PENDAHULUAN
1
diri dari panyakit agar dapat hidup secara produktif, sehingga penekanan pada upaya
pencegahan penyakit, promosi kesehatan perlindungan kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan dimasa datang harus mampu menciptakan dan menghasilkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat produktif. Sehingga obsesi upaya kesehatan
harus dapat menghantarkan setiap penduduk memiliki status kesehatan yang cukup.
Orientasi baru upaya kesehatan adalah orientasi menyehatkan penduduk memiliki status
kesehatan yang cukup, suatu orientasi sehat positif, sebagai kebalikan dari orientasi
pengobatan penyakit yang bersifat kuratif, membetulkan atau pengobatan sesuatu yang
terjadi.
Salah satu tenaga medis yang melakukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah
fisioterapi. Fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan kepada individu atau
kelompok agar mereka dapat mengmbangkan, memelihara dan memulihkan gerak
dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektro terapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi,
komunikasi (KEP. MENKES NO 1363/MENKES/SK/XII/2001).
Peralatan yang digunakan diataranya elektro terapeutis, termasuk di dalamnya
Short Wave Diathermy (SWD).
Energi elektromegnetik yang dipancarkan oleh Short Wave Diathermy dapat
digunakan untuk tujuan pengobatan. Salah satu kelainan atau cedera yang dapat
diobati oleh Short wave diathermy adalah Carpal Turner Syndrome. (CTS).
Dengan latar belakang maslah tersebut diatas, maka penulis sangat tertarik untuk
membahas “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Penderita CTS Dengan Modalitas SWD
dan Massage Therapy”
B. Rumusan Masalah
Dengan uraian diatas dapat dibuat suatu rumusan masalah yaitu apakah dengan
SWD dan massage therapy dapat mengurangi nyeri dan kesemuatan pada penderita
Carpal Tunnel Syndrome.
2
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya lingkup pembahasan dari Carpal tunnel Syndrome ditinjau
dari berbagai segi, maka penulis membatasi masalah yaitu “Apakah modalitas SWD
dan massage therapy dapat mengurangi nyeri dan kesemutan peda penderita Carpal
Tunnel Syndrome.
D. Tujuan Penulisan
1). Tujuan umum
Mengetahui gambaran nyeri dan kesemutan pada lengan yang disebabkan
Carpal Tunnel Syndrome dan pelaksanaan fisioterapinya.
2). Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh SWD dan massage therapy terhadap pengurangan rasa
nyeri dan kesemutan pada pergelangan tangan.
b. Guna memenuhi sekaligus melengkapi tugas presentasi bulanan program
Diploma III Fisioterapi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi
1. Definisi Carpal Tunnel Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah paralisis partial yang progresif,
atrofi otot-otot thenar dan gangguan sensorik yang mengenai bagian radial telapak
tangan serta sisi palmar dari 3 jari tangan yang pertama karena kompresi nervus
medianus pada daerah carpal tunnel pergelangan tangan (J.G Ghusid, 1994).
Canalis carpalis (carpal tunnel) dibentuk oleh permukaan anterior ossa
carpalia yang konkaf dan bentuk oleh retinakulum fleksorum, terisi padat oleh
tendo muskulus flexor longus dan jari-jari dengan serabut sinovialnya, dan saraf
medianus. Secara klinis sindrom ini terdiri dari rasa terbakar atau rasa seperti
tertusuk-tusuk jarum (“pains and needles”) disepanjang percabangan saraf
medianus ketiga setengan jari lateral dan kelemahan otot-otot thenar. Ini
disebabkan kompresi saraf medianus dalam canalis. Sebab pasti dari kompresi
sukar diketahui, tapi penebalan selubung sinovial dari tendo otot flexor atau
arthritis pada ossa carpalia dianggap sebagai penyebab dalam banyak kasus.
Tidak ada parestesi pada emientia thenaris, karena daerah kulit dipersarafi
oleh rasmus cuteneus palmaris saraf medianus yang berjalan superficial terhadap
retinakulum. Otot-otot eminentia thenaris paralisis dan atrofi sehingga eminentia
mendatar/ rata/ ibu jari rotasio ke lateral dan abduksia. Tangan terlihat mendatar
dan “Apelike”.
2. Anatomi Fungsional
a. Sistem tulang pembentuk wrist joint
1). Tulang Radius
Merupakan tulang lengan bawah yang terletak disebelah lateral,
merupakan tulang pembentuk pipa dengan sebuah korpus. Mempunyai ukuran
yang lebih pendek dari tulang ulna. Ujung atas mempunyai permukaan yang bulat
4
dan pipih yaitu caput serta collum tuberositas radii. Disisi medial terdapat facies
sebagai tempat melekatnya membrane interossea. Ujung bawah terdapat benjolan
berbentuk padat dan bagian posterior terdapat facies yang merupakan tempat
berasalnya otot pollisis brevis.
c. Persarafan
Nervus medianus timbul dari plexus brachialis dengan dua caput. Caput
medial dari fasciullus medialis dan caput lateral dari fasciullus lateralis.
Saraf ini terletak dekat dengan arteri brachialis berjalan turun ke siku danmasuk
fossa cubital berlanjut ke lengan bawah ke dalam fleksor digitorum sublimes dan
masuk bagian palmar tangan yang dilewati tendon palmaris longus di bawah
fleksor retinacullum.
5
Nervus medianus mensarafi seluruh otot-otot fleksor lengan bawah kecuali
fleksor carpi ulnaris dan bagian ulnar fleksor digitorum profundus, serta abductor
pollicis brevis, apponens pollicis dandua oto llumbrikales yang pertama. Cabang
serabut sensorik mensuplai kulit sisi palmar dari ibu jari, jari telunjuk, jari tengah,
dan bagian radial jari manis.
d. Biomekanik
Ekstensi wrist 900 - 00 - 900 Bid gerak sagital
Fleksi wrist 900 - 00 - 900 Bid gerak sagital
Radio ulnar deviasi 200 – 00 - 300 Bid gerak horisontal
B. Etiologi
Nervus medianus yang berada di “carpal tunnel” menghantarkan impuls sensorik
dari kulit telapak tangan serta kulit bagian volar yang menutupi jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis. Kulit yang menutupi bagian volar separuh ibu jari adakalanya
ikut disarafinya.
6
Pembengkakan dan ditorsi tendon-tendon dan sarung otot-otot flexor tangan
sering dijumpai pada arthtritis rematoid. Perubahan itu menyempitkan terowongan
carpal sehingga nervus medianus mengalami desakan atau jepitan. Akan tetapi pada
keadaan-keadaan lain nervus medianus dapat terjebak di “carpal tunnel” itu.
C. Patologi
Perasaan yang tercakup dalam keluhan sakit kuduk, sakit bahu dan sakit
pergelangan tangan merupakan manifestasi perangsangan terhadap serabut saraf
sensorik. Perangsangan itu dapat bersifat mekanik dan non mekanik. Penekanan,
jeratan, gesekan, peregangan dan sebagainnya merupakan unsur mekanik, sedangkan
infeksi, intolokasi dan proses imunologik merupakan unsur non mekanik.
Perangsangan terhadap serabut saraf sensorik dapat terjadi pada pangkal atau
bagian-bagiannya sepanjang perjalanan ketepi atau pada ujung-ujungnya. Bagian
tubuh yang mengandung banyak serabut saraf sensorik adalah jaringan pengikat
(fasia, ligament, sinovial) dan pembuluh darah. Kesemuanya itu dinamakan “soft
tissues”.
Perangsangan terhadap radiks dorsalis menimbulkan nyeri radikuler, nyeri
tersebut dirasakan pada tempat rangsangan dan menjalar kedaerah persarafan radik
yang terkena. Daerah ini sesuai dengan kawasan suatu dermatom. Bilamana nyeri
setempat menjalar keberbagai bagian dari dua atau tiga dermatom, maka penjalaran
itu sesuai dengan kawasan sensorik suatu saraf tepi. Nyeri tersebut bukan nyeri
radikuler, melainkan nyeri neuritik.
Nyeri akibat perangsangan ujung-ujung serabut saraf sensorik bersifat setempat,
dan nyeri setempat ini umumnya merupakan sebagian manifestasi proses patologi di
soft tissues, yang bersifat infeksi atau toksik-infeksi imunologik.
D. Gejala-gejala
Gejala-gejala kondisi Carpal Tunnel Syndrome adalah parastesia dan sakit pada
ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Parastesia dan sakit dapat digambarkan sebagai
berikut : terjadi perasaan seperti terbakar, perasaan pedas seperti tertusuk-tusuk
jarum, dimana akan menyebar pada samping dalam dari tangan yaitu pada daerah
7
yang mendapat ditribusi nervus medianus. Jari-jari terasa kaku. Gejala-gejala ini akan
bertambah parah pada dini hari. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut penderita akan
menggerakkan tangannya secara berulang-ulang serta menggantungkan tangannya
pada samping tempat tidur. Bila gejala-gejala ini timbul maka aktifitas fungsional
penderita akan terganggu karena disamping perasaan dan sakit penderita akan
mengalami kelemahan otot-otot, terutama otot thenar.
E. Teknologi Intervensi
1. Short Wave diathermy
“Short wave Diathermy merupakan suatu stressor fisis berupa energi
elektromegnetik yang dihasilkan oleh arus listrik bolak-balik frekuensi 27 Mhz,
dengan panjang gelombang 11 m.
a. Efek Biofisika dan Biokimia
Peristiwa yang terjadi pada saat Short Wave Diathermy
diaplikasikan kejaringan.
1). Penetrasi
Dalamnya penetrasi tergantung frekuensi dari gelombang dan sifat
medium secara exponensial dengan besarnya jarak yang dilalui dan
mengalami penurunan dengan naiknya frekuensi.
2). Absorpsi
Energi elektromegnetik diubah menjadi energi panas ketika
mereka berinteraksi dengan molekul dari jaringan yang lain. Molekul
non polar akan mengarah kekutub pada area yang dikenai gelombang
mikro.
3). Pemantulan
Besarnya bagian gelombang yang mencapai jaringan
letaknya lebih dalam tergantung dari gelombang yang dipantulkan pada
perpindahan gelombang yaitu pada tahap kontak udara-kulit, kulit
lemak, dan lemak otot. Pada kontak udara dengan kulit energi
dipantulkan ke udara, pada kontak kulit dengan lemak energi
8
dipantulkan kekulit, pada kontak lemak dengan otot energi kembali
kelemak subcutaneus.
4). Konduksi Panas
Respon fisiologis akibat dari pancaran Short Wave Diathermy
tergantung pada reaksi jaringan terhadap kenaikan suhu dan jumlah
energi yang diserap. Pengaturan suhu tubuh diatur oleh jantung, sistem
hormon dan kontrol saraf. Panas yang diberikan pada kulit (diarea yang
terbatas) menyebabkan nauknya aliran darah pada kulit tersebut, yang
akan mendistribusikan panas kedaerah lainnya.
b. Efek Fisiologis
Gelombang Short Wave Diathermy yang diserap oleh jaringan,
menimbulkan produksi panas, tetapi bentuk distribusinya berbeda dengan
pemanasan yang lain. Daya tembusnya lebih dalam dari sinar infra merah.
Short Wave Diathermy dapat mengobati jaringan yang dalam. Daya
tembusnya kira-kira 11,5 cm. Dengan perlengkapan yang ada, Short Wave
Diathermy banyak diserap oleh jaringan yang banyak mengandung cairan.
Efek fisiologis Short Wave Diathermy :
a). Perubahan panas atau temperatur.
b). Jaringan ikat.
c). Jaringan otot.
d). Jaringan saraf.
c. Efek Teurapetik
1). Penyembuhan luka/trauma pada jaringan lunak.
2). Nyeri, hipertoni, gangguan vaskularisasi.
3). Kontraktur jaringan lemak.
4). Gangguan konduktifitas dan treshold jaringan saraf
d. Dosis
Durasi pengobatan, 15 menit adalah waktu yang optimal sampai
temperatur jaringan mencapai steady state, dengan waktu ini peningkatan
sirkulasi akan telah tercapai secara maksimal. Sedangkan pada durasi yang
lebih pendek tidak akan tercapai secara maksimal.
9
Intensitas dari Short wave Diathermy, yang paling aman adalah dengan
toleransi pasien dengan catatan, sebelum terapi harus dilakukan tes sensasi
panas dingin dengan menggunakan gelas kaca.
e. Indikasi dan kontra indikasi
1). Indikasi
a). Disoerder of the muskuluskeletal system
(1). Sparin
(2). Starin
(3). Muscle and tendon tears
b). Superficial inflamatory or infective condition
(1). Tenosynovitas
(2). Bursitis
(3). Sinovitis
(4). Infected surgical incissions
2). Kontra indikasi
a). Kegagalan sistem sirkulasi
b). Gangguan sensibilitas
c). Oedema karena infeksi
d). Memakai logam
2. Massage Therapy
a. Stroking
Tehnik massage ini berupa gosokan tanpa tekanan dengan arah tak
b. Effleurage
Tehnik massage berupa gosokan disertai tekanan yang cukup kuat yang
10
c. Wringing
bergantian.
d. Friction
Massage ringan pada suatu titik tertentu pada jaringan dengan gerakan
melingkar.
11
BAB III
PELAKSANAAN STUDY KASUS
Umur : 52 th
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
A. DIAGNOSIS MEDIS
B. CATATAN KLINIS
Mohon diberikan tindakan fisioterapi pada pasien dengan nama Bp. Suwarna,
12
III. SEGI FISIOTERAPI
A. PEMERIKSAAN
1. ANAMNESIS (HETERO)
a. Keluhan utama :
Kurang lebih 2 tahun yang lalu pasien merasakan kesemutan pada jari-
HT (-)
DM (-)
d. Riwayat Pribadi
didepan komputer.
e. Riwayat Keluarga
pasien.
f. Anamnesis Umum
13
2). Sistem Kardiovaskuler
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital
14
6). Berat Badan :-
b. Inspeksi
Oedem (-)
c. Palpasi
d. Perkusi
Tidak dilakukan
e. Auskultasi
Tidak dilakukan
f. Gerakan dasar
15
Abduksi radial : full ROM dan terdapat nyeri
Kognitif :
Pasien memiliki atensi dan memori yang baik serta mampu memahami dan
Intra personal :
Inter personal :
pergelangan tangan.
16
3). Lingkungan Aktifitas :
Nyeri diam :0
Nyeri gerak :2
Nyeri tekan :1
Nyeri (+)
Kesemutan (+)
Spasme (-)
mengnendarai kendaraan.
1. Tujuan :
a. Jangka pendek
b. Jangka panjang
17
2. Tindakan Fisiterapi :
a. Teknologi fisioterapi :
SWD
SWD
Massage therapy
b. Edukasi :
3. Rencana evaluasi :
D. PROGNOSIS
18
E. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
SWD
Massage therapy
- Stroking
Tehnik massage ini berupa gosokan tanpa tekanan dengan arah tak
- Effleurage
19
Tehnik massage berupa gosokan disertai tekanan yang cukup kuat yang
- Wringing
otot atau jaringan dengan kedua tangan, gerakan tangan dorong dan tarik
bergantian.
- Friction
Massage ringan pada suatu titik tertentu pada jaringan dengan gerakan
melingkar.
F. EVALUASI
Nyeri dengan VAS
Tgl 13-04-2007 16-04-2007 18-04-2007
Nyeri diam 0 0 0
Nyeri gerak 2 1 1
Nyeri tekan 1 1 0
20
Pasien dengan nama Bp Suwarna, umur 58 th dengan kondisi Carpal
Tunnel Syndrome setelah mendapat terapi sebanyak 3 kali didapati hasil
adanya pengurangan nyeri yang dihitung dengan skala VAS tetapi masih
terdapat rasa kesemutan bila mengetik terlalu lama.
BAB IV
21
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah paralisis partial progresif, atrofi otot-otot
thenar dan gangguan sensorik yang mengenai bagian radial telapak tangan serta sisi
palmar 3 jari tangan yang pertama karena kompresi nervus medianus pada daerah
carpal pergelangan tangan. Setelah mendapatkan penanganan fisioterapi sebanyak 3
kali, pasien dengan nama Bp. Suwarna dengan kondisi Carpal Tunnel Syndrome
didapati hasil adanya pengurangan rasa nyeri yang di ukur dengan skala VAS tetapi
masih terdapat rasa kesemutan bila mengetik terlalu lama.
B. Saran
Pasien disarankan untuk rajin terapi (seminggu 3 kali), melaksanakan edukasi
yang telah diberikan kepada pasien dirumah sesuai kemampuan dan mengompres
hangat daerah pergelangan tangan.
22
DAFTAR PUSTAKA
A.N de Wolf and J.M.A Mens, Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh, (houten:Bohn
Stafleu Van Loghum, 1994).
J. G Chusid Neuroanatomi korelatif & Neurologi Fungsional, (Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press, 1984).
Richard S. Snell, Anatomi klinik Mahasiswa Kedokteran Bagian ke-2, Jakarta, EGC,
1978.
Sidharta Priguna, Sakit Neoromuskuluskeletal dalam Praktek Umum, (Jakarta, PT Dian
Rakyat, 1984).
Sidharta Priguna, Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, (Kebayoran Baru, PT Dian
rakyat, 1980).
Sujatno, dkk, Sumber fisis, (Surakarta : Akademi Fisioterapi depkes Surakarta, 1993).
23