Anda di halaman 1dari 1

Analisis isu kebijakan fiskal menaikan tarif impor

Indonesia ekarang ini sedang mengalami nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar amerika
serikat.
Salah satu penyebabnya adalah neraca perdagangan defisit, kinerja perdagangan yang kurang optimal,
sistem perbankan dan perang dagang dan lain-lain.

Untuk menyehatkan neraca perdagangan, kementerian keuangan akan menekankan impor melalui
penerapan pajak pengasil (PPh) impor

Persentase kenaikan PPh barang impot berbeda-beda sebesar 2,5%, 5%, dan 7,5%. Sejumlah 719
komoditas dengan PPh 2,5% dinaikkan menjadi 7,5%. Contohnya adalah keramik, ban, peralatan
elektronik, serta produk teksil

Sebanyak 218 komoditas lain dengan tarif 2,5% naik menjadi 10%. Ini adalah produk komsumsi yang
sebagai besar dapat disubtitusi oleh produksi local semisal kosmetik

Ada pula 210 produk lain dengan pajak 7,5 naik menjadi 10%. Ratusan komoditas ini mencakup barang
mewah seperti mobil impor dan motor besar.

Sementara itu 57 komoditas impor tetap pada tariff semula sebesar 2,5%. Puluhan produk ini termasuk
bhan baku utama yang di komsumsi masyarakat dan berpengaruh terhadap akivitas produksi.

Pengenaan PPh diharapkan mendongkrak harga jual produk impor, sehingga permintaan dari pasar
domestik berkurang. Dan berharap naiknya pajak penghasilan terhadap ribuan pos tarif impor akan
mendorong tumbuhnya industri lokal. Dengan demikian produk impro barang konsumsi diperkirakan
tetap akan harganya jauh lebih mahal.

Kalau memang tetap ingin beli barang impor dengan harga yang telah di tetapkan tidak masalah pasti
orang tetap ingin memproduksi impor dan memiliki jumlah uang yang sesuai dengan harga yang telah di
tetapkan.

Kenaikan tarif impor untuk barang konsumsi, dapat menjadi kesempatan bagi industry dalam negeri
untuk mengisi pasar dan juga dapat memperbaiki kualitas produk yang akan di komsumsi oleh
masyarakat. Dengan demikian orang yang biasanya mengkonsumsi barang impor akan mengurangi atau
berhenti untuk membelinya karena harganya menjadi mahal. Maka masyakat dapat mengkonsumsi
barang dalam negeri. Tapi kalau barang lokalnya masih kalah dengan produk impor berarti ada masalah
di industri dalam negeri. Walau ekonomi membutukan konsumsi namun yang dibutuhkan adalah
konsumsi dari barang domestik. Peningkatan konsumsi barang domestik berefek positif lebih besar
terhadap perekonomian. Sebab industry manufaktur local meningkat, sehingga perutumbuhan ekonomi
lebih terpacu.

Anda mungkin juga menyukai