Anda di halaman 1dari 22

Antenatal Care

Pembimbing:

dr. Arvitamuriany T. Lubis, M.Ked(OG), Sp.OG

Disusun Oleh :

Putri Rubiana Hadiatika 110100489

Febrina Setiawan 120100229

M. Ariadi Syahputra Dalimunthe 140100144

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DEPARTEMEN


OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “ANC”. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
dokter pembimbing kami dr. Arvitamuriany T. Lubis, M.Ked(OG), Sp.OG yang
telah meluangkan waktunya kepada kami dan memberikan bimbingan serta
masukan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
makalah selanjutnya.

Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.

Medan, Desember 2019

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan............................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3

2.1 Pengertian.......................................................................................... 3

2.2 Tujuan............................................................................................... 3

2.3 Fungsi................................................................................................ 6

2.4 Standar............................................................................................... 6

2.5 Kunjungan......................................................................................... 8

2.6 Cakupan............................................................................................ 9

2.7 Kebijakan.......................................................................................... 10

2.7.1 Kebijakan program......................................................................... 10

2.7.2 Kebijakan teknis............................................................................. 10

2.8 Intervensi........................................................................................... 10

2.8.1 Intervensi Dasar............................................................................. 10

2.8.2 Intervensi Khusus........................................................................... 10

BAB 3 KESIMPULAN...................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antenatal Care (ANC)/Asuhan antenatal adalah suatu program yang


terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan minimal 4x selama kehamilan yaitu K1

4
sampai dengan K4 (Rosfanty,2010).

Menurut WHO tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara


Asia Tenggara seperti Malaysia (29/100.000 kelahiran hidup), Thailand
(48/100.000 KH), Vietnam (59/100.000 KH), serta Singapore (3/100.000 KH).
Dibandingkan dengan negara-negara maju, angkanya sangat jauh berbeda seperti
Australia (7/100.000 KH) dan Jepang (5/100.000 KH) (WHO, 2011).

AKI melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih cukup tinggi


dibandingkan negara-negara lain yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup
berdasarkan SDKI (2007) dalam Dinkes Aceh (2011). Padahal berdasarkan
Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs)

yaitu menurunkan AKI sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu (Mboi, 2012).
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Indonesia pada tahun 2011 adalah 95,71%
dari target 95 % dan kunjungan ibu hamil K4 sebanyak 88,27% dari target 90%
(Kemenkes RI,2012).

Indonesia kini menjadi salah satu dari 13 negara dengan AKI tertinggi di
dunia. Menurut WHO (2010) sekitar 287.000 ibu meninggal karena komplikasi
kehamilan dan kelahiran anak, seperti perdarahan 28%, preeklampsi/eklampsi
24%, infeksi 11%, dan penyebab tidak langsung (trauma obstetri) 5%. Dan
sebagian besar kasus kematian ibu didunia terjadi di negara- negara berkembang
termasuk Indonesia (WHO, 2011). Salah satu upaya yang dilakukan Departemen
Kesehatan RI dalam mempercepat penurunan AKI dan AKB adalah dengan
menempatkan bidan di desa (Hasnah, 2007).

1.2 Tujuan

Memberikan pengetahuan mengenai ANC kepada ibu-ibu yang datang


berobat ke poliklinik Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

ANC merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk


ibu selama masa kehamilan, dilaksanakan sesuai dengan standar ANC yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) (Depkes, 2010).
Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik kehamilan,

6
untuk menghadapi persalinan. Dengan pengawasan hamil dapat diketahui
berbagai komplikasi ibu yang dapat memengaruhi kehamilan atau komplikasi
hamil sehingga segera dapat diatasi (Manuaba,1999).

ANC adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis


kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu
selama masa kehamilannya, sesuai dengan standar minimal ANC (Rhezvolution,
2009). ANC sangat penting untuk mendeteksi sedini mungkin komplikasi-
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil selama kehamilan.

2.2 Tujuan

Menurut Wiknjosastro (2005), tujuan pengawasan wanita hamil ialah


menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan
anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan postpartum
sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti dalam ANC
harus diusahakan agar :

1. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang-kurangnya harus sama


sehatnya atau lebih sehat.

2. Adanya kelainan fisik atau psikologi harus ditemukan dini dan diobati.

3. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula
fisik dan mental.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2002) tujuan ANC adalah:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu


dan janin.

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

7
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu


maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan kelurga dalam menerima kelahiran bayi


agar dapat tumbuh kembang secara normal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) dengan melakukan ANC, kehamilan


dan persalinan akan berakhir dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan, dan nifas


tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan.

2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.

3. Ibu sanggup merawat dan memeberikan ASI kepada bayinya.

4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti


keluarga berencana setalah kelahiran bayi.

Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO yang dikutip oleh Dewi dan
Sunarsih (2011), menunjukkan hal-hal berikut ini:

1. Pendekatan resiko dilakukan bila terdapat prediksi buruk karena kita


tidak bisa membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang
tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire) membuktikan bahwa 71% ibu yang
mengalami partus macet tidak terprediksi sebelumnya dan 90% ibu yang
diidentifikasi sebagai ibu beresiko tinggi tidak pernah mengalami
komplikasi.

8
2. Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi pernah
mengalami komplikasi, walaupun mereka telah memakai sumber daya
yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa
pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam kategori
resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yangterjadi.

3. Banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah mengalami


komplikasi, tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui
dan apa yang dapat dilakukannya, seperti kurangnya informasi tanda-
tanda bahaya selama kehamilan (perdarahan pervaginam, sakit kepala
lebih dari biasa, gangguan penglihatan, pembengkakan pada
wajah/tangan, nyeri abdomen (epigastrik), janin tidak bergerak
sebanyak biasanya.

Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko adalah bahwa setiap
ibu hamil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi
sehingga setiap ibu hamil harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan
persalinan yang berkualitas. Oleh karena itu, fokus ANC perlu diperbarui
(refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif dan dapat dijangkau oleh setiap
wanita hamil.

2.3 Fungsi

Menurut Fitrihanda (2012), fungsi ANC adalah sebagai berikut :

1. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas


pendidikan.

2. Melakukan skrining, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi


dan merujuk bila perlu.

3. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan


menangani masalah yang terjadi.

9
Perilaku ANC penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si
ibu sendiri, sementara faktanya masih banyak ibu-ibu yang menganggap
kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati, mereka merasa tidak perlu
memeriksakan kehamilannya secara rutin ke bidan atau tenaga kesehatan sehinga
menyebabkan tidak terdeteksinya faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh
mereka (Maas, 2004).

2.4 Standar

Menurut Clinical Practice Guidelines yang dikutip oleh Nurmawati (2010)


standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna
sebagai batas penerimaan minimal. Standar pelayanan kebidanan dapat digunakan
untuk menentukan kompetensi yang diperlukan oleh bidan dalam menjalankan
praktek sehari-hari. Asuhan antenatal dilakukan dengan standar pelayanan
minimal 14T antara lain:

1. Timbang dan ukur tinggi badan

Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan
massa tubuh (BMI: Body Mass Index), di mana metode ini menentukan
pertambahan optimal selama masa kehamilan, karena merupakan hal yang
penting untuk mengetahui BMI wanita hamil. Total pertambahan berat
badan pada kehamilan yang normal adalah 11,5-16 kg. Adapun tinggi
badan menentukan tinggi panggul ibu, ukuran normal yang baik untuk ibu
hamil antara lain <145 cm.

2. Ukur tekanan darah

Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai dasar


selama kehamilan. Tekanan darah yang adekuat perlu untuk
mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau diastolik 90 mmHg pada awal pemeriksaan dapat mengindikasi
potensi hipertensi.

10
3. Tinggi fundus uteri

Apabila usia kehamilan di bawah 24 minggu pengukuran dilakukan


dengan jari, tetapi apabila kehamilan di atas 24 minggu memakai
Mc.Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus memakai metlin
dari tepi atas simfisis sampai fundus uteri kemudian ditentukan sesuai
rumusnya.

4. Tetanus Toxoid

Imunisasi TT adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya


pencegahan terhadap infeksi tetanus. Pemberian imunisasi TT pada
kehamilan umumnya diberikan 2 kali saja imunisasi pertama diberikan
pada usia 16 minggu untuk yang ke dua diberikan 4 minggu kemudian,
akan tetapi untuk memaksimalkan perlindungan maka dibuat jadwal
pemberian imunisasi pada ibu.

5. Tablet Fe (minimal 90 tablet selama hamil)

Zat besi pada ibu hamil adalah mencegah defisiensi zat besi pada ibu
hamil, bukan menaikan kadar hemoglobin. Wanita hamil perlu menyerap
zat besi rata- rata 60 mg/hari, kebutuhannya meningkat secara signifikan
pada trimester 2, karaena absorpsi usus yang tinggi. Fe diberikan 1 kali
perhari setelah rasa mual hilang, diberikan sebanyak 90 tablet selama masa
kehamilan. Tablet zat besi sebaiknya tidak diminum dengan teh atau kopi,
karena akan mengganggu penyerapan. Jika ditemukan anemia berikan 2-3
tablet zat besi perhari. Selain itu untuk memastikannya dilakukan
pemeriksaan Hb yang dilakukan 2 kali selama kehamilan yaitu pada saat
kunjungan awal dan pada usia kehamilan 28 minggu atau jika ada tanda-
tanda anemia.

6. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)

PMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Akan


beresiko tinggi apabila dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Baik

11
laki-laki maupun perempuan bisa beresiko tertular penyakit kelamin.
Perempuan beresiko lebih besar tertular karena bentuk alat reproduksinya
lebih rentan terhadap PMS. Beberapa jenis penyakit menular seksual,
yaitu:

a. Gonorrhea (GO)

b. Sifilis (Raja Singa)

c. Trikonomiasis

d. Ulkus Mole (chancroid)

e. Klamida

f. Kutil kelamin

g. Herpes

h. HIV/AIDS

i. Trikomoniasis

j. Pelvic Inflamatory Disease (PID)

7. Temu Wicara

Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan kunjungan.


Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan. Anamnesa
meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat
kehamilan, persalinan, nifas, dan pengetahuan klien. Memberikan
konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan.

8. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)

Dianjurkan pada saat kehamilan diperiksa hemoglobin untuk memeriksa


darah ibu, apakah ibu mengalami anemia atau tidak, mengetahui golongan
darah ibu, sehingga apabila ibu membutuhkan donor pada saat persalinan

12
ibu sudah mempersiapkannya sesuai dengan golongan darah ibu.

9. Perawatan payudara, senam payudara, dan tekan payudara

Sangat penting dan sangat dianjurkan selama hamil dalam merawat


payudara untuk kelancaran proses menyusui dan tidak adanya komplikasi
pada payudara, karena segera setelah lahir bayi akan dilakukan IMD.

10. Senam ibu hamil

Untuk melatih nafas saat menghadapi proses persalinan, dan untuk


menjaga kebugaran tubuh ibu selama hamil.

11. Pemeriksaan protein urin atas indikasi

Sebagai pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan protein urin untuk


mendeteksi secara dini apakah ibu mengalami preeklampsia atau tidak.

12. Pemeriksaan reduksi urin atas indikasi

Untuk mendeteksi secara dini penyakit diabetes pada ibu.

13. Pemberian terapi kapsul yodium

Untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan yodium dan mengurangi


terjadinya kekerdilan pada bayi kelak.

14. Pemberian terapi antimalaria untuk daerah endemis malaria

Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga kepada ibu
hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai menggigil dan
hasil apusan darah yang positif. Dampak atau akibat penyakit tersebut
kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapat terjadi abortus, partus
prematurus juga anemia.

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) terdapat enam standar dalam


pelayanan ANC. Standar tersebut merupakan bagian dari lingkup standar
pelayanan kebidanan:

13
a. Standar 1: Identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat


secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami,
dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini secara teratur.

b. Standar 2: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan


meliputi anamnesis, perkembangan janin, mengenal kehamilan resiko
tinggi, imunisasi, nasihat, dan penyuluhan kesehatan.

c. Standar 3: Palpasi abdominal

Bidan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan,


memeriksa posisi, bagian terendah janin, dan masuknya kepala janin ke
dalam rongga panggul untuk mencari kelainan.

d. Standar 4: Pengelolaan anemia pada kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan/atau


rujukan semua kasus anemia pada kehamilan.

e. Standar 5: Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada


kehamilan, mengenali tanda dan gejala preeklamsia lainnya, mengambil
tindakan yang tepat, dan merujuknya.

f. Standar 6: Persiapan persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, dan
keluarganya pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan bersih dan aman, serta suasana yang menyenangkan.

ANC disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta

14
memenuhi standar tersebut.

2.5 Kunjungan

Menurut Manuaba (1999), kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari


(40 minggu). Kehamilan wanita dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Trimester pertama ( 0-12 minggu)

2. Trimester kedua (13-28 minggu)

3. Trimester ketiga (29-40 minggu)

Menurut Saifuddin (2002), setiap wanita hamil menghadapi resiko


komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil
memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu:

1. 1 kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum minggu 14)

2. 1 kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

3. Dan 2 kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36


dan sesudah minggu 36)

Sungguh sangat ideal bila tiap wanita hamil mau memeriksakan diri ketika
haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan (Sarwono, 2005). Menurut
Departemen kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu
hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan ANC standar untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Hasil pencapaian program pelayanan
kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan
K4, yaitu:

1. Pemeriksaan kehamilan yang pertama (K1)

K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada

15
trimester 1, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu

2. Pemeriksaan kehamilan yang keempat (K4)

K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan pada trimester III, usia kehamilan >24 minggu.

2.6 Cakupan

Cakupan ANC adalah persentase ibu hamil yang telah mendapat


pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja. Hasil
pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi
jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal pertama kali oleh tenaga
kesehatan (untuk perhitungan indikator K1) atau jumlah ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga
kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk perhitungan
indikator K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di wilayah kerja dalam 1
tahun (Depkes RI, 2010).

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA adalah alat manajemen untuk


memantau cakupan, seperti kunjungan K1, kunjungan K4, deteksi dini Resiko
Tinggi (Resti) ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, serta
Kunjungan Neonatal (KN) di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun (Departemen
Kesehatan RI, 2002).

2.7 Kebijakan

2.7.1 Kebijakan Program

Dalam Depkes RI (2009) yang dikutip oleh Fitrihanda (2012), Kebijakan

16
Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB pada
dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”
yaitu meliputi: Keluarga Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan
Pelayanan Obstetri Essensial.

Pendekatan pelayanan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini
sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3
(tiga) pesan kunci yaitu:

1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

2. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan


yangadekuat.

3. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan


penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya
komplikasi keguguran.

2.7.2 Kebijakan Teknis

Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga


kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu
kebijakan teknis untuk ibu hamil secara keseluruhan yang bertujuan untuk
mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu
dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.

2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal


serta rujukan bila diperlukan.

3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika


terjadi komplikasi.

Menurut Fitrihanda (2012), beberapa kebijakan teknis pelayanan ANC

17
rutin yang selama ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan
antara lain meliputi:

1. Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA,
denganmelibatkankaderdanperangkatdesasertakegiatankelompokKelasIbu Hamil.

2. Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan Bidan


danDukun.

3. Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjunganrumah.

4. Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumahtunggu.

2.8 Intervensi

Intervensi dalam pelayanan ANC adalah perlakuan yang diberikan kepada


ibu hamil setelah dibuat diagnosis kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan
ANC menurut Fitrihanda (2012) adalah:

2.8.1 Intervensi Dasar

1. Pemberian TT, yang diberikan untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum
yang diberikan sekurang-kurangnya 2 kali selama kehamilan dengan interval
minimal 4 minggu, apabila ibu belum pernah mendapatkan suntikan TT
sebelumnya.

2. Pemberian vitamin zat besi, yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan Fe pada
ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat,
diberikan sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Minimal 90 tablet, dan
diminum sebaiknya tidak bersama teh atau kopi, karena dapat mengganggu
penyerapan.

2.8.2 Intervensi Khusus

Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu

18
hamil sesuai dengan resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:

1. Faktor resiko

a. Umur, terlalu muda yaitu di bawah 20 tahun dan terlalu tua yaitu
di atas 35 tahun

b. Paritas, paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)


dan paritas >3

c. Interval, yaitu jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan


sekurang-kurangnya 2 tahun.

d. Tinggi badan <145 cm

e. Lingkar lengan atas <23,5 cm

2. Komplikasi kehamilan

a. Komplikasi obstetri langsung, seperti perdarahan,


preeklamsi/eklamsi, kelainan letak lintang atau sunsang primi
gravida, anak besar atau hidramion atau kelainan kembar,
ketuban pecah dini dalam kehamilan.

b. Komplikasi obstetri tidak langsung, seperti penyakit jantung,


hepatitis, TBC (tuberkolosis), anemia, malaria, dan diabetes
melitus.

c. Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi


akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran)
(Mochtar,2005).

19
BAB III

KESIMPULAN

ANC/Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa


observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh
suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Kunjungan
ANC sebaiknya dilakukan minimal 4x selama kehamilan yaitu K1 sampai dengan
K4. Asuhan antenatal dilakukan dengan standar pelayanan minimal 14 T antara
lain:

20
1. Timbang dan ukur tinggi badan

2. Ukur tekanan darah

3. Tinggi fundus uteri

4. Tetanus Toxoid

5. Tablet Fe (minimal 90 tablet selama hamil)

6. Tes penyakit menular seksual (PMS)

7. Temu wicara

8. Pemeriksaan hemoglobin (Hb)

9. Perawatan payudara, senam payudara, dan tekan payudara

10. Senam ibu hamil

11. Pemeriksaan protein urin atas indikasi

12. Pemeriksaan reduksi urin atas indikasi

13. Pemberian terapi kapsul yodium

14. Pemberian terapi antimalaria untuk daerah endemis malaria

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2002. Penilaian K1 dan K4, Jakarta.

Depkes RI. 2010. Materi Ajar Modul Safe Motherhood, Jakarta.

Dewi VNL & Sunarsih T. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Salemba
Medika, Jakarta.

Fitrihanda. 2012. ANC. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtpt unimus-


941-fitrihanda-5619-4.babii.pdf.

21
Hasnah, N. 2007. Peranan Para Bidan Menekan AKI.
http://www.waspada.co.id/index.php?
option=comcontent&view=article&id=4 89:peranan-para-Bidan-menekan-
aki&catid=31&itemed=99.

Kemenkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011.


http://www.depkes.go.id/downloads/ Profil_ Kesehatan _Indonesia_
Tahun_ 2011.pdf.

Manuaba IBG. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan, Jakarta.

Mochtar R. 2005. Sipnosis Obstetri. EGC, Jakarta. Nurmawati.2010. Mutu


Pelayanan Kebidanan. Tim, Jakarta.

Rhezvolution. 2009. ANC. http://www.rhezvolution.wordpress.com/2009/


01/05/antenatal_care/

Rosfanty. 2010. Pentingnya ANC (ANC). http://www.who.int/gho/ maternal-


health/ert/index.html2010.

Saifuddin AB. dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Sarwono P. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Yogyakarta.

WHO. 2011. Maternal and Reproductive Health. http://www.who.int/gho/


maternal-health/ert/index.html2010.

Wiknjosastro P. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Yogyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai