Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH SISTEM PENGAPIAN

KONVENSIONAL PADA KIJANG SUPER


TAHUN 90

Dosen Pembimbing :
Ir. Kasijanto, M.T.

Di Susun Oleh :
Hersanda Aditya Pangestu ( 1941220067 )
Titho Bafrendy Wibowo (1941220003)

TEKNIK OTOMOTIF ELEKTRONIK


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad saw, para keluarga dan sahabatnya, juga selaku pengikut
ajaran yang diembannya.
Berkat rahmat dari Allah SWT, saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Kelistrikan Otomotif tentang sistem pengapian ini. Terima kasih kepada bapak
dosen yang telah memberikan arahan terkait tugas ini. Terima kasih saya ucapkan
kepada teman-teman yang telah memberi banyak saran dan pengetahuan untuk
saya.
Tidak menutup kemungkinan dalam penulisan makalah ini terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif. Saya berharap tugas ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan
umumnya bagi pembaca.

Malang, 27 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................ 4
C. Tujuan.............................................................................................. 5
D. Manfaat.............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian......................................................................................... 6
B. Sistem Pengapian Baterai................................................................. 7
C. Sistem Pengapian CDI..................................................................... 15
D. Sistem Pengapian EFI...................................................................... 19
BAB III PENGAPIAN KONVENSIONAL PADA KIJANG SUPER TAHUN
90
A. Pengertian......................................................................................... 27
B. Prinsip Kerja.................................................................................... 27
C. Komponen........................................................................................ 29
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 31
B. Saran................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Mobil merupakan sarana Transfortasi yang sangat menunjang bagi kehidupan manusia.
Untuk dapat dipergunakan sebagimana fungsinya mobil menggunakan tenaga mesin sebagai
tenaga gerak. Seperti halnya mesin – mesin yang lain mobil dapat mengalami kerusakan selama
masa penggunaan, sehingga memerlukan suatu perbaikan dan pemeliharaan. Untuk suatu
perbaikan dan pemiliharaan biasanya dilakukan oleh mekanik dalam bengkel.

Dalam makala sistem pengapian ini membahas tentang beberapa hal penting yang perlu
diketahui agar dapat melakukan pemerikasaan, perawatan, perbaikan. Di dalam sistem pengapian
terdapat dua sistem di dala pengapian yaitu : 1. Sistem pengapian Konvensional dan yang,  2.
Sistem pengapian elektronik. Ternyata komponen – komponen pada sistem pengapian memiliki
fungsinya masing – masing. Dengan demikian maka melalui makala ini penulis akan
menguraikan tetang fungsi dari komponen – komponen sistem pengapian.

B.    RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan membahas masalah tentang :

a.       Apa itu sistem pengapian ?


b.      Menjelaskan tentang sistem pengapian konvensional ?
c.       Bagaimana fungsi sistem pengapian Konvensional ?
d.      Bagaimana komponen – komponen sistem pengapian konvensional berfungsi ?
e.       Bagaimana cara mengatasi dan, menemukan kemungkinan penyebab terjadinya gangguan
pada sistem pengapian konvensional ?
f.       Menjelaskan tentang sistem elektronik  ?
g.      Bagaimana fungsi sistem pengapian elektronik ?
h.      Bagaimana komponen – komponen sistem pengapian elektronik berfungsi ?
i.        Bagaimana cara mengatasi dan, menemukan kemungkinan penyebab terjadinya gangguan
pada sistem pengapian elektronik ?
      

4
 C.          TUJUAN

                        Tujuan pembuatan makala ini yaitu sebagai syarat pemenuhan tugas Kelistrikan
Otomotif.

        D.          MAANFAAT

a.    Maanfaat bagi penulis

Penulis dapat menjadikan makalah ini sebagai salah satu sumber untuk mempelajari tentang
sistem pengapian pada mesin dan dapat memenuhi tugas mata kuliah Kelistrikan dan Elektronika
Otomotif.

b.    Maanfaat bagi pembaca


Pembaca dapat menggunakan makalah ini sebagai sumber belajar tentang sistem pengapian
pada mesin.

5
BAB II
PENGAPIAN

A. Pengertian
            Fungsi sistem pengapian pada motor bensin adalah untuk menyalakan campuran udara-
bahan bakar yang telah dikompresikan di dalam ruang pembakaran. Hal ini akan terjadi pada saat
yang tepat untuk mengawali terjadinya pembakaran.

Gambar 3.1  Skema sistem pengapian

            Pembakaran dimulai dengan sistem pengapian memasok suatu bunga api listrik yang akan
melompati celah di pinggir ruang pembakaran pada busi. Panas dari busi akan menyalakan
campuran udara-bahan bakar yang terkompresi.
            Campuran yang terbakar akan menaikkan tekanan di dalam silinder  sehingga mendorong
torak ke bawah silinder, untuk selanjutnya mesin dapat “hidup”. Apabila bunga apinya lemah
(tidak cukup panas) atau terjadi pada saat yang salah, tekanan pembakaran maksimum tidak
terbentuk di dalam ruang pembakaran

6
B. Sistem Pengapian baterei
            Sistem pengapian baterai biasanya terdiri dari baterai, koil pengapian (ignition coil),
distributor, kondensor, kabel tegangan tinggi dan busi.

Ada pun komponen-komponen dalam sistem pengapian adalah sebagai berikut:

1). Baterai (Accumulator)


             Baterai adalah alat elektrokimia yang dibuat untuk mensuplai arus listrik ke sistem
starter, sistem pengapian, lampu-lampu dan system kelistrikan lainnya. Alat ini menyimpan
arus listrik dalam bentuk energy kimia yang dikeluarkan bila diperlukan dan mensuplainya ke
masing-masing sistem kelistrikan atau alat yang memerlukannya.   Dalam baterai terdapat
terminal positif dan negatif dalam bentuk plat. Plat-plat tersebut biasanya terbuat dan timbal
dan timah. Karena itu baterai sening disebut baterai timah. Ruang dalamnya dibagi menjadi
beberapa sel (biasanya untuk baterai mobil 6 sel) dan dalam masing-masing sel terdapat
beberapa elemen yang terendam di dalam larutan elektrolit. Baterai menyediakan arus listrik
tegangan rendah (12 Volt). Kutub negatif baterai dihubungkan dengan masa, sedangkan
kutub positif baterai dengan koil, pengapian.

a).Baterai Basah
Susunan akumulator dalam keadaan kosong atau belum terisi dengan tenaga listrik
terdiri dari sebuah baki dari gelas atau ebonit yang didalamnya diisi dengan larutan asam
sulfat (H2SO4) yang ditempatkan paling sedikit tiga buah pelat yang terdiri dari oksidasi
plumbum (PbO). Ketiga pelat tersebut dipasang dalam akumulator secara sejajar. Antara
pelat yang satu dengan pelat yang lain dipasang sebuah pemisah yang terbuat dari serbuk
kayu yang dimampatkan, dan dikenal dengan istilah separator. Pelat yang berada ditengah
separator akan menjadi pelat positif, sedangkan pelat yang berada disebelah kanan dan kiri
saparatif akan menjadi pelat negatif, oleh karena sel belum terisi sumber tenaga listrik, maka
pelat-pelat tersebut dalam keadaan tidak bermuatan. Besarnya kuat arus yang dihasilkan
sebuah akumulator tergantung pada luas pelat yang digunakan sehingga semakin besar pelat
yang dipakai, maka semakin besar pula kuat arus yang dihasilkan.

Pada akumulator dalam keadaan terisi tenaga listrik, maka susunannya akan berubah
secara kimiawi yaitu terdiri dari Pb sebagai anoda (kutub negatif) dan PbO2 sebagai katoda
(kutub positif), serta elektrolit larutan asam sulfat (H2SO4). Oleh karena sudah diisi muatan

7
listrik, maka dalam asam sulfat (SO4 2− ). Tiap sel pada akumulator mempunyai beda
potensial ± 2 volt, sehingga akumulator yang berpotensial 6 volt mempunyai 3 buah sel yang
dihubungkan secara seri. Baterai penyimpan arus listrik (aki) yang dirancang untuk
kendaraan bermotor memiliki beberapa bagian antara lain :

1. Kotak dengan dinding penyekat untuk memisahkan sel-sel

Kotak baterai tersusun dari penutup dan bahan penahan asam (karet atau plastik). Kotak
baterai modern mengganjal tepi-tepi sekeliling dasar kotak bagian luar untuk tujuan
pengganjalan. Didalam kotak baterai, sisa-sisa elemen mengalir sepanjang memenuhi lantai
kotak dan kaki batas dasar pelat yang ada,berupa partikel padat yaitu kerak pada pelat selama
pengoperasian. Ruangan antara sisa elemen terbentuk dikenal dengan ruang endapan/ruang
sedimen.. Lapisan kerak ini, yang terdiri dari timah dan dapat menghantarkan listrik, dapat
berakumulasi dalam ruang ini tanpa menyentuh ujung terbawah pelat yang dapat
menyebabkan
hubungan pendek. Kotak akumulator ditambahkan dengan penyekat dalam masing-
masing sel. Sel-sel itu terkumpul rapat dalam konstruksi akumulator. Didalamnya
ditempatkan elemen-elemen separator atau pemisah antara pelat positif dan pelat negatif.

2. Satu lembar penutup dengan sel pembuka dan sumbat ventilasi

            Pada sel baterai modern menyatu dengan elemen-elemen, semua ditutup dan
direkatkan oleh sebuah penutup. Penutup ini mempunyai satu pembuka untuk masing-masing
sel sehingga sel-sel dapat diisi dengan elektrolit. Pembuka ini ditutup dengan ventilasi yang
disekrup pada tempatnya, masing-masing sumbat mempunyai sebuah lubang.
3. Elemen-elemen
Eleman terdiri dari pelat positif dan pelat negatif yang dipasang bersama dengan pemisah
atau separator antara masing-masing pelat. Bahan aktif pelat muatan positif berisi timah
peroxida (PbO2) warna cokelat gelap. Ketika bahan aktif pada pelat muatan negatif berisi
timah murni dalam bentuk timah karang (Pb, warna abu-abu metalik). Masing-masing
kelompok pelat positif dan pelat negatif tersambung secara bersama oleh sabuk pengikat pelat
tersendiri dimana pelat berada. Masing-masing biasanya mempunyai satu lebih banyak pelat
negatif dari pada pelat positif,
jadi dua pelat bagian luar biasanya negatif.
4. Pemisah/separator antara masing-masing pelat.
Pelat-pelat harus ditutup satu sama lain tetapi tidak boleh bersentuhan, hal ini dapat terjadi
apabila pelat bengkok atau ketika partikel menggumpal pada permukaannya. Karena hal itu
dapat menyebabkan hubungan pendek ketika sebuah elemen diselipkan. Penyekat ini
dipastikan bahwa pelatdengan polaritas berlawanan, dipisahkan secukupnya satu sama lain
dengan secara listrik, dengan harapan untuk mengalirkan elektron, ditutup satu sama lain.
5. Sel penghubung
Masing-masing sel dalam baterai dihubungkan dalam hubungan seri. Hubungan ini dipakai
dalam penghubung sel, dalam rangka mengurangi bagian dalam dan berat.
6. Plastik pemisah

8
Berfungsi untuk pelindung masing-masing sel terhadap kotak pemisah sel/rangka
7. Terminal positif negatif
Pengikat pelat menggabungkan pelat positif dalam sel pertama yang dihubungkan dengan
terminal positif pada baterai dan juga sabuk pelat menghubungkan pelat negatif dalam sel
terakhir yang dihubungkan dengan terminal positif dan negatif pada baterai, voltase
maksimum berada antara dua terminal 6 atau 12 volt. Berikut gambar terminal pada baterai:

b).  Baterai Kering

Akumulator kering yang dirancang untuk kendaraan bermotor memiliki beberapa bagian
antara lain :

1. Kotak akumulator
Bak akumulator kering terbuat dari besi yang dilapisi dengan bahan plastik pada bagian
luarnya. Penggunaan bahan besi ini dimaksudkan  karena zat asam yang digunakan(KOH)
dapat melarutkan semua zat kecuali besi.

a. Satu lembar penutup dengan sel pembuka


Pada akumulator ini semua ditutup dan direkatkan oleh sebuah penutup. Penutup ini
mempunyai satu pembuka untuk untuk lubang pengisi cairan elektrolit (KOH.)

b. Elemen-elemen.
Elemen terdiri dari pelat positif terdapat di dalam tabung-tabung positif dan pelat
negatif pada kantung-kantung negatif yang dipasang bersama dengan pemisah atau separator
antara masing-masing pelat. Masa aktif dari plat positif maupun dari plat negatif dicampur
dengan zat-zat yang dapat menambah penghantar dan berliang renik (berpori). Campuran ini
dimasukkan dalam tabung-tabung gepeng dari besi dan dari susunan tabung-tabung ini
merupakan suatu pelat. Dan sebagai hubungan keluarnya menggunakan besi.

c. Terminal positif negatif


Pengikat pelat menggabungkan pelat positif dalam sel positif yang dihubungkan
dengan terminal positif pada baterai dan juga sabuk pelat menghubungkan pelat negatif
dalam sel negative

 Prinsip Kerja Baterai (akumulator)


Akumulator bekerja berdasarkan reaksi kimia yaitu reaksi redoks yang terjadi baik
selama pengisian maupun selama pengosongan. Reaksi kimia pada akumulator tersebut
bersifat reversible, artinya reaksi kima yang terjadi selama pengisian sangat berlawanan
dengan reaksi yang terjadi pada saat pengosongan.
Selama pengisian terjadi pengubahan energi listrik ke energi kimia, dan sebaliknya pada saat
pengosongan terjadi pengubahan energi kimia menjadi energi listrik. Ketika akumulator
dalam keadaan kosong (tidak ada energi listrik) maka elektroda-elektroda dihubungkan
dengan sumber tenaga listrik dari luar. Kutub positif dari sumber tenaga listrik dari luar

9
sebagai katoda dihubungkan dengan kutub positif akumulator. Dan kutub negatif sumber
tenaga listrik dari luar sebagai anoda dihubungkan dengan kutub negatif akumulator.
Dengan demikian pada sumber energi listrik terjadi aliran listrik yaitu elektron mengalir dari
anoda ke katoda dan arus listrik mengalir dari anoda ke katoda. Sedangkan aliran listrik yang
terjadi pada akumulator basah yaitu elektron yang mengalir dari katoda ke anoda, dan arus
listrik mengalir dari anoda ke katoda. Dengan adanya aliran listrik tersebut, maka akan
menimbulkan reaksi kimia (reaksi redoks) yang mengakibatkan terbebasnya zat-zat dalam
akumulator yaitu 4 PbSO menjadi Pb, PO2, ion H + , dan ion SO4 2− , sedangkan pada
akumulator kering terjadi reaksi kimia Ni(OH) 2 akan berubah menjadi Ni(OH) 3 , sedangkan
Fe(OH) 2 karena dikurangi zat asamnya berubah menjadi Fe.
Selama pengosongan pada akumulator, juga terjadi perubahan energi yaitu dari energi kimia
menjadi energi listrik. Pada pengosongan, terjadi pengaliran listrik yaitu elektron mengalir
dari Pb atau kutub negatif (sebagai anoda) ke PbO2 atau kutub positif (sebagai katoda).
Sedangkan arus listrik mengalir dari kutub positif atau PbO2 (sebagai katoda) ke kutub
negatif atau Pb (sebagai anoda) sehingga adanya aliran tersebut mengakibatkan terjadinya
reaksi kimia. Pada akumulator kering elektron mengalir dari kutub negatif Fe(OH) 2 , ke
Ni(OH) 2 atau kutub positif. Sedangkan arus listrik mengalir dari kutub positif ke kutub
negatif.

2). Kunci Kontak (Ignition Switch)


       Kunci kontak berguna untuk menghubungkan dan memutuskan arus dari baterai ke koil
pengapian (ignition coil). juga berhubungan dengan motor starter, jika dinyalakan akan
memutarkan motor starter.

3). Koil Pengapian (Ignition Coil).


            Koil pengapian (ignition coil) berfungsi menaikkan tegangan yang diterima dari
baterai (12 V) menjadi tegangan tinggi (10 KV atau lebih), agar dapat terjadi loncatan bunga
api listrik pada elektroda busi sehingga dapat memungkinkan terjadinya pembakaran di ruang
bakar. Pada koil pengapian (ignition coil), kumparan primer dan sekunder digulung pada inti
besi. Kumparan-kumparan ini akan menaikkan tegangan yang diterima dan baterai menjadi
tegangan tinggi dengan cara induksi elektromagnet.
            Inti besi (core), yang dikelilingi oleh kumparan, terbuat dan baja silikon tipis yang
digulung ketat, Kumparan sekunder dan kawat tembaga tipis (diameter 0,05-0,1 mm) yang
digulung 15000-30000 kali lilitan pada inti besi, sedangkan kumparan primer terbuat dan
kawat tembaga yang relatif lebih tebal (diameter 0,5-1,0 mm) yang digulung l50-300 kali
lilitan mengelilingi kumparan sekunder.

10
            Untuk mencegah terjadinya hubungan singkat (chort circuit,) antar 1apisan yang
berdekatan, antara lapisan satu dengan lainnya disekat dengan kertas yang mempunyai
tahanan sekat yang tinggi. Seluruh ruangan kosong dalam tabung kumparan diisi dengan
minyak atau campuran penyekat untuk menambah daya tahan terhadap panas. Salah satu
ujung dan kumparan primer dihubungkan dengan terminal negative primer sedangkan ujung
yang lain dihubungkan dengan terminal positif primer. Kumparan sekunder dihubungkan
dengan cara serupa, dengan ujungnya dihubungkan dengan kumparan primer lewat terminal
positif primer, sedangkan ujung yang lain dihubungkan dengan terminal tegangan tinggi
melalui sebuah pegas. Kedua kumparan digulung dengan arah yang sama, dengan kumparan
primer pada bagian luar. Koil pengapian (ignition coil) mempunyai tiga terminal yaitu:
a.         Terminal (+) dihubungkan dengan baterai.
b.         Terminal (-) dihubungkan dengan platina (breaker point) dan kondensor.
c.         Terminal tegangan tinggi dihubungkan dengan busi.

 4).Distributor
Distributor berfungsi sebagai alat pemutus dan pembagi arus pengapian yang akan di
salurkan ke spark plug (busi)

11
5).Rotor
Rotor merupakan suatu komponen dalam system pengapian. Rotor berfungsi sebagai
pembagi arus ke beberapa busi, sesuai dengan system pengapiannya.

6).Platina
Platina (breaker point) berfungsi memutuskan arus listrik yang mengalir melalui
kumpaian primer dan koil pengapian (ignition coil), untuk menghasilkan arus listrik tegangan
tinggi pada kumparan sekunder dengan jalan induksi magnet listrik. Induksi terjadi saat
platina (breaker point) diputus atau terbuka

7).Tutup distributor
                 Tutup distributor berfungsi sebagai penutup platina dan sebagai tempat kabel yang
dialiri oleh arus. Tutup distributor berfungsi untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi
yang dihasilkan oleh koil pengapian (ignition coil) dan rotor ke kabel tegangan tinggi untuk
masing-masing silinder sesuai dengan urutan pengapian.

8). Kondensor.
                 Kondensor berguna untuk mencegah timbulnya bunga api pada kontak pemutus arus
sewaktu membuka dan mempercepat arus primer menjadi pulih kembali dengan tujuan
menaikkan tegangan koil sekunder. Kemampuan dan suatu kondensor dapat ditunjukkan
dengan berapa besar kapasitasnya. Kapasitas kondensor diukur dalam mikrofarad (μ f).

12
9).Vaccum Advancer
                      Vaccum Advancer berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai dengan
beban mesin (kevakuman). Bagian ini terdiri dan plat pembawa (breaker plate) dan vaccum
advancer. Prinsip kerja vakum advancer adalah memanfaatkan kevakuman yang terjadi pada
lubang di atas throtle valve, yang selanjutnya dinibali menjadi gaya tarik tersebut di teruskan
untuk menggerakkan plat pembawa (breaker plale), dengan gerakan putar yang berlawanan
dengan putaran bubungan (cam lobe,).
      Karena platina (breaker point,) menempel pada breaker plate maka dengan berputarnya plat
pembawa (breaker plale) ini menyebabkan platina (breaker point) lebih awal membukanya.
Hal ini berarti pelayanan busi terjadi lebih awal (lebih cepat).

10). Kabel Tegangan Tinggi

            Kabel tegangan tinggi berfungsi untuk mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dan
koil pengapian (ignition coil) ke busi. Kabel tegangan tinggi harus mampu mengalirkan arus
listrik tegangan tinggi yang dihasilkan di dalam koil pengapian (ignition coil) ke busi melalui
distributor tanpa adanya kebocoran. OIeh sebab itu, penghantar (core) dibungkus.

11). Busi

            Busi berfungsi untuk memberikan loncatan bunga api melalui elektrodanya ke dalam
ruang pembakaran, apabila ada arus tegangan energi mengalir ke busi. Komponen utama busi
yaitu:

13
a.    Insulator keramik,
            Insulator berfungsi untuk memegang elektroda tengah dan berguna sebagai insulator
antara elektroda tengah dengan wadah (cassing). Gelombang yang dibuat pada permukaan
insulator keramik berguna untuk memperpanjang jarak permukaan antara terminal dan wadah
(cassing) untuk mencegah terjadinya loncatan bunga api tegangan tinggi. Insulator terbuat
dari porselen aluminium murni yang mempunyai daya tahan panas yang sangat baik,
kekuatan mekanikal, kekuatan dielektrik, pada temperature tinggi dan penghantar panas
(thermical conductivity).
b.    Cassing,
      Casing berfungsi untuk menyangga insulator keramik dan juga sebagai mounting busi
terhadap mesin.
c. Elektrode Tengah
Elektroda tengah terdiri dari:
            1) Sumbu pusat : mengalirkan arus dan meradiasikan panas yang ditimbulkan oleh elektroda.
            2) Seal glass : merapatkan antara poros tengah (center shaft) dan insulator keramik dan
mengikat antara poros tengah (center shaft) dan elektroda tengah.
            3) Resistor : mengurangi suara pengapian untuk mengurangi gangguan frekuensi radio.
            4) Copper core (inti tembaga) : merambatkan panas dan elektroda dan ujung   insulator agar
cepat dingin.
            5) Elektroda tengah: membangkitkan loncatan bunga api ke masa (elektroda masa).
d. Elektroda Masa
            Elektroda Masa dibuat sama dengan elektroda tengah, dengan tujuan memudahkan
loncatan bunga api agar menaikkan kemampuan pengapian.

Cara Kerja Sistem Pengapian (Ignation System) Pada Motor Bensin

14
Prinsip Kerja Sistem Gambar Pengapian Konvensional
                             
            Apabila kunci kontak dihubungkan, arus lisirik akan mengalir dan baterai melalui
kunci kontak ke kumparan primer, ke platina (breaker point) dan ke massa. Dalam keadaan
seperti ini platina (breaker pont) masih dalam keadaan tertutup
Akibat mengalimya arus pada kumparan primer, maka inti besi menjadi magnet. Bila platina
(breaker point) membuka arus yang mengalir pada kumparan primer akan terputus dan
kemagnetan pada inti besi akan segera hilang. Hilangnya kemagnetan ini akan menyebabkan
pada kumparan primer dan kumparan sekunder timbul tegangan induksi. Karena jumlah
kumparan pada kumparan sekunder lebih banyak dari kumparan primer, maka tegangan yang
timbul pada kumparan sekunder akan lebih besar atau dengan kata lain pada kumparan
sekunder akan timbul tegangan tinggi.
Tegangan tinggi ini akan disalurkan ke rotor distributor untuk dibagi-bagikan ke busi pada
tiap silinder yang mengakhiri langkah kompresinya. Selanjutnya tegangan tinggi pada busi
akan diubah menjadi percikan bunga api guna pembakaran bahan bakar pada ruang bakar.

C. Sistem Pengapian Capacitor Discharge Ignition (CDI).

15
Sistem pengapian Capacitor Discharge Ignition (CDI). merupakan sistem
pengapian elektronik yang sangat popular digunakan pada mesin sepeda motor maupun
mobil. Sistem pengapian Capacitor Discharge Ignition (CDI) terbukti lebih menguntungkan
dan lebih baik dibanding sistem pengapian konven-sional (menggunakan platina). Dengan
sistem Capacitor Discharge Ignition (CDI), tegangan pengapian yang dihasilkan lebih besar
(sekitar 40 KV) dan stabil sehingga proses pembakaran campuran bensin dan udara bisa
berpeluang makin sempurna. Dengan demikian, terjadinya endapan karbon pada busi juga
bisa dihindari. Selain itu, dengan sistem Capacitor Discharge Ignition (CDI) tidak
memerlukan penyetelan seperti penyetelan pada platina. Peran platina telah digantikan oleh
oleh thyristor sebagai saklar elektronik dan pulser coil atau “pick-up coil” (koil pulsa
generator) yang dipasang dekat flywheel generator atau rotor alternator (kadang-kadang
pulser coil menyatu sebagai bagian dari komponen dalam piringan stator, kadang-kadang
dipasang secara terpisah).
Secara umum beberapa kelebihan sistem pengapian Capacitor Discharge Ignition
(CDI) dibandingkan dengan sistem pengapian konvensional adalah antara lain :
1.      Tidak memerlukan penyetelan saat pengapian, karena saat pengapian terjadi secara
otomatis yang diatur secara elektronik.
2.      Lebih stabil, karena tidak ada loncatan bunga api seperti yang terjadi pada breaker point
(platina) sistem pengapian konvensional.
3.      Mesin mudah distart, karena tidak tergantung pada kondisi platina.
4.      Unit CDI dikemas dalam kotak plastik yang dicetak sehingga tahan terhadap air dan
goncangan.
5.      Pemeliharaan lebih mudah, karena kemungkinan aus pada titik kontak platina tidak ada.
Cara Kerja Sistem Pengapian CDI
Pada saat magnet permanent (dalam flywheel magnet) berputar, maka akan
dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk induksi listrik dari source coil. Arus ini akan
diterima oleh CDI unit dengan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt. Arus tersebut
selanjutnya dirubah menjadi arus setengah gelombang (menjadi arus searah) oleh diode,
kemudian disimpan dalam kondensor (kapasitor) dalam CDI unit. Kapasitor tersebut tidak
akan melepas arus yang disimpan sebelum SCR (thyristor) bekerja. Pada saat terjadinya
pengapian, pulsa generator akan menghasilkan arus sinyal. Arus sinyal ini akan disalurkan ke
gerbang (gate) SCR. Dengan adanya trigger (pemicu) dari gate tersebut, kemudian SCR akan
aktif (on) dan menyalurkan arus listrik dari anoda (A) ke katoda (K). Dengan berfungsinya
SCR tersebut, menyebabkan kapasitor melepaskan arus (discharge) dengan cepat. Kemudian
arus mengalir ke kumparan primer (primary coil) koil pengapian untuk menghasilkan
tegangan sebesar 100 sampai 400 volt sebagai tegangan induksi sendiri. Akibat induksi diri
dari kumparan primer tersebut, kemudian terjadi induksi dalam kumparan sekunder dengan
tegangan sebesar 15 KV sampai 20 KV. Tegangan tinggi tersebut selanjutnya mengalir ke
busi dalam bentuk loncatan bunga api yang akan membakar campuran bensin dan udara
dalam ruang bakar.
 Terjadinya tegangan tinggi pada koil pengapian adalah saat koil pulsa
dilewati oleh magnet, ini berarti waktu pengapian (Ignition Timing) ditentukan oleh
penetapan posisi koil pulsa, sehingga sistem pengapian CDI tidak memerlukan penyetelan
waktu pengapian seperti pada sistem pengapian konvensional. Pemajuan saat pengapian

16
terjadi secara otomatis yaitu saat pengapian dimajukan bersama dengan bertambahnya
tegangan koil pulsa akibat kecepatan putaran motor. Selain itu SCR pada sistem pengapian
CDI bekerja lebih cepat dari contact breaker (platina) dan kapasitor melakukan pengosongan
arus (discharge) sangat cepat, sehingga kumparan sekunder koil pengapian teriduksi dengan
cepat dan menghasilkan tegangan yang cukup tinggi untuk memercikan bunga api pada busi.
Urutan kerja sistem pengapian pada Capacitor Discharge Ignition (CDI) adalah
sebagai berikut :

1.      Baterai
Saat reaksi kimia (elektrolisa air) muncul di dalam elektrolit saat pengisian, hal itu
disebabkan plat kutub positip membangkitkan oksigen dan plat kutub negatip
membangkitkan hidrogen. Pada proses elektrolisa air, volume elektrolit menurun, sehingga
membutuhkan pengisian kembali.

2.      Kunci Kontak


Cara kerja kunci kontak adalah dengan memutar kunci kontak ke posisi yang kita
inginkan. Setiap posisi pada kunci kontak akan menentukan hubungan kelistrikan pada
rangkaian pengapian sehingga memfungsikan komponen. Beberapa posisi kunci kontak yang
mempengaruhi komponen pengapian :
1)      ACC (Accesories) menghubungkan arus/tegangan dari baterai ke accesories mobil,
contoh tape mobil ( sound system ).
2)      OFF mematikan semua kelistrikan otomotif dari baterai ke rangkaian.
3)      ON atau IG menghubungkan arus atau tegangan dari baterai ke ignition (Coil +).
4)      ST ( Start ) menghubungkan arus / tegangan dari baterai ke M.Stater (T.50) sehingga
motor stater akan berputar menggerakkan mesin.

17
3.      Ignition Coil
Cara kerja Ignition Coil adalah sebagai berikut: Komponen ini meningkatkan
tegangan baterai (12V) untuk membangkitkan tegangan tinggi di atas 10kV, yang perlu untuk
pengapian. Primary dan secondary coil diletakkan saling berdekatan. Saat arus diberikan
secara intermittent ke primary coil, terciptalah saling induktansi. Mekanisme ini
dimanfaatkan untuk membangkitkan tegangan tinggi pada secondary coil.  Koil pengapian
dapat membangkitkan tegangan tinggi yang berbeda-beda sesuai dengan jumlah dan ukuran
gulungan koil. Tegangan tinggi pada Pengapian Capacitor Discharge Ignition (CDI) adalah
pada saat arus dari kapasitor dengan cepat mengalir ke kumparan primer.

4.      Unit Pemotong Arus


Pada saat rotor alternator (magnit) berputar terjadi induksi listrik yang akan
menimbulkan arus listrik AC. Arus akan diterima oleh Capacitor Discharge Ignition (CDI)
unit dengan besar tegangan antara 100-400volt. Arus AC ini diubah menjadi arus setengah
gelombang oleh diode dan disimpan oleh capasitor di unit Capacitor Discharge Ignition
(CDI).
5.      Distributor
Distributor bekerja menyalurkan tegangan tinggi dari ignition coil ke busi melalui
urutan pengapian tertentu ( Firing Order ). Di dalam distributor ini terdapat beberapa
komponen yang menjadi satu mempunyai fungsi tersendiri. Pada distributor dapat dibedakan
menjadi 3 kelompok besar, yaitu :
1)      Kelompok kontak point/pemutus arus  yaitu Unit Capacitor Discharge Ignition (CDI)
dan komponen didalamnya.
2)      Kelompok pengatur pengapian yaitu centrifugal advancer dan vacum advancer.
3)      Kelompok penerus tegangan tinggi yang terdiri dari rotor dan kabel tegangan tinggi.

18
6.      Busi
Busi bekerja memercikan bunga api bila mendapat tegangan tinggi dari Ignition Coil
untuk dapat melewati celah menuju ke massa. Tegangan tinggi ini menimbulkan bunga api
dan suhu tinggi di antara elektroda tengah dan massa busi untuk menyalakan campuran udara
dan bahan bakar yang dikompresikan. Busi harus bisa menjaga kemampuan penyalaan untuk
jangka waktu yang lama, meskipun mengalami temperatur tinggi dan perubahan tekanan.

Sifat-sifat
·        Sumber tegangan dari generator, sehingga motor dapat hidup tanpa baterai.
·        Daya pengapian terbaik pada putaran tinggi.
·        Putaran start harus lebih besar dari 200 rpm
·        Sering digunakan pada motor kecil seperti sepada motor

D. Sistem Pengapian EFI

Sistem EFI - Pada mesin bensin, bahan bakar akan dicampurkan terlebih dahulu sebelum
udara masuk ke silinder pada langkah hisap. Untuk melakukan proses ini kita mengenal
komponen bernama karburator. Fungsi karburator adalah untuk menuangkan bahan bakar
sesuai dengan pembukaan katup gas.

Namun karburator ternyata tidak efektif dalam mencampur bahan bakar karena ketidak
akuratan yang dimiliki. Sehingga menimbulkan missfire dan emisi yang buruk. Untuk
mengatasi hal itu, para enginer otomotif membuat sebuah sistem yang dapat mencampurkan
bahan bakar dengan volume yang akurat.

19
Sistem ini dinamakan EFI, sistem EFI memanfaatkan rangkaian elektronika itulah mengapa
sistem ini dinamakan Electronic Fuel Injection (EFI). EFI akan menggantikan fungsi niple jet
pada karburator dengan unit injector yang terletak di intake manifold. Apakah EFI masih
menggunakan karburator ? EFI masih menggunakan karburator, namun fungsinya bukan lagi
pencampur bahan bakar, melainkan untuk throtle body yang akan mengatur RPM mesin.
Sementara untuk cara kerja Sistem EFI tentu berbeda dengan karburator.

Perbedaan sistem EFI dan Karburator

Dilihat dari bentuk fisik dan performa, tentu kedua sistem ini memiliki perbedaan. Perbedaan
itu antara lain,

1. Cara kerja

Pertama, perbedaan terletak pada cara kerja kedua sistem ini. Karburator masih menggunakan
prinsip mekanikal dan perbedaan tekanan sedangkan EFI sudah mengusung perhitungan
logic.

2. Bentuk

Sementara dari bentuknya, akan terlihat perbedaan cukup jelas. EFI memiliki komponen yang
lebih singkat namun memiliki rangkaian yang rumit. Sementara karburator memiliki
komponen yang mudah dipahami.

Komponen Sistem EFI

Secara umum, komponen EFI masuk dalam sistem bahan bakar seperti pada umumnya.
Namun ada perbedaan di area kontrol dan aktuator. Untuk lebih jelas simak nama komponen
sistem EFI berikut;

1. Tanki bahan bakar

Pertama, terdapat komponen yang fungsinya untuk menampung bahan bakar yang akan
dijadikan sumber tenaga. Baik mesin bensin atau diesel komponen ini wajib ada.

2. Pompa bahan bakar

20
Pompa bahan bakar berfungsi untuk menyalurkan bahan bakar dari tanki BBM ke sistem EFI.
Selain itu, pompa BBM juga berfungsi untuk membangkitkan tekanan didalam sistem EFI
sehingga bahan-bakar dapat terinjeksi ke dalam intake.

Pompa pada sistem EFI, menggunakan motor sebagai penggerak utama dan komponen ini
biasanya diletakan terendam didalam tanki bahan bakar. Apakah tidak terbakar saat terjadi
percikan arus di pompa elektronik tersebut ? pompa ini terendam didalam tanki sehingga saat
terdapat percikan api didalam rendaman bahan bakar tidak akan terbakar karena didalam
rendaman bahan bakar tidak terdapat oksigen. Sementara untuk terjadi ledakan atau
pembakaran, perlu bahan-bakar, oksigen, dan pemicu.

3. Relief valve/Pressure Regulator

Komponen ini berfungsi sebagai katup yang akan mengembalikan bahan bakar dari sistem
EFI ke tanki. Relief valve akan terbuka saat tekanan maksimal sistem bahan bakar tercapai.
Sehingga akan menghindari terjadinya over pressure.

4. Fuel Pipe

Fuel pipe berfungsi sebagai selang tempat untuk menyalurkan bahan bakar dari tanki ke
rangkaian EFI. Fuel pipe ini berbahan plastik dan bersifat getas. Sehingga akan tahan
terhadap benturan ringan namun dapat pecah ketika dibengkokan.

5. Fuel Filter

Komponen selanjutnya, dinamai fuel filter karena komponen ini akan menyaring bahan bakar
dari debu dan partikel kotoran yang ikut terbawa ke dalam sistem. Fuel filter pada EFI, harus
memiliki kemampuan yang cukup baik. Karena jika terdapat kotoran masuk ke rangkaian
EFI, akan menyumbat injector dan sistem kerja mesin akan terganggu.

Untuk itu, terdapat dua macam filter pada sistem EFI. Saringan kasar terletak menyatu
dengan pompa bahan bakar. Komponen ini akan menyaring bahan bakar dari kotoran dan
partikel berukuran besar. Saringan kasar tidak perlu dilakukan penggantian sebab saringan ini
berbahan baja yang awet.

Saringan kedua terletak didalam line bahan bakar yang akan menuju rangkaian EFI. Saringan
kedua bersifat lebih halus karena akan menyaring kotoran berukuran nano dan menyaring air
yang terbawa didalam bahan bakar.

6. Delivery Pipe

21
Delivery pipe adalah komponen EFI yang berbentuk seperti pipa yang terletak diatas injector.
Komponen ini akan menampung bahan bakar dari tanki yang dikirimkan melalui fuel pipe.
Bahan-bakar didalam delivery pipe memiliki tekanan tertentu dan saat injector terbuka maka
bahan bakar akan keluar akibat tekanan tersebut.

7. Sensor

Sistem EFI tidak dapat terlepas dari komponen elektronika. Salah satu komponen elektronika
dalam sistem EFI adalah sensor. Secara umum, sensor berfungsi untuk mendeteksi suatu
kondisi atau keadaan. Beberapa sensor yang ada pada mesin EFI yaitu

IAT
Sensor ini terletak setelah saringan udara, fungsinya untuk mendeteksi suhu udara yang
masuk ke intake manifold.

MAF
MAF juga terletak setelah saringan udara, sensor ini berfungsi untuk menghitung masa udara
yang masuk ke intake berdasarkan aliran udara.

MAPS
MAPS (Manifold Absolute Pressure Sensor) berfungsi untuk mendeteksi tingkat kevakuman
di intake manifold setelah throtle body.

ECT
ECT (Engine Coolant Temperature) berfungsi untuk mendeteksi temperature air pendingin
pada mesin.

CKP dan CMP


CKP dan CMP merupakan signal sensor yanng berfungsi untuk mendeteksi RPM mesin dan
mendeteksi posisi TOP silinder 1.

TPS
Throtle Position Sensor (TPS) berfungsi untuk mendeteksi posisi sudut pembukaan katup gas,
yang akan dijadikan patokan untuk menentukan bahan bakar yang diinjeksikan berdasarkan
RPM yang diinginkan.

O2S
O2 sensor atau oksigen sensor berfungsi untuk mengukur kadar oksigen pada gas buang
mesin. Kadar oksigen ini akan menunjukan tingkat emisi yang dihasilkan mesin.

Knock Sensor
Knock sensor berfungsi untuk mendeteksi ketukan atau knocking yang terjadi pada mesin.
Knocking terjadi karena pembakaran yang tidak sempurna pada mesin.

22
8. ECM (Engine Control Module)

ECM adalah pusat pengendalian elektronik pada sistem kelistrikan mesin. ECM akan
mengendalikan berbagai rangkaian elektrical mesin dari mulai sistem pengapian, sistem
pendingin, dan sistem EFI. ECM disusun dari berbagai rangkaian IC yang dapat melakukan
perhitungan secara logic. ECM menerima signal dan memberi perintah menggunakan besaran
tegangan.

9. Actuator
Actuator berfungsi untuk mengekekusi perintah dari ECM. Actuator pada sistem EFI meliputi
injector dan ISC.

Injector
Injector adalah komponen aktuator yang berfungsi untuk menyemprotkan bahan bakar
kedalam intake manifold. Injector menggunakan rangkaian solenoid untuk membuka dan
menutup noozle. Sehingga fungsi injector sebenarnya hanya membuka noozle untuk
mengeluarkan bahan bakar kedalam intake manifold. Sementara untuk mengatur lama
pembukaan dan timing pembukaan diatur oleh ECM.

ISC

ISC (Idle Speed Control) adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengatur
kecepatan idle mesin dengan mengatur suplai udara di idle port pada throtle body

Cara kerja Sistem EFI

Cara kerja EFi cukup sederhana. Bahan bakar dipompa melalui pompa bahan bakar dari tanki
menuju delivery valve. Kemudian, ECM akan membuka injector sehingga bahan bakar dapat
keluar dari lubang noozle. Secara rinci, cara kerja sistem EFI meliputi ;

1. Saat Kunci Kontak "on"

Saat kunci kontak berada pada posisi "ON", sistem elektrikal pada mobil akan aktif melalui
terhubungnya main relay. Saat ini, ECM akan mengaktifkan fuel pump sehingga saat kunci
kontak on, pompa bahan bakar menyala.

Namun, pompa bahan bakar akan menyala dalam selang waktu tertentu. Tujuannya, untuk
membangkitkan tekanan bahan bakar didalam rangkaian sistem EFI mencapai 315 -  340
KPa.

Pompa akan otomatis mati saat jelang waktu tertentu. ECM akan mengatur pompa agar dapat
mati di sela waktu tertentu. Biasanya digunakan komponen semi konduktor seperti condenser
didalam ECM untuk mengatur hal ini.

23
Bahan bakar mengalir dari tanki ke delivery pipe sampai tekanan bahan bakar maksimal
tercapai. Saat tekanan bahan bakar maksimal tercapai, pressure regulator selaku penjaga
tekanan bahan bakar akan membuka saluran return feed. Yang akan mengembalikan bahan
bakar kembali ke tanki.

2. Saat Engine Start dan Run

Saat kunci kontak diputar pada posisi START, motor starter akan memutar flywheel dan
mengakibatkan engine berputar atau cranking. Sehingga sensor-sensor yang terkait dengan
sistem EFI akan bekerja untuk mendeteksi keadaan masing-masing.

Sensor CKP dan CMP akan menginformasikan ke ECM bahwa mesin sedang berputar.
Sehingga ECM akan memberi tegangan ke pompa bahan bakar agar tetap hidup selama mesin
berputar.

24
Bahan-bakar kembali dipompa dari tanki menuju delivery pipe sehingga didalam sistem
bahan bakar timbul tekanan mencapai 315-340 KPa.

ECM akan memberikan tegangan ke tiap injector dengan waktu sesuai dengan perhitungan
ECM sesuai dengan berbagai informasi yang masuk kedalam ECM.
Sehingga, bahan bakar dapat keluar dari lubang injector karena didalam delivery pipe, bahan
bakar tersebut memiliki tekanan.

Sensor seperti MAF, IAT, MAP, O2, TPS, akan menjadi acuan ECM dalam menentukan
banyaknya bahan bakar yang akan diinjeksikan kedalam intake manifold.

Untuk mengatur jumlah bahan bakar yang akan diinjeksikan, ECM menggunakan pengaturan
waktu pembukaan injector. Misal saat injector membuka selama 0,5 detik, maka bahan bakar
yang diinjeksikan sedikit. Namun saat injector membuka lebih lama misal 1,0 detik, otomatis
bahan bakar yang diinjeksikan juga lebih lama.

3. Pengaturan kecepatan idle

Pada sistem karburator, kita mengenal sekrup ISAS dan IMAS untuk mengatur RPM idle
mesin. Di sistem EFI, hal itu sudah tidak diperlukan, karena sistem EFI menggunakan
komponen ISC(idle speed control),  atau disebut juga IAC (Idle Actuator Control)

ISC bekerja secara otomatis yang dikendalikan oleh ECM. ISC berfungsi sebagai katup yang
akan mengatur aliran udara melalui idle port pada throtle body. ISC terdapat pada sistem EFI
yang masih menggunakan katup gas pengendali manual atau kawat.

Pada sistem DBW (Drive by wire), komponen ISC tidaj diperlukan. Karena ECM akan
mengatur idle speed dari katup gas langsung, dengan kata lain sistem DBW tidak memiliki
idle port.

Keuntungan Sistem EFI

Mesin lebih halus, karena campuran bahan-bakar diatur secara logic oleh ECM sehingga
mencapai campuran ideal di tiap RPM.

Lebih irit, ECM akan mencegah pemakaian bahan bakar yang berlebih selain itu, sistem EFI

25
lebih tertutup sehingga kerugian bahan bakar akan ditekan.

Lebih ramah lingkungan, sistem EFI menyebabkan pembakaran pada mesin menjadi lebih
sempurna. Sehingga gas buang yang dihasilkan juga lebih ramah linkungan.

Tenaga lebih terasa, sistem EFI memiliki berbagai macam sensor yang akan mendeteksi
kondisi mesin di berbagai RPM, sehingga perhitungan ECM akurat yang menyebabkan
tenaga mesin maksimal.

Kelemahan Sistem EFI

Lebih sensitif, komponen EFI menggunakan rangkaian elektronika. Komponen seperti sensor
lebih sensitif terhadap kondisi tertentu. Sehingga bisa berpengaruh pada sistem EFI.

Bisa masuk angin, masuk angin terjadi saat terdapat gelembung udara didalam sistem EFI.
Gelembung ini bisa masuk saat bahan bakar kosong atau penggantian filter. Sehingga mesin
akan susah start.

Perawatan Ekstra, berbeda dengan karburator yang memiliki komponen yang mudah
dipahami. Sistem EFI lebih rumit sehingga perlu perawatan dari teknisi ahli yang menguasai
sistem EFI.

26
BAB III

PENGAPIAN KONVENSIONAL PADA KIJANG SUPER TAHUN 90

A. Pengertian sistem pengapian konvensional

Sistem pengapian konvensional adalah sebuah rangkaian mekatronika sederhana yang dibuat
dengan tujuan untuk membangkitkan percikan api pada busi pada interval waktu tertentu.

Percikan api pada busi, dapat terbentuk karena adanya energi listrik tegangan tinggi yang
mengalir melewati elektroda busi. Tegangan Energi listrik tersebut mencapai 30.000 V DC.
Sehingga dengan celah sekitar 0,8 mm pada elektroda busi, akan timbul lompatan elektron
yang berbentuk percikan api.

Namun, percikan api tersebut hanya diperlukan saat langkah usaha saja. Untuk itu, ada
rangkaian pemutus arus yang akan mengatur waktu busi untuk memercikan api. Sehingga
busi tidak selamanya menyala. Untuk lebih jelasnya simak Prinsip kerja pengapian
konvensional dibawah

B. Cara kerja pengapian konvensional

1. Saat kunci kontak “ON”

cara kerja pengapian konvenional dimulai saat kunci kontak berada pada posisi “ON” atau
“IGN”, ignition relay dan main relay akan aktif sehingga terdapat aliran arus listrik dari
baterai, ke Ignition relay dan main relay. Arus dari relay mengalir ke ignition coil. Didalam
ignition coil, terdapat dua buah kumparan yaitu kumparan primer dan sekunder.

Kedua kumparan tersebut memiliki input yang sama sehingga saat input dialiri arus listrik,
kedua kumparan juga akan teraliri arus listrik. Sementara itu, kedua kumparan memiliki
27
output yang berbeda. Kumparan primer memiliki output yang mengarah ke rangkaian
pemutus arus, sedangkan kumparan sekunder memiliki output yang mengarah ke busi.

Arus listrik yang mengaliri rangkaian sistem pengapian hanya stand by dan tidak ada
perubahan tegangan pada coil karena belum ada pergerakan pada rangkaian pemutus arus.
Sehingga busi tidak akan menyala saat flywheel belum berputar.

2. Saat posisi “START”

Sistem pengapian akan bekerja pada saat flywheel diputar oleh sistem starter. Pada sistem
pengapian konvensional, terdapat rangkaian pemutus arus. Rangkaian ini, terletak menyatu
dengan rangkaian distributor dan memiliki komponen poros distributor yang terhubung
dengan crankshaft mesin. Sehingga saat mesin berputar, komponen ini juga ikut berputar
sesuai RPM mesin.

Di poros distributor, terdapat cam atau nok yang berjumlah sesuai dengan banyaknya silinder
mesin. Saat cam berputar, cam atau nok ini akan menyentuh kaki platina yang mengakibatkan
kontak point terangkat dan menyebabkan arus primer terputus.

3. Apa yang terjadi saat arus primer terputus ?

Sebelumnya, terdapat aliran arus pada kumparan primer yang menyebabkan adanya medan
magnet pada kumparan primer. Saat arus primer tiba-tiba terputus, kemagnetan pada
kumparan primer akan padam. Karena bentuknya yang melilit, medan magnet akan bergerak
secara serentak ke bagian dalam sebelum menghilang.

Dibagian dalam kumparan primer terdapat kumparan sekunder dengan jumlah lilitan
mencapai 10 kali lebih besar. Akhirnya, medan magnet tersebut mengenai kumparan
sekunder. Sehingga tegangan pada kumparan sekunder meningkat drastis.

28
Tegangan ini bersifat sekejap karena terjadi saat adanya pergerakan medan magnet dari arus
primer yang berlangsung sekejap pula. Untuk itu, untuk mendukung proses pengapian
berlanjut platina harus dapat memutus dan menghubungkan arus primer dengan timing yang
tepat.

Energi listrik bertegangan tinggi dari kumparan sekunder disalurkan ke busi melalui
komponen distributor. Distributor akan mengalirkan listrik tersebut ke masing-masing busi
dengan timing dan FO yang tepat. Sistem pengapian konvensional juga disebut sebagai
sistem pengapian platina karena cara kerja platina pada pengapian konvensional sangatlah
penting.

C. Komponen sistem pengapian konvensional

Untuk melengkapi pembahasan kita kali ini, kita perlu membahas juga tentang komponen
yang berpengaruh pada sistem pengapian tipe konvensional. Komponen pada sistem ini
masih di dominasi oleh komponen mekanikal yaitu ;

1. Baterai/Aki, berfungsi untuk menyediakan arus listrik pada sistem pengapian


2. Kunci kontak, berfungsi sebagai saklar untuk menghubungkan jalur kelistrikan
menuju coil
3. Fuse, berfungsi sebagai pengaman rangkaian dari kelebihan arus.
4. Relay, bertugas menjembatani arus listrik dari aki untuk langsung ke coil tanpa
melewati komponen lain
5. Ignition coil, berfungsi untuk melakukan induksi agar tegangan listrik bisa naik ke 20
KV.
6. Platina, fungsinya sebagai pemutus arus pada kumparan primer didalam coil
7. Nok platina, merupakan tonjolan yang akan mengatur kapan platina harus
memutuskan arus primer coil
8. Capasitor, komponen elektronika untuk menyerap percikan api pada celah platina
9. Distributor, merupakan komponen untuk membagikan output listrik bertegangan
tinggi dari coil ke 4 busi.
10. Kabel tegangan tinggi, kabel khusus yang dibuat untuk mengalirkan listrik
bertegangan tinggi dari coil menuju busi
11. Busi, yaitu komponen yang akan mengubah listrik bertegangan tinggi menjadi
percikan api
12. Sentrifugal advancer, merupakan komponen untuk memodifikasi timming pemutusan
arus primer coil berdasarkan RPM mesin.

29
13. Vacuum advancer, merupakan komponen untuk memodifikasi timming pemutusan
arus primer coil berdasarkan beban yang diterima mesin.

30
BAB IV

PENUTUP

1.                  KESIMPULAN

Dari pembahasan yang ada penulis menyimpulkan bahwa sistem pengapian


konvensional dan pengapian elektronik pada mesin kendaraan merupakan sistem yang sangat
penting dalam dunia otomotif sehingga mempelajarinya merupakan keharusan. Beberpa hal
yang harus diketahui dari sistem pengapian diantaranya:
·         Nama komponen sistem pengapian.

·         Fungsi komponen sistem pengapian

·         Cara kerja sistem pengapian

·         Gangguan – gangguan yang terjadi dalam sistem pengapian, penyebab serta perbaikannya.

·         Pemeliharaan sistem pengapian.

2.                  SARAN

Pelajarilah sistem pengapian lebih dalam karena sistem ini perkembanganya sangat
pesat dibandingkan dengan sistem yang lain pada kendaraan.

31
DAFTAR PUSTAKA

http://sistem-otomotif.blogspot.com/2010/03/rangkaian-sistem-pengapian.html

http://daysco.blogspot.com/2011/03/listrik-automotif-sistem-pengapian.html

New Step 1. 1995. PT. Toyota Astra Motor. Jakarta. _____. New Step 2. 1995.

http://forum.otomotifnet.com/otoforum/archive/index.php/t-1313.html

32

Anda mungkin juga menyukai