1 PB PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN PENYE DI AAN I NFRASTRUKTUR DRAINASE KOTA

KETAPANG DENGANME NGGUNAKAN SIG DAL AM ME NDUKUNG


KEBIJAKAN PE MERINTAH KAB UPATEN KETAPANG
Usti rustam efendi1),marsudi2),slamet widodo3)

ABSTRAK

Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara
optimal. Studi pendahuluan dilakukan terlebih dahulu dengan melakukan studi pustaka yang berasal dari buku,
jurnal dan literatur. kemudian data sekunder berupa data yang didapay dari instansi yang berkait yaitu, data curah
hujan selama 10 tahun.
Hasil Evaluasi Debit Saluran dengan Debit Rencana Saluran Drainase Periode Ulang 5 Tahun yang di tinjau pada
kabupaten ketapang, dengan debit rencana di peroleh hasil Q pada masing-masing zona, sehingga didapatkan
besar penampang pada tiap zona dan selanjutnya dibandingkam dengan dranase eksisting, maka dapat di tarik
kesimpulan bahwa terdapat beberapa drainase yang tidak dapat lagi menampung air hujan pada kawasan tersebut
sehingga di perlukan penambahan dimensi ulang pada drainase tersebut agar drainase itu dapat dan mampu
menampung air hujan dengan baik sehingga tidak lagi menimbulkan banjir di kawasan tersebut.
Pengerjaan dengan mengunakan software Arcgis 10.3 dapat banyak membantu dalam mengidentifikasi
pemetaan kota Ketapang jaringan drainase, kontur, catchment area dan tata guna lahan. Pengambilan data ini
berdasrkan data citra satellite resulusi tinggi yaitu quick bird yang berfungsi sebagai pendataan jaringan drainase
data base dan tata guna lahan. Untuk kontur dan catchment area mengunakan data Shuttle Radar Topography
Mission(SRTM) dan Digital Elevation Model (DEM) sebagai peran mendukung analisa peta hidrologi,
kemiringan lereng.
Kata Kunci :Saluran Drainase, Sistem Informasi Geografis dan tutupan lahan
1.1 PENDAHULUAN bertambah dan saluran-saluran drainase di tutup
Kota Ketapang terbentuk dari Rencana sehingga menimbulkan banjir. Permasalahan
Detail Tata Ruang Kota yang dimana proses
tersebut berdasarkan supply dan demand dalam banjir sendiri merupakan kejadian klasik yang
suatu daerah untuk menata dengan baik dari sudah ada di perkotaan besar, banjir adalah efek
lahan yang terbangun sampai lahan tidak yang ditimbulkan akibat lahan resapan menjadi
terbangun. Masterplan Drainase di Kota lahan terbangun sehingga kapasitas resapan
Ketapang masih tidak ada sehingga dalam semakin berkurang. Perlu adanya perhatian
pembangunan masih belum berjalan dengan khusus pemerintah daerah kota Ketapang dan
baik, dengan perkembangan kota dan kebutuhan masyrakat agar dapat membantu terjaga, banjir
kota tingkat kapasitas jalan semakin bertambah sendiri di dasari dari lahan resapan yang
dan transportasi semakin bertambah. Faktor itu berkurang, drainase yang buruk, lahan
mengakibatkan volume badan jalan semakin terbangun semakin bertambah.Dalam rancangan
pembuatan Sistem Informasi Geospasial (SIG)
1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil Untan
2. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
3. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
drainase perkotaan harus mengidentifikasi 2. Mewujudkan arahan yang baik dalam
drainase untuk mengetahui jumlah database meneliti kondisi drainase dalam merencakan
jaringan drainase. Banyak yang menjadi kedepannya
permasalahan dan kendala dalam sistem
drainase perkotaan. 1.4 BATASAN MASALAH
Mulai dari sampah, sungai tercemar, 1. Tidak meneliti jaringan drainase sampai
pembuangan limbah di saluran drainase, hingga keseluruhan Kabupaten Ketapang, hanya
banjir. Selain itu faktor pertambahan penduduk meneliti kota Ketapang yang berdasarkan
juga ikut memberikan kontribusi dalam RDTR kota Ketapang.
permasalahan sistem drainase di perkotaan. 2. Mendata permasalah drainase yang sistem
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang teknis dan non teknis buruk berdasarkan
begitu cepat menyebabkan perubahan tata guna permodelan sistem GIS
lahan. Banyak lahan yang awalnya berupa 3. Tidak membuat penampang dan DED semua
daerah resapan, kini telah berubah menjadi saluran hanya menjelaskan secara statistic dari
kawasan pemukiman, industri, perkantoran dan hasil drainse untuk jangka kedepannya
perdagangan. Dampak yang nyata dari berdasarkan kondisi tata ruang yang sudah di
perubahan tata guna lahan tersebut adalah tetapkan
meningkatnya aliran permukaan sekaligus 4. Menjelaskan secara pemetaan dengan
menurunkan resapan air tanah. Selanjutnya mengunakan software sistem informasi
akibat yang timbul adalah distribusi air yang geopspasial.
timpang antara musim penghujan dengan musim 2.1 TINJAUAN TEORI
kemarau. Debit banjir meningkat dan ancaman Menurut hasil studi yang sebagai pedoman
kekeringan semakin nyata. Bencana banjir literature tesis sebagai berikut :
maupun kekeringan telah menimbulkan 2.2 Undang-Undang Republik Indonesia No.4
kerugian yang sangat besar. Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial
1.2 RUMUSAN MASALAH Informasi Geospasial (IG) merupakan alat
1. Bagaimana penyusunan data base drainase bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan
dalam sistem permodelan sistem informasi keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang
geospasial (SIG) ? berhubungan dengan ruang kebumian. IG sangat
2. Bagaimana pengembangan drainase kota berguna sebagai sistem pendukung pengambilan
Ketapang dalam sistem informasi geospasial kebijakan dalam rangka mengoptimalkan
(SIG) ? pembangunan di bidang ekonomi, sosial,
1.3 TUJUAN budaya, dan ketahanan nasional, khususnya
1. Memudahkan dalam arahan pengembangan dalam pengelolaan sumber daya alam,
sistem drainase perkotaan Ketapang dalam penyusunan rencana tata ruang, perencanaan
meniliti potensi dan masalah lokasi investasi dan bisnis perekonomian,
penentuan garis batas wilayah, pertanahan, dan
1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil Untan
2. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
3. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
kepariwisataan. IG juga merupakan informasi Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yang amat diperlukan dalam penanggulangan adalah survey sekunder dan survey primer lokasi
bencana, pelestarian lingkungan hidup, dan kegiatan berada di Kota Ketapang Kabupaten
pertahanan keamanan. Ketapang.
Dengan menyadari pentingnya IG dalam 3.2 Metode Analisis Deskriptif – Kualitatif
pembangunan di berbagai sektor, IG harus Metode analisis data yang akan digunakan
dijamin kemutakhiran dan keakuratannya serta dalam penelitian ini adalah metode analisis
diselenggarakan secara terpadu. Hal ini untuk deskriptif dan analisis kualitatif untuk
menghindari adanya kekeliruan, kesalahan, dan mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan,
tumpang tindih informasi yang berakibat pada fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi
ketidakpastian hukum, inefisiensi anggaran saat penelitian berlangsung dengan
pembangunan, dan inefektivitas informasi. IG menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi.
secara umum bersifat terbuka dan harus mudah Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan
diakses oleh para pengguna sehingga secara data yang bersangkutan dengan situasi yang
optimal dapat dimanfaatkan. Keterbukaan IG sedang terjadi, sikap serta pandangan yang
juga menjadi jaminan adanya pelayanan publik terjadi di dalam suatu masyarakat, pertentangan
yang baik oleh aparat pemerintah dalam antara dua keadaan atau lebih, hubungan antar
menyediakan IG bagi kepentingan masyarakat. variable yang timbul, perbedaan antar fakta
2.3 Permen PU No.12 Tahun 2014 Tentang yang ada serta pengaruhnya terhadap suatu
Sistem Drainse Perkotaan kondisi, dan sebagainya.
Sistem teknis drainase perkotaan 4.2.1 Analisis Drainase
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Menghitung nilai simpangan baku (S),
merupakan jaringan drainase perkotaan yang kepencengan (Cs) dan koefisien puncak (Ck)
terdiri dari saluran induk/primer, saluran untuk menentukan Metode Frekuensi Curah
sekunder, saluran tersier, saluran lokal, Hujan mana yang sesuai untuk dipakai dalam
bangunan peresapan, bangunan tampungan perencanaan ini, Dibawah ini adalah rumus-
beserta sarana pelengkapnya yang berhubungan rumus yang dipakai dalam perhitungan ini:
secara sistemik satu dengan lainnya.
Sistem non teknis drainase perkotaan S
 ( xi  x) 2

n 1
 
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
n x  x
3
merupakan dukungan terhadap sistem teknis
Cs 
drainase perkotaan terkait dengan pembiayaan, (n  1)(n  2) S 3
peran masyarakat, peraturan perundang-
Ck 

n2  x  x  4

undangan, institusi, sosial ekonomi dan budaya,


(n  1)(n  2)(n  3) S 4
dan kesehatan lingkungan permukiman.

3.1 METODE PENELITIAN 3.2.2 Analisis Kependudukan

1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil Untan


2. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
3. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
Menurut Adioetomo dan Samosir (2010),
metode eksponensial menggambarkan
pertambahan penduduk yang terjadi secara
sedikit-sedikit sepanjang tahun, berbeda dengan
metode geometrik yang mengasumsikan bahwa
pertambahan penduduk hanya terjadi pada satu
saat selama kurun waktu tertentu. Alasan dalam
pemilihan dalam mengunakan metode
Gambar 1 Proses Metode Overlay
exponensial adalah Laju pertumbuhan penduduk
eksponensial menggunakan asumsi bahwa
pertumbuhan penduduk berlangsung terus-
menerus akibat adanya kelahiran dan kematian
3.3 Metode Deskriptif - Preskriptif
di setiap waktu. Formula yang digunakan pada
Metode analisis data yang akan digunakan
metode eksponensial adalah:
dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
dan analisis preskriptif. Teori preskriptif adalah goal
oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free.
3.2.3 Analisis Tutupan Lahan Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran
Standar Nasional Indonesia (SNI) preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan,
7645:2010, Klasifikasi penutup lahan ini berisi sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan
kumpulan klasifikasi dan deskripsi penutup untk memberikan hasil.
lahan di Indonesia pada peta tematik penutup
lahan skala 1:1.000.000, 1:250.000, dan 4.3.1 Analisis Kesesuaian Lahan
1:50.000 atau 1:25.000. Penetapan klasifikasi Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian,
penutup lahan dalam standar ini dimaksudkan penggunaan lahan yang tidak cocok dengan
untuk mengakomodasi keberagaman kelas kemampuannya perlu direkomendasikan
penutup lahan yang pendetailan kelasnya perubahan penggunaannya, atau diterapkan
bervariasi antar-shareholders. Kelas-kelas teknologi sesuai dengan syarat yang diperlukan
penutup lahan yang dimuat dalam standar ini oleh lahan tersebut, sehingga lahan tidak rusak
merupakan kelas-kelas umum yang melibatkan dan dapat digunakan secara lestari. Lahan yang
berbagai sector. penggunaannya cocok dengan kemampuannya
tidak perlu diubah penggunaannya analis
kesesuaian lahan ini perlu di bandingkan dengan
peta pola ruang antara peta tata guna lahan demi
mengidentifikasi arahan kedepannya.
3.3.2 Analisis Zoning Regulotion

1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil Untan


2. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
3. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
Dalam penyusunan wilayah harus melewati sungai. Sungai besar juga merupakan tempat
zonasi di dalam penyusunan zonasi sendiri pembuangan akhir pada saluran drainase dan
memudahkan dalam perencanaan dan arahan dilalui pula DPS (Daerah Pengaliran
untuk melakukan kajian kedepannya. Penentuan Sungai). Pada dasranya, fungsi drainase
zonasi di bagi sebagai berikut ; untuk membebaskan suatu wilayah terutama
 Zonasi dalah pembagian kawasan kedalam wilayah padat permukiman dari genangan
beberapa zona sesuai dengan fungsi dan air maupun banjir. Berdasarkan hasil
karakteristik semula atau diarah kan bagi pengamatan citra satellite tahun 2016 data
pengembangan fungsi-fungsi lain tata guna lahan eksisting yang terkoreksi di
 Peraturan zonasi adalah ketentuan yang dominasi oleh lahan tidak terbangun seperti
mengatur tentang persyaratan pemanfaatan hutan, perkebunan dan pertanian. Untuk
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan lahan terbangun masih di dominasi oleh
disusun untuk setiap blok/zona peruntukan permukiman dan jalan.
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci
tata ruang.

Gambar 3 Kondisi Genangan


Kota Ketapang

Tabel 1 Jaringan Drainase Kota Ketapang 2017

No Status Panjang_M
1 Saluran Sekunder 216257.45
Gambar 2 Zonasi Wilayah
2 Saluran Primer 68693.31
3 Tidak Ada Drainase 157048.41
4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah 441999.17
Sumber : hasil lapangan 2017
Konsep hasil dan pembahasan dalam bagian
ini hasil penelitian itu ditafsirkan lagi dalam
hubungan dengan hipotesis atau pernyataan
penelitian.

4.2 Gambaran Umum Kota Ketapang


Drainase merupakan saluran pembuangan
yang mengalirkan air hujan dan air buangan
rumah tangga ke tempat penampungan atau Gambar 3 Peta Jaringan Drainase
ke tempat pembuangan terakhir yaitu ke Kota Ketapang

1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil Untan


2. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
3. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
2 2018 144313
3 2019 145459
4 2020 156473
5 2021 161206
6 2022 158946
7 2023 170066
8 2024 174228
9 2025 179453
10 2026 184130
Sumber: Hasil Analisa 2017

Berdasarkan hasil analisis proyeksi


penduduk Data proyeksi Penduduk Kota
Ketapang mengalami penurunan di tahun
2022 faktor ini disebabkan data di tahun
2012 mengalami penurunan sehingga
Gambar 3 Peta Tata Guna Lahan mengalami dampak dari proyeksi dan untuk
Kota Ketapang
di tahun-tahun lain mengalami peningkatan
secara perlahan.
Tabel 2Tata Guna Lahan Kota Ketapang 2017
No
TGL Luas_Km
1 RTH Private 0.784 4.4 Analisis Tutupan Lahan
2 Pemerintahan dan
Pelayanan Umum 0.612 Tutupan lahan adalah kenampakan
3 Perdagangan dan Jasa 0.621
4 Peribadatan 0.031
material fisik permukaan bumi. Tutupan
5 Olahraga 0.039 lahan dapat menggambarkan keterkaitan
6 Perairan 7.743
7 Pertanian 57.870 antara proses alami dan proses sosial.
8 Industri 0.594
9 Jalan 1.144 Tutupan lahan dapat menyediakan informasi
10 Pendidikan 0.169
11 Hutan 29.849 yang sangat penting untuk keperluan
12 Perkebunan 46.208
pemodelan serta untuk memahami fenomena
13 RTH Public 0.000
14 Makam 0.023 alam yang terjadi di permukaan bumi.
15 Permukiman 3.890
Jumlah 149.577 Informasi tutupan lahan yang akurat
Sumber : hasil lapangan 2017
merupakan salah satu faktor penentu dalam

4.3 Analisis Kependudukan meningkatkan kinerja dari model-model

Proyeksi jumlah penduduk Kota hidrologi.

Ketapang 10 tahun kedepan menggunakan Citra multi spektral Landsat dengan resolusi

data jumlah penduduk 10 tahun terakhir spasial 30m memiliki beberapa band yang

yaitu tahun 2007-2016. Pada 10 tahun karakteristiknya berbeda-beda:

terakhir jumlah penduduk mengalami  Band 1 0.45 – 0.52 mm: Band biru ini

kenaikan dan penurunan. Jumlah penduduk memiliki informasi yang tinggi terhadap

Kota Ketapang 10 tahun terakhir tubuh air jadi sangat sesuai untuk
Tabel 3Proyeksi Penduduk Ketapang 2017 penggunaan lahan, tanah dan vegetasi.
No Tahun Jumlah Penduduk  Band 2 0.52 – 0.60 mm: Band hijau ini
1 2017 140362
memiliki informasi mengenai vegetasi
1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil Untan
2. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
3. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
selain cocok untuk penggunaan lahan, berkurang, untuk klasifikasi lahan terbangun
jalan dan air namun sesuai pula untuk mengalami kenaikan akibat pertumbuhan
diskriminasi dan assesmen vegetasi. penduduk dan perkembangan bangunan
Dimana tanaman-tanaman yang kurang terus bertambah serta untuk klasifikasi lahan
sehat dapat diketahui karena absorbsi perairan mengalami naik turun akibat
cahaya merah oleh klorofil menurun pengaruh air pasang surut
atau refleksi pada daerah merah naik 4.5 Analisis Hidrologi
sehingga menyebabkan daun berwarna Analisis hidrologi bertujuan untuk
kuning memperoleh debit puncak limpasan hujan
 Band 3 0.63 – 0.69 mm: Band merah ini (Qp) yang akan dialirkan dalam saluran
memiliki informasi mengenai perbedaan drainase. Untuk daerah pengaliran kecil dan
antara vegetasi dan non vegetasi, waktu konsentrasi alirn yang pendek Qp
misalnya dapat dilihat adanya dapat dihitung dengan menggunakan rumus
perbedaan antara vegetasi dengan tanah rasional. Digunakan Metode Rasional karena
khususnya pada daerah urban. metode ini dapat digunakan untuk
Metode dalam tutupan lahan adalah menghitung debit puncak sungai atau
Klasifikasi terbimbing merupakan metode saluran namun dengan daerah pengaliran
yang dipandu dan dikendalikan sebagian yang terbatas (I Made Kamiana, 2011).
besar atau sepenuhnya oleh pengguna dalam 4.5.1 Curah Hujan
proses pengklasifikasiannya. Intervensi Untuk perhitungan analisa hidrologi
pengguna dimulai sejak penentuan training menggunakan data curah hujan tahun 2007
area hingga tahap pengklasterannya. sampai dengan tahun 2016. Yang didapat dari
Klasifikasi terbimbing dalam hal ini data hujan tahunan dan di ambil data hujan
mensyaratkan kemampuan pengguna dalam yang maksimum pertahunnya
penguasaan informasi lahan terhadap areal Tabel 4Curah Hujan Kota Ketapang
Tahun 2007-2016
kajian. No. Tahun CH Max (Rata2-CH (Rata2-CH
Tabel 4Tutupan Lahan Kota Ketapang max) max)2
Tahun 2007-2016 1 2007 65.7 9.06 82.08
Klasifikasi 2007 2011 2016 2 2008 77.8 -3.04 9.24
3 2009 80.200 -5.44 29.59
Lahan Tidak 135.537 134.959 134.659 4 2010 95.9 -21.14 446.90
Terbangun 5 2011 60.4 14.36 206.21
Perairan 7.620 7.613 7.619 6 2012 71.5 3.26 10.63
Lahan Terbangun 6.420 7.005 7.299 7 2013 80.1 -5.34 28.52
Jumlah 149.577 8 2014 73.2 1.56 2.43
Sumber: Hasil Analisa Landsat2007-2016 9 2015 72.2 2.56 6.55
Berdasarkan trend tutupan lahan lahan 10 2016 70.6 4.16 17.31
Rata-Rata 74.76
Kota Ketapang tahun 2007-2016 untuk SR 0.854728027
klasifikasi lahan tidak terbangun mengalami K 0.719460368
RT 75.37494294
penurunan akibat dari pembangunan Sumber : Hasil Analisa Perhitungan 2017

sehingga lahan tidak terbangun menjadi 4.5.2 Catchment Area

1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil Untan


2. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
3. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
Berdasrkan hasil analisis sistem informasi
geospasial catchment area kota Ketapang
berjumlah 131 daerah yang menjadi daerah
tangkapan. Dasar area catchment area ini
menjadi dasar perhitungan drainase C.I.A
yang akan menjadi penentuan lokasi akan di
bagi berdasarkan zona berdasarkan yang
sudah di analisa sistem informasi geospasial.

Gambar 6 Peta Catchment Area


Kecamatan Area Muaa Pawan

4.5.3 Intensitas Curah Hujan


Di dalam tugas ini, Intensitas Hujan
dicari dengan menggunakan Metode
Mononobe. Apabila data curah hujan yang
tersedia adalah curah hujan harian
Gambar 4 Peta Catchment Area
Kecamatan Delta Pawan maksimum dan daerah pengalirannya kecil
maka i dapat dihitung dengan rumus
monobe. Digunakan Metode Monobe karena
diasumsikan keadaan hujan dengan durasi (
lamanya waktu ) hujan yang relatif pendek.
Tabel 5 Kemiringan Rata-Rata Saluran
Kemiringan rata-rata dasar Kecepatan rata-rata
saluran (m/s)
<1 0.4
1–2 0.6
2–4 0.9
4–6 1.2
6 – 10 1.5
10 – 15 2.4
Sumber : Hasil Analisa SIG 2017
4.5.4 Saluran Drainase
Gambar 5 Peta Catchment Area
Kecamatan Benua Kayong Berdasarkan pengamatan Kota Ketapang
untuk saluran drainase untuk eksisting di
temukan saluran drainase yang tersumbat,
tidak terhubung, tidak terawat, penuh
sedimentasi dan belum adanya drainase di
buat. Berdasarakan data yang sudah di input
dalam sistem informasi geospasial. Untuk
menentukan tc dapat dilihat sebagai berikut :

1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil Untan


2. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
3. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
Tabel 6 Waktu Konsentrasi (tc) pada blok Gambar 5 Grafik Zona 2-70 Terhadap Waktu
pengaliran dan ruas saluran drainase Konsentrasi (tc)
Kode tc tc (jam) sb
Saluran (V) (menit)
2A 1.5 10.98889 0.183148 0.00809
Sumber : Hasil Perhitungan 2017

Saluran 2A berada pada zona 2 dan memiliki


panjang drainase 989 meter dengan elevasi
(kontur) 8 meter, maka kecepatan rata-rata
pada saluran adalah 1.5 sesuai dengan Tabel
6. sehingga dapat dihitung waktu
konsentrasi dengan cara membagi panjang
saluran dengan 60 kalikecepatan rata-rata
saluran dan didapatkan waktu konsentrasi
pada saluran 2A sebesar 10.98 menit atau
0.183 jam. Kemiringan rata-rata saluran (sb) Gambar 6Grafik Zona 71-129 Terhadap Waktu
Konsentrasi (tc)
dapat dihitung dengan membagi kontur dan
panjang saluransehingga didapatkan Waktu konsentrasi (tc) pada setiap zona

kemiringan rata-rata saluran 2A sebesar mengartikan lamanya air melimpas dari

0.00809. permukaan tanah menuju saluran hingga

Tabel 7 Waktu Konsentrasi Zona (tc) limpasan air mengalir dari hulu drainase ke
ZONA tc (jam) hilir drainase. Dapat dilihat pada gambar
2 1.175 diatas bahwa waktu konsentrasi pada zona 2
Sumber : Hasil Perhitungan, 2017
hingga zona 129 rata-rata selama 3 jam
Waktu konsentrasi (tc) pada setiap zona
namun pada zona 112 memiliki waktu
ditentukan dengan menjumlahkan waktu
konsentrasi selama 19 jam. Hal ini
konsentrasi (tc) pada setiap saluran yang ada
disebabkan oleh luasnya daerah tangkapan
pada zona tersebut. Pada zona 2 didapatkan
dan panjangnya saluran sehingga air
waktu konsentrasi sebesar 1.175 jam
membutuhkan waktu untuk melimpas dan
mengalir lebih lama.Waktu konsentrasi ini
yang mempengaruhi besar kecilnya
intensitas hujan suatu zona.
Tabel 8 Intensitas Hujan (i)

Zona Rt tc (Jam) i(m/detik)


2 75.37494 1.936852 0.00000395
Sumber : Hasil Perhitungan, 2017

Intensitas hujan (i) dihitung setelah


mendapatkan nilai curah hujan rencana (RT)
dan nilai waktu konsentrasi pada setiap zona

1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil Untan


2. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
3. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
dengan cara menggunakan rumus Monobe di Setelah didapatkan nilai Intensitas hujan (I)
bawah ini : dan Koefisien limpasan permukaan (Cblok),
I=R_24/24 (24/t)2/3 maka dapat dihitung debit puncak (Qp) yang
I=75.37/24 (24/1.93)2/3 akan digunakan untuk mendapatkan nilai
I=0.00000395 m/detik dimensi penampang saluran dengan
4.6 Analisis Rencana Zona menggunakan rumus :
Penentuan Zona Drainase ini berdasarkan Tabel 10 Debit Puncak (Qp)
TGL C CxA A CA C
hasil analisis hidrolgy sistem informasi (Km2) blok
geospasial yang hasil akhirnya adalah Jalan 0.7 0.003
Permukiman 0.6 0.16 0.82
catchment area, bahwa catchment area ini Perdagangan 0.6 0.03
Dan Jasa
akan menjadi dasar dari zoning drainase Taman 0.1 0.00 0.25 0.30
Hutan 0.1 0.05
untuk rencana kedepannya. Batas drainase Bakau
Sumber : Hasil Perhitungan, 2017
tidak bisa di ambil melalui secara batas
administrasi karena drainase mengikuti
Besar Qp untuk setiap blok pengaliran dan
kondisi topography. Perencanaan drainase
ruas saluran yang akan digunakan dalam
berdasarkan rencana tata ruang yang sudah
perencanaan saluran drainase serta bangunan
di tetapkan oleh pemerintah daerah dan dari
pelengkapnya ditampilkan, hasil analisa di
hasil kajian mengutamakan rtencana
lampirkan melalui Microsoft excel.
kedepan berdasarkan Rencana Detail Tata
4.6.3 Perhitungan Dimensi Drainase
Ruang Kota Ketapang
Bentuk penampang saluran di kota ketapang
4.6.1 Saluran Drainase
adalah segi empat. Perhitungan dimensi ini
Nilai C ditentukan berdasarkan jenis
meliputi tinggi saluran (Yn), lebar saluran
penggunaan laha pada setiap blok
(b), luas penampang saluran (A) dan keliling
pengaliran. Penentuan nilai C harus
basah saluran (P) yang masing-masing dapat
memperhatikan kemungkinan perubahan tata
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
guna lahan. Nilai C untuk setiap blok
Tabel 4.22 Dimensi Penampang Saluran
pengaliran dapat dilihat pada tabel berikut :
Kode Qp Sb yn b A P
Tabel 9 Saluran m3/ s m m m m2 m
Nilai koefisien limpasan permukaan (C) pada setiap blok 2A 0.27 0.03 1.06 2.13 2.26 4.25
rencana pengaliran Kota Ketapang Sumber : Hasil Perhitungan, 2017
A TGL C CxA A CA Cblok
(Km2) (Km2) Zona 2 memiliki debit puncak (Qp) sebesar
0.004 Jalan 0.7 0.003
0.82
0.27 m3/detik sehingga ukuran dimensi
0.27 Permukiman 0.6 0.16
berupa luas penampang (A), tinggi saluran
0.05 Perdagangan 0.6 0.03
Dan Jasa 0.25 0.30 (yn), lebar saluran (b) dan keliling basah
0.02 Taman 0.1 0.00
saluran (P) dapat ditentukan dengan
0.47 Hutan 0.1 0.05
Bakau menggunakan rumus :
Sumber : Hasil Perhitungan, 2017
4.6.2 Debit Puncak Limpasan Hujan (Qp)
A = 1,682

1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil Untan


2. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
3. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
. /
= 1,682 /
.

= 2.26 m2
/
Yn = 0,917 /
. /
= 0.917 /
.

= 1.06 meter
b = 2 . yn
= 2 . 1.06 m
= 2.13 meter
P = b + 2. Yn Gambar 8 Peta Drainase Kota Ketapang
= 2.13 m + 2 . 1.06 m Berdasarkan hasil kondisi eksisting masih di
= 4. 25 meter
dominisi lahan tidak terbangun berdasarkan
Ukuran ini akan menyesuaikan dengan debit tata ruang untuk kedepannya di dominasi
air yang mengalir di saluran sehingga dapat oleh hutan bakau, yang dimana zona 2
dilihat perhitungan dimensi drainase, hasil mempunyai resepan air yang tinggi. Jadi
analisa di lampirkan melalui Microsoft excel untuk permasalahan masih bisa terbantu
karena kawasan hijau masih besar.
5.1 Kesimpulan Dan Saran
5.1.1 Kesimpulan
Perhitungan penampang drainase yang
berbentuk segi empat pada setiap zona
memiliki ukuran dimensi penampang yang
beragam, hal ini di pengaruh oleh debit
puncak pada setiap zona, intensitas hujan,
koefisien limpasan (run off) yang memiliki
nilai berbeda-beda sesuai dengan tata guna
lahan dan luas daerah tangkapan. Ukuran
drainase yang besar seperti yang terdapat
Gambar 7 Peta Rencana Drainase Zonasi 02
pada zona 2 , 3, 14 dan 103 dipengaruhi oleh
debit puncak yang besar sehingga ukuran
drainase harus lebih besar agar dapat
menampung dan mengalirkan limapasan air
yang terdapat pada zona-zona tersebut.
Daerah tangkapan sendiri juga memiliki
faktor penyebab besarnya ukuran drainase
karna semakin besar daerah tangkapan air

1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil Untan


2. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
3. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
pada zona tersebut tentu akan meningkatkan Date Satelite 2007-2016
nilai debit puncak tiap-tiap zona. Zona Shuttle Radar Topography Mission (SRTM)
dengan daerah yang memiliki tata guna Date Satelite Topograhphy 2016 .
lahan dengan koefisien yang besar juga Rencana Detail Tata Ruang Kota Ketapang
berpengaruh pada nilai debit puncak pada Tahun 2009
tiap-tiap zona. M. Masduki Hardjosuprapto, 1996. Desain
5.1.2 Saran Drainase Perkotaan Vol.1. Bandung
Pada daerah yang sudah memiliki saluran : ITB Press.
drainase perlu dilakukan usaha peningkatan Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan
kapasitas saluran dengan cara memperlebar, Pengelolaan Derah Aliran Sungai.
memperdalam, atau merubah slope saluran Yogyakarta : Universitas Gajah
sehingga kapasitas saluran drainase yang ada Mada Press.
bisa memenuhi untuk mengalirkan air yang ESRI, Sistem Informasi Geografis kumpulan
ada. Pada lokasi yang memiliki kapasitas yang terorganisir dari perangkat keras
drainase mencukupi, perlu dilakukan komputer, perangkat lunat, data
pemeliharaan sebaik mungkin, agar geografi dan personil yang dirancang
kapasitas drainase yang ada tidak berkurang secara efisien untuk memperolah,
akibat adanya pengendapan/sedimentasi menyimpan, meng-upgrade,
Untuk rencana kedepannya dapat lebih memanipulasi, menganalisis dan
mengoptimalkan pengelolaan drainase menampilkan semua bentuk
perkotaan sebab dengan adanya informasi yang bereferensi geografis.
management dapat melihat hal yang paling Tahun 1990
kecil dan paling besar sehingga dapat
memprioritaskan. Kebutuhan ruang terbuka
hijau dan pembuatan biopori dapat
membantu pengendalian run off sehingga
efesiensi air genangan dapat mengurangi
permasalahan dari tampungan drainase.

DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia No. 4
Tahun 2011 Tentang Informasi
Geospasial
Pemerintah Pekerjaan Umum No.12 Tahun
2014 Tentang Sistem Drainase
Perkotaan
United States Geological Survey (USGS)
1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil Untan
2. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
3. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan

Anda mungkin juga menyukai