Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Managemen Risiko Kredit I (Rating Perusahaan dan Model


Skoring)
Disusun guna memenuhi mata kuliah Managemen Risiko
Dosen Pengampu: Drs. Widiharso, M.Si.

Disusun oleh:
Anggi Noviani 63010170388
M. Fikri Haikal 63010170407
Riska Amalia 63010170409
Puput Sri Wulanari 63010170423

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2020
KATA PENGATAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas matakuliah fiqh untuk menyusun makalah mengeni thaharah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah fiqh tentang thaharah ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.
                                                                                     

Salatiga, 21 Maret 2020


   
                                                                                      

Tim Penyusun

i
Daftar Isi
KATA PENGATAR.......................................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Risiko Kredit..............................................................................................................3
B. Penilaian Kualitatif....................................................................................................4
1. Return.......................................................................................................................4
2. Repayment Capacity.................................................................................................4
3. Risk-bearing ability..................................................................................................4
C. Penilaian Kuantitatif..................................................................................................5
1. Rating Perusahaan....................................................................................................6
Tabel klsifikasi Rating.....................................................................................................6
2. Model Skoring Kredit...............................................................................................8
BAB III.................................................................................................................................13
PENUTUP............................................................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Risiko adalah suatu pendekatan metodologi yang terstruktur
dalam mengelola (Manage) sesuatu yang berkaitan dengan sebuah ancaman
karna ketidakpastian. Ancaman yang dimaksud disini adalah akibat dari aktivitas
individu / manusia termasuk yang terdapat / berperan didalamnya. Aktivitas ini
meliputi penilaian risiko yang mengancam, pengembangan strategi untuk
menanggulangi risiko dengan pengelolaan sumber daya yang ada. Risiko itu
sendiri dibagi menjadi 2 kategori besar, yaitu Risiko Murni dan Risiko
Spekulatif.
Risiko Murni (Pure Risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Risk
Pure ini contohnya adalah bencana alam, kebakaran, dll. Risiko Spekulatif
adalah suatu keadaan yang dihadapi oleh perusahaan / Individu yang dapat
memberikan keuntungan dan dapat memberikan kerugian. Resiko Spekulatif ini
adalah risiko yang ada dalam segala hal. Misalnya dalam berbisnis, kita bisa
untung dan juga bisa rugi. Risiko ini juga dapat disebut sebagai Business Risk
(Resiko Bisnis).
Risiko kredit ternyata merupakan perkara besar bagi dunia perbankan. Oleh
karena itu, risiko kredit perlu mendapat perhatian khusus dan serius, karena
setiap rupiah yang tidak tertagih menjadi macet, yang kemudian menimbulkan
masalah besar. Masalah tersebut adalah timbulnya biaya penyisihan dalam
laporan laba/rugi bank. Besarnya risiko kredit ditunjukkan dalam bentuk
nonperforming loan (NPL). Tingginya nilai NPL menunjukkan banyaknya kredit
pihak debitur yang tidak dapat membayar secara kontinu pinjaman kreditnya,
baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunga pinjaman sebagaimana yang
telah dipersyaratkan oleh perjanjian kredit. Kredit dengan kolektibilitas kurang
lancar, maka kredit tersebut diragukan dan macet, serta nilai NPL diragukan.

1
Semakin besar rasio NPL berarti risiko kredit semakin tinggi. Risiko kredit
perlu dikelola dengan baik, karena apabila tidak dikelola dengan baik, maka
akan mengakibatkan proporsi kredit yang bermasalah semakin besar, sehingga
akan berdampak negatif pada kondisi perbankan.
Dalam prakteknya terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk
menilai risiko kredit yaitu: Penilaian berdasarkan informal judgment yang
diperoleh pada saat kunjungan ke perusahaan dan dari informasi akuntansi,
Analisis secara kuantitatif informasi akuntansi dan informasi lainnya serta,
Analisis kuantitatif indikator yang bersifat market-based. Ketiga pendekatan
tersebut dapat dikombinasikan untuk mendapatkan hasil penilaian kualitas kredit
yang komprehensif. Hasil penilaian dapat digunakan sebagai landasan dalam
memutuskan pemberian kredit.
Penilaian risiko kredit sebelum memutuskan pemberian kredit sangat
diperlukan oleh kreditur untuk mengurangi ancaman terjadinya kegagalan kredit.
Walaupun pada kenyataannya beberapa risiko kredit tidak dapat dihindari,
karena tanpa risiko tidak akan ada pendapatan. Bank dapat mengkompensasikan
dengan mengatur, bahwa pemberian kredit yang mempunyai risiko tinggi harus
diimbangi pendapatan yang lebih tinggi, dengan suku bunga di atas normal.
Namun, pemberian putusan kredit harus dapat dijamin, apakah akan lebih
banyak memberikan kredit dengan tingkat pendapatan dan pengembalian tinggi,
atau terlalu berisiko, karena dapat mengakibatkan risiko potensial dalam
aktivitasnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Teknik-teknik pengukuran Risiko Kredit?
2. Bagaimana cara menilai risiko kredit sebelum memutuskan pemberian
kredit?
C. Tujuan
1. Memahami Teknik-teknik pengukuran Risiko Kredit
2. Mengetahui cara menilai risiko kredit sebelum memutuskan pemberian
kredit

2
3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Risiko Kredit
Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang artinya percaya atau
berasal dari bahasa latin creditum yang artinya kepercayaan akan kebenaran. Bila
dihubungkan dengan bank, maka terkandung sejumlah pengertian bahwa bank
selaku kreditur percaya meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah/debitur,
karena debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas
pinjamannya setelah jangka waktu yang ditentukan. Berdasarkan undang-undang
No. 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun
1998 tentang perbankan pada pasal 1 butir 11 dinyatakan bahwa kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian yang terkait dengan
kemungkinan kegagalan debitur memenuhi kewajibannya atau risiko bahwa
debitur tidak membayar kembali utangnya. Risiko kredit dapat diakibatkan oleh
terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis
pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut Risiko
konsentrasi kredit dan wajib diperhitungkan pula dalam penilaian risiko inheren.
Risiko kredit juga timbul dari tidak dipenuhinya berbagai bentuk kewajiban pihak
lain kepada bank, seperti kegagalan memenuhi kewajiban pembayaran dalam
kontrak derivatif. Untuk sebagian bank, risiko kredit merupakan risiko terbesar
yang dihadapi.
Pada umumnya, marjin yang diperhitungkan untuk mengantisipasi risiko
kredit hanyalah merupakan bagian kecil dari total kredit yang diberikan bank dan
oleh karnanya kerugian pada kredit dapat menghancurkan modal bank dalam
waktu singkat. Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu

4
mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu
dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit
kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang
dibiayainya. Untuk sebagian bank, Risiko kredit merupakan risiko terbesar yang
dihadapi.
Risiko kredit yang terjadi terdiri dari dua tipe yaitu credit spead risk dan credit
default risk. Credit Spread Risk adalah risiko kerugian finansial akibat perubahan
tingkat keuntungan kredit yang digunakan produk mark to market. Credit Default
Risk adalah risiko dimana debitur tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya.
Risiko kredit yang paling banyak terjadi di bank adalah risiko akibat
ketidakmampuan debitur untuk mengembalikan pinjaman plus bunganya dan
penurunan performance kredit. Ketidakmampuan debitur tersebut dapat terjadi
akibat good will, musibah (force majeur) ataupun di overcreditering.

B. Penilaian Kualitatif
Dalam dunia perbankan, analisis kredit sering menggunakan kerangka 3R dan
5C. kerangka tersebut intinya digunakan untuk menganalisis kemampuan
melunasi kewajiban dari calon nasabah bank. kerangka tersebut bisa dipakai juga
untuk menagnalisis resiko kredit yang dihadapi perusahaan.
Pedoman 3R dapat dijelaskan :
1. Return
Return berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari penggunaan kredit
yangdiminta, apakah kredit tersebut bisa menghasilkan pendapatan yang
memadai untuk melunasi hutang dan bunganya
2. Repayment Capacity
Repayment capacity berkaitan dengan kemampuan perusahaan
mengembalikan pinjaman dan bunganya saat jatuh tempo.
3. Risk-bearing ability
Risk-bearing ability berkaitan dengan kemampuan perusahaan
menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan dengan

5
penggunaan kredit tersebut. Jaminan merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan oleh kreditor dalam kaitannya dengan risk-bearing ability.
Analisis kredit 5C berkaitan dengan karakteristik berikut ini:
1. Character menunjukkan kemauan peminjam (debitur) untuk memenuhi
kewajibannya. Kemauan tersebut lebih berkaitan dengan sifat dan watak
peminjam. Seorang yang mempunyai kemampuan mengembalikan
pinjaman, tetapi tidak mau mengembalikan, akan mempunyai character
yang tidak mendukung pemberian kredit. Pemberu pinjaman akan dan
harus memperhatikan karakteristik ini dengan seksama.
2. Capacity adalah kemampuan peminjam untuk melunasi kewajiban
hutangnya, melalui pengelolaan perusahaannya dengan efektif dan efisien.
Jika peminjam bisa mengelola perusahaannya dengan baik, perusahaan bisa
memperoleh keuntungan, maka kemungkinan bisa mengembalikan
pinjaman akan semakin tinggi. Capacity bisa dilihat melalui masa lalu
(prestasi masa lalu atau track of record masa lalu).
3. Capital adalah posisi keuangan perusahaan (peminjam) secara keseluruhan.
Kondisi keuangan bisa dilihat melalui analisis keuangan, seperti analisis
rasio. Dalam hal ini, bank atau lembaga keuangan harus memperhatikan
komposisi hutang dengan modal sendiri. Jika hutang terlalu besar, maka
kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan juga akan
semakin besar, dan sebaliknya.
4. Collateral adalah aset yang dijaminkan untuk suatu pinjaman. Jika karena
sesuatu hal pinjaman tidak bisa dikembalikan, jaminan bisa dijual untuk
menutup pinjaman tersebut. Lembaga keuangan bisa meminta jaminan
yang nilainya melebihi jumlah pinjaman.
5. Conditions adalah sejauhmana kondisi perekonomian akan mempengaruhi
kemampuan mengembalikan pinjaman. Jika kondisi perekonomian
memburuk, maka kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan
akan semakin tinggi yang membuat kemungkinan perusahaan mengalami
kesulitan melunasi pinjaman juga semakin tinggi.

6
C. Penilaian Kuantitatif
Selain penilaian kualitatif untuk risiko kredit, kita juga bisa menggunakan
analisis kuantitatif untuk mengukur risiko kredit. Bagian berikut ini menyajikan
analisis risiko kredit yang bersifat kuantitatif.
1. Rating Perusahaan
Perusahaan atau bahkan negara seperti Indonesia yang akan
menerbitkan surat utang jangka panjang (obligasi), atau jangka pendek
(commercial paper), biasanya akan di-rating oleh perusahaan pe-rating.
Rating tersebut menunjukkan tingkat risiko perusahaan tersebut. Melalui
rating tersebut, calon pembeli obligasi diharapkan memperoleh gambaran
mengenai risiko perusahaan yang akan menerbitkan surat utang tersebut.
Perusahaan tidak harus memperoleh rating tersebut. Tetapi risikonya
adalah calon pembeli surat utang tidak akan percaya terhadap perusahaan
yang tidak mempunyai rating. Rating biasanya dilakukan oleh perusahaan
yang akan menjual surat utang, tidak untuk perusahaan yang akan menjual
sahamnya ke publik. Pemegang saham karean akan menjadi pemilik
diasumsikan sudah melakukan analisis sendiri mengenai risiko dan
prospek perusahaan yang sahamnya akan dibeli.
Di Indonesia, contoh perusahaan pe- rating adalah PT Pefindo. Di
Amerika Serikat perusahaan rating adalah Standard and Poor’s (S&P)I
dan Moodys. Tabel ini menyjikan klasifikasi rating dan Pefindo dengan
penjelasannya. Rating yang dibreikan oleh S&P dan Moodys pada dasanya
sama.

Tabel klsifikasi Rating

Ratin Keterangan

7
g
AAA Instrument utang dengan risiko sangat rendah, tingkat
pengembalian teramat baik, perubahan pada kondisi keuangan,
bisnis atau ekonomi tidak akan berpengaruh secara signifikan
terhadap risiko investasi.
AA Instrument utang dengan risiko sangat rendah. Tingkat
pengembalian yang sangat baik; perubahan pada kondisi
keuangan, bisnis atau ekonomi barangkali akan berpengaruh
terhadap risiko investasi, tetapi tidak terlalu besar.
A Pengambilan utang dengan risiko rendah. Tingkat pengembalian
yang sangat baik; meskipun perubahan dalam kondisi keuangan,
bisnis, atau ekonomi akan meningkatkan risiko investasi.
BBB Tingkat pengembalian yang memadai. Perubahan pada kondisi
keuangan, bisnis atau ekonomi mempunyai kemungkinan besar
menigkatkan risiko investasi dibandingkan dengan kategori yang
lebih tinggi.
BB Investasi. Perusahaan mempunyai kemampuan membayar bunga
dan pokok pinjaman, tetapi kemampuan tersebut rawan terhadap
perubahan pada kondisi ekonomi, bisnis, dan keuangan.
B Instrumen utang saat ini mengandung risiko investasi. tingkat
pengembalian tidak terlindungi secara memadai terhadap kondisi
ekonomi, bisnis, atau keuangan.
C Instrument keuangan yang bersifat spekulatif dengan
kemungkinan besar bangkrut.
D Instrument keuangan sedang default/bangkrut.
Perusahaan dengan rating AAA mempunyai risiko kredit yang paling
rendah. Perusahaan dengan rating C mempunyai risiko kredit yang tinggi
sekali. Dengan data tersebut, kita bisa memperoleh gambaran tigkat risiko
kredit. Untuk melihat seberapa akurat tingkat risiko kredit oluntuk melihat
seberapa akurat tingkat risiko kredit oleh lembaga pe- rating Moodys, satu
tahun sampai lima tahun sesudah obligasi dikeluarkan, berdasarkan data
historis di Amerika Serikat. Rating dikeluarkan pada saat obligasi
dikeluarkan.

8
2. Model Skoring Kredit
Model skoring kredit pada dasarnya ingin melihat risiko kredit
(potensi kegagalan bayar) berdasarkan skor tertentu yang dihasilkan
melalui model tertentu. Bagian berikut ini membicarakan beberapa model
skoring, yaitu model diskriminan, model probabilitas linear, dan model
probabilitas logit.
a. Model Diskriminan
Analisis diskriminan pada dasarnya ingin meliha apakah suatu
perusahaan sebaiknya dimasukkan ke dalam kategori tertentu. Sebagai
contoh, misalkan kita mempunyai dua kategori yaitu perusahaan yang
mengalami kegagalan bayar dan yang tidak mengalami kegagalan
bayar. Kemudian kita mengumpulkan informasi, missal informasi
laporan keuangan seperti rasio lancer, rasio profitabilitas yang akan
digunakan untuk memprediksi apakah suatu perusahaan layak
diasumsikan ke dalam kategori gagal bayar atau tidak. Yan pertama
kali perlu dilakukan adalah mengestimasi persamaan diskriminan,
yaitu menggunakan variabel dependen (tidak bebas) yang besifat
kategori, yaitu gagal bayar dan tidak gagal bayar, dan menggunakan
rasio-rasio keuangan sebagai variabel tidak bebas.
Sebagai contoh, berikut ini fungsi diskrimian yang diestimasi
oleh penelitian Altman (1968):

Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 +1,0 X5


Di mana:
X1 = Rasio modal kerja/total aset
X2 = Rasio laba yang ditahan/total aset
X3 = Rasio laba sebelum bunga dan pajak/total aset
X4 = Rasio nilai pasar saham/nilai buku saham
X5 = Rasio penjualan/total aset

9
Setelah fungsi diskriminan diestimasi, tahap berikutnya adalah
menggunakan fungsi tersebut untuk memprediksi kegagalan bayar.
Modal di atas memasukkan harga pasar saham, sehingga model
tersebut bisa digunakan hanya untuk perusahaan public. Altman
kemudian memperluas model di atas suapaya bisa digunkaan untuk
perusahaan non-publik. Model baru tersebut adalah berikut ini :

Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5


Di mana :
X1 = Rasio modal kerja/total aset
X2 = Rasio laba yang ditahan/total aset
X3 = Rasio laba sebelum bunga dan pajak/total aset
X4 = Rasio nilai buku saham preferen dan saham biasa/nilai buku total
hutang
X5 = Rasio penjualan/total aset
Cut-off atau batas untuk pengambilan kesimpulan kedua
model tersebu bisa dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel Cut-Off Rate Model Diskriminan

Model Pasar Model Nilai Buku


Batas tidak bangkrut 2,99 2,90
Batas bangkrut 1,81 1,20
Wilayah abu-abu 1,81 - 2,99 1,20 – 2,90

Misalkan ada dua perusahan dengan rasio keuangan berikut ini :

X Y
Rasio modal kerja/total aset 0,25 0,005
Rasio laba yang ditahan/total aset 0,1 0,1
Rasio laba sebelum bunga dan pajak/total aset 0,1 -0,2
Rasio nilai pasar saham/total aset 2 1,2
Rasio penjualan/total aset 2 1,25

10
Karena menggunakan informasi harga pasar saham, maka kita
menggunakan model yang pertama, sehingga perhitungan nilai Z bisa
dilihat berikut ini;
ZA = 1,2 (0,25) + 1,4 (0,1) + 3,3 (2) + 0,6 (2) + 1,0 (2) = 3,97
ZB = 1,2 (0,005) + 1,2 (0,01) + 3,3 (-0,2) + 0,6 (1,2) + 1,0 (1,25) =
1,33
Karena nilai Z untuk A di atas batas bangkrut (3,97 > 2,99),
maka Altman memprediksi bahwa perusahaan A tidak bangkrut.
Sebaliknya, karena nilai Z untuk B di bawah batas bangkrut (1,33 <
1,81), maka Altman memprediksi bahwa perusahaan B akan
mengalami kebangkrutan.
b. Model Probabilitas Linear
Dalam beberapa situasi, dua kategori (gagal bayar dan tidak
gagal bayar) tidak cukup. Kita barangkali menginginkan angka yang
mencerminkan seberapa besar kemungkinan terjadinya kegagalan
bayar (risiko kredit) suatu perusahaan. Model probabilitas bisa dipakai
untuk mengakomodasi keinginan tersebut. Langkah pertama adalah
mengestimasi persamaan untuk model probabilitas. Kita akan
mengumpulkan data perusahaan yang gagal bayar dan yang tidak
gagal bayar. Variabel gagal bayar tersebut menjadi variabel tidak
bebas (dependent). Perusahaan yang gagal bayar diberi kode 0 yang
tidak gagal bayar diberi kode 1. Kemudian kita mengumpulkan data
untuk variabel bebas (missal rasio-rasio keuangan). Setelah data
terkumpul, estimasi bisa dilakukan dengan teknik regresi linear.
Sebagai contoh, misalkan estimasi dengan model probabilitas linear
menghasilkan persamaan berikut ini;
Z = 0,2 + 1,3 X1 + 0,5 X2
Di mana :
X1 = Rasio modal kerja/total aset
X2 = Rasio lba sebelum bunga dan pajak/total aset

11
Misalkan kita akan menganalisis potensi gagal bayar untuk tiga
perusahaan dengan informasi sebagai berikut :

A B C
Total aset Rp100 miliar Rp50 miliar Rp100 miliar
Modal kerja Rp40 miliar Rp5 miliar Rp50 miliar
Laba sebelum bunga Rp40 miliar -Rp2,5 Rp40 miliar
dan pajak miliar
X1 0,4 0,1 0,5
X2 0,4 -0,05 0,4

Probabilitas tidak gagal bayar (lancar) bisa dihitung sebagai berikut:


ZA = 0,2 + 1,3 (0,4) + 0,5 (0,4) = 0,92
ZB = 0,2 + 1,3 (0,1) + 0,5 (0,005) = 0,305

Dari perhitungan di atas terlihat bahwa probabilitas untuk


lancar (tidak gagal bayar) untuk A dan B adalah 0,92 dan 0,305.
Dengan kata lain, perusahaan A mempunyai risiko kredit yang lebih
rendah dibandingkan dengan perusahaan B. kelemahan dari model ini
adalah ada kemungkinan probabilitas yang dihitung di luar wilayah 0
dan 1, lebih keecil dari 0 atau leboih besar dari 1 (probabiliyas bernilai
antara 0 dan 1, insklusif).
c. Model Probabilitas Logit
Model persamaan logit menggunakan “link” logit (bukan
linear seperti dalam regresi biasa). Misalkan Y adalah probabilitas
“sukses”, regresi logit bisa dituliskan berikut ini:
Logit (Y) = log { (Y / (1-Y)) } = α + β1 X1 + β2 X2

Sebagai ilustrasi misalkan kita mengestimasi probabilitas


kebangkrutan dengan menggunakan model logit. Sebagai variabel
dependen adalah kebangkrutan dengan nilai = 1 jika perusahaan tidak
bangkrut, dan 0 jika perusahaan mengalami kebangkrutan. Variabel

12
independen adalah rasio keuangan. Program statistic akan secara
otomatis menghitung regresi logit jika kita menggunakan regresi
tersebut.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Proses managemen risiko pada intinya mencakup: identifikasi risiko, pengukuran


risiko, dan pengelolaan risiko. Pengelolaan risiko mencakup aktivitaas perencanaan
(penyususunan visi misi), pengelolaan risiko (divertifikasi, asuransidan sebagainya),
asek goverence (stuktur organisasi, staf dan semacamnya), dan sistem pelaporan.
Elemen elemen tersebut bertujuan membuat organisasi menjadi sadar sisiko untuk
meningkatkan nilai organisasi.

14
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, M. M. (2006). Managemen Risiko. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Managemen
YKPN.

Murni, S. (2015). Penerapan Managemen Risiko untuk Meminimalisir Risiko Kredit Macet.
EMBA, Vol. 3, No 4, 345-358.

Oswari, T. (2008). Model Antisipatif Mangemen Risiko Kredit. Managemen Research Center,
11.

Yurasti. (2019). Analisis Penerapan Managemen Risiko Kredit dalam Meminalisir Kredit
Bermasalah. MBIA, vol. 18, No. 1 .

15

Anda mungkin juga menyukai