Anda di halaman 1dari 15

KLASIFIKASI CEKUNGAN KINGSTON

Klasifikasi Kingston et al. (1983) menawarkan klasifikasi cekungan yang lebih terbuka dan
dapat menjawab perubahan cekungan akibat evolusi tektonik stratigrafi. Klasifikasi ini
menawarkan penamaan dalam skala luas dan luwes sampai ke dalam skala sub basin untuk
keperluan lebih detail, sehingga terkesan rumit. Pemakaian istilah baru yang terdengar asing
seperti fracture, sag memungkinkan untuk lebih mengakomodasi istilah mekanikal cekungan yang
lebih dasar seperti rift, flexure. Klasifikasi Kingston et al. (1983) mempertimbangkan juga
perubahan vertikal pengisian sedimen di dalam cekungan. Satu hal yang menjadi kelebihan
klasfikasi ini adalah bahwa cekungan yang komplek bisa dijelaskan dengan rangkaian cekungan
sederhana dengan evolusi tektonik stratigrafinya beserta tektonik pengubahnya. Cekungan
sedimen dengan sejarah yang kompleks biasanya akan dibagi menjadi beberapa siklus (cycle) atau
stage atau fase. Kingston et al. (1983) mengelompokkan cekungan melalui unit dasar yang disebut
siklus. Satu siklus mewakili sedimen yang terendapkan dalam satu episode tektonik. Terkadang
satu cekungan hanya mempunyai satu siklus pengendapan atau satu siklus tektonik terkadang lebih
dari satu siklus. Disebut sebagai cekungan sederhana jika hanya mempunyai satu siklus
pengendapan / tektonik dan Cekungan cekungan polyhistory basin atau mudahnya disebut dengan
cekungan rumit (complex basin) jika mempunyai lebih dari satu siklus pengendapan / tektonik.
Pada prakteknya penyebutan siklus akan mewakili cekungan yang sederhana. Cekungan sederhana
atau rumit dapat diklasifikasikan dengan menganalisa sejarah geologinya dalam konteks tektonik
lempeng. Unsur-unsur penting dalam analisa sejarah tektonik adalah sekuen pengendapan,
bentukan cekungan tektonik dan modifikasi cekungan tektonik. Klasifikasi untuk cekungan
sederhana atau untuk mengenali keberadan siklus di polyhistory basin dapat menggunakan
diagram klasifikasi seperti di Gambar 9.
Elemen utama pertama dalam klasifikasi cekungan ini adalah sekuen pengendapan. Sebuah siklus
dedifinisikan sebagai pengendapan sedimen selama satu periode tektonik. Unit stratigrafi terkecil
(minimum) yang dapat disebut sebuah siklus harus diwjudkan dengan perkembangan cekungan
yang signifikan, bisa dalam ketebalan sedimen atau jangka waktu geologi. Asumsi ini memberikan
kemudahan untuk menyederhanakan unit-unit tipis endapan lereng atau endapan yang membaji,
yang kemungkinan terbentuknya memerlukan waktu yang lama, menjadi beberapa siklus saja atau
sebaliknya memisahkan endapan prograding yang tebal menjadi unit stratigrafi yang lebih mudah
dikenali. Gambar 10 menunjukan hubungan stage pengendapan dan siklus tektonik. Satu siklus
pengendapan diwakili oleh tiga stage pengendapan yang dicirikan stage pertama wegde base, stage
kedua wedge middle dan stage ketiga wedge top, tiga stage ini mewakili tiga elemen dari satu
wegde transgresi-regresi yang utama. Tiga stage dari satu siklus dapat didekati sebagai berikut :

1. Stage 1 dari siklus berhubungan dengan wegde base dari endapan darat. Hal ini yang paling
utama meliputi endapan dataran banjir, lagoon, dan endapan pantai, jika dapat dipisahkan. Tipe
batuan biasanya konglomerat darat, batupasir dan serpih. Batuan lainnya yang khas namun jarang
dijumpai adalah red beds, batubara, endapan volkanik, dan batugamping air tawar. Jika endapan
wegde base ini tebal dan lebih dari setengahnya endapan darat, dapat dikelompokan sebagai stage
1.

2. Stage 2 endapan laut wegde middle. Jenis batuan yang umum dijumpai disini adalahserpih laut,
batugamping dan batupasir. Semua garam yang masif termasuk di stage ini,secara teori endapan
evaporit yang tebal secara umum menunjukkan sebagai endapan lautatau minimal mengering di
pinggir laut atau ujung laut. Endapan evaporit yang massif mengindikasikan pengendapan di
interior basin. Batuan lain yang kadang dijumpaiadalah endapan volkanik, batubara laut, endapan
flysh dan turbidit lainnya, napal lautdalam dan endapan pelagik. Pada stage 2 ini kemungkinan
mengandung endapan daratdari lidah pengendapan darat yang tidak melebihi 50 % dari total
endapan.

3. Stage 3 adalah wegde top endapan darat dan berasosiasi dengan ketidakselarasan regional.
Secara litologi serupa dengan stage 1 lebih dari 50% endapan daratkonglomerat, batupasir, serpih,
red beds, batubara, batugamping air tawar, dan sedikitendapan evaporit. Ketidakselarasan di
bagian atas setelah pembajian atas termasuk dalam stage ini.
Deskripsi stage pengendapan harus mulai dari pusat siklus pengendapan di dalam Cekungan atau
dari bagian yang paling tebal dari wegde pada cekungan yang membuka ke arah laut terbuka.
Penampang untuk konsep wegde dapat dilihat di Gambar 10A, hal ini menjadi bukti bagian
cekungan yang dipelajari sangat jauh updip, setelah pembajian endapan laut, garis c, terlihat hanya
dua stage endapan darat yang bisa dikenali yaitu 3 dan 1, sebaliknya dengan gambar yang sama di
bagian jauh downdip, garis a, hanya stage 2 wedge laut yang bisa dideskripsi. Elemen utama kedua
dalam klasifikasi Kingston et al. (1983) adalah tektonik pembentuk cekungan yang mempunyai
tiga parameter yaitu pertama, jenis dan komposisi kerak dibawah cekungan, benua atau samudera,
jika ada intermediate biasanya bisa dipecahkan dengan berbagai cara; kedua, tipe pergerakan kerak
pembentuk cekungan yaitu divergen dan konvergen Pergerakan kerak transform tidak
dipertimbangkan dalam klasifikasi Kingston et al. (1983) karena pergerakan transform yang
sempurna saling menyamping sangat jarang membentuk cekungan. Konvergen dengan sudut kecil
terlihat sebagai wrench atau foldbelts dan divergen dengan sudut kecil terlihat sebagai sesar normal
atau saging . Parameter ketiga adalah posisi cekungan di kerak (di dalam atau di pinggir kerak)
dan struktur utama yang terlibat dalam cekungan ( sagging , normal faulting, atau wrench).
Kombinasi ketiga parameter secara teoritis memberikan 10 model cekungan sederhana. Dua
diantaranya yaitu OTA dan OF tidak dibahas dalam konteks model yang praktis karena kedua tidak
dipertimbangkan sebagai cekungan yang prospek migas, jadi hanya 8 siklus secara teoritis dan 8
siklus model praktis. Kedelapan siklus/cekungan sederhana terdiri dari 4 katagori utama dan 4
kategori minor ditinjau dari sudut eksplorasi migas, secara umum migas terbentuk di empat siklus
mayor di kerak benua. Keempat siklus mayor adalah interior sag (IS), interior fracture (IF), margin
sag (MS), wrench (LL), sedangkan yang minor adalah trench (T), trench associated (TA), oceanic
sag (SG) dan oceanic wrench (OSLL). Sebagai gambar keempat siklus mayor dapat dilihat di
Gambar 11 s/d Gambar 14.
Sebagain besar cekungan mempunyai lebih dari satu siklus ditambah perubahan peristiwaperistiwa
tektonik atau struktur penngubah. Cekungan yang mempunyai lebih dari satu siklus bisa didekati
dengan polyhistory basin dan jika sudah mengalami modifikasi tektonik atau struktur dapat
didekati secara terpisah. Elemen ketiga adalah tektonik pengubah cekungan. Cekungan atau siklus
yang terbentuk baik single atau polyhistory kemungkinan berubah di perjalanan evolusi tektonik.
Ada tiga jenis tektonik pengubah cekungan yaitu episodic wrench (L), adjacent (wrendh) foldbelt
(FB) dan complete folding dari sebuah cekungan (FB3) yang merupakan formasi foldbelt .
Episodic wrench (L) mewakili arti yang luas dari pergerakan lateral tidak berhubungan dengan
asal cekungan atau siklus. Episodic wrench terjadi oleh berbagai hal dan dijumpai di dalam
cekungan disemua kemungkin umur termasuk basement. Pergerakan itu bisa berasal dari zone
lemah yang berumur lebih tua yang bergerak secara periodik atau episodik merespon pergerakan
lempeng. Pergerakan lempeng diwujudkan oleh tumbukan lempeng, rotasi, fragmentasi atau
subduksi. Foldbelts disebabkan oleh konvergen dari dua atau lebih lempeng. Area cekungan yang
terperangkap dalam konvergen bisa semuanya terlipat atau sebagaian terlipat. Cekungan yang
tidak terlipat semuanya tidak termasuk dalam foldbelt tetapi wrench foldbelt , sedangkan yang
terlipat semuanya disebut formasi foldbelt (FB3). Adjacent (wrendh) foldbelt biasanya terletak
dibatas cekungan yang relatif tidak terlipat dan berkurang dengan jaraknya, dinotasikan sebagai
FB. Efek dari variasi perbedaan intensitas pergerakan lateral L dan variasi foldbelt dipinggir
cekungan digambarkan di Gambar 15. Beberapa hal yang perlu digarisbawahi
berhubungan dengan L dan FB adalah pertama pengaruh tektonik pengubah bervariasi, cekungan
sudah terbentuk terlebih dahulu oleh proses yang lain; kedua, episodic wrech (L) dapat berubah
menjadi wrench foldbelt (FB) sepanjang zonanya karena tingginya derajat / tingkat pergeserannya.
Beberapa foldbelt disebabkan oleh pergerakan pergeseran atau konvergen dengan sudut yang
rendah; ketiga, modifikasi ini lebih melihat perubahan kepada cekungan bukan melihat proses
wrench dan folbelt -nya. Sebagai contoh pergerakan wrench mungkin sangat intensif secara lokal
namun tidak merubah seluruh cekungan. Foldbelts (FB3) mewakili suture dimana lempeng pernah
atau sedang mengalami tumbukan. Tumbukan menghasilkan kompressi dan pergerakan shear yang
menyebabkan batuan terlipat dan tergeserkan. Jika batuan ultra mafik, serpentinit, rijang, volcanic
flysh dan sedimen laut dijumpai di foldbelt , diasumsikan bahwa kerak saumdera telah dihancurkan
oleh subduksi atau tumbukan lempeng dan foldbelt suture merubah semua yang tertinggal hanya
sisa sisa lempeng samodera. Enam jenis foldbelts (FB3) ditunjukkan di Gambar 15, model keenam
dari enam model disebut unknown model untuk mengakomodasi jika di alam masih ada cekungan
yang belum bisa diakomodasi dengan klasifikasi ini. Tiga dari enam yaitu FB3B, FB3F dab L3FB
telah diketahui memproduksikan migas. Penggunaan klasifikasi Kingston et al. (1983) pada
cekungan polyhistory dan cekungan yang sudah terubah oleh tektonik memakai pendekatan siklus
termuda dan tektonik yang merubah paling akhir dituliskan pada posisi yang pertama. Contoh :
siklus 1 adalah interior fracture, siklus 2 interior sag, kemudian tertutup oleh siklus ketiga MS dan
cekungan mengalami uplift hingga tilting menjadi asimetri maka jenis cekungan adalah:
Le/MS321/IS321/IF321. Contoh lain penggunaan klasifikasi ini dapat dilihat di Gambar 16
berhubungan dengan L dan FB adalah pertama pengaruh tektonik pengubah bervariasi, cekungan
sudah terbentuk terlebih dahulu oleh proses yang lain; kedua, episodic wrech (L) dapat berubah
menjadi wrench foldbelt (FB) sepanjang zonanya karena tingginya derajat / tingkat pergeserannya.
Beberapa foldbelt disebabkan oleh pergerakan pergeseran atau konvergen dengan sudut yang
rendah; ketiga, modifikasi ini lebih melihat perubahan kepada cekungan bukan melihat proses
wrench dan folbelt -nya. Sebagai contoh pergerakan wrench mungkin sangat intensif secara lokal
namun tidak merubah seluruh cekungan. Foldbelts (FB3) mewakili suture dimana lempeng pernah
atau sedang mengalami tumbukan. Tumbukan menghasilkan kompressi dan pergerakan shear yang
menyebabkan batuan terlipat dan tergeserkan. Jika batuan ultra mafik, serpentinit, rijang, volcanic
flysh dan sedimen laut dijumpai di foldbelt , diasumsikan bahwa kerak saumdera telah dihancurkan
oleh subduksi atau tumbukan lempeng dan foldbelt suture merubah semua yang tertinggal hanya
sisa sisa lempeng samodera. Enam jenis foldbelts (FB3) ditunjukkan di Gambar 15, model keenam
dari enam model disebut unknown model untuk mengakomodasi jika di alam masih ada cekungan
yang belum bisa diakomodasi dengan klasifikasi ini. Tiga dari enam yaitu FB3B, FB3F dab L3FB
telah diketahui memproduksikan migas. Penggunaan klasifikasi Kingston et al. (1983) pada
cekungan polyhistory dan cekungan yang sudah terubah oleh tektonik memakai pendekatan siklus
termuda dan tektonik yang merubah paling akhir dituliskan pada posisi yang pertama. Contoh :
siklus 1 adalah interior fracture, siklus 2 interior sag, kemudian tertutup oleh siklus ketiga MS dan
cekungan mengalami uplift hingga tilting menjadi asimetri maka jenis cekungan adalah:
Le/MS321/IS321/IF321. Contoh lain penggunaan klasifikasi ini dapat dilihat di Gambar 16.
Penentuan Jenis Cekungan Tektonik Langkah pertama yang diperlukan dalam klasifikasi
cekungan tektonik adalah peta tatanan tektonik dan evolusi tektonik stratigrafi dari cekungan yang
akan dievaluasi. Evolusi tektonik stratigrafi dapat berupa rekonstruksi back steping sejarah
geologi, kronostratigrafi. Semakin detail dan akurat data akan menghasilkan pengelompokan yang
lebih teliti. Untuk memahami klasifkasi cekungan tektonik apat didekati dengan menerapkan
klasifikasi Kingston et al. (1983) mengampil empat contoh dari cekungan yang berbeda. Sumatra
dan Jawa mewakili jenis cekungan yang sama, yaitu cekungan busur belakang atau Kingston et al.
(1983) mengklasifikasikan sebagai wrench (LL) dan trench associated (TA) (Gambar 14). Sumatra
sebagai berikut trench (T) di bagian selatan, Cekungan mentawai (TA), Cekungan Sumatra (LL)
dan Cekungan Malay (LL). Apakan Jawa dan Sumatra dengan klasifikasi yang sama mempunyai
polyhitory yang sama?. Dua cekungan ini akan didefinikan jenis cekungansecara lebih detail
berdasarkan tektonik stratigrafinya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Contoh yang kedua dan
ketiga berasal dari Indonesia Timur yaitu Cekungan Salawati dan Tomori. Cekungan ini
memberikan gambaran bagaimana klasifikasi polyhistory dapat menjawab pengaruh evolusi
tektonik dalam perubahan jenis cekungan. Keempat contoh ini dapat memberikan beberapa kunci
perbedaan penamaan jenis cekungan-cekungan di Indonesia Barat dan Indonesia Timur.
Cekungan Sumatera Utara berdasarkan Evolusi Tektonik stratigrafi dari Doust 2008 dapat
dikelompokan ke cekungan wrench merupakan La/LL321 Cekungan dalam kelompok konvergen
akibat wrench(LL) dan dengan stage sekuen pengendapan yang lengkap LL321 cekungan
terbentuk pada saat rifting Sumatra pada Eocene-Oligocene konfigurasi cekungan Stage 1
kemungkinan besar sebagai source rock dan reservoir, stage 2 sebagai reservoir dan seal, Adanya
episodic wrench kemungkinan akan mempengrahui secondary migrasi
Cekungan Jawa Timur Utara memperlihatkan gejala perkembangan cekungan LL yang lain.
Setalah siklus wrench dengan stage lengkap (LL321) ditandai dengan pengangkatan cekungan dan
erosi di pinggir cekungan, dilanjutkan adjacent foldbelt dipinggir selatan cekungan menyebabkan
gejala enchelon fold ? (FBd) , pada khirnya endapan darat Kuarter (LL1) mulai menutup cekungan
ini (Gambar 18).
Cekungan Salawati mewakili dari Indonesia Timur mempunyai cekungan yang sangat tua dari
Permian sampai Pliosen. Namun demikian data-data Tersier jauh lebih lengkap dibanding datadata
batuan berumur lebih tua. Rekonstruksi sejarah geologi terbatas juga di Tersier. Cekungan Tersier
Salawati bertipe Lf/FBd/MS32/FBc, batuan lebih tua kemungkinan diendapkan pada tipe
cekungan MS321?/FBc?/MS2?. Secara lengkap Cekungan Salawati dapat dikelompokan sebagai
Lf/FBd/MS32/FBc/MS321?/FBc?/MS2?, yaitu cekungan marginal sag yang mengalami wrench
foldbelt sehingga membentuk lipatan di pinggir cekungan, di akhir pembentukan terjadi adjancent
wrench yang sangat kuat sehingga foldbelt semakin kuat Gambar 19.
Penamaan cekungan akan semakin kompleks jika evolusi tektonik tektoniknya tidak sederhana,
sebagai contoh untuk Sulawesi sekitar Tomori ke timur (Gambar 20). Pada awalnya evolusi
tektonik dari Australia merupakan rifting di kerak benua dapat dikelompokkan sebagai interior
fracture dengan kemungkinan mempunyai stage 1 s/d 3 dari sekuen pengendapan (IF321) sebagai
siklus 1, siklus kedua pada passive margin atau margin sag kemungkinan stage 2 berkembang
karena jauh dari tepi cekungan sebelah (MS2). Siklus ini terjadi sampai Miosen Awal, berlanjut
dengan fase tumbukan dengan posisi di pinggir kerak berupa subduksi menghasilkan endapan
berasosiasi dengan trench (TA). Setelah periode tumbukan kerak benua atau fase kompressi terjadi
episodic wrench dan wrench foldbelt yang merubah tatanan tektonik, terjadi pengangakatan,
erosional , wrench sehingga merubah posisi dan jenis cekungan. Cekungan berubah menjadi
Fbe/Lf/TA/MS2 di bagian barat, LL1(?)/FBc/MS2/La/IF321 di bagian tengah dan terdapat
cekungan baru IF dan MS berada di atas cekungan yang lain. Gambar 20.

Penentuan jenis cekungan dengan klasifikasi Kingston et al. (1983) dapat secara mudah dilakukan
di cekungan sederhana maupun cekungan kompleks. Cekungan kompleks dapat didekati dengan
polyhistory. Penentuan cekungan secara rinci dapat melihat evolusi tektonik di cekungan tersebut.
Sebagai contoh Jawa dan Sumatra, meskipun sama-sama dikelompokan dalam cekungan wrench
(LL) namun evolusi tektoniknya sangat lain dan dapat terekam dalam penamaan jenis cekungan
(Gambar 17 dan 18). Perbedaan evolusi tektonik Cekungan Indonesia Timur dan Cekungan
Indonesia Barat dapat didefinisikan dengan baik oleh penentuan dan penamaan dengan klasifikasi
ini. Cekungan Indonesia Barat dimulai dari jenis wrench (LL), dan trench associated (TA) dengan
tektonik pengubah cekungan adjacent wrench (L) dan wrench foldbelt (FB). Cekungan Indonesia
Timur dimulai dari interior fracture (IS) atau margin sag (MS) yang mengalami adjacent wrench
(L) dan wrench foldbelt (FB) atau berubah lebih kompleks menjadi LL, TA atau menjadi cekungan
baru IF seperti yang terjadi di Cekungan Tomori (Gambar 20). Evolusi cekungan tektonik
Cekungan Tomori sangat kompleks, dari MS e IF dan LL, disebabkan oleh perubahan batas
lempeng yang sangat dinamis, beda halnya dengan Cekungan Salawati yang cenderung
mempertahankan kehadiran MS. Hal dapat dijadikan titik awal untuk pendefinisikan tatanan
tektonik Indonesia Tengah secara rinci melalui pendekatan penentuan jenis cekungan tektonik.
Kehadiran tektonik pengubah cekungan L dan FB (FB3) memberi gambaran tektonik yang terjadi
setelah cekungan terbentuk. Hal ini sangat penting dalam interpretasi sistem petroleum di
cekungan yang ada. Ketidakpastian migrasi minyak dan gas bumi menjadi lebih tinggi ketika
intensitas L, FB dan FB3 sangat tinggi. Kelengkapan sekuen pengendapan stage 1 s/d stage 3 di
satu siklus bermanfaat untuk memprediksi kehadiran batuan induk, reservoir dan batuan penutup
dalam satu sistem petroleum. Stage 1 yang lebih dari 50 % endapan transisi dan darat, fluvio deltaik
dan endapan transisi lain, sangat mungkin sebagai batuan induk dan potensi reservoir yang
terbatas. Stage 2 lebih endapan lebih ke arah laut memungkinan kehadiran reservoir dan batuan
penutup yang lebih luas. Stage 3 hampir sama dengan stage 1 dengan umur yang lebih muda.
Dalam konteks ekplorasi migas kehadiran stage secara lengkap akan menurunkan tingkat
ketidakpastian.

Anda mungkin juga menyukai