LOTION SUNBLOCK
Disusun oleh :
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman yang serba modern ini, sudah banyak terdapat kosmetik yang
telah dibuat dan digunakan. Kebutuhan masyarakat akan kosmetik yang terus
meningkat menyebabkan banyak produsen kosmetik berlomba-lomba untuk
semakin memperbarui kosmetik yang telah ada sebelumnya. Salah satunya
adalah kebutuhan masyarakat akan penggunaan kosmetik pada kulit sebagai
pelindung dari paparan sinar matahari. Paparan sinar matahari secara berlebih
merupakan mediator eksogen utama terjadinya kerusakan pada kulit yaitu
dengan adanya Sinar UV yang dapat mempercepat terjadinya penuaan dan
resiko terjadinya kanker pada kulit. Sinar UV pada dasarnya memiliki manfaat
dalam pembentukan vitamin D3 (Cholecalciferol) yang digunakan untuk
metabolisme pembentukan tulang dan sistem imun. Selain itu, radiasi sinar
UV juga dapat digunakan untuk terapi penyakit tbc, psoriasis, dan vitiligo
(Cefali dkk., 2016). Akan tetapi, paparan sinar UV secara terus-menerus justru
dapat memberikan efek buruk bagi kesehatan (Kockler dkk., 2012). Salah satu
cara yang dapat digunakan untuk mengurangi paparan sinar UV pada kulit
adalah dengan penggunaan tabir surya atau sublock.
Tabirsurya (sunscreen atau sunblock) atau UV filter, memiliki 2
mekanisme utama yaitu : (i) menghamburkan dan memantulkan energi sinar
UV dan (ii) mengabsorbsi energi sinar UV. Sangat banyak tabir surya
mengandung bahan-bahan yang bekerja dengan kedua mekanisme ini yang
dikenal dengan istilah UV protection. Pada awalnya tabir surya didesain untuk
melindungi pemakainya pada saat ke pantai. Saat ini, produk yang sama
digunkan pula oleh mereka yang melakukan olahraga salju, sejak sinar
matahari menunjukkan efek terhadap kulit yang dapat dilihat pada pantulan
dipermukaan salju. Sekarang ini UV filter digunakan bersama dengan produk
yang digunakan sehari-hari, seperti krim pelembab dan produk perawatan
rambut, produk aftershave, lipstik atau produk make-up (3,5).
Kemampuan menahan sinar Ultraviolet dalam tabir surya dinilai dalam
faktor proteksi sinar yaitu perbandingan antara waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan erythema pada kulit yang diolesi dengan tabir surya dengan
yang tidak diolesi (Wasitaatmadja, 1997). SPF atau Sun Protecting Factor,
didefinisikan sebagai jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai
minimal erythema dose (MED) pada kulit yang dilindungi tabir surya, dibagi
dengan jumlah energi yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang
tidak diberikan perlindungan. MED dideifinisikan sebagai jangka waktu
terendah atau dosis radiasi sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan
erythema (Wood & Murphy, 2000).
Senyawa yang memiliki aktivitas sebagai pelindung terhadap sinamatahari
sangat berguna dalam mengurangi efek buruk radiasi sinar UV pada kulit.
Namun, banyak zat aktif pengabsorpsi sinar UV yang dapat menyebabkan
terjadinya alergi dan iritasi pada kulit. Oleh karena itu, pengembangan
formulasi yang mengandung ekstrak tanaman sedang dikembangkan.
Kosmetik dari tumbuhan yang biasa digunakan untuk menghindari penuaan
yaitu senyawa antioksidan. Senyawa antioksidan dapat digunakan untuk
meminimalisir aktivitas radikal bebas dan melindungi kulit dari radiasi sinar
UV karena adanya kandungan polifenol dalam senyawa. Senyawa yang
mengandung cincin aromatik dapat mengabsorpsi sinar UV khususnya UV A
dan UV B pada panjang gelombang 200-400 nm (Cefali dkk., 2016; Kockler
dkk., 2012; Mishra dkk., 2011). Beberapa senyawa aktif antioksidan seperti
flavonoid, tannin, antraquinon, sinamat, kurkumin, dan lain-lain telah
dilaporkan memiliki kemampuan sebagai pelindung terhadap sinar UV (Singh
dkk., 2009; Hogade, 2010; Rasheed dkk., 2012).
B. Tujuan
1. Mengetahui apa itu tabir surya sebagai kosmetik.
2. Mengetahui bahan-bahan apa saja yang terkandung dalam tabir surya.
3. Mengetahui formulasi tabir surya sebagai penangkal sinar UV.
4. Mengetahui penentuan nilai SPF dalams sediaan tabir surya.
5. Memahami efektivitas tabir surya sebagai penangkal sinar UV.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tabir Surya (Sublock)
Pembagian tabir surya yaitu, tabir surya kimia dan tabir surya fisik.
Ada pula tabir surya di alam, misalnya senyawa fenolik yang terdapat
dalam tumbuhan yang berfungsi melindungi jaringan tanaman terhadap
kerusakan akibat radiasi sinar matahari (Shovyana dkk., 2013:110).
Senyawa fenolik khusunya golongan flavonoid dan tannin mempunyai
potensi tabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal
terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV baik UV A maupun UV B
(Shovyana dkk., 2013: 110; Sa’adah, 2010: 45).Salah satu tanaman yang
mengandung flavonoid dan tannin adalah daun kemangi.
1. Mempunyai nilai SPF yang tinggi sehingga dapat lebih lama menjaga kulit
dari sengatan sinar matahari.
2. Tidak berbau dan memiliki daya lengket yang baik.
3. Tidak menyebabkan toksik, tidak iritan, dan tidak menimbulkan sensitisasi.
4. Memiliki daya proteksi terhadap matahari selama beberapa jam.
5. Stabil dalam penggunaan.
6. Tidak memberikan noda pada pakaian.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Division : Spermatophyta
Classic : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Genus : Ocimum
a. Memperparah jerawat
Beberapa sunblock memiliki kandungan minyak yang tinggi dan tidak cocok
digunakan untuk Anda yang memiliki kulit berjerawat.
PEMBAHASAN
1. Tabir Surya
Sediaan tabir surya adalah kosmetika yang digunakan untuk
maksud menyerap secara efektif sinar terutama di daerah gelombang
ultraviolet sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit oleh sinar
matahari.Tabir surya (sunblock) digunakan untuk melindungi kulit dari
efek berbahaya matahari. Tabir surya membantu untuk mencegah kulit
terbakar (sunburn) dan penuaan dini misalnya keriput dan kulit kasar.
Tabir surya juga membantu untuk mengurangi resiko kanker kulit dan juga
reaksi kulit terbakar dari sinar matahari (seperti sensitivitas matahari) yang
disebabkan oleh beberapa obat seperti tetrasiklin, obat sulfa, fenotiazin
seperti chlorpromazine (Damogalat, 2013).
Bahan aktif dalam tabir surya bekerja baik dengan menyerap sinar
ultraviolet (UV) radiasi matahari, mencegah dari mencapai lapisan kulit
yang lebih dalam, atau dengan merefleksikan matahari. Ada berbagai jenis
tabir surya yang tersedia dalam berbagai bentuk misalnya krim, lotion,
gell, semprot, dan lip balm.
2. Formula tabir surya
Tabir surya merupakan bahan-bahan kosmetik yang secara fisik
atau kimia dapat menghambat penetrasi sinar UV ke dalam kulit.
Pembagian tabir surya yaitu,tabir surya kimia dan tabir surya fisik.
Adapula tabir surya di alam, misalnya senyawa fenolik yang terdapat
dalam tumbuhan yang berfungsi melndungi jaringan tanaman terhadap
kerusakan akibat radiasi sinar matahari (Shovyana dkk., 2013).
a. Bahan aktif dalam tabir surya terbagi menjadi dua kelompok sesuai
kegunaannya yaitu :
1. Absorbing Compound
Berfungsi pada penyerapan sinar UVB untuk menyaring sinar yang
masuk, contohnya Octyl methoxycinnamate, Ethylhexyl
methoxycinnamate, Benzophenone 3
2. Reflecting Compound
Berfungsi sebagai penghambat penyerapan sinar UVA, seperti
Titanium dioxide, Zinc oxide, dan Butyl Methoxydibenzolmethane.
b. Bahan pelembab
Bahan pelembab yang paling umum digunakan adalah agen
oklusif. Bahan seperti petrolatum, minyak mineral, dan Dimethicone
dapat digunakan sebagai agen oklusif. Humektan yang merupakan bahan
menarik air juga ditambah dalam air. Gliserin adalah humektan yang
paling umum digunakan. Gliserin ditambahkan untuk meningkatkan
nuansa lembab pada kulit. Formulasi tabir surya biasanya lebih tipis
viskositas dari lotion kulit standar.
c. Bahan-bahan lain
Selain pelembab, tabir surya mengandung emulsifier untuk
membuat minyak dan air yang kompatibel pada kulit. Suspending agent,
neutralizing agents dan pengental biasanya juga ditambahkan. Untuk
membuat formula stabil, bahan baku seperi pengawet, fragrance, dan
pewarna juga perlu disertakan (Susanti, 2012).
1. Tabir surya adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud menyerap secara
efektif sinar matahari terutama didaerah gelombang ultraviolet sehingga dapat
mencegah terjadinya gangguan kulit oleh sinar matahari.
2. Bahan-bahan yang terkandung dalam tabir surya adalah bahan aktif untuk
menghambat penyerapan sinar UVA dan UVB, bahan pelembab untuk
meningkatkan kelembapan pada kulit, dan bahan tambahan seperti pengawet
dan suspending agent untuk membantu air dan minyak supaya kompatibel.
3. Bahan-bahan dalam penelitian ini adalah daun kemangi (Ocimum sanctum L.)
sebagai bahan aktif, air suling, adeps lanae, asam stearat, etanol 96 %, etanol
PA, gliserin, kertas saring, metil paraben, parafin cair, propil paraben, setil
alkohol, span 80 dan tween 80.
4. Metode untuk menentukan aktivitas tabir surya suatu zat adalah dengan
mengukur besarnya faktor perlindungan sinar matahari atau yang dikenal
dengan istilah SPF (Sun Protecting Factor). Penentuan nilai SPF sediaan tabir
surya dapat dilakukan secara in vitro menggunakan alat spektrofotometer UV
Vis dengan panjang gelombang 290-320 nm.
5. Efektivitas sediaan tabir surya dapat dikategorikan berdasarkan nilai SPF-nya.
Pada penelitian ini formula I dengan konsentrasi ekstrak 0,03% memiliki nilai
SPF 5,21; formula II dengan konsentrasi ekstrak 0,06% memiliki nilai SPF
5,94; dan formula III dengan konsentrasi ekstrak 0,12% memiliki nilai SPF
8,97.
DAFTAR PUSTAKA
Cefali, L., C., Ataide, J., A., Moriel, P., Foglio, M., A., dan Mazzola, P.,
A., 2016., Plant compounds as active photo protectants in
sunscreen, Int. J. Cosm. Sci.
Damogalad, V., Hosea Jaya Edy dan Hamidah Sri Supriadi. Formulasi
Krim Tabir Surya Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus L Merr)
dan Uji In Vitro Nilai Sun Protecting Factor (SPF). Pharmacon
Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 2 No. 2. Manado : Program
Studi Farmasi FMIPA UNSRAT, 2013.
Dirjen POM. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 1995.
Hogade, M.G., Basawaraj, S.P & Dhumal, P. 2010. Comparative Sun
Protection Factor Determination of Fresh Fruits Extract of
Cucumber VS Marketed Cosmetic Formulation. Research Journal
of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences.
Koirewoa, Yohanes A., Fatimawali, Weny Indayani Wiyono. Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Flavonoid Dalam Daun Beluntas (Pluchea
indica L.). Manado: FMIPA UNSRAT Manado. 2013
Mishra, A. K., Mishra, A., and Chattopadhyay, P. 2011, Herbal
Cosmeceuticals for Photoprotection from Ultraviolet B
Radiation: A Review, Tropical Journal Of Pharmaceutical
Research.
Sa’adah, L. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Tanin dari Daun Belimbung
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Malang : Jurusan Kimia UIN
Maulana Malik Ibrahim, 2010.
Shah, HC. dan Singh, KK., 2009, Xanthan Gum In: Rowe, R.C., Sheskey,
P.J. dan Weller P.J. (eds.) Handbook of Pharmaceutical
Excipents 6th Edition, Minneapolis, Pharmaceutical Press.
Shovyana, H.H., A. Karim Zulkarnain. Physical Stability and Activity of
Cream W/O Etanolic Fruit Extract of Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpha (scheff.) Boerl,) as A a Sunscreen. Traditional
Medicine Journal 18(2). Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM,
2013.
Susanti, M., Dachriyanus, Doni Permana Putra. Aktivitas Perlindungan
Sinar UV Kulit Buah Garcinia mangostana Linn SecaraIn Vitro.
Jurnal Farmasi Indonesia PHARMACON. Surakarta : Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah, 2012.
Syarif M. Wasitaatmadja, 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI-Press,
Depok.
Wihelmina, Cynthya E. Pembuatan dan Penentuan Nilai SPF Nanoemulsi
Tabir Surya Menggunakan Minyak Kencur (Kaemferia galanga
L.) Sebagai Fase Minyak. Depok: FMIPA Program Studi
Farmasi, 2011.
Wood, C., E. Murphy. 2000. Sunscreen Efficacy, Vol. 162. Glob. Cosmet.
Ind., Duluth.
Yuhana Sinchia A., W.D Jayanti, A.T. Purwitasari dan Adnan Kharisma.
Antibakterial Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum Linn.)
Terhdap Bakteri Aeromonas hydrophila Secara In Vitro.
Surabaya: Universitas Airlangga, 2010
Zularnain, Abdul K., Novi Ernawati, Nurul Ikka Sukardani. Aktivitas
Amilum Benguang (Pachyrrizus erosus L.) Sebagai Tabir Surya
pada Mencit dan Pengaruh Kenaikan Kadarnya Terhadap
Viskositas Sediaan. Traditional Medicine Journal 18(1).
Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM, 2013.