Anda di halaman 1dari 25

Pemeriksaan dan Pengujiaan Agregat dan Aspal

3.1.1 Pemeriksaan Analisa Saringan


SNI ASTM C136 : 2012 (Metode Uji Untuk Analisis Saringan Agregat Halus
dan Agregat Kasar)

A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi atau pembagian
butiran dari agregat halus, agregat sedang, dan agregat kasar dengan menggunakan
saringan.

B. Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram dari berat benda uji.
2. Satu set saringan ukuran: 3/4", 1/2", 3/8", #4, #8, #16, #30, #50, #100, #200, dan
PAN.
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110+5)ºC.
4. Mesin pengguncang saringan (Sieve Shaker).
5. Talam-talam.

C. Benda uji
Benda uji yaitu jenis agregat halus sebanyak 1500 gram, agregat sedang
1500 gram, dan agregat kasar 1500 gram.

D. Prosedur Kerja
1. Benda uji dimasukkan kedalam oven dengan suhu (110+5)ºC dan dikeringkan
sampai berat tetap, kemudian ditimbang. Berat tetap yaitu keadaan berat benda
uji selama 3 kali penimbangan dan pemanasan dalam oven selama 2 jam
berturut-turut tidak mengalami perubahan kadar air lebih dari 0,1%;
2. Saring benda uji kering lewat susunan saringan dengan saringan paling besar
ditempatkan paling atas;

3. Guncang saringan tersebut dengan mesin pengguncang selama 15 menit;


4. Setelah 15 menit pengguncangan dihentikan. Saringan diangkat satu persatu dan
masukkan agregat dari saringan ke dalam talam;

5. Timbang dan catat berat benda uji yang tertahan pada tiap-tiap ukuran saringan;

6. Hitung persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan
dan yang lolos terhadap berat total benda uji.

3.1.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus


SNI 1970 : 2008 (Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan air
Agregat Halus)

A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (Bulk), berat
jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu (Apparent), dan
penyerapan agregat halus.
A. Berat jenis (bulk spesific gravity) adalah perbandingan antara berat dari satuan
volume dari suatu material terhadap berat air dengan volume yang sama pada
temperatur yang ditentukan.
B. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah perbandingan antara berat
dari satuan volume agregat (termasuk berat air yang terdapat didalam rongga
akibat perendaman selama (24 ± 4) jam ,tetapi tidak termasuk rongga antara
butiran partikel) pada suatu temperatur tertentu terhadap berat diudara dari air
suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur
tertentu.
C. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat volume suatu bagian agregat
yang impermiabel pada suatu temperatur tertentu terhadap berat diudara dari air
suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur
tertentu.
D. Penyerapan adalah penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap
didalam pori-pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan pada permukaan luar
partikel, dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya.
B. Peralatan
1. Timbangan dengan kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
2. Piknometer dengan kapasitas 500 ml.
3. Kerucut terpancung (Cone), diameter bagian atas (40+3) mm, diameter bagian
bawah (90±3) mm, dan tinggi (75±3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8
mm.
4. Batang penumbuk mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340±15) gram,
diameter permukaan penumbuk (25±3) mm.
5. Saringan #4.
6. Oven yang dilengkapi alat pengatur suhu untuk memanasi sampai 115°C.
7. Talam, bejana tempat air, dan air suling.

C. Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang lolos saringan #4 sebanyak 1 kg.

D. Prosedur Kerja
1. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110+5)°C sampai berat tetap;
2. Dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama 24 jam;
3. Buang air perendam hati-hati, jangan ada butir agregat yang hilang, tebarkan
agregat dalam talam, keringkan di udara panas (cahaya matahari) sampai
keadaan kering permukaan jenuh;
4. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan memasukkan agregat ke
dalam kerucut terpancung (Cone) hinggapenuh dan tumbuk sebanyak 25 kali.
Keadaan kering permukaan jenuh didapatkan apabila benda uji runtuh tetapi
masih dalam keadaan tercetak;
5. Setelah tercapai keadaan kering pemukaan, ambil 500 gram agregat dan
masukkan kedalam piknometer. Masukkan air suling sampai mencapai 90%
isi piknometer, putar sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara
didalamnya;
6. Rendam piknometer dalam air selama beberapa menit dan ukur suhu air
dengan suhu standar 25ºC;
7. Isi piknometer dengan air sehingga tanda batas lalu timbang dan catat berat
benda uji, air, dan piknometer (Bt);
8. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven sampai berat tetap, dan
didinginkan;
9. Setelah dingin lalu ditimbang (Bk);
10. Piknometer yang telah bersih dari agregat, diisi penuh dengan air lalu
timbang dan catat beratnya (B).

3.1.3 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar


SNI 1969 : 2008 (Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan air Agregat Kasar)
A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan besar berat jenis (Bulk),
berat jenis kering permukaan jenuh (ssd), berat jenis semu (Apparent), dan
penyerapan agregat kasar.
1. Berat jenis adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
tertentu.
2. Berat jenis kering permukaan jenuh adalah perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
3. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu
tertentu.
4. Penyerapan adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering.
B. Peralatan
1. Keranjang kawat dengan kapasitas kira-kira 5 kg dengan ukuran 3,35 mm atau
2,36 mm (#6 atau #8).
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.
3. Timbangan dengan kapasitas 5 kg, dengan ketelitian 0,1 gram dari berat
contoh yang ditimbang dan dilengkapi alat penggantung keranjang.
4. Oven dengan pengatur suhu sampai (110+5)oC.
5. Saringan #4.
6. Alat pemisah contoh.

C. Benda Uji
Benda uji diambil dari agregat yang lolos saringan 3/4” dan tertahan
saringan #4 sebanyak 5000 gram setelah dioven.

D. Prosedur Kerja
1. Benda uji dicuci sampai bersih hingga tidak ada debu yang menempel;
2. Benda uji dikeringkan dalam oven pada suhu sekitar (110±5)ºC sampai berat
tetap;
3. Dinginkan benda uji selama 1-3 jam pada suhu kamar, lalu timbang dengan
ketelitian 0,5 gram sehingga diperoleh berat kering (Bk);
4. Rendam benda uji dalam suhu kamar selama ± 24 jam;
5. Setelah ± 24 jam, keluarkan benda uji dari dalam air, lap dengan kain sampai
kering permukaan;
6. Timbang dan catat berat berat benda uji kering permukaan jenuh (Bj);
7. Timbang benda uji di dalam air dengan menggunakan keranjang pada
timbangan standar yang sesuai. Timbang dan catat beratnya dalam air (Ba).

3.1.4 Pemeriksaan Berat Isi Agregat


PB-0204-76 (AASHTO T-19-74 / ASTM C-29-71)

A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat halus,
kasar, atau campuran. Berat isi adalah perbandingan berat agregat terhadap
volume.

B. Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram dari berat contoh.
2. Talam/panci yang cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
3. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat terbuat
dari baja.
4. Mistar perata (Straight Edge).
5. Mould yang terbuat dari baja berbentuk silinder dengan alat pemegang,
berkapasitas seperti berikut:
Ukuran
Kapasitas Diameter Tinggi Tebal Wadah butir
      Minimum Maksimum
(liter) (mm) (mm) Dasar Sisi (mm)
2.832 152.4±2.5 154.9±2.5 5.08 2.54 12.7
9.435 203.2±2.5 292.1±2.5 5.08 2.54 25.4
14.158 254.0±2.5 279.4±2.5 5.08 3.00 38.1
28.316 355.6±2.5 284.4±2.5 5.08 3.00 101.6

C. Benda Uji
Masukkan contoh agregat kedalam talam minimal sebanyak kapasitas
wadah sesuai daftar di atas, keringkan dalam oven sampai berat tetap.

D. Prosedur Kerja
1. Berat isi lepas:
1. Timbang dan catat berat mould (W1);
2. Masukkan benda uji dengan hati-hati;
3. Ratakan benda uji dengan menggunakan mistar perata;
4. Timbang dan catat berat benda uji dan mould (W2);
5. Hitung berat benda uji (W3 = W2 –W1).
2. Berat isi padat:
a. Dengan cara penusukan:
1. Timbang dan catat berat mould (W1);
2. Masukkan benda uji kedalam mould dalam tiga lapis, dan setiap lapis
ditusuk dengan tongkat penusuk sebanyak 25 kali. Pada pemadatan,
tongkat harus masuk sampai lapisan bawah tiap lapis;
3. Ratakan permukaan benda uji dengan mistar perata;
4. Timbang dan catat berat benda uji dan mould (W2);
5. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).
b. Dengan cara penggoyangan:
1. Timbang dan catat berat mould (W1);
2. Masukkan benda uji kedalam mould dalam 3 lapis, setiap lapis digoyang
sebanyak 25 kali pada sisi yang berlawanan;
3. Ratakan benda uji dengan mistar perata;
4. Timbang dan catat berat benda uji dan mould (W2) dan hitung berat
benda uji (W3 = W2 – W1).

3.1.5 Pemeriksaan Kelekatan Agregat terhadap Aspal


SNI 2439-2011 (Cara Uji Penyelimutan dan Pengelupasan pada
Campuran Agregat-Aspal)

A. Maksud
Pemeriksaan ini bermaksud untuk menentukan kelekatan agregat terhadap
aspal. Kelekatan agregat terhadap aspal adalah persentase luas permukaan batuan
yang tertutup aspal terhadap keseluruhan luas permukaan.

B. Peralatan
1. Timbangan dengan kapasitas 200 gram, ketelitian 0,1 gram.
2. Tabung gelas kimia (beker) dengan kapasitas 600 ml.
3. Saringan 6,3 mm (1/4") atau #4 dan 9,5 mm (3/8").
4. Termometer.
5. Pisau pengaduk (spatula) lebar 1” dan panjang 4”.
6. Wadah tempat mengaduk.
7. Oven dengan alat pengukur suhu sampai (110 +5)°C.
8. Air suling pH 6–7.

C. Benda Uji
1. Benda uji adalah agregat yang lewat saringan 9,5 mm (3/8”) dan tertahan
saringan 6,3 mm (1/4”) atau saringan #4 sebanyak kira-kira 100 gram.
2. Benda uji dicuci sampai bersih dan dikeringkan sampai berat tetap. Simpan
benda uji di tempat yang aman dan siap untuk diperiksa.
3. Untuk pelapisan agregat basah perlu ditentukan berat jenis kering permukaan
jenuh (SSD) dan penyerapan dari agregat kasar (PB-0202-76).

D. Prosedur Kerja
Untuk pelapisan agregat kering dengan aspal panas:
1. Ambil 100 gram benda uji, masukkan ke dalam wadah, panaskan wadah berisi
benda uji selama 1 jam di oven pada suhu (135-149)°C. Ditempat terpisah
panaskan aspal sampai cair pada suhu (135-145)°C;
2. Timbang aspal sebanyak 5,5+0,2 gram di dalam talam lalu masukkan agregat
yang telah dipanaskan. Aduk sampai agregat terlapisi aspal seluruhnya selama 2-
3 menit. Adukan didiamkan sampai mencapai suhu ruang;
3. Pindahkan benda uji yang sudah terselimuti aspal ke dalam tabung gelas kimia
600 ml. Tambahkan air sampai semua agregat yang terlapisi aspal terbenam oleh
air dan biarkan pada suhu kamar selama 16-18 jam;
4. Perkirakan persentase luas permukaan yang terselaputi aspal, apakah mencapai
100% atau kurang, permukaan yang kecoklatan atau buram dianggap terselaputi
penuh

3.1.6 Pemeriksaan Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles


SNI 2417:2008 (Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin
Abrasi Los Angeles)

A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan agregat kasar
terhadap keausan dengan menggunakan mesin los angeles. Keausan dinyatakan
dengan perbandingan antara berat agregat aus lewat saringan #12 terhadap berat
semula (dalam persen).
B. Peralatan
1. Mesin los angeles.
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71
cm (28"), panjang dalam 50 cm (20"). Silinder bertumpu pada dua poros pendek
yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar. Silinder berlubang untuk
memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan
dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam silinder terdapat bilah baja
melintang penuh setinggi 8,9 cm (3,56”).
2. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
3. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing-masing 390
gram – 445 gram (berjumlah 11 buah).
4. Oven dengan suhu sampai (110+5)°C.
5. Saringan 3/4”, 1/2", 3/8", dan saringan #12.

C. Benda Uji
1. Benda uji yang diambil adalah agregat yang lolos saringan 3/4" tertahan saringan
1/2" sebanyak 2500 gram dan lolos saringan 1/2" tertahan saringan 3/8"
sebanyak 2500 gram.
2. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven sampai berat tetap.

D. Prosedur Kerja
1. Masukkan benda uji dan bola-bola baja ke dalam mesin los angeles;
2. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm , 500 putaran;
3. Setelah selesai diputar, keluarkan benda uji dari dalam mesin los angeles dan
masukkan ke dalam talam;
4. Saringlah benda uji yang telah di tes dengan saringan #12 dan cuci benda uji
yang tertahan saringan tersebut dan oven benda uji sampai berat tetap;
5. Kemudian timbang dan catat berat benda uji kering setelah didinginkan terlebih
dahulu.

3.1.7Pemeriksaan Kekuatan Agregat Terhadap Tekanan (Aggregate .


Crushing Value)
BS 182-111:1990 (Cara Uji Kekuatan Agregat Terhadap Tekanan)

A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kekuatan agregat
kasar terhadap tekanan yang bervariasi dalam jangka waktu tertentu (Aggregate
Crushing Value/ACV). Nilai ACV dinyatakan dengan perbandingan antara berat
agregat yang hancur (lolos saringan 2,36 mm) dengan berat total sampel agregat
semula dalam persen.

B. Peralatan
1. Aggregate crushing machine.
Mesin ini dilengkapi dengan mesin penekan (Compression Machine) yang
memiliki kapasitas untuk gaya sebesar 400 kN (±40 ton) dan dapat dioperasikan
untuk memberikan kecepatan beban yang seragam sehingga gaya tersebut
tercapai dalam 10 menit.
2. Silinder pengujian tesebut dari baja, yaitu tempat sampel berbentuk silinder
dengan alas dan ukuran sebagai berikut:
Simbo Diameter Diameter
l Ukuran Untuk Internal Internal
    Silinder 150 mm Silinder 75 mm
  Silinder    
A Internal Diameter 154±0,5 mm 78±0,5 mm
Kedalaman
B Diameter 125 sampai 140 mm 70 sampai 85 mm
C Tebal dinding >16,0 mm >8,0 mm
       
  Plunger    
D Diameter Piston 152±0,5 mm 76±0,5 mm
E Diameter Stem 95 sampai 155 mm 45 sampai 80 mm
Panjang Piston
F dan stem 100 sampai 115 mm 60 sampai 80 mm
G Tebal Piston >25,0 mm >19,0 mm
H Diameter Lubang 20,0 mm 10,0 mm
       
  Baseplate    
I Tebal 6 mm 6 mm
J Panjang 200-300 mm 110.115
110.116
3. Saringan dengan diameter 14,0 mm ; 10,0 mm ; 2,36 mm.
4. Besi penusuk dengan panjang antara 450 mm sampai 600 mm serta memiliki
potongan melintang lingkaran berdiameter 16 mm.
5. Plunger (penekan).
6. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.

C. Benda Uji
1. Sampel yang digunakan adalah agregat yang lolos saringan 14,0 mm dan yang
tertahan saringan 10,0 mm. Untuk setiap pengujian dibuat dua sampel.
2. Saring agregat pada urutan saringan 14,0 mm dan 10,0 mm selama 10 menit.
Sampel yang diambil adalah agregat yang lolos saringan 14,0 mm dan tertahan
di 10,0 mm.
3. Cuci sampel dengan air yang mengalir dan keringkan dalam oven (110±5)ºC
selama ±4 jam (kondisi kering oven).
4. Setelah suhu turun (atau sama dengan suhu ruangan, 25ºC) sampel siap untuk
digunakan.

D. Prosedur Kerja
1. Timbang silinder pengujian beserta alas dengan ketelitian 0,1 gram (W1);
2. Isilah silinder dengan sampel dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan 25 kali tusukan besi penuh secara merata di seluruh
permukaan. Tiap lapisan, tongkat dijatuhkan secara bebas dengan ketinggian
tidak lebih dari 5 cm dari permukaan lapisan. Pada lapisan terakhir, isi cup
dengan agregat agak menyembul dan padatkan;
3. Ratakan permukaan sampel dengan besi penusuk dan timbang (W2);
4. Hitunglah berat awal sampel (A=W2-W1);
5. Letakkan aggregate crushing machine pada lantai dasar dan keras, seperti
lantai beton;
6. Letakkan silinder pengujian pada baseplate dan atur plunger (penekan)
diatasnya;
7. Kemudian sampel ditekan melalui plunger dengan mesin penekan yang diberi
gaya dengan kecepatan mencapai 400 KN ≈ 40 ton selama 10 menit;
8. Lepaskan beban dan pindahkan benda uji yang sudah ditekan pada sebuah
wadah. Pastikan tidak ada partikel yang hilangatau yang tertinggal di dalam
silinder selama pemindahan;
9. Saring benda uji dengan saringan 2,36 mm selama satu menit dan timbang
berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang dinyatakan sebagai B gram.
Pastikan tidak ada partikel yang hilang selama proses tersebut. Jika jumlah
berat agregat yang lolos dan tertahan saringan 2,36 mm berbeda 1 gram dengan
A, maka pengujian harus diulangi;
10. Ulangi prosedur tersebut untuk sisa sampel berikutnya.

3.1.8 Pemeriksaan Kekuatan Agregat Terhadap Tumbukan (Aggregate Impact Value)


BS 812-112:1990

A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan agregat
terhadap tumbukan (Aggregate Impact Value). Nilai aggregate impact value
(AIV) adalah persentase perbandingan antara agregat yang hancur dengan
jumlah sampel yang ada.

B. Peralatan
1. Agregate impact machine. Alat ini masih digerakkan secara manual dengan
tenaga manusia.
2. Berat total mesin tidak lebih dari 60 kg dan tidak kurang dari 40 kg. Dasar
mesin terbuat dari baja dengan diameter 300 mm dan memiliki berat antara 22
sampai 30 kg.
3. Cylindrical steel cup memiliki diameter dalam 102 mm dan kedalaman 50
mm. Ketebalan cup tidak lebih dari 6 mm.
4. Palu baja yang digunakan memiliki berat antara 13,5 sampai 14,0 kg dengan
bagian bawah (bidang kontak) merupakan lingkaran dan berbentuk datar.
Diameter kontak sebesar 100 mm dan ketebalan 50 mm, dengan chamfer 1,5
mm. Palu diatur sedemikian rupa hingga dapat naik turun dengan mudah
tanpa gesekan berarti. Palu baja bergerak jatuh bebas dengan tinggi jatuh
380±5 mm, diukur dari bidang kontak palu sampai permukaan sampel di
dalam cup.
5. Alat pengunci palu dapat diatur sedemikian rupa untuk dapat memudahkan
pergantian sampel dan pemasangan cup.
6. Saringan dengan diameter 14,0 mm,10 mm, dan 2,36 mm.
7. Besi penusuk dengan panjang 230 mm serta memiliki potongan melintang
lingkaran berdiameter 10 mm.
8. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.

C. Benda Uji
1. Sampel yang digunakan adalah agregat yang lolos saringan 14,0 mm dan
yang tertahan saringan 10,0 mm (3/8"). Untuk setiap pengujian dibuat 2
sampel.
2. Saring antara 500 sampai 1000 gram agregat pada urutan saringan 14,0 mm
dan 10,0 mm selama 10 menit. Sampel yag diambil adalah agregat yang lolos
saringan 14,0 mm dan tertahan 10,0 mm.
3. Cuci sampel dengan air yang mengalir dan keringkan dalam oven (110±5)ºC
selama 4 jam (kondisi kering oven).
4. Setelah suhu turun atau sama dengan suhu ruangan (25ºC) sampel siap untuk
digunakan.

D. Prosedur Kerja
1. Timbang cup (Cylindrical Steel Cup) dengan ketelitian 0,1 gram (W1);
2. Isilah cup dengan sampel dalam sampel tiga lapis yang sama tebal. Setiap
lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan besi penusuk secara merata
diseluruh permukaan. Tiap lapis tongkat dijatuhkan secara bebas dengan
ketinggian lebih dari 5 cm dari permukaan lapisan. Pada lapisan terakhir isi
cup dengan agregat agak menyembul dan padatkan;
3. Ratakan permukaan sampel dengan besi penusuk dan timbang (W2);
4. Hitunglah berat awal sampel (W3=W2-W1);
5. Letakkan mesin Impact Agregat pada lantai dasar dan keras seperti lantai
beton;
6. Letakkan cup berisi sampel pada tempatnya dan pastikan letak cup sudah
baik dan tidak akan bergeser akibat tumbukan palu;
7. Atur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan
permukaan sampel 380±5 mm;
8. Lepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke sampel. Angkat
palu pada posisi semula dan lepaskan kembali (jatuh bebas). Tumbukan
dilakukan sebanyak 15 kali dengan tenggang waktu tumbukan tidak kurang
dari satu detik;
9. Setelah selesai saring benda uji dengan saringan 2,36 mm satu menit dan
timbang berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang dinyatakan
sebagai B gram dan yang tertahan sebagai C gram. Pastikan tidak ada
partikel yang hilang selama proses tersebut. Jika selisih jumlah berat agregat
yang lolos dan tertahan (A) dengan berat awal (A`) lebih dari 1 gram maka
pengujian harus diulang;
3.2 PEMERIKSAAN ASPAL
3.2.1 Pemeriksaan Penetrasi Bahan Bitumen
SNI 2456 – 2011 (Cara Uji Penetrasi Aspal)

A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi
bitumen keras atau lembek (Solid atau semi Solid) dengan
memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban, dan waktu
tertentu ke dalam bitumen dengan suhu tertentu.

B. Peralatan
1. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun, dapat
mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
2. Pemegang jarum seberat (47,5+0,05 gram) yang dapat dilepas dengan mudah dari
alat penetrasi untuk peneraan.
3. Pemberat (50±0,05) gram untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan
(100+0,05) gram untuk beban 200 gram.
4. Jarum penetrasi stainless steel mutu 440 C atau HRC 54-60
5. Cawan contoh yang terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar
yang rata-rata berukuran sebagai berikut:

Penetrasi Diameter Dalam


Di bawah 200 75 mm 35 mm
Sampai 300 70 mm 45 mm

6. Bak perendam (Water Bath). Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10
liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian 0,1°C. Bejana dilengkapi
dengan pelat dasar yang berlubang-lubang.
7. Tempat air untuk benda uji minimal 350 ml.
8. Stopwatch.
9. Termometer.

C. Benda uji
Panaskan contoh (aspal) perlahan-lahan. Untuk bitumen pemanasan tidak lebih
90oC diatas titik lembek. Aduklah perlahan-lahan agar udara tidak masuk ke dalam
contoh. Setelah contoh cair merata tuangkan ke dalam cawan dan diamkan sampai
dingin. Buatlah 2 buah benda uji dan tutup agar bebas debu, dan diamkan pada suhu
ruang selama 1-1,5 jam.

D. Prosedur Kerja
1. Letakkan benda uji dalam transfer dish (tempat air yang kecil) dan masukkan
tempat air tersebut ke dalam bak perendam/water bath yang telah berada pada suhu
ruang (25°C), pastikan benda uji terendam sepenuhnya dengan air, diamkan dalam
bak selama 1-1,5 jam untuk benda uji yang kecil dan 2 jam untuk benda uji yang
besar;
2. Periksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik. Bersihkan jarum
penetrasi dengan toluene atau pelarut lain kemudian keringkan, barulah pasang
jarum pada pemegang jarum;
3. Letakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban seberat
(100+0,1) gram;
4. Pindahkan transfer dish yang berisi sampel dari bak perendam ke bawah alat
penetrasi;
5. Turunkan jarum perlahan-lahan hingga menyentuh benda uji, kemudian aturlah
angka nol pada arloji penetrometer hingga jarum penunjuk berimpit dengan angka
nol;
6. Lepaskan pemegang jarum dan pada saat bersamaan jalankan stopwatch selama
(5±0,1) detik;
7. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berhimpit dengan
jarum penunjuk, bulatkan hingga 0,1 mm terdekat;
8. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk percobaan
berikutnya;
9. Lakukan pekerjaan 1 sampai 8 untuk 5 titik pemeriksaan dengan ketentuan setiap
titik pemeriksaan berjarak lebih dari 1 cm.
3.2.2 Pemeriksaan Kehilangan Berat Aspal
SNI-06-2440-1991(Cara Uji Kehilangan Berat terhadap Aspal)
A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kehilangan berat aspal
terutama pada percobaan penetrasi dan daktilitas bahan bitumen. Kehilangan berat
adalah selisih antara berat aspal mula–mula dengan berat aspal setelah di oven
selama 5 jam pada suhu 163°C.
B. Peralatan
1. Oven dengan pengatur suhu.
2. Cawan contoh terbuat dari aluminium.
3. Timbangan.
C. Benda uji
Panaskan aspal sampai cair dan masukkan kedalam 4 buah cawan, 2
sampel digunakan untuk pemeriksaan penetrasi dengan kehilangan berat dan 2
sampel untuk daktilitas kehilangan berat.
D. Prosedur Kerja
1. Cawan ditimbang;
2. Masukkan benda uji ke dalam cawan, dinginkan. Timbang berat cawan berisi
aspal tersebut sehingga diperoleh berat aspal sebelum dipanaskan (W1);
3. Oven cawan berisi benda uji tersebut pada suhu 163°C selama 5 jam. Setelah 5
jam keluarkan benda uji dari oven dan biarkan sampai dingin;
4. Lalu timbang lagi beratnya (W2);
5. Hitunglah berat aspal tersebut yang besarnya adalah (W1-W2).
3.2.3 Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland Open
Cup SNI 2433-2011 (Cara Uji Titik Nyala dn Bakar dengan
Cleveland Open Cup )

A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar
aspal dengan menggunakan alat cleveland open cup secara manual dan dapat
digunakan untuk semua aspal yang mempunyai titik nyala dalam bentang 79°C
sampai dengan 400°C.
Titik nyala adalah suhu terendah dimana uap benda uji dapat menyala (nyala
biru singkat) apabila dilewatkan api penguji. Temperatur titik nyala tersebut harus
dikoreksi pada tekanan barometer udara 101,3 kPa.
Titik bakar adalah suhu terendah ketika uap benda uji terbakar selama
minimum 5 detik apabila dilewatkan oleh api uji . Temperatur titik bakar tersebut
harus dikoreksi pada tekanan barometer udara 101,3 kPa (760 mm Hg).

B. Peralatan
1. Termometer.
2. Sumber pemanas yang berasal dari gas.
3. Cleveland open cup (cawan kuningan).
4. Pelat pemanas, terdiri logam untuk melekatkan cawan cleveland open cup dan
bagian atas dilapisi asbes.
5. Nyala uji yang dapat diatur dan memberikan nyala 3,2-4,8 mm.
6. Standar dan penahan angina.

C. Benda uji
1. Panaskan contoh aspal hingga cair.
2. Kemudian isi cleveland open cup dengan aspal cair sampai garis dan hilangkan
gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.
D. Prosedur Kerja
1. Letakkan cleveland open cup yang berisi aspal di atas pelat pemanas dan aturlah
sumber pemanas hingga terletak di bawah titik tengah dari cawan tersebut;
2. Letakkan nyala penguji dengan poros berjarak 7,5 cm dari titik tengah cawan;
3. Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4 mm di
atas dasar cawan dan terletak satu garis dengan yang
menghubungkan titik tengah, kemudian aturlah sehingga poros termometer
terletak pada jarak 1/4 diameter cawan dari tepi;
4. Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji;
5. Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga kenaikkan suhu
menjadi 15°C per menit dilakukan sampai benda uji mencapai suhu 56°C di
bawah nyala perkiraan;
6. Aturlah kecepatan pemanasan 5-6°C per menit pada suhu antara 56°C dibawah
titik nyala perkiraan;
7. Nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji tersebut menjadi
3,2 sampai 4,8 mm;
8. Lewatkan nyala penguji di atas permukaan cawan dari tepi ke tepi dalam waktu 1
detik;
9. Lanjutkan pekerjaan 6 sampai 8 sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di
atas permukaan benda uji. Baca suhu pada termometer dan catat;
10. Lanjutkan pekerjaan No. 9 sampai terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik dan
catat pula suhu termometer pada saat itu.
3.2.4 Pemeriksaan Daktilitas Bahan–bahan Bitumen
SNI 06–2432-2011 (Cara Uji Daktilitas Aspal)

A. Maksud
Pengujian daktlitas dilakukan untuk mengetahui sifat kohesi
dan plastisitas aspal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mencetak
aspal dalam cetakan dan meletakkan contoh aspal ke dalam
tempat pengujian. Tempat pengujian berisi cairan dengan berat
jenis mendekati berat jenis aspal. Nilai daktilitas aspal adalah
panjang contoh aspal ketika putus pada saat dilakukan penarikan
dengan kecepatan 5 cm/menit. Pemeriksan ini untuk mengukur
jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi
bitumen keras sebelum putus pada suhu dan kecepatan tarik
tertentu.

B. Peralatan
1. Cetakan daktilitas kuningan.
2. Bak perendam (Water Bath).
3. Mesin uji dengan ketentuan:
a. Dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap
b. Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran
selama pemeriksaan.
4. Glycerine dan sabun krim.
5. Termometer.

C. Benda uji
1. Lapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas pelat dasar dengan
sabun cream kecuali bagian dalam cetakan yang berbentuk setengah lingkaran.
2. Panaskan contoh aspal kira-kira 100 gram sampai cair pada suhu 80–100 oC,
hingga dapat dituangkan. Setelah contoh cair merata, tuangkan kedalam cetakan
dengan hati-hati dari ujung ke ujung hingga penuh.
3. Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit, lalu masukkan
benda uji ke dalam bak perendam.

D. Prosedur Kerja
1. Benda uji didiamkan pada suhu 25°C dalam bak perendam selama 85 menit
sampai 95 menit. Setelah itu dikeluarkan dan ratakan permukaannya dengan
pisau panas;
2. Kemudian lepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi–sisi cetakan;
3. Pasang benda uji pada mesin uji dan tariklah secara teratur dengan kecepatan 5
cm/menit sampai benda uji putus. Pada saat percobaan benda uji harus selalu
terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm dari permukaan air.
3.2.5 Pemeriksaan Berat Jenis Bitumen
SNI 2441-2011 (Cara Uji Berat Jenis Aspal Padat)

A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis bitumen dengan
piknometer. Berat jenis bitumen atau aspal adalah perbandingan antara berat
bitumen dengan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.
B. Peralatan
1. Timbangan.
2. Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu.
3. Piknometer sebanyak 1 buah.
4. Air suling sebanyak 1000 cm3.
5. Bejana gelas.
C. Benda uji
1. Panaskan aspal keras sebanyak 50 gram sampai menjadi cair dan aduklah untuk
mencegah pemanasan setempat.
2. Tuangkan contoh tersebut ke dalam piknometer sehingga terisi 3/4 bagian.
D. Prosedur Kerja
1. Isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas piknometer
yang tidak terendam 40 mm. Kemudian rendam dan jepitlah bejana tersebut
dalam bak perendam sehingga terendam sekurang-kurangnya terendam 100 mm,
atur suhu bak perendam 25C;
2. Bersihkan, keringkan, dan timbanglah piknometer (A);
3. Piknometer diisi dengan air sampai penuh kemudian tutup tanpa ditekan;
4. Letakkan piknometer ke dalam bejana dan masukkan kembali kedalam bak
perendam dan tekan penutup sehingga rapat. Diamkan piknometer tersebut
dalam perendam selama 30 menit, kemudian angkat piknometer berisi air
tersebut lalu di lap dan timbang beratnya (B);
5. Tuangkan benda uji tersebut kedalam piknometer yang telah kering sehingga
terisi 3/4 bagian;
6. Biarkan piknometer sampai dingin selam 40 menit dan timbang dengan
penutupnya (C);
7. Isi piknometer yang berisi benda uji tersebut dengan air dan tutup tanpa ditekan,
diamkan agar gelembung udara dapat keluar;
8. Masukkan dan diamkan bejana dalam bak perendam selama 30 menit. Angkat,
keringkan, dan timbanglah piknometer (D).
3.2.6 Pemeriksaaan Kelekatan Aspal pada Batuan
PA-0312-76 (Cara Uji Kelekatan Aspal pada Batuan)

A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetapkan kelekatan aspal pada batuan
tertentu dalam air.

B. Peralatan
1. Botol bermulut besar dengan isi 1000 m3.
2. Oven dengan pengatur suhu sampai (150 +5)°C.
3. Batu–batu putih (Silica) dengan ukuran lolos saringan 32 mm dan tertahan
saringan 19 mm.
4. Air suling (pH 6-7, ±2000 cm3) dan aspal cair.

C. Benda uji
1. Batuan silica kira-kira 100 gram dicuci dengan air sampai bersih, kemudian
dikeringkan pada suhu 125°C selama 5 jam, dan diamkan 24 jam pada suhu
ruang. Setelah didiamkan, ambil 50 gram batu itu dan panaskan dalalm oven pada
suhu 40°C.
2. Campurkan 50 gram batuan silica dengan 25 gram aspal cair pada suhu 70 oC lalu
diaduk sampai rata, yaitu hingga semua permukaan batuan silica terselubung
aspal.

D. Prosedur Kerja
1. Letakkan benda uji dalam wadah yang tersedia dan tutuplah botol tanpa tekanan;
2. Setelah 30 menit isilah wadah dengan air suling pada suhu ruang sehingga benda
uji terendam seluruhnya. Kemudian letakkan botol dalam oven pada suhu 40C;
3. Setelah 3 jam, keluarkan wadah dari oven. Perkiraan luas batuan yang diselimuti
aspal (persentasekan luas permukaan batu secara keseluruhan).
3.2.7 Pemeriksaan Titik Lembek Aspal
SNI 2434-2011 (Cara Uji Titik Lembek Aspal)

A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal yang
berkisar pada suhu ≥ 48° C. Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja, dengan
berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan di dalam cincin
berukuran tertentu sehingga aspal atau ter tersebut menyentuh pelat dasar yang
terletak pada tinggi tertentu sebagai akibat kecepatan pemanasan. Jadi titik lembek
adalah besarnya suhu dimana aspal mencapai derajat kelembekan (mulai meleleh)
di bawah kondisi spesifik dari tes.

B. Peralatan
1. Cincin kuningan.
2. Bola baja, diameter 9,53 mm berat 3,45 gram sampai 3,55 gram.
3. Dudukan benda uji, lengkap dengan pengarah bola baja dan plat dasar yang
mempunyai jarak tertentu.
4. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter dalam 8,5 cm dengan tinggi
±12 cm berkapasitas 800 ml.
5. Termometer.
6. Penjepit.
7. Alat pengarah bola.

C. Benda Uji
1. Panaskan contoh aspal perlahan-lahan sambil diaduk terus-menerus hingga cair
merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar gelembung-
gelembung udara cepat keluar.
2. Setelah cair merata tuanglah contoh kedalam dua buah cincin. Suhu pemanasan
aspal tidak melebihi 56°C di atas titik lembeknya.
3. Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan letakkan kedua
cincin di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari campuran talk dan
sabun.
4. Tuang contoh kedalam 2 buah cincin, diamkan pada suhu sekurang-kurangnya
8°C di bawah titik lembeknya sekurang-kurangnya 30 menit.
5. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah
dipanaskan.
D. Prosedur Kerja
1. Benda uji adalah aspal atau ter sebanyak ±25 gram;
2. Pasang dan aturlah kedua benda uji di atas kedudukan dan letakkan pengarah
bola di atasnya. Kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut kedalam
bejana gelas;
3. Isilah bejana dengar air suling, dengan suhu (25±1)°C sehingga tinggi
permukaan air berkisar antara 101,6 sampai 108 mm;
4. Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diantara kedua benda uji
(kurang lebih dari 12,7 mm dari tiap cincin);
5. Periksalah dan aturlah jarak antara permukaan pelat dasar benda uji sehingga
menjadi 25,4 mm;
6. Letakkan bola baja yang bersuhu 25°C di atas dan di tengah permukaan
masing-masing benda uji yang bersuhu 25°C menggunakan penjepit dengan
memasang kembali pengarah bola;
7. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5°C permenit. Kecepatan
pemanasan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk 3 menit pertama
perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0,5°C.
3.2.8 Pemeriksaan Kadar Aspal (Centrifuge Extraction)
SNI 03-6894-2002 (Cara Uji Kadar Aspal)

A. Maksud
Metode pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah dari bitumen
hot-mixed paving mixture (campuran aspal panas) dan contoh aspal untuk Spesifikasi
Umum yang dapat diterima, evaluasi dari pelayanan pemantauan dan penelitian.

B. Peralatan
Peralatan ekstraksi terdiri dari mangkok dan perlengkapan pada mangkok yang
memungkinkan berputar pada kecepatan yang dapat dikontrol di atas 3600 rpm.
Kecepatan tersebut dapat dikontrol secara manual atau dengan mengatur kecepatan
tersebut terlebih dahulu. Perlengkapan tersebut tersedia dalam container (tempat
penampung alat-alat) untuk menangkap dan menampung cairan pelarut yang keluar
dari mangkok dan sebagai saluran buang untuk memindahkan cairan pelarut.
Perlengkapan tersebut seharusnya lebih tersedia dengan eksplosion-prodfatures
(sebuah alat) dan terpasang pada sebuah penutup atau sebuah permukaan efektif
saluran agar tersedianya ventilasi (tempat udara keluar).

Catatan:
1. Berbagai perlengkapan dengan ukuran-ukuran besar yang mungkin akan digunakan.
2. Cincin penyaring.
3. Oven, memungkinkan untuk menjaga temperature pada 230±9°C.
4. Panci rata, dengan ukuran yang dapat menghangatkan bahan percobaan.
5. Kesetimbangan atau skala dengan sensitifitas terhadap berat 0,1 gram.
6. Plat panas elektrik, dengan kecepatan pemanasan yang dapat diatur.
7. Silinder-graduated, dengan kapasitas 1000 ml atau 2000 ml. Silinder pilihan lain
100 ml.

C. Benda Uji
Sampel yang sudah dihancurkan sebanyak 100 gram.

D. Prosedur Kerja
1. Tentukan jumlah uap dari material;
2. Letakkan porsi pengetasan (sampel) pada mangkok;
3. Tutupi porsi pengetasan pada mangkok dengan thrichlorethylene (dapat digunakan
bensin sebagai pengganti Thrichlorethylene), dan beri waktu yang cukup bagi pelarut
(bensin) untuk melarutkan porsi pengetesan (tidak lebih dari 1/2 jam). Letakkan porsi
pengetesan pada mangkok penampung dan pelarut (bensin) pada perlengkapan
ekstraksi. Keringkan dan tentukan massa dari cincin penyaring dan cocokkan atau
paskan bibit sekeliling mangkok. Jepit penutup dari mangkok dengan kencang (erat)
dan letakkan gelas kimia dibawah saluran buang untuk mengumpulkan ekstrak;

4. Mulailah proses pemutaran dengan pelan (Centrifuge Revoltving) dan tambahkan


kecepatan secara bertahap sampai mencapai kecepatan maksimum yaitu 3600 rpm,
dan juga sampai pelarut berhenti mengalir pada saluran pembuangan. Hentikan
mesin dan tambahkan 200 ml (atau lebih sesuai dengan massa sampel yang tepat)
thrichlorethylene (bensin), dan ulangi prosedur tersebut. Gunakan tambahan pelarut
secukupnya sehingga ekstak tidak lebih gelap dari warna jerami bersih. Kumpulkan
ekstrak dan cuci pada penampung yang sesuai untuk penentuan bahan mineral;

5. Lepaskan cincin penyaring dari mangkok dan keringkan dengan udara. Jika yang
digunakan sebagai penyaring adalah sabuk kelapa, gosoklah bahan material yang
menempel pada permukaan cincin dan tambahkan ke agregat ekstrak. Keringkan
cincin pada temperatur yang tetap pada suhu di atas 230±9°F (115±5°C). Hati-hatilah
ketika memindahkan semua isi pada mangkok ke panci besi dan keringkan pada
tempat uap dan kemudian pada temperatur yang tetap atau dengan plat polos pada
230±9°F (110±5°C). Jika thrichlorethylene atau trichloroethane digunakan sebagai
pelarut ekstrak, pengeringan awal pada tempat penguap dapat dihilangkan. Massa
dari agregat ekstrak (W3) sama dengan massa dari agregat pada panci ditambah
peningkatan massa pada cincin penyaring;

6. Tentukan jumlah dari bahan material pada pengekstrakan untuk metode ini,
pemusingan yang tepat mungkin digunakan (700 gram atau lebih);

7. Setelah proses pengekstraksian, masukkan pelarut campuran bitumen kedalam alat


pemutar/pemusing dan putar dengan pelan. Tingkatkan kecepatan secara bertahap
pada 700 gram atau lebih selama 30 menit. Pindahkan pelarut;

8. Keringkan botol dengan udara, pindahkan material yang memungkinkan. Timbang


material dan tambahkan pada berat agregat ekstrak..

Anda mungkin juga menyukai