Anda di halaman 1dari 3

UTS FILSAFAT ILMU

Nama : Muhammad Zahy Brilliantdy

NIM : 071911333065

Prodi : Ilmu Politik

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

Hari/Tanggal : Kamis, 25 Maret 2020

1. Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan
menurut arti sempit sebuah keputusan yang benar dan pasti.
Pengetahuan dari segi rasionalisme diperoleh dari akal budi, pengkajian buku, sekolah,
proses belajar mengajar. Pengetahuan berdasarkan sebab pada realitas melihat
keterkaitannya dengan proposisi yang sama.
Pengetahuan dari segi empirisme berdasarkan apa yang ditemukan secara aktual di
dunia ini, yaitu melalui pancaindra, dari pengaruh yang ditimbulkan realitas itu dalam
pengalaman kita.
Pengujian kebenaran pengetahuan dengan proses pengamatan dan pemilihan untuk
memilih gejala mana yang cocok untuk dijadikan percobaan dengan menguji keterkaitan
gejala-gejala tersebut dengan pengetahuan yang belum diketahui sebelumnya.
Pengujian kebenaran ilmu pengetahuan dengan rasa ingin tahu, melalui pengamatan,
melalui rasio rasa manusia memperoleh kebenaran sesuatu pada tingkatan
pengalamannya.
2. Hubungan antara “tahu bahwa” dan “tahu bagaimana”
Antara “pengetahuan bahwa” dan “pengetahuan bagaimana” terdapat hubungan yang
sangat erat yaitu bahwa “pengatahuan bagaiama” selalu mengandaikan “pengatahuan
bahwa”. Sebagai pengetahuan praktis, “pengetahuan bagaimana” hanya merupakan
penerapan praktis dari apa yang telah diketahui pada tingkat “pengetahuan bahwa”.
Hubungan antara “tahu bahwa” dan “tahu akan”
“tahu akan” juga merupakan semacam “tahu bahwa”. Dalam pengertian bahwa “tahu
akan” pun seperi halnya “tahu bahwa” didasarkan pada informasi tertentu. Hanya saja,
informasi pada “tahu akan” bersifat lebih personal.
Hubungan antara “tahu bagaimana” dan “tahu akan”
Dengan mengetahui sesuatu secara pribadi, seseorang pada akhirnya semakin tahu
bagaimana bertindak secara tepat. Contohnya pemilik computer tahu secara pribadi
tentang sebuah komputer, ia tahu dengan baik sekali bagaimana menggunakannya.
Hubungan antara “tahu mengapa” dan ketiga jenis pengetahuan lainnya
Pertama, untuk sampai pada pengetahuan yang lebih mendalam dan akurat, kita tidak
hanya berhenti pada “tahu bagaimana”, melainkan kita perlu melangkah lebih jauh untuk
mengetahui mengapa sesuatu terjadi sebagaimana adanya. Dengan kata lain kita
membutuhnya “pengetahuan mengapa”. Tetapi, sebaliknya “pengetahuan bagaimana”
juga mengandaikan “tahu bahwa”. Dalam kasus tertentu, untuk bisa mempunyai
“pengetahuan mengapa” sesautu terjadi, kita perlu mempunyai pengenalan pribadi, kita
perlu “tahu akan”, yaitu tahu secara mendalam tentang hal itu.
3. Berfikir Deduktif adalah usaha untuk menyingkapkan konsekuensi-konsekuensi
eksperiensial dari hipotesis eksplanatoris. Tugasnya adalah mengeksplikasi hipotesis
dengan cara menarik konsekuensi eksperiensial dari suatu hipotesis. Dalam berfikir
deduktif terdapat silogismeyang terdiri dari beberapa unsur yaitu dasar pemikiran utama
(premis mayor) dan dasar pemikiran kedua (premis minor). Contohnya:
Premis mayor : Semua siswa SMA 15 Surabaya wajib mengikuti upacara hari Senin.
Premis minor : Zahy adalah siswa di SMA 15 Surabaya
Kesimpulan : Zahy wajib mengikuti upacara hari Senin

Berfikir Induktif adalah proses berfikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Yaitu,
proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan
pembuktian dan di akhiri dengan kesimpulan umum. Contohnya:
1. Benda 1 memiki massa 10 gram dan apabila dilempar, benda tersebut jatuh ke bawah.
2. Benda 2 memiliki massa 5 gram dan apabila dilempar, benda tersebut jatuh ke bawah.
3. Benda 3 memiliki massa 3 gram dan apabila dilempar, benda tersebut jatuh ke bawah.
Kesimpulannya, semua benda yang memiliki massa, apabila dilempar akan jatuh ke
bawah.

Anda mungkin juga menyukai