Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Gizi terhadap Penyakit Kardiovaskular

Penyebab penyakit kardiovaskular adalah multifaktorial. Secara umum telah disepakati bahwa
kadar kholesterol yang tinggi dalam darah, hipertensi, dan merokok berperanan penting dalam
terjadinya atherosklerosis yang merupakan salah satu bentuk penyakit kardiovaskular.

Sebagian besar faktor risiko penyakit jantung, baik faktor risiko primer maupun sekunder,
banyak berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan diet. Faktor gizi yang akan dibahas
lebih lanjut dalam bab ini adalah masukan kholesterol, jumlah dan macam lemak, energi, protein,
vitamin A, E dan C, serat makanan dan beberapa mineral khususnya Na, Fe, Ca, Mg, Cu, Zn dan
Se. Sementara faktor bukan gizi yang akan dibahas adalah alkohol dan kopi.

Masukan kolesterol

Kholesterol dalam darah berasal dari dua sumber, yaitu diet atau kholesterol eksogen dan hasil
sintesis dalam tubuh atau kholesterol endogen. Hanya sekitar 25%—50% kholesterol dari diet
yang dapat diabsorbsi, selebihnya dibuang melalui tinja. Jika masukan kholesterol meningkat,
sintesis kholesterol akan ditekan.

Studi klinis, epidemiologi maupun studi dengan hewan percobaan memperlihatkan bahwa
masukan kholesterol merupakan faktor terpenting yang menentukan kadar  kholesterol dalam
darah. Peningkatan kholesterol dalam darah merupakan faktor risiko yang penting pada penyakit
kardiovaskular. Risiko ini terutama berhubungan dengan peningkatan kadar kholesterol
berkerapatan rendah (LDL) dalam darah. Sebaliknya penurunan kadar kholesterol berkerapatan
tinggi (HDL) juga merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular.

Dengan demikian konsep normal kadar kholesterol total dalam darah hanya mempunyai arti
kecil; studi observasi menunjukkan bahwa satu populasi dengan rata-rata kholesterol total dalam
darah 10% lebih rendah daripada populasi lain, akan menderita penyakit kardiovaskular sepertiga
lebih rendah, dan perbedaan 30% kholesterol total dalam darah diperkirakan menyebabkan
perbedaan penyakit kardiovaskular sampai empat kali. Rasio LDL-HDL merupakan faktor risiko
yang lebih penting daripada total kholesterol dalam darah maupun LDL dan HDL secara
terpisah.

Keys dkk pada tahun 1965 dan Hegsted dkk pada tahun yang sama telah mengembangkan suatu
formula (rumus) untuk mengestimasi atau memperkirakan perubahan kholesterol dalam darah.
Kedua rumus tersebut adalah sebagai berikut :

delta Chol = 1,35 (2 delta S — delta P) + 1,52 delta Z(9)


delta chol = 2,16 delta S — 1,65 delta P + 0,0677 delta C — 0,53(10)

Delta Chol = estimasi perubahan kholesterol dalam darah (mg/dl)


Delta S = perubahan persen energi yang berasal dari lemak jenuh per hari
Delta P = perubahan persen energi yang berasal dari lemak tak jenuh ganda
Delta Z = perubahan akar kuadrat dari masukan kholesterol dalam mg per 1000 Kilo kalori
Delta C = masukan kholesterol (mg/hari).
Rumus atau formula di atas berlaku secara umum, namun setiap individu mempunyai respon
yang berbeda terhadap masukan kholesterol. Perbedaan respon ini disebabkan pengendalian
secara genetik dalam metabolisme lemak. Sebagai konsekuensinya akan terdapat kelompok
orang yang tidak mengalami kenaikan kadar kholesterol dalam darahnya walaupun masukan
kholesterol meningkat tajam. Kelompok orang-orang ini dinamakan hiporesponder.

Sebaliknya terdapat pula kelompok orang yang mengalami kenaikan kadar kholesterol dalam
darah secara tajam, walaupun masukan kholesterolnya hanya meningkat sedikit. Kelompok ini
disebut hiperresponder. Susilowati, 1991 dalam penelitiannya menggunakan tikus percobaan
mendapatkan bahwa masukan kholesterol yang tinggi dalam makanan dapat mempengaruhi
kadar kholesterol darah dan meningkatkan kholesterol dalam hati secara dramatis.

Masukan lemak

Dalam mengkaji hubungan antara masukan lemak dengan penyakit kardiovaskular, perlu
diperhatikan proporsi energi berasal dari lemak serta macam lemak yang dikonsumsi.

Berdasarkan sumbernya lemak dapat dibedakan menjadi dua yaitu lemak nabati dan hewani.
Secara umum lemak nabati lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh ganda (PUFA =
Polyunsaturated fatty acid) maupun tunggal (MUFA = Monounsaturated fatty acid), kecuali
lemak yang berasal dari kelapa. Sementara lemak hewani umumnya banyak mengandung lemak
jenuh (SAFA = Saturated fatty acid), seperti asam miristat (C14), asam palmitat (C16), asam
stearat (C18).

Mengkonsumsi banyak asam lemak jenuh akan meningkatkan kadar kholesterol dan trigliserida
dalam darah. Makanan hewani selain banyak mengandung lemak jenuh juga mengandung
kholesterol, sebaliknya makanan nabati yang sedikit mengandung lemak jenuh, juga tidak
mengandung kholesterol.

Macam lemak dalam diet merupakan faktor tunggal dalam diet yang paling kuat mempengaruhi
konsentrasi kholesterol. Studi di tujuh negara menunjukkan hubungan yang positif antara
masukan lemak jenuh dan insiden kardiovaskular selama 10 tahun. Populasi dengan rata-rata
masukan lemak jenuh 3% dan 10% dari masukan energi, bercirikan kholesterol total dalam darah
5,17 mmol/l (200 mg/dl), dan tingkat kematian karena penyakit kardiovaskular juga rendah. Jika
masukan lemak jenuh di atas 10% dari masukan energi, akan terlihat peningkatan kematian
karena penyakit kardiovaskular.

Di antara berbagai macam asam lemak jenuh, asam palmitat (C16:0) dan asam miristat (C14:0),
mempunyai pengaruh paling kuat terhadap kholesterol total dalam darah. Sementara asam lemak
jenuh dengan rantai karbon di bawah 10 atau di atas 18, pengaruhnya kurang kuat terhadap
kholesterol total dalam darah. Asam laurat (C12:0) dan asam miristat (C14:0) banyak terdapat
pada minyak kelapa, sementara asam palmitat (C16:0) dan asam stearat (C 18:0) banyak terdapat
pada kakao.

Peranan asam lemak tak jenuh seperti asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), asam lemak tak
jenuh ganda (PUFA) baik dari kelompok omega-3 maupun omega-6, dalam pencegahan penyakit
kardiovaskular masih tetap belum jelas. Penduduk di negara-negara Mediteranian yang
mengkonsumsi lemak di atas 40% dari masukan energi, mempunyai kejadian penyakit
kardiovaskular rendah.

Sementara orang-orang Eskimo yang juga mengkonsumsi lemak tinggi, terutama dari jenis
lemak omega-3, kejadian penyakit kardiovaskular juga rendah. Perlu diingat bahwa ciri susunan
diet orang-orang Eskimo dan Mediteranian adalah rendah asam lemak jenuh. Belum tersedia
informasi tentang pengaruh diet yang mengandung asam lemak omega-6 di atas 7% dari
masukan energi dalam jangka waktu lama di dalam suatu populasi.

Penelitian klinik dan penelitian menggunakan hewan percobaan membuktikan bahwa asam
lemak omega-6 yang dipakai untuk menggantikan asam lemak jenuh, dapat menurunkan
kholesterol total, LDL, dan HDL dalam darah. Minyak ikan yang kaya asam lemak omega-3
secara taat azas menurunkan trigliserida darah dan memperpanjang waktu pembekuan darah.

Pengaruh asam lemak omega-3 terhadap LDL bervariasi. Data tentang pengaruh asam lemak
omega-3 dosis tinggi terhadap kesehatan dalam jangka waktu lama, masih terbatas. Sebuah studi
epidemiologi di Belanda menunjukkan bahwa mengkonsumsi ikan sekurang-kurangnya 30 g
dengan frekuensi 1–2 kali per minggu dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskulat.

Studi klinik dan studi menggunakan hewan percobaan memberikan indikasi bahwa penggantian
asam lemak jenuh dengan asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dalam diet, berhasil
menurunkan kadar kholesterol total dan LDL dalam darah tanpa penurunan HDL. Akhir-akhir ini
dalam anjuran diet banyak dipakai rasio antara PUFA, SAFA, dan MUFA, 1:1:1.

Di antara asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), asam oleat (C18:1) paling banyak dijumpai di
alam. Asam ini banyak didapati pada minyak biji zaitun (rape seed oil), minyak biji matahari,
minyak biji safflower yaitu tumbuhan yang berasal dari Erasia dengan kandungan antara 65–
85%. Dari kelompok asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) omega-6, asam linoleat (C18:1)
adalah yang paling banyak dijumpai. Asam lemak ini banyak terdapat pada minyak nabati seperti
minyak biji matahari (65%), margarin lunak (60%), minyak jagung (60%) dan minyak kedelai
(55%).

Sementara asam lemak omega-3 juga didapati pada minyak nabati seperti minyak biji rami
(50%), minyak kedelai (10%). Asam lemak omega-3 dengan atom C rantai panjang dan ikatan
rangkap 5 (asam eikosapentanoat = EPA) atau 6 (asam dokosaheksanoat = DHA) banyak
dijumpai pada ikan.

Masukan energi

Masukan energi yang berlebihan baik energi yang berasal dari karbohidrat, lemak, protein
maupun alkohol, dapat mempertinggi trigliserida dan kholesterol dalam darah. Dalam
mempelajari hubungan antara masukan energi dengan penyakit kardiovaskular, tidak dapat
hanya melihat masukan energi saja, melainkan harus diperhatikan proporsi energi yang berasal
dari lemak terutama lemak jenuh serta kaitannya dengan obesitas dan aktifitas fisik.
Peranan obesitas dalam etiologi atherosklerosis dan penyakit kardiovaskular masih belum jelas.
Adipositas berkorelasi terbalik dengan konsentrasi HDL. Peningkatan jaringan adipos yang
berarti pula peningkatan berat badan, akan diikuti penurunan HDL yang selanjutnya risiko
mendapatkan penyakit kardiovaskuler akan meningkat.

Obesitas atau kegemukan berkaitan erat dengan gaya hidup tertentu termasuk diet atau makanan
yang berlebih serta latihan fisik yang kurang. Dengan demikian pengontrolan berat badan dengan
latihan fisik dan diet yang seimbang merupakan upaya yang baik dalam mengurangi atau
memperkecil risiko terkena penyakit kardiovaskular.

Protein

Dalam penelitian dengan hewan percobaan ditemukan bahwa diet yang mengandung tinggi
protein terutama protein hewani akan mengakselerasi atherosklerosis. Kasein mempunyai efek
hiperkholesterolemik dan lebih aterogenik dibandingkan dengan protein kedelai. Pada penelitian
menggunakan hewan percobaan, protein kedelai masih mampu menekan kenaikan kholesterol
darah walaupun dalam dietnya ditambah 1% kholesterol.

Studi lain yang menggunakan protein kedelai dan protein nabati lain untuk menggantikan kasein,
juga memberikan hasil yang sama. Tampaknya pengaruh macam protein (protein kedelai)
terhadap penurunan kholesterol dalam darah lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh asam
lemak omega-6 maupun asam lemak omega-3, walaupun terdapat interaksi antara keduanya.

Vitamin A, E dan C

Vitamin A dan E berperan dalam melindungi endotelium dan juga merupakan antioksidan yang
dapat melindungi peroksidasi lemak. Vitamin A dan E dapat melindungi kejadian agregasi
platelet, mempengaruhi transpor oksigen dan penggunaannya, meningkatkan HDL dan
meningkatkan kemampuan asam nikotinat dalam menurunkan lipida darah. Vitamin A dan E
dapat berperan dalam pencegahan primer terhadap kelainan metabolisme yang merupakan
penyebab hiperlipoproteinemia, dan dapat pula berperan dalam pencegahan sekunder untuk
mengurangi lipida darah yang dapat menyebabkan risiko aterogenesis.

Gey (1991) dalam penelitiannya menyimpulkan adanya korelasi negatif yang kuat antara
konsentrasi vitamin E dalam darah dengan kematian karena penyakit jantung iskhemik (PJI),
juga ditemukan korelasi negatif yang tidak begitu kuat antara kadar vitamin A dalam darah
dengan kematian karena PJI. Jika tiga faktor risiko penyakit kardiovaskular yaitu kholesterol,
hipertensi dan merokok, dikontrol, kombinasi vitamin E dan A mempunyai korelasi negatif yang
sedikit lebih kuat dibandingkan dengan vitamin E tersendiri. Dalam kesimpulan akhir
dikemukakan bahwa efek protektif dari vitamin E dapat ditingkatkan oleh vitamin A, karoten,
dan vitamin C.

Observasi penggunaan vitamin C dosis tinggi untuk menurunkan kholesterol darah pada hewan
percobaan (kelinci dan babi) yang diberi diet kholesterol mengilhami suatu ide bahwa vitamin C
dapat menurunkan kholesterol darah para penderita hiperkholesterolemia. Untuk mengkaji hal
tersebut, dilakukan studi klinik yang tidak terkontrol (uncontrolled clinical trials). Studi klinik
tersebut menunjukkan hasil yang bertentangan, yaitu tidak terbukti bahwa vitamin C
berhubungan dengan penyakit kardiovaskular.

Mineral

Mengenai peranan garam Natrium (Na) dalam hubungannya dengan penyakit kardiovaskular,
terutama hipertensi; sampai saat ini masih belum dicapai kesepakatan bulat. Banyak studi
epidemiologi dan studi menggunakan hewan percobaan mengungkapkan adanya hubungan
tersebut.

Pada kelinci dan tikus yang menderita defisiensi kalsium, kadar kholesterol dalam darahnya
meningkat. Suplementasi kalsium pada hewan percobaan dapat menurunkan lipida darah
mendekati atau bahkan lebih rendah daripada kontrol, tetapi juga berasosiasi dengan insidensi
lesi jantung dan lesi ginjal.

Penelitian yang tidak terkontrol terhadap 10 penderita hiperlipidemia menunjukkan bahwa


penambahan 800 mg kalsium per hari (dalam bentuk kalsium karbonat) selama satu tahun, dapat
menurunkan kholesterol dalam darah sebanyak 25%. Penelitian lain terhadap sekelompok wanita
yang berusia lebih tua, suplementasi 750 mg kalsium per hari dapat menurunkan kholesterol
darah 36 mg/dl dari rata-rata 266 mg/dl.

Magnesium dan kalsium mungkin berinteraksi dengan lemak dalam promosi terjadinya lesi
aterosklerotik. Pada hewan percobaan, peningkatan insiden lesi jantung dan lesi ginjal
berasosiasi dengan masukan kalsium yang sangat tinggi, dan ini dapat diturunkan atau bahkan
dihilangkan dengan diet tinggi magnesium. Efek protektif ini hanya berlaku jika masukan
kalsium sangat tinggi (0,6% berat), dan hanya berlaku jika terdapat kenaikan kholesterol darah.

Pada hewan percobaan, defisiensi tembaga (Cu) berasosiasi dengan kerusakan kardiovaskular
dan ketidaknormalan metabolisme kholesterol. Dalam satu studi pada manusia, defisiensi Cu
akan mengakibatkan kenaikan kholesterol dalam darah. Kenaikan ini mungkin karena Cu
merupakan ko faktor untuk enzim yang terlibat dalam sintesis kholesterol dan degradasi
lipoprotein.

Peningkatan Zn dalam diet akan meningkatkan kebutuhan Mg. Atas dasar ini dibuat postulasi
bahwa rasio Zn-Cu yang tinggi pada diet orang Amerika, dapat merupakan faktor risiko penyakit
kardiovaskular. Suplementasi Zn yang diberikan kepada anak dalam jangka waktu panjang, tidak
berasosiasi dengan kenaikan kholesterol dalam darah. Meski suplementasi Zn dalam dosis tinggi
telah dilaporkan dapat menurunkan kholesterol HDL, dosis yang fisiologik tidak mempunyai
efek pada lipida darah.

Selenium (Se) yang sangat rendah dalam diet orang-orang Cina, telah dihubungkan dengan
kejadian kardiomiopati pada anak. Meski peran Se sebagai penyebab belum jelas, studi
epidemiologi menunjukkan peranan defisiensi Se dalam penyakit kardiovaskular. Di Amerika
Serikat, kematian karena penyakit kardiovaskular ditemukan lebih rendah di daerah yang
tanahnya mempunyai kandungan Se tinggi. Hal yang serupa juga ditemukan di Swedia, yaitu
kematian karena penyakit kardiovaskular lebih rendah di daerah yang mendapat air dengan
kandungan Se lebih tinggi.

Akan tetapi studi lain tidak berhasil mendemonstrasikan adanya perbedaan konsentrasi Se dalam
serum dan urin dari penderita hipertensi atau penderita penyakit jantung koroner yang meninggal
karena infark miokard dan atherosklerosis dibandingkan dengan kontrol. Platelet pada  manusia
mengandung Se lebih banyak daripada jaringan lainnya. Ini memberikan indikasi bahwa
defisiensi Se dapat berpengaruh terhadap thrombosis. Dari studi dikemukakan bahwa defisiensi
Se mengurangi aktifitas antioksidan platelet, dan aktifitas ini pulih dengan suplementasi Se.

Dalam studi prospektif di Finlandia, didapatkan hubungan antara konsentrasi Se yang rendah
dalam darah dengan manifestasi klinik penyakit kardiovaskular. Pada studi kasus kontrol
terhadap populasi yang lain, juga di Finlandia, ditemukan korelasi yang tinggi antara kadar Se
dalam darah dengan asam eikosapentanoat (EPA). Dalam studi tersebut, sulit memisahkan efek
aterogenik dari Se dan asam lemak omega-3, karena ikan merupakan sumber utama Se dan
sekaligus sumber asam lemak omega-3 dalam diet orang-orang Finlandia.

Peranan zat besi (Fe) dalam penyakit kardiovaskular menjadi menarik karena kontribusinya pada
aterogenesis dan/atau kerentanan miokardium menjadi ishkemik. Tingginya simpanan zat besi
dalam hati merupakan faktor risiko tersendiri atau merupakan kombinasi dengan lipoprotein. Zat
besi berperan sebagai katalis dalam hidroksil radikal (OH. ) melalui reaksi Haber-Weiss, dan
berperanan penting dalam peroksidasi lemak.

Alkohol dan kopi

Hubungan antara konsumsi alkohol dengan penyakit kardiovaskular sangat kompleks. Masukan
alkohol yang tinggi berasosiasi dengan kematian karena penyakit kardiovaskular. Konsumsi
alkohol yang tinggi akan meningkatkan trigliserida dalam darah dan tekanan darah.

Beberapa studi berhasil menunjukkan bahwa konsumsi alkohol (etanol) dalam jumlah yang
rendah atau sedang, akan meningkatkan HDL dalam darah, dan tentu saja ini menguntungkan
bagi pencegahan penyakit kardiovaskular. Meski tampaknya konsumsi alkohol dalam jumlah
rendah atau sedang menguntungkan kesehatan jantung, tetapi tidak dianjurkan kepada
masyarakat.

Beberapa studi terhadap sejumlah besar individu telah menunjukkan bahwa meminum kopi dapat
meningkatkan kholesterol dalam darah. Mekanisme peningkatan ini masih belum jelas, akan
tetapi kopi yang dibuat dengan cara diekstraksi mempunyai efek yang lebih kecil dibandingkan
dengan kopi yang dibuat secara tradisional (kopi tubruk).

Serat makanan

Serat makanan mempunyai kemampuan menurunkan kholesterol dalam darah. Pektin, serat
makanan yang banyak didapati dalam apel dan buah-buahan lain, dapat menurunkan LDL,
kholesterol total, dan menekan sintesis kholesterol dalam usus halus pada binatang percobaan.
Konsumsi karbohidrat terutama sukrosa dapat meningkatkan trigliserida dalam darah, sementara
karbohidrat kompleks (pati/ tepung) kurang aterogenik dibandingkan dengan karbohidrat lain
yang lebih sederhana (mono dan disakarida).

Pedoman Diet

Tidak semua faktor risiko penyakit kardiovaskular dapat dikendalikan, maka pengaturan diet
merupakan salah satu upaya strategis untuk memperkecil risiko penyakit kardiovaskular.

Memperhatikan faktor risiko penyakit kardiovaskular dan peranan gizi dalam mengurangi risiko
tersebut, maka prinsip diet yang dapat dianjurkan adalah sebagai berikut :

 Masukan energi seimbang, dalam arti sesuai dengan kebutuhan.


 Energi yang berasal dari lemak tidak lebih dari 30%.
 Proporsi PUFA:SAFA:MUFA adalah 1:1:1.
 Batasi konsumsi alkohol dan kopi.
 Lebih banyak dan lebih bervariasi menggunakan sayur dan buah.
 Batasi penggunaan makanan olahan atau yang diawetkan, dan perbanyak makanan segar.

Anda mungkin juga menyukai