Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN INFRASTRUKTUR
JALAN TOL

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. M. Fauzie Siswanto, M.Sc.

Oleh:
Ilhamius Hamit 19/449721/PTK/12980
M. Shahab 19/449735/PTK/12994
M. Abelsea Oktanza 19/449731/PTK/12990

MAGISTER TEKNIK SARANA PRASARANA DAN BAHAN BANGUNAN


PROGRAM STUDI S2 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Manajemen
Infrastruktur Jalan Tol ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Dr. Ir. M. Fauzie Siswanto, M.Sc., pada mata kuliah Manajemen
Infrastruktur. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Manajemen Infrastruktur Jalan Tol bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. M. Fauzie Siswanto, M.Sc.,
selaku Dosen Manajemen Infrastruktur yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 12 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang
keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian
masyarakat dan perkembangan wilayah. Sistem transportasi yang ada
dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan mobilitas penduduk dan sumber
daya lainnya yang dapat membuka peluang kegiatan perdagangan antar wilayah
dan mengurangi perbedaaan antar wilayah satu dengan yang lain, sehingga
mendorong terjadinya pembangunan antar wilayah secara kawasan. Dengan
adanya transportasi harapannya dapat menghilangkan isolasi dan memberi
stimulan ke arah perkembangan di semua bidang kehidupan, baik perdagangan,
industri maupun sektor lainnya merata disemua daerah. Semakin baik suatu
jaringan transportasi maka aksesibilitasnya juga semakin baik sehingga kegiatan
ekonomi juga semakin berkembang. Namun disisi yang lain, peningkatan arus
transportasi yang sangat pesat ini memberikan beban yang sangat berat pada daya
dukung lingkungannya. Terlebih jika sistem jaringan jalan yang ada membentuk
pola yang tidak efiesien, maka akan terjadi arus lalu lintas yang boros akan bahan
bakar dan kecepatan yang tidak efektif untuk pengangkutan orang dan barang.
Penyediaan jalan tol merupakan salah satu alternatif guna meningkatkan efiesiensi
pergerakan, khususnya pergerakan antar regional/ wilayah. Jalan tol adalah jalan
umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban membayar tol dan
merupakan jalan alternatif lintas jalan umum yang telah ada. Jalan tol dan
fasilitasnya merupakan prasarana (infrastructure) transportasi darat yang
merupakan jalan bebas hambatan (uninterrupted) bagi lalu lintas kendaraan dan
dikenakan bayaran (charge) langsung bagi pengguna sesuai dengan tarif yang
ditentukan. Jalan tol diselenggarakan dengan maksud untuk mempercepat
pewujudan jaringan jalan dengan sebagian atau seluruh pendanaan berasal dari
pengguna jalan untuk meringankan beban pemerintah. Jalan tol diselenggarakan
dengan tujuan meningkatkan efisien pelayanan jasa distribusi guna menujukkan
pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan wilayah dengan memperhatikan
rencana induk jaringan jalan. Pembangunan jalan tol sebagai bentuk infrastruktur
utama pada suatu kawasan akan berdampak kepada berkembangnya wilayah
dalam intenfitas pemanfaatan lahan yang lebih masif, seperti berkembangnya kota
baru, kawasan industri serta pemukiman berskala besar. Pengembangan jalan tol
bermanfaat sebagai pemicu pengembangan wilayah sekitar karena pengaruh
accessibility yang semakin tinggi dan penghematan biaya perjalanan (general
cost) bagi pelaku pergerakan.
Jalan tol termasuk insfrastruktur penunjang yang membutuhkan pengelolaan
dan manajemen yang baik, agar nantinya jalan tol tidak terjadi hambatan yang
umumnya terjadi di jalan raya selain jalan tol, seperti kemacetan dan kepadatan
kendaraan. Hal ini dapat dilihat pada kemacetan yang terjadi pada setiap gerbang
masuk jalan tol. Untuk itu, pengelolaan dan manajemen insfrastruktur yang baik
diperlukan guna menunjang permasalahan-permasalahan yang terjadi di sarana
insfrastruktur jalan tol.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen infrastruktur jalan tol?
2. Apa permasalahan dalam mengelola infrastruktur jalan tol?
3. Apa solusi atas permasalahan dalam mengelola infrastuktur jalan tol?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui manajemen infrastruktur jalan tol.
2. Untuk mengetahui permasalahan dalam mengelola infrastruktur jalan tol.
3. Untuk mengetahui solusi atas permasalahan dalam mengelola infrastruktur
jalan tol.
1.4 Manfaat Makalah
1. Untuk memberikan informasi tentang manajemen infrastruktur jalan tol.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Infrastruktur


Menurut Ben-Akiva et al (1993) manajemen infrastruktur adalah proses
dimana Lembaga memantau dan memelihara system fasilitas yang dibangun,
dengan tujuan memberikan layanan terbaik kepada pengguna, dalam Batasan
sumber daya yang tersedia. Kemudian dijelaskan secara spesifik proses
manajemen mengacu pada serangkaian keputusan yang dibuat oleh lembaga
infrastruktur terkait alokasi dana di antara sistem fasilitas dan overtime.
2.2 Jalan Tol
Jalan Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan
dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol (PUPR,
2017). Jalan tol dibangun untuk memperlancar akses dari satu daerah ke daerah
yang lain. Dalam kepentingan ekonomi, jalan tol bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang pertumbuhan ekonomi.1
2.2.1 Sejarah Jalan Tol
Sejarah jalan tol di Indonesia dimulai pada tahun 1978 dengan
dioperasikannya jalan tol Jagorawi dengan panjang 59 km (termasuk jalan akses),
yang menghubungkan Jakarta, Bogor, dan Ciawi. Pembangunan jalan tol yang
dimulai tahun 1975 ini, dilakukan oleh pemerintah dengan dana dari anggaran
pemerintah dan pinjaman luar negeri yang diserahkan kepada PT. Jasa Marga
(persero) Tbk. sebagai penyertaan modal. Selanjutnya PT. Jasa Marga ditugasi
oleh pemerintah untuk membangun jalan tol dengan tanah yang dibiayai oleh
pemerintah.
Mulai tahun 1987 swasta mulai ikut berpartisipasi dalam investasi jalan tol
sebagai operator jalan tol dengan menanda tangani perjanjian kuasa pengusahaan
(PKP) dengan PT Jasa Marga. Hingga tahun 2007, 553 km jalan tol telah
dibangun dan dioperasikan di Indonesia. Dari total panjang tersebut 418 km jalan
tol dioperasikan oleh PT Jasa Marga dan 135 km sisanya dioperasikan oleh swasta
lain.
1
http://bpjt.pu.go.id/konten/jalan-tol/tujuan-dan-manfaat
Pada periode 1995 hingga 1997 dilakukan upaya percepatan pembangunan
jalan tol melalui tender 19 ruas jalan tol sepanjang 762 km. Namun upaya ini
terhenti akibat adanya krisis moneter pada Juli 1997 yang mengakibatkan
pemerintah harus menunda program pembangunan jalan tol dengan
dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 39/1997. Akibat penundaan tersebut
pembangunan jalan tol di Indonesia mengalami stagnansi, terbukti dengan hanya
terbangunnya 13,30 km jalan tol pada periode 1997-2001. Pada tahun 1998
Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No.7/1998 tentang Kerjasama
Pemerintah dan Swasta dalam penyediaan Infrastruktur.
Selanjutnya di tahun 2002 Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden
No. 15/2002 tentang penerusan proyek-proyek infrastruktur. Pemerintah juga
melakukan evaluasi dan penerusan terhadap pengusahaan proyel-proyek jalan tol
yang tertunda. Mulai dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 terbangun 4 ruas
jalan dengan panjang total 41,80 km.
Pada tahun 2004 diterbitkan Undang-Undang No.38 tahun 2004 tentang
Jalan yang mengamanatkan pembentukan BPJT sebagai pengganti peran regulator
yang selama ini dipegang oleh PT Jasa Marga.
Proses pembangunan jalan tol kembali memasuki fase percepatan mulai
tahun 2005. Pada 29 Juni 2005 dibentuk Badan Pengatur Jalan Tol sebagai
regulator jalan tol di Indonesia. Penerusan terhadap 19 proyek jalan tol yang
pembangunannya ditunda pada tahun 1997 kembali dilakukan.
Di masa yang akan datang pemerintah akan mendanai pembangunan jalan
tol dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu pembiayaan penuh oleh swasta,
program kerja sama swasta-publik (Public Private Partnership/PPP) serta
pembiayaan pembangunan oleh Pemerintah dengan operasi-pemeliharaan oleh
swasta.2
2.3 Sarana Prasarana Jalan Tol
Jalan tol diharuskan memiliki sarana prasarana yang dapat membuat
kenyamanan para pengguna jalan tol. Diantaranya Tempat Istirahat dan
Pelayanan, yaitu suatu tempat yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum
bagi pengguna Jalan Tol, sehingga baik bagi pengemudi, penumpang, maupun

2
http://bpjt.pu.go.id/konten/jalan-tol/sejarah
kendaraannya dapat beristirahat untuk sementara (PUPR, 2018). TIP
dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) tipe yaitu tipe A, TIP tipe B, dan TIP tipe C,
dimana masing-masing tipe dijabarkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Fasilitas tiap tipe Tempat Istirahat dan Pelayanan
Tipe A Tipe B Tipe C
1 Pusat ATM 1 Pusat ATM 1 Toilet
2 Toilet 2 Toilet 2 Warung atau kios
3 Klinik kesehatan 3 Warung atau kios 3 Mushola
4 Bengkel 4 Minimarket 4 Sarana tempat parkir
5 Warung atau kios 5 Mushola
6 Minimarket 6 Restoran    
7 Mushola 7 Ruang terbuka hijau    
8 SPBU 8 Sarana tempat parkir    
9 Restoran    
10 Ruang terbuka hijau    
11 Sarana tempat parkir    

2.4 Regulasi Jalan Tol di Indonesia


2.4.1 Syarat Umum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2005 tentang Jalan Tol pasal 4 yaitu:
1. Jalan tol merupakan lintas alternatif dari ruas jalan umum yang ada.
2. Jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif apabila pada kawasan yang
bersangkutan belum ada jalan umum dan diperlukan untuk mengembangkan
suatu kawasan tertentu
3. Ruas jalan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
mempunyai fungsi arteri atau kolektor.
4. Dalam hal jalan tol bukan merupakan lintas alternatif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), jalan tol hanya dapat dihubungkan ke dalam jaringan jalan
umum pada ruas yang sekurang-kurangnya mempunyai fungsi kolektor.
2.4.2 Syarat Teknis
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2005 tentang Jalan Tol pasal 5 yaitu:
1. Jalan tol mempunyai tingkat pelayanan keamanan dan kenyamanan yang
lebih tinggi dari jalan umum yang ada dan dapat melayani arus lalu lintas
jarak jauh dengan mobilitas tinggi.
2. Jalan tol yang digunakan untuk lalu lintas antarkota didesain berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 80 (delapan puluh) kilometer per jam, dan
untuk jalan tol di wilayah perkotaan didesain dengan kecepatan rencana
paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam.
3. Jalan tol didesain untuk mampu menahan muatan sumbu terberat (MST)
paling rendah 8 (delapan) ton
4. Setiap ruas jalan tol harus dilakukan pemagaran, dan dilengkapi dengan
fasilitas penyeberangan jalan dalam bentuk jembatan atau terowongan.
5. Pada tempat-tempat yang dapat membahayakan pengguna jalan tol, harus
diberi bangunan pengaman yang mempunyai kekuatan dan struktur yang
dapat menyerap energi benturan kendaraan.
6. Setiap jalan tol wajib dilengkapi dengan aturan perintah dan larangan yang
dinyatakan dengan rambu lalu lintas, marka jalan, dan/atau alat pemberi
isyarat lalu lintas.
7. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaksanakan berdasarkan
ketentuan peraturan lalu lintas dan angkutan jalan.
8. Ketentuan persyaratan teknik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur lebih lanjut peraturan Menteri.

2.4.3 Spesifikasi Jalan Tol


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2005 tentang Jalan Tol pasal 6 yaitu:
1. Tidak ada persimpangan sebidang dengan ruas jalan lain atau dengan
prasarana transportasi lainnya;
2. Jumlah jalan masuk dan jalan keluar ke dan dari jalan tol dibatasi secara
efisien dan semua jalan masuk dan jalan keluar harus terkendali secara penuh;
3. Jarak antar simpang susun, paling rendah 5 (lima) kilometer untuk jalan tol
luar perkotaan dan paling rendah 2(dua) kilometer untuk jalan tol dalam
perkotaan;
4. Jumlah lajur sekurang-kurangnya dua lajur per arah;
5. Menggunakan pemisah tengah atau median; dan
6. Lebar bahu jalan sebelah luar harus dapat dipergunakan sebagai jalur lalu-
lintas sementara dalam keadaan darurat.
Ketentuan mengenai spesifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut peraturan Menteri pada pasal 7 yaitu:
1. Pada setiap jalan tol harus tersedia sarana komunikasi, sarana deteksi
pengamanan lain yang memungkinkan pertolongan dengan segera sampai ke
tempat kejadian, serta upaya pengamanan terhadap pelanggaran, kecelakaan,
dan gangguan keamanan lainnya.
2. Pada jalan tol antarkota harus tersedia tempat istirahat dan pelayanan untuk
kepentingan pengguna jalan tol
3. Tempat istirahat dan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
disediakan paling sedikit satu untuk setiap jarak 50 (lima puluh) kilometer
pada setiap jurusan.
4. Setiap tempat istirahat dan pelayanan dilarang dihubungkan dengan akses apa
pun dari luar jalan tol.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai tempat istirahat dan pelayanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan
Menteri.
2.4.4 Standar Pelayanan Minimum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2005 tentang Jalan Tol pasal 8 yaitu:
1. Standar pelayanan minimal jalan tol mencakup kondisi jalan tol, kecepatan
tempuh ratarata, aksesibilitas, mobilitas, dan keselamatan.
2. Standar pelayanan minimal jalan tol sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan ukuran yang harus dicapai dalam pelaksanaan penyelenggaraan
jalan tol.
3. Besaran ukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dievaluasi secara
berkala berdasarkan hasil pengawasan fungsi dan manfaat.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
peraturan Menteri.
2.5 Kebisingan Lalu Lintas
Kebisingan adalah bentuk suara yang tidak diinginkan atau bentuk suara
yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut
tidak diinginkan karena mengganggu pembicaraan dan telinga manusia, yang
dapat merusak pendengaran atau kenyamanan manusia,kebisingan adalah bunyi
yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konsep ruang dan waktu
sehingga menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia
(Sasongko, dkk, 2000).Sumber kebisingan dibedakan bentuknya atas dua jenis
sumber yaitu sumber titik (berasal dari sumber diam) dan sumber garis (berasal
dari sumber bergerak) yang umumnya berasal dari kegiatan transportasi.
Reaksi orang terhadap kebisingan tergantung beberapa faktor seperti
kenyaringan, lama frekuensi dan interaksi kebisingan dengan sumber bising lain,
karena kebisingan tidak hanya tergantung pada besaran fisik saja tetapi juga
melibatkan faktor lingkungan (Siswanto, 1991). Sumber kebisingan diantaranya
bias berasal dari mesin pabrik, peralatan kantor, peralatan rumah tangga dan dari
sektor transportasi.
Menurut Morlok (1995) peningkatan kecepatan lalu lintas dan peningkatan
arus kendaraan sangat mempengaruhi tingkat kebisingan. Sumber dari suatu
kendaraan yang menimbulkan kebisingan pada umumnya berasal dari getaran
mesin, saluran pemasukan udara ke mesin, saluran pembuangan gas hasil
pembakaran (exhaust), transmisi, gesekan roda dengan permukaan jalan, rem,
faktor aerodinamis dan muatan.
Berdasarkan jenisnya maka kebisingan dapat dikategorikan ke dalam dua
kelompok, yaitu steady state noisedan non steady noise. Non steady noise terdiri
dari fluctuating, intermittent dan impulsive noise (Lipscomb,1987). Dikatakan
Steady state noise jika intensitas kebisingan memiliki fluktuasi tidak lebih dari 6
dB(A), seperti : suara yang ditimbulkan oleh kompresor, kipas angin, dapur pijar,
suara mesin gergaji sirkuler dan katup gas. Fluctuating noise merupakan
kebisingan kontinu, suara mengeras kemudian melemah secara cepat atau
perlahan –lahan selama periode observasi, seperti : bising yang dihasilkan oleh
pesawat terbang dan bising dari sarana hiburan seperti radio dan televisi.
Intermitten noise merupakan kebisingan kontinu, melemahnya intensitas suara ke
tingkat yang sangat rendah atau tidak berbahaya dari intensitas tinggi dalam waktu
yang relative cepat, tetapi terulang secara tetap atau tidak, seperti : bising yang
ditimbulkan dari sarana hiburan seperti konser musik. Sedangkan impulsive noise
merupakan kelompok non steady noisedimana waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai intensitas puncak tidak lebih dari 35 milisekon (ms) dan waktu yang
dibutuhkan untuk penurunan intensitas sampai 20 dB(A) di bawah puncaknya
tidak lebih dari 500 meter, seperti : suara yang menimbulkan ledakan, suara
tembakan dan pukulan martil.
Jenis kebisingan yang bersumber dari lalu lintas jalan raya umumnya
termasuk fluctuating noise, kecuali pada saat kepadatan lalu lintas yang rendah
dan pada waktu tertentu dilewati oleh kendaraan berat, dimana jenis kebisingan
seperti ini termasuk intermitten noise seperti kebisingan yang ditimbulkan oleh
kereta api
2.6 Pengelola Jalan Tol
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) adalah badan yang berwenang untuk
melaksanakan sebagian wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan jalan tol
yang meliputi pengaturan, pengusahaan dan pengawasan Badan Usaha Jalan Tol
sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Keberadaan BPJT
diamanatkan oleh Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan, diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol dan ditetapkan melalui
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.295/PRT/M/2005 tentang Badan Pengatur
Jalan Tol.
2.6.1 Tugas dan Fungsi BPBJ
Tugas dan fungsi Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) yaitu:
1. Merekomendasikan tarif awal dan penyesuaian tarif tol kepada Menteri;
2. Melakukan pengambil alihan hak pengusahaan jalan tol yang telah selesai
masa konsesinya dan merekomendasikan pengoperasian selanjutnya kepada
Menteri;
3. Melakukan pengambil alihan hak sementara pengusahaan jalan tol yang gagal
dalam pelaksanaan konsesi, untuk kemudian dilelangkan kembali
pengusahaannya;
4. Melakukan persiapan pengusahaan dalan tol yang meliputi analisa kelayakan
finansial, studi kelayakan, dan penyiapan amdal;
5. Melakukan pengadaan investasi jalan tol melalui pelelangan secara transparan
dan terbuka;
6. Membantu proses pelaksanaan pembebasan tanah dalam hal kepastian
tersedianya dana yang berasal dari Badan Usaha dan membuat mekanisme
penggunaannya;
7. Memonitor pelaksanaan perencanaan dan pelaksanaan konstruksi serta
pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol yang dilakukan Badan Usaha; dan
8. Melakukan pengawasan terhadap Badan Usaha atas pelaksanaan seluruh
kewajiban perjanjian pengusahaan jalan tol dan melaporkannya secara
periodik kepada Menteri.
2.6.2 Struktur Organisasi Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT)
Adapun struktur organisasi Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) ditampilkan pada
Gambar 2.1
KEPALA BADAN PENGATUR JALAN
TOL
SEKRETARIS
BADAN PENGURUS JALAN TOL

ANGGOTA BPJT ANGGOTA BPJT ANGGOTA BPJT ANGGOTA BPJT


UNSUR KEMENTRIAN UNSUR KEMENTRIAN UNSUR PROFESI UNSUR AKADEMISI
KEUANGAN PUPR

KEPALA BAGIAN KEPALA BIDANG INVESTASI KEPALA BIDANG TEKNIK KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG
UMUM OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENDANAAN

KEPALA SUBBAGIAN HUKUM KEPALA SUBBIDANG KEPALA SUBBIDANG KEPALA SUBBIDANG OPERASI KEPALA SUBBIDANG
DAN DINAS PERSIAPAN DAN PELAYANAN PERENCANAAN TEKNIS DAN PEMELIHARAAN I PERENCANAAN
INVESTASI

KEPALA SUBBAGIAN KEPALA SUBBIDANG KEPALA SUBBIDANG KEPALA SUBBIDANG KEPALA SUBBIDANG
ADMINISTRASI DAN KEPEGAWAIAN PENGAWASAN INVESTASI PENGAWASAN KONSTRUKSI OPERASI DAN PEMELIHARAAN PELAKSANAAN
II

KEPALA SUBBAGIAN
KEUANGAN Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Sar

Anda mungkin juga menyukai