Abstrak
Manusia memiliki kemampuan untuk bergerak dan melakukan aktivitas, seperti berjalan, berlari,
menari, dan lain-lain. Kemauan melakukan gerakan tubuh pada manusia didukung adanya sistem
gerak, yang merupakan hasil kerjasama yang serasi antar organ sistem gerak, seperti rangka
(tulang), persendian dan otot. Metabolisme tulang adalah perubahan struktur atau bentuk pada
jaringan tulang akibat formasi dan resorbsi matriks tulang dalam proses pertumbuhan contohnya
perubahan bentuk tulang dari bayi sampai tua. Metabolisme tulang diatur oleh sel tulang yang
terdiri dari osteoblas, osteoklas dan osteosit. Metabolisme kalsium, metabolisme fosfor dan
metabolisme vitamin D memerankan peran penting dalam metabolisme tulang. Terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi metabolisme tulang diantaranya yaitu vitamin dan hormon.
Terganggunya metabolisme tulang dapat menyebabkan osteoporosis.
Abstact
Humans have the ability to move and do activities, such as walking, running, dancing, and
others. Willingness make gestures in humans supported the motion system, which is the result of
cooperation between the mismatched organ motion systems, such as order (bones), joints and
muscles. Bone metabolism are changes in the structure or shape of bone tissue due to the
formation and resorption of bone matrix in the growth process for example, changes in bone
shape from infancy to old. Bone metabolism is regulated by bone cells consisting of osteoblasts,
osteoclasts, and osteocytes. Metabolism of calcium, phosphorus metabolism and vitamin D
metabolism plays an important role in bone metabolism. There are many factors that affect bone
metabolism among which vitamins and hormones.distruption of bone metabolism can cause
osteoporosis.
1
Contoh Kasus 10
Seorang laki- laki berumur 60 tahun melakukan tes kepadatan masa tulang. Hasilnya
mengindikasikan osteoporosis.
Rumusan Masalah
Seorang laki – laki melakukan tes kepadatan massa tulang dan hasilnya osteoporosis.
Pendahuluan
2
Tulang
Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks ekstraselular. 2
Matriks tulang adalah bagian terkeras yang terletak dilapisan luar tulang, yang
diakibatkan oleh pengendapan mineral dalam matriks, sehingga tulang pun mengalami
kalsifikasi.1-3
Didalam tubuh manusia juga terdapat yang namanya tulang rawan (cartilago), yaitu
jaringan ikat yang mempunyai kemampuan meregang, membentuk penyokong yang kuat
bagi jaringan lunak, memberikan kelenturan, dan sangat tahan terhadap tekanan.3
Contohnya tulang pada paha ayam, dikedua bagian pada ujungnya itu merupakan
tulang rawan, sedangkan bagian yang terletak diantara keduanya ataupun bagian yang
paling keras disebut dengan tulang.2
Klasifikasi tulang
Tulang dapat diklasifikasikan berdasarkan posisi mereka, bentuk, ukuran, dan
struktur.2
3
Berdasarkan ukuran, tulang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1-3
Tulang panjang, bentuk tabung dengan poros berlubang. Contoh : tulang tungkai
Tulang pendek, bentuk kubus, terletak hanya di (tulang tarsal) kaki dan
pergelangan tangan (tulang-tulang karpal)
Gambar II.1.1 Tulang trabekular, serta jaringan adiposa dalam rongga meduler.1
4
Gambar II.1.2 Tulang trabekuler yang sudah tua dan osteosit antara lamela. Osteosit aktif
juga ada pada permukaan tulang dengan bentuk pipih.1
Berbeda dengan tulang kompak, osteon lengkap biasanya tidak ada didalam tulang
spons karena tipisnya trabekula tulang spons dan lebih aktif secara metabolis dibandingkan
tulang kompak karena luas permukaan lebih yang lebih besar untuk renovasi.3
5
akhirnya akan diubah menjadi tulang pipih dan tulang pada orang dewasa,
kecuali di beberapa tempat, seperti daerah dekat jahitan dari tulang datar dari
soket tengkorak gigi (lihat gambar II.1.5), dan tempat penyisipan beberapa
tendon(lihat gambar II.1.6).
6
Berdasarkan umurnya, jaringan tulang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:1-3
a. Tulang muda (jaringan tulang primer): merupakan tulang woven.
b. Tulang dewasa (jaringan tulang sekunder): tulang dewasa bersifat pipih.
Hampir semua tulang pada orang dewasa adalah tulang pipih.
Setiap osteoblas aktif telah jelas terletak pada inti dengan inti di tepi,
menyerupai sel plasma. Namun, osteoblas tidak menunjukkan pola seperti roda
pedati.3
Meskipun osteoblas aktif (lihat gambar di bawah) memiliki bentuk kuboid
atau kolumnar dengan inti terletak di tepi, suatu osteoblas aktif memiliki bentuk pipih
7
dengan aktivitas fosfatase alkali yang rendah. Osteoblas berhubungan dengan
osteoblas yang lainnya melalui sitoplasma.2
Gambar II.1.9 Osteosit yang ada di lakuna, proses sitoplasma mereka saling
berhubungan satu sama lain melalui kanalikuli tersebut.2
Proses sel yang berdekatan melakukan kontak melalui gap junction untuk
menjaga vitalitas osteosit dengan melewatkan nutrisi dan metabolit antara pembuluh
darah dan osteosit jauh, mengatur homeostasis ion, dan transmisi sinyal listrik dalam
tulang.1-3
8
Meskipun osteosit telah mengurangi aktivitas sintetik dan tidak mampu
melakukan pembelahan mitosis, mereka secara aktif terlibat dengan pemeliharaan
matriks tulang.3 Beberapa osteosit mati selama renovasi, tapi kemungkinan besar
kembali ke keadaan sel Osteoprogenitor atau bertahan sebagai osteosit untuk waktu
yang lama.2,3
c. Osteoklas
Osteoklas (lihat gambar II.1.10) mungkin berasal dari sistem monocytic-
makrofag dan bertanggung jawab untuk resorpsi tulang. Mereka adalah sel-sel berinti
dengan baik dan kaya lisosom yang mengandung tartrat tahan asam fosfatase
(TRAP).2-4
Gambar II.1.10 Osteoklas dalam perparat. Gambar ini menunjukkan beberapa inti
dan proses sitoplasma.1
Osteoklas berada di kawah resorpsi dikenal sebagai Lakuna Howship (lihat
gambar II.1.11) pada permukaan tulang atau di rongga resorpsi mendalam disebut
kerucut pemotongan. Sel-sel tulang hanya dapat mengisap matriks tulang
termineralisasi.2
9
Ketika dalam keadaan aktif, osteoklas membuat efek yang selalu
mendominasi. Karena, osteoklas tiga kali lebih efisien dalam resorpsi tulang
dibandingkan osteoblas berada di deposisi tulang. Dalam keadaan yang sama,
osteoklas memiliki jangka hidup yang lebih pendek daripada osteoblas. 1-3
Osteoklas jarang terlihat di bagian histologis tulang yang normal. Sebuah
peningkatan jumlah osteoklas adalah karakteristik dari penyakit dengan meningkatnya
turnover tulang.2-4
Matriks tulang
Matriks tulang terdiri dari komponen organik dan anorganik.4 Perpaduan zat organik
dan anorganik membuat tulang menjadi kuat dan keras.4 Komponen organik terdiri dari serat
kolagen dengan didominasi tipe I kolagen (90%) dan (10%) dari bahan amorf, termasuk
glikosaminoglikan yang berhubungan dengan protein.5 Materi anorganik mewakili sekitar
50% dari berat kering matriks tulang, terdiri dari kalsium dan fosfor berlimpah, serta jumlah
yang lebih kecil dari bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium, dan natrium. 4,5 Kalsium
membentuk kristal hidroksiapatit dengan fosfor namun juga hadir dalam bentuk amorf.5
Selama pembentukan tulang, osteoblas melapisi osteoid (tebal sekitar 10 pM) pada
permukaan tulang yang sudah ada sebelumnya, yang kemudian mulai dengan mineral dalam
sekitar 20 hari. Interval ini dikenal sebagai jeda waktu mineralisasi.4,5
10
Dalam histologi tulang yang normal, sebagai akibat dari proses renovasi normal,
sampai dengan 20% dari permukaan tulang dapat ditutupi oleh osteoid (tebal biasanya 10
pM). Sejumlah peningkatan osteoid terlihat dalam kondisi patologis di mana tingkat renovasi
dipercepat atau pada saat jeda waktu mineralisasi meningkat.3-5
11
Usia tulang juga mempengaruhi aktifitas osteoklas dalam resorpsi tulang.3
Osteoklas istimewa membedakan dan menyerap tulang pada tulang berusia daripada
yang mereka lakukan pada tulang muda.2-4
c. Lamela Circumferential
Lamela Circumferential adalah lamela melingkar yang melapisi permukaan
eksternal dari korteks berdekatan dengan periosteum dan melapisi permukaan dalam
dari korteks sebelah endosteum tersebut.5
Metabolisme Tulang
Metabolisme tulang adalah perubahan struktur atau bentuk pada jaringan tulang akibat
formasi dan resorbsi matriks tulang dalam proses pertumbuhan contohnya perubahan bentuk
tulang dari bayi sampai tua, selain itu tulang juga mengalami sebuah proses yang berlangsung
terus menerus secara aktif dengan membangun dan memperbaiki pembentukan tulang yang
dilakukan oleh osteoklas (resorbsi tulang) dan osteoblas (formasi tulang).4,5
Tulang sebagai organ yang dinamis, dalam fungsi metabolisme dapat merupakan
cadangan dan pengatur keseimbangan berbagai mineral dalam tubuh seperti kalsium, fosfor,
magnesium dan lain – lain.6 Semua ini di pengaruhi oleh berbagai hormon dan keadaan antara
lain vitamin D, hormon paratiroid, hormon kalsitonin, hormon pertumbuhan, hormon tiroid,
kadar kalsium atau fosfor darah, dan lain sebagainya.7
Tulang merupakan jaringan yang kaya akan pembuluh darah. Diperkirakan aliran
darah ke tulang mencapai 200 – 400ml per menit yang berguna dalam membantu
12
metabolisme tulang. Tulang memainkan peran penting dalam mempertahankan serum
kalsium dan kadar fosfat yang tepat.6,7
Kalsium (Ca)
Kalsium adalah kation ekstrasel utama.7 Peran utama kalsium adalah untuk kontraksi
dan eksitasi otot jantung dan otot lainnya, transmisi sinap sistem saraf, koagulasi, dan sekresi
hormon dan regulator lain yang memerlukan eksositosis.6 Kadar kalsium normal dalam
plasma 8,5-10,4 mg/dL, 45% terikat protein plasma terutama albumin, 10% terikat dengan
dapar anion seperti sitrat dan fosfat.6,7 Empat puluh lima persen sisanya ada dalam bentuk ion
dan merupakan bentuk aktif. Kadar kalsium dalam cairan ekstrasel 1% dari keseluruhan total
kalsium tubuh sementara kadarnya dalam sel dijaga sekitar 1/10.000 dari kadar ekstrasel. 7
Fungsi utama kalsium intrasel adalah second messenger intraselular untuk mengatur
pembelahan sel, kontraktilitas otot, pergerakan sel, dan sekresi. Sumber kalsium utama dan
satu-satunya adalah diet antara lain susu dan produknya seperti keju dan yogurt, sayur-
sayuran berwarna hijau, ikan dalam kaleng yang lengkap dengan tulangnya seperti sardin,
kacang-kacangan, dan makanan jadi yang difortifikasi dengan kalsium seperti jus, dan
sereal.5-7
Absorbsi kalsium di saluran cerna terjadi di proksimal duodenum yang tergantung
pada vitamin D aktif dan bersifat difusi aktif yang memerlukan calsium binding protein
(CaBP) atau kalbindin. Efektivitas absorbsi kalsium di usus dipengaruhi oleh asupan
kalsium.8 Semakin rendah kadar kalsium dalam makanan yang dikonsumsi, semakin aktif
pula usus melakukan absorbsi. Sembilan puluh sembilan persen kalsium ekstrasel terdapat
dalam tulang dalam bentuk hidroksiapatit yang mencerminkan keseimbangan antara proses
pembentukan dan resorpsi tulang.7 Keseimbangan metabolisme kalsium diatur oleh tiga
faktor, hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid.
Membran sel kelenjar paratiroid mengandung sensor kalsium yang dapat mendeteksi kadar
kalsium darah. Aktivasi reseptor kalsium terjadi bila kadar kalsium darah tinggi,
menyebabkan pelepasan fosfolipase A2, asam arakidonat, dan leukotrien. Leukotrien
menginhibisi sekresi hormon paratiroid melalui degradasi 90% granul sekretori yang
mengandung bentuk preformed hormon paratiroid. Aktivasi reseptor kalsium tidak akan
terjadi bila kadar kalsium darah rendah.7,8 Hormon paratiroid bekerja dengan berikatan
dengan reseptor membran sel organ target, yaitu reseptor hormon paratiroid 1 di ginjal dan
tulang. Hormon paratiroid meningkatkan reabsorbsi kalsium dengan mempermudah pori
kalsium di tubulus distal ginjal terbuka. Hormon paratiroid meningkatkan degradasi tulang
13
dengan bekerja pada osteoblas melalui RANKL di tulang. Hormon paratiroid juga
menstimulasi hidroksilasi 25-OH-vitamin D3 menjadi bentuk aktifnya (kalsitriol). 6 Efek
kalsitonin terhadap kalsium bertentangan dengan efek hormon paratiroid. Kalsitonin
menginhibisi aktivitas osteoklas, mengurangi resorpsi tulang, dan meningkatkan ekskresi
kalsium melalui ginjal, jadi fungsi kalsitonin menurunkan kadar kalsium darah.8
Kalsium di eksresikan melalui ginjal bila kadarnya diatas 7mg / 100 ml. Sejumlah
besar di ekskresikan melalui usus dan hampir semuanya hilang dalam feses. Sejumlah kecil di
ekskresikan melalui keringat.7
Fosfor (P)
Tubuh orang dewasa mengandung sekitar 600mg fosfor, sekitar 85% berada dalam
bentuk kristal di dalam tulang dan 15% berada didalam cairan ekstraseluler. Sebagian besar
fosfor ekstraseluler berada dalam bentuk ester fosfat. Fosfor intraseluler memegang peran
yang sangat penting dalam proses biokimia intrasel, termasuk pada pembentukan dan transfer
energi seluler.8
Fosfor sebagai fosfat, penting dalam struktur dan fungsi semua sel hidup. Fosfat
dalam sel sebagai ion bebas, merupakan bagian penting asam – asam nukleat, mukleotida dan
beberapa protein.7 Dalam tulang ekstraseluler, fosfat bersirkulasi sebagai ion bebas dan
terdapat sebagai hidrosiapatit, komponen utama dari tulang. Semua sel mempunyai enim -
enzim yang dapat mengikatkan fosfat dalam ikatan ester atau anhidrida asam ke molekul
lain.6-8
Metabolisme Fosfor
Fosfat bebas diabsorpsi dalam jejenum bagian tengah dan masuk aliran darah melalui
sirkulasi portal. Pengaturan absorpsi fosfat diatur oleh 1,25 – dihidroksikolekalsiferol. Fosfat
ikut dalam pengaturan derivat aktif vitamin D.8
14
Bila kadar fosfat serum rendah, pembentukan 1, 25 – dihidroksikolekalsiferol dalam
tubulus renalis diransang, sehingga terjadi penambahan absorpsi fosfat dari usus.9
Deposisi fosfat sebagai hidroksiapatit dalam tulang diatur oleh kadar hormon
paratiroid.1,25-dihidroksikolekalsiferol, memegang peranan yang menungkinkan hormon
paratiroid melakukan mobilisasi kalsium dan fosfat dari tulang.8,9
Ekskresi fosfat terjadi terutama dama ginjal, 80% - 90% fosfat plasma difiltrasi pada
glomelurus ginjal. Jumlah fosfat yang di ekskresi dalam urin menunjukan perbedaan antara
jumlah yang difiltrasi dan yang di absorpsi oleh tubulus proximal dan tubulus distal ginjal.9
Metabolisme Vitamin D
Manusia mendapat vitamin D dari beberapa cara, antara lain dari pengaruh sinar matahari,
diet dan suplemen, Pengaruh sinar matahari dalam pembentukan Vitamin D bagi manusia
melalui pengaruh sinar ultraviolet B berasal dari matahari yang mempunyai panjang
gelombang antara 290 sampai 315 nanomikron, sinar tersebut menembus kulit dan
mengubah 7-dehidrocholesterol menjadi provitamin D3 yang kemudian segera berubah
menjadi vitamin D3.10 Sedangkan sumber Vitamin D2 dan D3 yang berasal dari diet dan
suplemen dalam bentuk chilomikron dialirkan ke pembuluh limfa untuk masuk sirkulasi
vena.11
Secara umum Vitamin D disimpan dalam sel-sel lemak tubuh. Vitamin D dalam sirkulasi
darah vitamin D diikat oleh protein khusus untuk di bawa ke hati. 11 Di dalam hati vitamin D
yang belum aktif dengan bantuan enzim tertentu diubah menjadi vitamin D aktif, yaitu 25
dehidroksi vitamin D atau 25(OH)D.13 Dari hati vitamin D kemudian dibawa ke ginjal. Kadar
vitamin D aktif di dalam darah tersebut diatur oleh hormon paratiroid, kalsium dan fosfor.12
Kadar vitamin aktif inilah yang menjadi dasar para klinis menilai kadar Vitamin D seseorang
di dalam darahnya. Kadar vitamin D seseorang sangat dipengaruhi oleh kalsium, fosfor, dan
faktor pertumbuhan fibroblast. Kadarnya akan menjadi menurun akibat umpan balik negatif
dari hormon paratiroid.11-13
15
Faktor – Faktor yang mempengaruhi metabolisme tulang
Pertumbuhan tulang (modeling) mengarah ke proses pengubahan ukuran dan bentuk tulang.
Pertumbuhan tersebut terjadi hingga akhir pubertas, akan tetapi peningkatan kepadatan masih
terjadi hingga dekade ke empat.11 Sedang remodeling adalah proses regenerasi yang terjadi
secara terus-menerus dengan mengganti tulang lama dengan tulang yang baru. 12 Tempat
dimana terjadi peristiwa remodeling diberi istilah basic multicellular unit (BMUs) atau bone
remodeling unit.12
Proses remodeling meliputi dua aktifitas yaitu proses pembongkaran tulang (bone
resorpsion) yang diikuti oleh proses pembentukan tulang baru (bone formation), proses yang
pertama dikenal sebagai aktivitas osteoklas sedang yang kedua dikenal sebagai aktivitas
osteoblast.10 Osteoblas adalah sel-sel tulang yang membentuk lapisan tulang baru selama
tahap pembentukan dalam proses remodeling tulang.11 Sel-sel ini mengisi rongga dan
terowongan yang dibuat oleh osteoklas.12 Osteoklas adalah sel-sel penghilang tulang yang
melarutkan dan mengikis tulang selama tahap-tahap dari proses resorpsi remodeling tulang.13
16
Gambar II.1.13 Bone Remodeling
Pertama osteoklas akan mengikis dan membuat rongga pada tulang yang dikenal dengan
istilah resorpsi. Lalu osteoblast akan sibuk membangun kembali lubang galian dengan tulang
baru yang lebih kuat (formation).12
Remodeling berlangsung antara 2-8 minggu dimana waktu terjadinya pembentukan tulang
berlangsung lebih lama dibandingkan dengan terjadinya resoprsi tulang. 11 Terjadinya
osteoporosis salah satunya karena aktifitas resopsi tulang yang lebih cepat sedangkan
pembentukan tulang lebih lama, sehingga tulang menjadi keropos.12 Proses remodeling
berlangsung sejak pertumbuhan tulang sampai akhir proses kehidupan. Tujuan remodeling
tulang belum diketahui secara pasti, tetapi aktifitas tersebut antara lain untuk :11-13
Osteoporosis
Osteoporosis atau keropos tulang adalah suatu penyakit tulang yang ditandai dengan
adanya penurunan masa tulang dan perubahan struktur pada jaringan mikroarsitektur tulang,
yang menyebabkan kerentanan tulang meningkat disertai kecenderungan terjadinya fraktur,
terutama pada proksimal femur, tulang belakang dan pada tulang radius.14 Baik pada laki-laki
maupun wanita mempunyai kecenderungan yang sama terhadap ancaman fraktur tulang
tersebut, walaupun demikian penyakit ini dapat dicegah maupun diobati. 14
17
Terdapat beberapa faktor utama sebagai faktor resiko yang berhubungan erat dan
mempunyai kontribusi utama terhadap proses perkembangan osteoporosis.15 Faktor resiko
tersebut sering ditemukan, tetapi pada beberapa individu dengan osteoporosis sulit ditentukan
dengan jelas faktor resiko osteoporosis tersebut. Hampir separuh masa kehidupan terjadi
mekanisme kerusakan tulang (resorpsi ) dan pembentukan tulang ( formasi).15 Selama masa
anak-anak dan dewasa muda, pembentukan tulang jauh lebih cepat dibandingkan dengan
kerusakan tulang. Titik puncak massa tulang ( Peak bone mass ) tercapai pada sekitar usia 30
tahun, dan setelah itu mekanisme resopsi tulang menjadi jauh lebih cepat dibandingkan
dengan pembentukan tulang.14 Penurunan massa tulang yang cepat akan menyebabkan
kerusakan pada mikroarsitektur tulang khususnya pada tulang trabekular.14
Osteoporosis dibagi dalam 2 bentuk, yaitu primer dan sekunder. Dikatakan
osteoporosis primer apabila penyebabnya berhubungan dengan usia ( senile osteoporosis)
atau penyebabnya tidak diketahui sama sekali ( idiopathic osteoporosis).14 Pada laki-laki,
istilah idiopatik digunakan hanya pada usia lebih dari 70 tahun, dengan asumsi penyebabnya
adalah berhubungan dengan usia. Progresifitas resorpsi tulang merupakan kondisi normal
dalam penuaan ( aging process). Mekanisme ini diawali pada antara usia decade 3 sampai 5
kehidupan, perkembangan resopsi tulang lebih cepat pada tulang trabelukar dibanding pada
tulang kortikal, dan pada wanita akan mengalami percepatan mekanisme ini menjelang
menopause. Pada Osteoporosis sekunder kebiasaan gaya hidup, obat-obatan atau penyakit
tertentu merupakan penyebab utama terjadinya osteoporosis.14,15 Penyebab tersering
osteoporosis sekunder adalah terapi dengan glukokortikoid (sindroma cushing),
tirotoksikosis, alkoholisme, hiperparatiroid, diabetes melitus, hipogonadisme, perokok,
penyakit gastrointestinal, gangguan nutrisi, hipercalsiuria dan immobilisasi.15
Kesimpulan
Osteoporosis terjadi karena tulang mengalami kehilangan massa tulang dan kerusakan
konstruksi trabekula tulang, sehingga kortex menjadi lebih tipis dan medula lebih spongius
atau berongga. Konsekuensinya tulang menjadi lebih rapuh dan mudah patah. Osteoporosis
bisa terjadi karena gangguan pada metabolisme tulang dan remodeling tulang.
18
Daftar Pustaka
1. Bahri S, Sigit, John I, Ditia Y. 2009. Kadar Asam Laktat Hasil Metabolisme Anaerob
pada Atlet. Jurnal IPTEK Olahraga, Vol 11 No 1. Bogor.
2. Eroschenko, V P. 2009. Atlas Histologi diFiore. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
3. Guyton, Adelin C.1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
4. Guyton, Adelin C,Hall D, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
5. Gunawan A. 2001. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot. INTEGRAL,Vol.6,
No.2.
6. Snell, R E. 2006. Anatomi Klinik Dasar ed.6. EGC: Jakarta
7. Setyorini, A. 2009. Pencegahan Osteoporosis dengan Suplementasi Kalsium dan
Vitamin D pada Penggunaan Korti Kosteroid Jangka Panjang. Sari Pediatri, Vol.11,
No.1. Bali
8. Kirby, B J. 2011. Skeletal Recovery After Weaning Does Not Require PTHrP. Journal
of Bone and Mineral Research, Vol.26, No.6, pp 1242-1251.
9. Rosenzweig, H L. 2011. NOD2 Deficiency Results in Increased Susceptibility to
Peptidoglycan-Induced Uveitis in Mice. IOVS, Vol.52, No.7.
10. Hirose, S. 2007. A Histological Assessment on the Distribution of the Osteocytic
Lakunar Canalicular System Using Silver Staining. J Bone Miner Metab 25:374-380.
11. Pounds, J G. 1991. Cellular and Molecular Toxicity of Lead in Bone. Enviromental
Health Perspective, Vol.91, pp 17-32.
12. Steenvoorden. 2007. RAGE and Activation of Chondrocytes and Finroblast-Like
Synoviocytes in Joint Disease.Doctoral Thesis Verden University.
13. Premkumar, S. 2011. Textbook of Craniofacial Growth. Jitendar P Vij.
14. Frichs B, Berth R. 2011. Osteoporosis, diagnosis, prevention, therapy. New York:
Springerl.
15. P Andrews. 2012. Osteoporosis, clinical guidlines for prevention and treatment.
London: Royal Collage of Physicians London.
19