Anda di halaman 1dari 81

= menempati / tinggal

= Siap
= Timbul
“Keadaan yang menempati dan siap
untuk timbul”

“Timbul karena kondisi-kondisi yang saling mengondisikan

“Sebab-akibat yang saling mengondisikan”


a. Untuk memperlihatkan kebenaran dari keadaan yang sebenarnya, yaitu:
MANAKAH YANG TERLEBIH DAHULU
MUNCUL?

SEBAB dulu

atau

AKIBAT dulu ?
Karena saling mengondisikan maka antara :

SEBAB AKIBAT

tidak ada yang terjadi lebih dahulu, melainkan terjadi


secara bersama-sama,
ketika muncul sebab maka saat itu pula secara otomatis
akibat (sebagai potensi) juga ada
SEBAB AKIBAT

Contoh :
* Kelahiran <===> kematian
* Pertemuan <===> perpisahan

Antara sebab <===>akibat merupakan satu kesatuan


yang tidak dapat dipisahkan
Kondisi (sebab <===> akibat) ini telah direalisasi oleh semua
Sammasambuddha

Karena itu, (sebab <===> akibat) ini harus dilihat sebagaimana


adanya (as they are)

Bukan dilihat sebagaimana yang saya inginkan (as I want)

Dilihat sebagaimana adanya, artinya selalu dipahami bahwa


(sebab <===> akibat) ini dicengkeram oleh Tilakkhana (Anicca,
Dukkha, Anatta) dan dijadikan sebagai objek Vipassana.
Diputus disini
 Semua merupakan lingkaran sebab-
akibat, jadi tidak diketahui awal dan akhir.

 Alam semesta ini selalu bergerak menurut


proses pembentukan dan
penghancuran yang
berlangsung terus menerus.
“Tidak dapat
dipikirkan akhir tumimbal lahir, tidak dapat
dipikirkan asal mula makhluk yang karena
diliputi ketidaktahuan dan terbelenggu
keinginan rendah,mengembara ke sana
ke mari.”
2) Memperlihatkan pula berhentinya segala
rangkaian peristiwa fenomena kehidupan
dengan berhentinya syarat-syarat yang
mendahuluinya.
3) Berhentinya rangkaian peristiwa fenomena
kehidupan ini dapat dicapai oleh mereka
yang telah memiliki
(Kebijaksanaan Sempurna).
 Bila kita mempelajari hukum paticcasamuppada
ini dengan sungguh-sungguh maka:
a) Kita akan terbebas dari pandangan salah, dan
b) Dapat melihat hidup dan kehidupan ini dengan
sewajarnya.
+)Imasming Sati Idang Hoti
+)Dengan adanya ini,maka ada itu. Aspek (+)
ADA
+)Imasuppada Idang Uppajjati
+)Dengan timbulnya ini,maka timbul itu.
-) Imasming Asati Idang Na Hoti
-)Dengan tidak ada ini,maka tidak ada itu. Aspek (–)
TIDAK ADA
-) Imassa Nirodha Idang Nirujjati
-)Dengan tidak timbul ini,maka tidak timbul itu.
Makna Rumusan
Paticcasamuppada

 Bedanya “ada” dengan “timbul”


 Bedanya “tidak timbul” dengan “lenyap”
 Makna ‘ada’ dan ‘timbul’
 Makna ‘postif’ dan ‘negatif’ (menggunakan analogi “jika-maka”
dan “jika dan hanya jika”)
 Makna ‘ini’ dan ‘itu’ (12 nidana)
1) Bedanya“ada”dengan“timbul”
“ada” memang karena sudah ada
“timbul” dari belum ada menjadi ada.

2) Bedanya “tidak timbul” dengan “lenyap”.


“tidak timbul” karena memang tidak ada
“lenyap” dari ada menjadi tidak ada.
ADA sebab akibat

TIMBUL sebab akibat


Makna ‘positif’ dan ‘negatif’
Dijelaskan dengan menggunakan analogi “jika-
maka” dan “jika dan hanya jika”
Analogi :
a) Jika hari hujan maka bawa payung (+).
b) Jika hari tidak hujan maka tidak bawa payung (-).
c) Bawa payung jika dan hanya jika hujan
Note : a dan b = tidak pasti
c = adalah pasti
A. Merupakan 12 faktor yang berkombinasi
menjadi rangkaian “sebab-akibat” yaitu:
(kegelapan batin).
(bentuk-bentuk kamma).
(kesadaran).
(batin&jasmani).
(6 landasan indera).
(kontak).
(perasaan).
(keinginan rendah).
(kemelekatan).
(penjadian).
(kelahiran).
(ketuaan dan kematian).

b) Tambahan untuk point 12


kesedihan.
ratap tangis.
derita jasmani.
derita batin.
putus asa.
The Cycle of Dependent Origination –
twelve links Avijja
Jara-Marana
Soka,Parideva,Dukkha, Sankhara
Domanassa, Upayasa

Jati Vinnana

Bhava Nama-Rupa
NIDANA 12
Upadana Salayatana

Tanha Phassa
Vedana
 1. Avijja
 (Ketidaktahuan/kegelapan batin/kebodohan
batin)
 Tidak mengerti adanya Dukkha
 Tidak mengerti Sebab Dukkha (Samudaya)
 Tidak mengerti Terhentinya Dukkha (Nirodha)
 Tidak mengerti Jalan Terhentinya Dukkha
(Magga)
 Tidak mengerti ada masa yang lalu (Pubbanta)
 Tidak mengerti ada masa akan datang
(Aparanta)
 Tidak mengerti ada masa yang lalu & ada masa
yang akan datang (Pubbantaparanta)
 Tidak mengerti hukum sebab akibat yang saling
mengondisikan (Paticcasamuppada)
2. Sankhara
 Dalam Tilakkhana (Tiga Corak Kehidupan),
kata Sankhara (Sangkhata) bermakna
segala sesuatu yang berkondisi, yang
merupakan perpaduan dan mengalami
proses
 Dalam Cattari Ariya Saccani (Empat
Kebenaran Mulia), kata Sankhara bermakna
salah satu dari 4 Nama Khanda, yaitu
Sankhara Khanda (faktor-faktor mental
atau faktor-faktor pikiran)
 Dalam Paticcasamuppada (hukum sebab
akibat yang saling mengondisikan), kata
Sankhara bermakna bentuk-bentuk kamma
atau perbuatan
3.Vinnana (Kesadaran)
 Kesadaran timbul akibat adanya kontak (Phassa) antara
landasan indera (Pasada) dengan objeknya (Arammana)
 1. Kesadaran Melihat (Dassana / Cakkhu Vinnana)
 2. Kesadaran Mendengar (Savana / Sota Vinnana)
 3. Kesadaran Mencium bau (Ghayana / Ghana Vinnana)
 4. Kesadaran Mengecap rasa (Sayana / Jivha Vinnana)
 5. Kes. Mengalami Sentuhan (Phussana / Kaya Vinnana)
 6. Kesadaran Berpikir (Mano Vinnana) (KUBD 225)
 Yang dibicarakan di dalam Paticcasamuppada ini adalah
“Patisandhi Vinnana”, yaitu kesadaran lahir, kesadaran yang
sesuai fungsinya menjadi kesadaran awal lahirnya makhluk
dan juga “Lokiya Vipaka Vinnana”, yaitu kesadaran
menerima hasil dalam kehidupan sehari-hari.
4. Nama Rupa
(Batin Jasmani)
 Nama (Batin) dalam Pancakhanda terdiri dari :
 Vinnana Khanda (kelompok Kesadaran)
 Sanna Khanda (kelompok Persepsi / Ingatan)
 Sankhara Khanda (kelompok Faktor-faktor
mental / pikiran)
 Vedana Khanda (kelompok Perasaan)
 Nama (Batin) yang dimaksud dalam
Paticcasamuppada ialah 3 kelompok saja yaitu :
 Sanna Khanda (kelompok Persepsi / Ingatan)
 Sankhara Khanda (kelompok Faktor-faktor
mental / pikiran)
 Vedana Khanda (kelompok Perasaan)
 Rupa (Jasmani) terdiri dari Mahabhuta 4 atau Avini
Bhoga Rupa 8 atau Rupa 28
5.Salayatana
(6 Landasan Indera)
 6 landasan indera ini adalah:
1) Mata
2) Telinga
3) Hidung
4) Lidah
5) Jasmani
6) Pikiran

Enam landasan ini muncul bersamaan dengan


Nama Rupa.
6. Phassa ( Kontak )
 Kontak yang terjadi antara 6 landasan
indera dengan objeknya masing masing
6 LANDASAN OBJEK KESADARAN
INDERA

MATA KONTAK
BENTUK MELIHAT

KONTAK
TELINGA SUARA MENDENGAR

KONTAK
HIDUNG BEBAUAN MEMBAUI

KONTAK
LIDAH RASA MENGECAP

KONTAK
JASMANI SENTUHAN MENYENTUH

KONTAK IDE / GAGASAN


PIKIRAN BERPIKIR
NIBBĀNA
7. Vedana ( Perasaan )
 3 jenis perasaan batin yaitu :
- Menyenangkan (Somanassa),
- Tidak menyenangkan (Domanassa) dan
- Netral (Upekkha )

 2 jenis perasaan fisik yaitu :


- Penderitaan jasmani (Dukkha) dan
- Kebahagiaan jasmani (Sukha)
8. Tanha (Nafsu Keinginan)
a. Berdasarkan kesenangan pada 6 obyek /
Arammana
b. Berdasarkan keadaan yang berlangsung
1). Kama Tanha, keinginan rendah memuaskan
nafsu indrawi,
Misal : Semoga kaya, Semoga Makmur…
2). Bhava Tanha, keinginan rendah akan keber
langsungan terus menerus, Misal: keinginan
lahir di Rupa Brahma, semoga cinta kita bisa
abadi, ….dll
3). Vibhava Tanha, keinginan rendah akan
ketidak berlangsungan, Misal : WC bau, lalu
maunya cepat cepat keluar agar terbebas
dari bau tersebut (ada penolakan)
• Kama Tanha dan Bhava Tanha ->cenderung Lobha
yang juga bersama Moha
• Vibhava Tanha -> Cenderung Dosa, juga bersama
Moha
• Moha -> bisa berdiri sendiri, misalnya pandangan
salah, seperti kita tidak melihat matahari karena
tertutup oleh awan, atau tembok, atau pohon.
Misal: Anagami yang masih memiliki Mana, dengan
Panna, Moha tersebut hilang; begitu ada terang,
maka gelapnya hilang
• Kama Tanha, Bhava Tanha dan Vibhava Tanha
terjadi dalam satu proses kejadian, misalnya :
• Saat makan bakso, menikmati bakso tersebut (Kama
Tanha). Selanjutnya, karena enak, ingin terus menikmati
(Bhava Tanha), ketika baksonya habis, kecewa,”wah,
sayang baksonya cepat habis” (Vibhava tanha).
108 Tanha
6 INDERA OBYEK KESADARAN
MATA BENDA MELIHAT
(K,B,V) (K,B,V)
TELINGA SUARA MENDENGAR
(K,B,V) (K,B,V)
HIDUNG BEBAUAN MEMBAUI
(K,B,V) (K,B,V)
LIDAH RASA MENGECAP
(K,B,V) (K,B,V)
JASMANI SENTUHAN MERASAKAN
(K,B,V) (K,B,V) SENTUHAN
PIKIRAN (K,B,V) IDE/GAGASAN BERPIKIR
(K,B,V)
 Setiap indera dan obyek mengondisikan
tiga Tanha (Kama-tanha, Bhava-tanha, dan
Vibhava-tanha). Jadi, semua ada 36 Tanha.

36 Tanha
36 Tanha
36 Tanha
Jadi, totalnya adalah 36 x3 = 108 Tanha
setiap masa.
9. Upadana (Kemelekatan)
 Ada 4 macam yaitu :
1. Kama-upadana, kemelekatan pada kenafsuan
- Membawa pada pemuasan diri secara
berlebihan, akan mengantar pada Bhava
(perwujudan baru)
2. Ditthi-upadana, kemelekatan pada pandangan
Secara umum, melekat pada pandangan, misal:
- Kemoralan tidak menghasilkan Vipaka.
- Tidak ada akibat dari perbuatan baik (berdana,
dll) di masa sekarang maupun di masa akan
datang, dsb.
3. Silabbata-upadana, kemelekatan pada upacara
yang dianggap dapat membawa kesucian,
menganggap hal demikian penting, atau terikat
pada mereka dalam hal bersifat tahyul
4. Attavada-upadana, kemelekatan pada ‘sang Ego’
- Hal ini disebabkan kebanggaan yang berlebihan
dan sifat menonjolkan diri, sehingga menimbulkan
suatu perasaan curiga yang kuat terhadap orang
atau golongan lain.
- Pandangan ada sesuatu yg hidup (kekal) di dalam
badan: Ia hidup bila inti kehidupan ini ada, dan
sebaliknya, ia mati bila inti kehidupan ini berhenti.
- Ucchedaditthi (Nihilis), setelah mati tidak ada
apa apa
- Sasataditthi (Eternalis), ada inti yang tidak dapat
dihancurkan, yang abadi, yang berpindah dari satu
badan ke badan lainnya
• Kama-upadana termasuk Tanha karena
berhubungan dengan nafsu indera
• 3 Upadana yang lain termasuk Micchaditthi
(Pandangan Salah)
Perbedaan Tanha dan Upadana
• Tanha :
• - Keinginan rendah yang punya tenaga kecil. Misalnya awal se
sendok bakso
• - Kepuasan hati terhadap obyek yang diketemukan.
• - Keinginan terhadap obyek yang belum didapati.
 Upadana :
• - Yang punya tenaga besar.
• - Kemelekatan terhadap obyek, selalu terkenang akan obyek, dan
tak akan lenyap. Misal :
• Terkenang pacaran cinta pertama … ketika melihat sinetron
• Melihat orang yang mirip suami yang jahat …. timbul kebencian
• - Kemelekatan pada obyek & tidak akan melepaskan obyek.
• - Mencengkeram, menimbulkan kondisi dari kemunculan /
kelahiran / syarat untuk kelahiran. Misal: Berbohong, karena hal
itu tidak dianggap sebagai bohong, akhirnya terpelihara dan
menjadi watak.
• Tanha seperti mencari barang dalam kegelapan, upadana ketemu
10. Bhava ( Proses Penjadian / Dumadi)

Terdiri dari 2 macam :


 Kammabhava, berarti proses kamma yaitu
munculnya bentuk bentuk kamma yang
menyebabkan tumimbal lahir (bersifat
proses aktif untuk menjadi)
 Berkembang melalui Tanha dan Upadana
 Upapattibhava, (berbagai alam kehidupan),
berarti proses tumimbal lahir, yaitu buah
buah kamma yang lalu (Vipaka kamma)
yang bersifat pasif.
 Lahir di kandungan (sudah terbentuk)
11. Jati (Kelahiran):
yaitu munculnya Pancakkhanda
(Khandhanam Patubhavo).
12. Jara – Marana (Kelapukan / Ketuaan
dan Kematian
I. 12 Faktor (12 Nidana)

 1. AVIJJA
(Kegelapan
Batin): Tidak
mengetahui
hakikat
sesungguhnya
segala sesuatu

Seperti orang tua buta yang berjalan tak


tentu arah
I. 12 Faktor (12 Nidana)

 2. Sankhara
(Bentuk- bentuk
Kamma)

Seperti pembuat tembikar yang membuat aneka


macam tembikar terus menerus (Kamma
bermanfaat atau tidak bermanfaat)
Ada berbagai macam bentuk tembikar ada
tembikar yang sudah pecah (Vipaka yg sudah
berbuah) ada juga yang masih belum berbuah
Ada juga yang masih dibuat.
I. 12 Faktor (12 Nidana)

 3. Vinnana
(Patisandhi
Vinnana)
Kesadaran
Penghubung

Seperti seekor kera yang berpindah dari


pohon kering ke pohon yang masih hijau
dan lebat buahnya. Begitu juga Patisandhi
Vinnana berproses/berlanjut dari satu
kehidupan kekehidupan yang lain
I. 12 Faktor (12 Nidana)

 4. Nama Rupa
(Batin dan
Jasmani) hasil
dari Kamma
lampau

Seperti sepasang pria-wanita di dalam


satu perahu
I. 12 Faktor (12 Nidana)

 5. Salayatana (6
Landasan Indera
dalam/internal
dan Enam
landasan Indera
luar/External)
Mata, Telinga,
Hidung, Lidah,
Jasmani, Pikiran
dan obyek-
obyeknya
Diibaratkan sebuah rumah yang
mempunyai 5 jendela dan 1 pintu.
I. 12 Faktor (12 Nidana)

 6. Phassa (Kontak)
 Ketika Indera telah
berkembang, dapat
terjadi kontak
dengan masing
masing objeknya

Digambarkan dengan seorang lelaki dan


wanita yang sedang bercinta di malam
hari. mencerminkan landasan indera
Kontak dengan obyek.
I. 12 Faktor (12 Nidana)

7. Vedana (Perasaan)

Seperti lelaki yang matanya ditembus 2


anak panah, begitu juga perasaan
membutakan batin seseorang.
I. 12 Faktor (12 Nidana)

8. Tanha (Nafsu
Keinginan rendah )

Seperti seseorang yang sedang minum


minuman keras yang memabukkan.
I. 12 Faktor (12 Nidana)

 9. Upadana
(Kemelekatan)

Ibarat orang yang mengumpulkan buah,


walaupun keranjangnya sudah penuh
semua tetapi masih terus memetik buah.
I. 12 Faktor (12 Nidana)

10. Bhava
(Perwujudan,
Proses menjadi)

Seperti seorang wanitayang sedang


mengandung.
I. 12 Faktor (12 Nidana)

11. Jati (Lahir /


Munculnya Panca
Khanda)

Digambarkan sebagai seorang wanita yang


sedang melahirkan.
I. 12 Faktor (12 Nidana)

12. Jara Marana


(Usia Tua dan
kematian)

Digambarkan sebagai lelaki


tua dan sebuah jenazah/mayat.
Penjelasan
Gambar

Lambang dari akar sebab sebab “Penjadian” yang tidak ada henti
3 Binatang saling menggigit ekor satu & lainnya, menunjukkan 3 akar
kejahatan ini (Lobha, Dosa, dan Moha) saling bergantungan satu
dengan yang lainnya
Ayam Jago (Keserakahan)
Ular (Kebencian)
Babi (Kegelapan / kebodohan batin)
Jalan Gelap
dan Terang

 Putih : 4 orang (Bhikkhu, Bhikkhuni, Upasaka &


Upasika) sedang melatih jalan yg baik, menuju
Kama Sugati 7
 Hitam : Makhluk telanjang (Tanpa Hiri & Otappa),
jatuh ke Apaya 4 karena perbuatan buruk mereka
31 ALAM Kehidupan
DEVA
MANUSIA
ASURA

SETAN/PETA
BINATANG

NERAKA
Manusia

Jalan Putih mengarah ke atas: Kama Sugati 7


Alam Dewa 6

Alam
Asura

Jalan Putih mengarah ke atas: Kama Sugati 7


Binatang

Jalan Hitam mengarah pada Apaya 4


Neraka

Jalan Hitam mengarah pada Apaya 4


PETA

Jalan Hitam mengarah pada Apaya 4


5 TENGKORAK ~ PANCAKKHANDHA PADA MAHKOTA
YANG HAKIKATNYA DICENGKERAM OLEH
ANICCA – DUKKHA - ANATTA

PANCA KHANDHA:
1. KESADARAN
2. PERASAAN
3. PENCERAPAN
4. FAKTOR BATIN
5. FISIK / JASMANI
Seluruh roda
dilingkari oleh
api Lobha,
Dosa dan
Moha yang
membakar
dengan
panasnya.

* Raksasa
Kala (Waktu)
Mengcengkra
m 31 alam
kehidupan ini
EKOR DENGAN UJUNG
YANG TAK DAPAT DILACAK

SEBAB PERTAMA HIDUP DAN KEHIDUPAN


DI ALAM SEMESTA INI TAK DAPAT DITELUSURI
8 KONDISI NIBBANA
DUNIA
ATTHA-
LOKA

ARIYA
SACCA
3 TAHAP

JALAN
MULIA DHAMMA-
BERUNSUR DESANA DI
DELAPAN ALAM MANUSIA
Hasil Jalan Mulia Berunsur Delapan melintasi dan memutus Rantai
kelahiran (Jati dan Jara marana) digambarkan dengan 8 teratai
Sang Buddha, berdiri di pantai seberang
melambangkan Beliau telah merealisasi Nibbana

Semua mata rantai beserta dunia dan isinya dicengkeram erat dan
dilahap raksasa “Kala”.
 Mencakup 7 tinjauan Paticcasamuppada,yaitu:
(lalu, sekarang, dan yang akan datang)
(12 nidana)

 akibat yang lalu mengondisikan akibat sekarang.


 akibat sekarang mengondisikan sebab sekarang
 sebab sekarang mengondisikan akibat yang akan
datang.
 Sebab yang lalu,
 Akibat yang sekarang,
 Sebab sekarang,
 Akibat yang akan datang.

 Kilesa (avijja, tanha, upadana)


 Kamma (sankhara, bhava)
 Vipaka (vinnana, nama-rupa, salayatana,phassa,vedana)
(avijja dan tanha)
Sebab yang lalu Sekarang Sekarang Akibat yg akan
Akibat Sebab datang

Avijja Vinnana Tanha Vinnana

Sankhara Nama dan Upadana Nama dan


Rupa Rupa

Tanha Salayatana Bhava Salayatana

Upadana Phassa Avijja Phassa

Bhava Vedana Sankhara Vedana

SEBAB DUKKHA SEBAB DUKKHA


3 masa atau Tayo-addha

 Atita-addha
 Paccupanna-addha
 Anagata-addha
Atita Addha

 Waktu yang telah lampau


termasuk pula waktu dalam
kehidupan yang lampau dan
waktu yang lampau dalam
kehidupan sekarang ini.
 Faktor yang menjadi Atita Addha
adalah Avijja dan Sankhara
Paccupanna Addha

 Dimaksudkan sebagai waktu yang


sekarang, yang saat ini yang
sedang ada sekarang ini.
 Faktor Paccuppanna addha dari
Paticcasamuppada adalah:
Vinnana, Nama-rupa, Salayatana,
Phassa, Vedana, Tanha, Upadana,
dan Bhava
Anagata-addha

 Dikatakan sebagai waktu yang akan


datang
 Faktor Anagata-addha dari
Paticcasamuppada adalah Jati dan
Jara-marana
 Bila telah melakukan sesuatu, baik
yang merupakan kusala kamma
maupun akusala kamma disebut
Kamma Bhava, yang menimbulkan
hasil atau akibat pada kehidupan
yang sekarang
Atita-addha Avijja
(masa lampau) Sankhara

Vinnana
Nama-rupa
Salayatana
Pacupanna-addha Phassa
(masa sekarang) Vedana
Tanha
Upadana
Bhava

Anagata-addha Jati
(masa akan datang) Jara-marana
Avijja Atita-hetu
Sankhara (sebab lampau)

Vinnana
Nama-rupa
Pacupanna-phala
Salayatana
(akibat sekarang)
Phassa
Vedana

Tanha
Upadana Pacupanna-hetu
(sebab sekarang)
Bhava

Jati
Anagata-phala
Jara-marana (akibat akan dtg)
3 Masa (Tayo Addha)
Lampau Sekarang Akan Datang

Hasil
Sebab Hasil
Sekarang
Yg akan datang
yg Lampau Vinnana
Jati
Avijja Nama Rupa
Jara
Sankhara Salayataana
Marana
(Tanha Phassa
Sebab
Upadana Vedana
Yg Akan datang
Bhava) Sebab Sekarang Tanha
Tanha Upadana
Upadana Bhava
Bhava (Avijja
(Avijja Sankhara)
Sankhara) )
3 Lingkaran (Tini Vattani)

KILESA VATTA
AVIJJA, TANHA,
UPADANA

VIPAKA VATTA KAMMA VATTA


VINNANA, SANKHARA,
NAMA-RUPA, BHAVA
SALAYATANA,
PHASSA,
VEDANA
DUA AKAR (DVE-MULANI)

SAL
NAMA JARA
AVIJJA SANKHARA VINNANA AYATANA PHASSA VEDANA TANHA UPADANA BHAVA JATI
RUPA MARANA
1

8
9

1
0

11

12
Samyuttanikaya II, 25,26,27.
(penderitaan)
(keyakinan)
(rasa gembira)
(kegiuran)
(ketenangan)
(kebahagiaan)
(konsentrasi)
(pengetahuan dan
pandangan akan segala sesuatu sebagaimana apa
adanya)
(rasa enggan) – dischantment.
(ketidakmelekatan) – detachment.
(penglepasan) – liberation.
(pengetahuan tentang padamnya nafsu
keinginan, yaitu keadaan Arahat) – final realization.
ANUMODANA

Anda mungkin juga menyukai