Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
1
2
Pentingnya komunikasi efektif tentunya tidak lepas dari perawat atau tenaga
kesehatan lain, perawat dalam hal ini sangat benyak menggunakan
komunikasi saat melakukan asuhan keperawatan salah satunya adalah ketika
operan, sejalan dengan penelitian Safitri (2012) mengungkapkan bahwa
kebutuhan dasar yang diperlukan oleh setiap pasien rawat inap ialah asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat. Asuhan keperawatan yang
diberikan salah satunya adalah prosedur serah terima (handover) atau operan
yang merupakan kegiatan sehari-hari dan harus dilakukan oleh perawat.
Pelaksanaan operan yang dilakukan perawat merupakan tindakan
keperawatan yang secara langsung akan berdampak pada perawatan pasien,
selain itu juga serah terima pasien dibangun sebagai sarana untuk
menyampaikan tanggung jawab serta penyerahan legalitas yang berkaitan
dengan pelayanan keperawatan pada pasien.
hanya pada pasien-pasien observasi atau pasien total care saja yang
laporannya disampaikan lebih mendetail dan diutamakan, sedangkan pada
pasien yang aman hanya sekedar lanjutkan terapi, kadang-kadang pada saat
operan telah selesai dilakukan dari tempat pasien ke meja perawat, perawat
yang berdinas sebelumnya langsung pulang dan tidak duduk bersama lagi
dimeja perawat bersama perawat yang berdinas selanjutnya. Sedangkan
perawat ketiga mengatakan operan memang dilakukan dimeja perawat,
kepasien tidak dilakukan, setelah operan selesai di meja perawat, dinas
malam langsung pulang, tidak ada kepasien bersama dengan yang dinas pagi,
perawat tersebut mengatakan yang dinas pagipun hanya dia saja yang
kepasien setelah yang dinas malam pulang.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada jam akhir dinas
pagi ditemukan bahwa perawat yang berdinas di shift selanjutnya tidak datang
lebih awal sehingga juga dapat mempengaruhi operan yang dilakukan dan
operan tidak tepat waktu atau bahkan karena waktunya mepet sehingga
operan hanya dilakukan di nurse station begitu juga peneliti amati pada saat
perawat ruangan melakukan operan antara shift pagi ke siang didapatkan
bahwa operan yang dilakukan perawat hanya dilakukan di meja perawat, hasil
observasi juga di dukung wawancara dengan perawat yang berdinas siang,
saat ditanya apakah operan dilakukan juga kepasien, perawat menjawab tidak.
Hasil observasi yang dilakukan diatas berbanding terbalik dengan apa yang
dikemukan Nursalam (2014, 2015) bahwa operan/timbang terima dilakukan
melalui tiga tahapan yaitu tahap pertama persiapan dilaksanakan di nurse
station, tahap kedua yaitu pelaksanaan yang dilaksanakan di nurse station dan
juga lanjut ke ruang atau bed pasien dan tahap ketiga yaitu post timbang
terima yang dilaksanakan di nurse station, dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa operan yang dilakukan perawat pada operan tersebut
tidak dilakukan secara penuh sesuai tahapannya sehingga terputus ditahap
kedua pada tahap pelaksanaan ke ruang atau bed pasien secara langsung yang
meliputi kepala ruang menyampaikan salam dan perawat primer (PP)
menanyakan kebutuhan dasar pasien, perawat jaga selanjutnya mengkaji
secara penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang
telah atau belum dilaksanakan, serta hal-hal penting lainnya selama masa
perawatan.
Terkait hadits diatas menurut Imam Baihaqi karena tindakan seorang hamba
itu terjadi dengan hati, lisan dan anggota badannya, dan niat yang tempatnya
di hati adalah salah satu dari tiga hal tersebut dan yang paling penting
(Hadidi, 2014). Sejalan dengan teori reason action yang dikembangkan oleh
Fesben dan Azjen (1980) menekankan bahwa pentingnya peranan dari
intention atau niat sebagai alasan atau faktor penentu perilaku, Begitu juga
pendapat Snehandu B. Kar, Kar bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari:
niat seseorang untuk bertindak (behaviour intention), dukungan sosial dari
masyarakat sekitarnya (social support), ada atau tidaknya informasi
(accessebility of information), otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal
ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy) dan situasi yang
memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat ditentukan oleh niat
orang terhadap objek, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat, ada atau
tidaknya informasi, kebebasan dari individu untuk mengambil
keputusan/bertindak, dan situasi yang memungkinkan ia
berperilaku/bertindak atau berperilaku tidak bertindak (Notoatmodjo, 2012).
penelitian Aeni dkk (2016) bahwa ada hubungan antara motivasi intrinsik
perawat dengan pelaksanaan timbang terima keperawatan di ruang X RSU
Kendal.
Sikap yang positif terhadap sesuatu tindakan maka akan berdampak terhadap
tindakan seseorang, semakin baik seseorang bersikap terhadap operan maka
semakin siap seseorang dalam melakukan tindakan operan tersebut, seperti
yang diungkapkan Notoatmodjo (2012) bahwa sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Berdasarkan
penelitian Dewi (2016) didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan
antara sikap disiplin perawat dengan efektivitas pelaksanaan timbang terima
di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. Penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian Ahmad M dkk (2016) yang meneliti tentang sikap perawat dalam
proses timbang terima di RSUD dr. R. Sosodoro Djatikusumo Bojonegoro
dengan hasil penelitian yang didapat bahwa sebagian besar responden
memiliki sikap positif/baik terhadap serah terima.
Sikap dan perilaku petugas lain tersebut merupakan panutan bagi petugas
kesehatan lain atau sebagai role model. Sejalan dengan penelitian Lankford et
all (2003) bahwa kepatuhan petugas kebersihan pekerja kesehatan
dipengaruhi secara signifikan oleh perilaku petugas layanan kesehatan
lainnya. kepatuhan petugas kesehatan dipengaruhi secara langsung oleh
perilaku petugas layanan kesehatan lainnya, sehingga perilaku petugas
kesehatan lain dalam hal ini bisa dikatakan perawat senior menjadi panutan
atau role model bagi perawat lain. Semakin sering perawat junior melihat
perilaku positif dari perawat senior maka semakin positif pula perilaku
perawat junior terhadap apa yang dikerjakan oleh perawat senior dalam hal
operan namun sebaliknya jika perilaku yang ditunjukan oleh perawat senior
negatif maka perawat junior pun akan berperilaku seperti perawat senior.
Batasan waktu yang ketat merupakan waktu yang dimiliki perawat yang
sangat terbatas dalam pelaksanaan operan, Perawat memiliki keterbatasan
waktu dan kesibukan yang berbeda satu dengan yang lain, dalam hal operan
manajemen waktu setiap perawat sangat penting untuk diperhatikan, apabila
operan terlaksana dan berjalan dengan baik sesuai dengan waktu yang
ditetapkan disetiap pergantian shift maka tidak akan terputus waktu operan
dan tidak menganggu jam pulang perawat yang berdinas di shift sebelumnya
dan operan bisa berjalan tepat waktu shingga perawat yang berdinas
sebelumnyapun bisa pulang tepat waktu, namun apabila manajemen waktu
perawat tidak baik dan tidak melaksanakan operan sesuai waktu yang
ditetapkan setengah jam sebelum pergantian shift maka akan mengganggu
jam pulang perawat yang berdinas di shift sebelumnya dan tentunya akan
berdampak pada operan tersebut, seperti operan tidak dilakukan sesuai
tahapannya dan hanya dilakukan di nurse station tidak dilakukan juga
disamping pasien dan kembali ke nurse station bahkan dapat menyebabkan
pembuatan dan penyampaian laporan operan tidak lengkap dan terkesan
terburu-buru. sebagaimana yang diungkapkan oleh Hughes (2008) dalam
13
Kamil (2011) bahwa banyak faktor yang dapat menghambat operan salah
satunya adalah terkait waktu selama serah terima.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan operan perawat di ruang
rawat inap RSUD Ulin Banjarmasin.