarutkan dengan etanol 96%,
disaring dan dipisahkan ampas dan filtratnya. Filtrat etanol yang diperoleh
kemudian dipekatkan dengan alat rotary evaporator (40-500C) sehingga
dihasilkan ektrak etanol daun kemangi.
Fase minyak dibuat dengan melebur campuran asam stearat, setil alkohol,
adeps lanae, parafin cair, span 80. Kemudian ditambahkan propel paraben,
kemudian suhu dipertahankan pada suhu 700C. Fase air dibuat dengan
melarutkan metil paraben dalam sebagian volume air panas. Kemudian
tambahkan gliserin, tween 80, dan sisa volume air. Dipertahankan suhunya 70o
C.
Krim dibuat dengan mencampurkan fase minyak dan fase air secara
bersamaan ke dalam lumping sambil digerus secara terus menerus hingga
terbentuk massa krim. Kemudian ditambahkan ekstrak etanol daun kemangi,
diaduk hingga homogen. Diambil 2 g krim masing-masing konsentrasi (0,03
%, 0,06%, 0,12%) dilarutkan dalam etanol PA sebanyak 10 ml.

2. SPF (Sun Protection Factor)


Salah satu metode untuk menentukan aktivitas tabir surya suatu zat adalah
dengan mengukur besarnya faktor perlindungan sinar matahari atau yang
dikenal dengan istilah SPF (Sun Protecting Factor). SPF diartikan sebagai
jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk menimbulkan MED (Minimal
Erytemal Dose) pada kulit yang terlindungi produk atau zat aktif tabir surya
dibandingkan dengan jumlah energi yang dibutuhkan untuk menimbulkan
MED tanpa perlindungan produk atau zat aktif tabir surya (Susanti dkk., 2012)
Sun Protection Factor (SPF) pada dasarnya menunjukkan seberapa kuat
sunblock yang dipakai untuk memberikan perlindungan dari sunburn, tanpa
memberikan informasi apapun mengenai waktu. Intensitas UV yang
dipancarkan sinar matahari berbeda-beda. Namun nilai SPF yang tertera
merupakan kemampuan proteksi tabir surya terhadap sinar UVB, contohnya:
SPF 15 kemampuan proteksi 93,3% terhadap sinar UVB
SPF 30 kemampuan proteksi 96,7% terhadap sinar UVB
SPF 50 kemampuan proteksi 98% terhadap sinar UVB
Penentuan nilai SPF sediaan tabir surya dapat dilakukan secara in vitro
menggunakan alat spektrofotometer UV Vis dengan panjang gelombang 290-
320 nm. Penjang gelombang ini mewakili panjang gelombang sinar matahari
UV B (290-320 nm). Nilai SPF dapat dihitung dengan metode yang
dikembangkan oleh Mansur yaitu nilai serapan diambil pada rentang panjang
gelombang 290-320 nm dengan interval 5 nm.
Penentuan nilai SPF (Sun Protecting Factor) sediaan krim ekstrak daun
kemangi di peroleh hasil bahwa formula I dengan konsentrasi ekstrak 0,03%
memiliki nilai SPF 5,21; formula II dengan konsentrasi ekstrak 0,06%
memiliki nilai SPF 5,94; dan formula III dengan konsentrasi ekstrak 0,12%
memiliki nilai SPF 8,97. Dari hasil penentuan nilai SPF (Sun Protecting
Factor) yang diperoleh diketahui bahwa formula I dengan konsentrasi ekstrak
0,03% dan formula II dengan konsentrasi ekstrak 0,06% memiliki tingkat
kemampuan tabir surya sedang; dan formula III dengan konsentrasi ekstrak
memiliki tingkat kemampuan tabir surya maksimal.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Tabir surya adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud menyerap secara
efektif sinar matahari terutama didaerah gelombang ultraviolet sehingga dapat
mencegah terjadinya gangguan kulit oleh sinar matahari.
2. Bahan-bahan yang terkandung dalam tabir surya adalah bahan aktif untuk
menghambat penyerapan sinar UVA dan UVB, bahan pelembab untuk
meningkatkan kelembapan pada kulit, dan bahan tambahan seperti pengawet
dan suspending agent untuk membantu air dan minyak supaya kompatibel.
3. Bahan-bahan dalam penelitian ini adalah daun kemangi (Ocimum sanctum L.)
sebagai bahan aktif, air suling, adeps lanae, asam stearat, etanol 96 %, etanol
PA, gliserin, kertas saring, metil paraben, parafin cair, propil paraben, setil
alkohol, span 80 dan tween 80.
4. Metode untuk menentukan aktivitas tabir surya suatu zat adalah dengan
mengukur besarnya faktor perlindungan sinar matahari atau yang dikenal
dengan istilah SPF (Sun Protecting Factor). Penentuan nilai SPF sediaan tabir
surya dapat dilakukan secara in vitro menggunakan alat spektrofotometer UV
Vis dengan panjang gelombang 290-320 nm.
5. Efektivitas sediaan tabir surya dapat dikategorikan berdasarkan nilai SPF-nya.
Pada penelitian ini formula I dengan konsentrasi ekstrak 0,03% memiliki nilai
SPF 5,21; formula II dengan konsentrasi ekstrak 0,06% memiliki nilai SPF
5,94; dan formula III dengan konsentrasi ekstrak 0,12% memiliki nilai SPF
8,97.
DAFTAR PUSTAKA

Cefali, L., C., Ataide, J., A., Moriel, P., Foglio, M., A., dan Mazzola, P.,
A., 2016., Plant compounds as active photo protectants in
sunscreen, Int. J. Cosm. Sci.
Damogalad, V., Hosea Jaya Edy dan Hamidah Sri Supriadi. Formulasi
Krim Tabir Surya Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus L Merr)
dan Uji In Vitro Nilai Sun Protecting Factor (SPF). Pharmacon
Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 2 No. 2. Manado : Program
Studi Farmasi FMIPA UNSRAT, 2013.
Dirjen POM. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 1995.
Hogade, M.G., Basawaraj, S.P & Dhumal, P. 2010. Comparative Sun
Protection Factor Determination of Fresh Fruits Extract of
Cucumber VS Marketed Cosmetic Formulation. Research Journal
of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences.
Koirewoa, Yohanes A., Fatimawali, Weny Indayani Wiyono. Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Flavonoid Dalam Daun Beluntas (Pluchea
indica L.). Manado: FMIPA UNSRAT Manado. 2013
Mishra, A. K., Mishra, A., and Chattopadhyay, P. 2011, Herbal
Cosmeceuticals for Photoprotection from Ultraviolet B
Radiation: A Review, Tropical Journal Of Pharmaceutical
Research.
Sa’adah, L. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Tanin dari Daun Belimbung
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Malang : Jurusan Kimia UIN
Maulana Malik Ibrahim, 2010.
Shah, HC. dan Singh, KK., 2009, Xanthan Gum In: Rowe, R.C., Sheskey,
P.J. dan Weller P.J. (eds.) Handbook of Pharmaceutical
Excipents 6th Edition, Minneapolis, Pharmaceutical Press.
Shovyana, H.H., A. Karim Zulkarnain. Physical Stability and Activity of
Cream W/O Etanolic Fruit Extract of Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpha (scheff.) Boerl,) as A a Sunscreen. Traditional
Medicine Journal 18(2). Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM,
2013.
Susanti, M., Dachriyanus, Doni Permana Putra. Aktivitas Perlindungan
Sinar UV Kulit Buah Garcinia mangostana Linn SecaraIn Vitro.
Jurnal Farmasi Indonesia PHARMACON. Surakarta : Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah, 2012.
Syarif M. Wasitaatmadja, 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI-Press,
Depok.
Wihelmina, Cynthya E. Pembuatan dan Penentuan Nilai SPF Nanoemulsi
Tabir Surya Menggunakan Minyak Kencur (Kaemferia galanga
L.) Sebagai Fase Minyak. Depok: FMIPA Program Studi
Farmasi, 2011.
Wood, C., E. Murphy. 2000. Sunscreen Efficacy, Vol. 162. Glob. Cosmet.
Ind., Duluth.
Yuhana Sinchia A., W.D Jayanti, A.T. Purwitasari dan Adnan Kharisma.
Antibakterial Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum Linn.)
Terhdap Bakteri Aeromonas hydrophila Secara In Vitro.
Surabaya: Universitas Airlangga, 2010
Zularnain, Abdul K., Novi Ernawati, Nurul Ikka Sukardani. Aktivitas
Amilum Benguang (Pachyrrizus erosus L.) Sebagai Tabir Surya
pada Mencit dan Pengaruh Kenaikan Kadarnya Terhadap
Viskositas Sediaan. Traditional Medicine Journal 18(1).
Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM, 2013.

Anda mungkin juga menyukai