Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kehamilan Trimester III

1. Definisi

Kehamilan trimester III adalah kehamilan dalam usia 28-42 minggu

(Bobak,dkk, 2004).

2. Perubahan Fisiologi Pada Kehamilan Trimester III

a. Uterus

Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram

(berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5

cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah

alpukat agak gepeng. Pada kehamilan 16 minggu, uterus berbentuk

bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti bentuk semula,

lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya

kehamilan sangat penting diketahui antara lain untuk membentuk

diagnosis, apakah wanita tersebut hamil fisiologik, hamil ganda atau

menderita penyakit seperti mola hidatidosa dan sebagainya.

Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3 jari diatas

pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosssus xipoideus. Pada kehamilan

32 minggu, fundus uteri terletak antara ½ jarak pusat dan prossesus

xipoideus. Pada kehamilan 36 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 1

jari dibawah prossesus xipoideus. Bila pertumbuhan janin normal, maka

tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, pada 32

minggu adalah 27 cm dan pada 36 minggu adalah 30 cm. Pada


kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira

3 jari dibawah prossesus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala

janin yang pada primigravida turun dan masuk kedalam rongga

panggul.

Pada trimester III, istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri dan

berkembang menjadi segmen bawah uterus atau segmen bawah rahim

(SBR). Pada kehamilan tua, kontraksi otot-otot bagian atas uterus

menyebabkan SBR menjadi lebih lebar dan tipis (tampak batas yang

nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih

tipis). Batas ini dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologik. Dinding

uterus diatas lingkaran ini jauh lebih tebal daripada segmen bawah

rahim.

b. Serviks Uteri

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena

hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan

adanya hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak.

Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat yang terdiri atas

kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit

mengandung jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai fungsi

sebagai spinkter, sehingga pada saat partus serviks akan membuka saja

mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan tekanan bagian bawah

janin kebawah. Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan

tidak menutup seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada serviks perlu

diketahui sedini mungkin pada kehamilan, akan tetapi yang memeriksa

7
hendaknya berhati-hati dan tidak dibenarkan melakukannya dengan

kasar, sehingga dapat mengganggu kehamilan.

Kelekjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan

mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang

sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak.

Pada keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadaan

fisiologik, karena peningakatan hormon progesteron. Selain itu

prostaglandin bekerja pada serabut kolagen, terutama pada minggu-

minggu akhir kehamilan. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah

berdilatasi pada waktu persalinan.

c. Vagina Dan Vulva

Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami perubahan.

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vula tampak

lebih merah dan agak kebiru-biruan (livide). Warna porsio tampak

livide. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan

membesar. Hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan nutrisi pada

alat-alat genetalia tersebut menigkat. Apabila terjadi kecelakaan pada

kehamilan/persalinan maka perdarahan akan banyak sekali, sampai

dapat mengakibatkan kematian. Pada bulan terakhir kehamilan, cairan

vagina mulai meningkat dan lebih kental.

d. Mammae

Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat keluar cairan

berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal

dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi.

8
e. Sirkulasi Darah

Volume darah akan bertambah banyak  25% pada puncak usia

kehamilan 32 minggu. Meskipun ada peningkatan dalam volume

eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma jauh

lebih besar sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menjadi lebih

rendah. Walaupun kadar hemoglobin ini menurun menjadi  120 g/L.

Pada minggu ke-32, wanita hamil mempunyai hemoglobin total lebih

besar daripada wanita tersebut ketika tidak hamil. Bersamaan itu,

jumlah sel darah putih meningkat ( 10.500/ml), demikian juga hitung

trombositnya.

Untuk mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung akan

meningkat  30% pada minggu ke-30. Kebanyakan peningkatan curah

jantung tersebut disebabkan oleh meningkatnya isi sekuncup, akan

tetapi frekuensi denyut jantung meningkat  15%. Setelah kehamilan

lebih dari 30 minggu, terdapat kecenderungan peningkatan tekanan

darah.

Sama halnya dengan pembuluh darah yang lain, vena tungkai juga

mengalami distensi. Vena tungkai terutama terpengaruhi pada

kehamilan lanjut karena terjadi obstruksi aliran balik vena (venous

return) akibat tingginya tekanan darah vena yang kembali dari utrerus

dan akibat tekanan mekanik dari uterus pada vena kava. Keadaan ini

menyebabkan varises pada vena tungkai (dan kadang-kadang pada vena

vulva) pada wanita yang rentan.

Aliran darah melalui kapiler kulit dan membran mukosa meningkat

hingga mencapai maksimum 500 ml/menit pada minggu ke-36.

Peningkatan aliran darah pada kulit disebabkanoleh vasodilatasi ferifer.

9
Hal ini menerangkan mengapa wanita “merasa panas” mudah

berkeringat, sering berkeringat banyak dan mengeluh kongesti hidung.

f. Sistem Respirasi

Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena

pergerakan diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil

bernafas lebih dalam, dengan meningkatkan volume tidal dan kecepatan

ventilasi, sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan

konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan

oleh meningkatnya sekresi progesteron. Keadaan tersebut dapat

menyebabkan pernafasan berlebih dan PO2 arteri lebih rendah. Pada

kehamilan lanjut, kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan

mungkin tidak kembali pada keadaan sebelum hamil, sehingga

menimbulkan kekhawatiran bagi wanita yang memperhatikan

penampilan badannya.

g. Metabolisme Dalam Kehamilan

BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada

trimester III. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari

pembakaran karbohidrat, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke

atas. Akan tetapi bila dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk

mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam

keadaan biasa wanita hamil cukup hemat dalam hal pemakaian

tenaganya.

Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang-

tulangnya dan hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir.

Makanan tiap harinya diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr

10
kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium tertahan dalam badan untuk

keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk pertumbuhan

janin tanpa mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum

memang lebih rendah, mungkin oleh karena adanya hidremia, akan

tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat

menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang tetani.

Segera setelah haid terlambat, kadar enzim diamino-oksidase

(histamine) meningkat dari 3-6 satuan dalam masa tidak hamil ke 200

satuan dalam masa hamil 16 minggu. Kadar ini mencapai puncaknya

sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16 minggu dan seterusnya

sampai akhir kehamilan. Pinosinase adalah enzim yang dapat membuat

oksitosin tidak aktif, ditemukan banyak sekali pada kehamilan 14-38

minggu.

Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara 6,5-16,5 kg rata-

rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan

20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan dalam kehamilan disebabkan

oleh hasil konsepsi, fetus placenta dan liquor (Adin, 2008).

3. Program pendidikan pada kehamilan trimester III

Pada tahap ini orangtua maupun keluarga tengah menantikan kelahiran

bayi mereka dan memiliki ketertarikan dan kebutuhan informasi yang berbeda-

beda seiring kemajuan kehamilan. Suatu program yang khas dirancang untuk

memenuhi kebutuhan orangtua akan informasi, yaitu kebutuhan pada tiga tahap

utama kehamilan dan kebutuhan setelah melahirkan. Tahap tersebut dibagi

dalam tiga kelas yaitu :

11
a. Kelas awal memberikan informasi dasar. Kelas dikembangkan pada area

berikut:

1) Perkembangan janin

2) Perubahan fisiologis dan emosional selama masa hamil

3) Seksualitas

4) Kebutuhan nutrisi ibu dan janin

Bahaya dilingkungan dan tempat kerja menjadi masalah penting pada tahun-

tahun terakhir ini. Walaupun kehamilan dianggap sebagai suatu proses yang

normal, latihan fisik, tanda bahaya,obat-obatan, mengobati diri sendiri

adalah topik-topik yang menarik untuk dibahas pada kelas ini.

b. Kelas pertengahan menekankan pada partisipasi wanita dalam merawat

dirinya. Kelas ini memberi informasi tentang persiapan menyusui,

perawatan bayi, hygiene dasar, keluhan umum, serta obat-obatan sederhana

dan aman, kesehatan bayi, dan menjadi orang tua.

c. Kelas tahap akhir menekankan pada persalinan dan proses melahirkan.

Berbagai metode koping dalam menghadapi persalinan dan proses

melahirkan dikembangkan dan sering menjadi dasar berbagai kelas prenatal.

Efektifitas metode lain seperti hypnosis sedang diteliti.

Di dalam rangkaian kelas-kelas tersebut, dibahas system pendukung

yang dapat digunakan ibu selama masa hamil dan setelah persalinan, misalnya

system pendukung yang membantu orangtua berfungsi mandiri dan efektif.

Dalam semua kelas tersebut, peserta diberikan kesempatan untuk

mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya tentang aspek kehamilan,

melahirkan, dan menjadi orang tua (Bobak,dkk, 2004).

12
B. Tinjauan Tentang Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

diberikan sebelumnya. Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu

(Notoatmojo, 2007).

2. Jenjang Pengetahuan

Aspek kognitif dibedakan atas enam (6) jenjang menurut taksonomi

Bloom (1956) yang diurutkan secara hirarki piramidal.

Sistem klasifikasi Bloom ini dijabarkan oleh Notoatmodjo sebagai berikut :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai

abstraksi pemahaman / materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi konkrit / kondisi riil (sebenarnya).

13
d. Analisa (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan menguraikan atau menjabarkan suatu

integritas atau suatu obyek menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian

sehingga susunannya dapat dimengerti. Untuk dapat melakukan analsis

ini harus dilandasi oleh kemampuan ibu pada ketiga tingkatan

sebelumnya. Sebab, kemampuan analisis ini menyangkut pemahaman

yang komprehensif untuk dapat memilah menjadi bagian-bagianyang

tetap terpadu.

e. Sintesis

Sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan kembali unsur-unsur atau

bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Atau dengan istilah lain, sintesis ini

menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. berfikir sintesis adalah berfikir divergen, yang jawabannya sering

tidak pasti, tetapi kemampuan ini akan dapat meningkatkan kreatifitas

yang diakibatkan seseorang menemukan hubungan kausal dari suatu

kejadian.

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian ini mengacu

pada tujuan, gagasan, metode, cara kerja ataupun teknik pemecahannya.

Untuk dapat melakukan penilaian ini harus dilandasi oleh pemahaman

yang mendalam (Notoatmodjo, 2007).

14
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pembentukan pengetahuan dipengaruhi oleh faktor-faktor :

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah hal-hal didalam individu itu sendiri yang

mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yaitu usia, tingkat pendidikan,

pengalaman pribadi dan pekerjaan.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah hal-hal di luar individu yang mempengaruhi

terbentuknya pengetahuan yaitu lingkungan di sekitar individu itu sendiri,

kebutuhan individu akan informasi, tingkat sosial ekonomi dan media

masa yang merupakan suatu sarana yang digunakan untuk menyampaikan

informasi kepada masyarakat misalnya majalah, tv, radio dll (Hurlock,

1999).

4. Pola Pengetahuan

Pola pengetahuan menurut Keraf (2001) adalah:

a. Tahu Bahwa

Pengetahuan bahwa adalah pengetahuan tentang informasi tertentu, tahu

bahwa sesuatu terjadi, tahu bahwa ini atau itu memang demikian adanya,

bahwa apa yang dikatakan memang benar.

b. Tahu Bagaimana

Pengetahuan jenis ini menyangkut bagaimana melakukan sesuatu.

Pengetahuan ini berkaitan dengan keterampilan, keahlian dan kemahiran

teknis dalam melakukan sesuatu. Seseorang yang mempunyai jenis

pengetahuan ini berarti ia tahu bagaimana melakukan sesuatu.

15
c. Tahu Akan/Mengenai

Jenis pengetahuan ini adalah sesuatu yang sangat spesifik menyangkut

pengetahuan akan sesuatu melalui pengalaman atau pengenalan pribadi

seseorang. Oleh karena itu, sering disebut dengan pengetahuan

berdasarkan pengenalan. Ciri pengetahuan ini adalah memiliki objektivitas

yang cukup tinggi, subyek mampu membuat penilaian tertentu atas

obyeknya karena pengenalan dan pengalaman pribadi yang bersfat

langsung, dan pengetahuan ini bersifat singular, yaitu hanya berkaitan

dengan obyek yang khusus.

d. Tahu Mengapa

Pengetahuan jenis ini biasanya berkaitan dengan pengetahuan “bahwa”.

Hanya saja, pengetahuan “mengapa” jauh lebih mendalam dan lebih serius

dari pada tahu bahwa. Sebab, tahu mengapa berkaitan dengan penjelasan.

Dengan penjelasan tersebut, tahu mengapa jauh lebih kritis, bahkan

sampai tingkat mengaitkan dan menyusun hubungan-hubungan tak

kelihatan antara berbagai informasi yang ada (Keraf, 2001). Pengetahuan

model terakhir ini merupakan pengetahuan paling tinggi dan mendalam

dan sekaligus juga merupakan pengetahuan ilmiah.

5. Pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini

Ada satu hal yang selama ini tidak disadari yang tidak dilakukan orang

tua, tetapi begitu vital bagi kehidupan bayi selanjutnya. Ternyata, dalam satu

jam pertama setelah melahirkan, ada perilaku menakjubkan antara bayi dan

ibunya. Jika setiap bayi baru lahir diletakkan di perut ibu segera setelah lahir

dengan kulit ibu melekat dengan kulit bayi, bayi mempunyai kemampuan

16
untuk menemukan sendiri payudara ibu dan memutuskan waktunya untuk

menyusu pertama kali (Rusli,U, 2008).

Dengan memberikan air susu ibu kepada bayi dalam waktu kurang

dari setengah jam pasca persalinan berarti memberikan banyak keuntungan

baik kepada ibu maupun bayi antara lain bayi mendapatkan terapi psikologis,

berupa ketenangan dan kepuasan, kadar hormon prolaktin tidak sempat turun

dalam peredaran darah ibu sehingga kolostrum untuk hari pertama akan lebih

cepat keluar. Dengan isapan bayi, oksitosin akan lebih cepat keluar, hal ini

sangat menguntungkan karena otot polos akan terus berkontraksi sehingga

perdarahan post partum dapat di cegah (Rusli,U, 2008).

Pengetahuan ibu hamil tentang manfaat dan kebaikan ASI akan

mendorong naluri menyusui ibu karena ingin segera memberikan yang terbaik

kepada bayinya. Kehilangan pengetahuan tentang manfaat menyusui berarti

kehilangan kesempatan besar, karena menyusui adalah suatu pengetahuan

yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting dalam

mempertahankan kehidupan manusia, bagi ibu hal ini berarti kehilangan

kepercayaan diri untuk dapat memberikan perawatan terbaik pada bayinya,

bagi bayi berarti bukan saja kehilangan sumber makanan yang vital, tetapi

juga kehilangan cara perawatan yang optimal (Rusli,U, 2008).

Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang manfaat menyusui membuat

ibu tidak berespon atau tidak tertarik untuk segera menyusui, ini di perburuk pula

dengan tidak sedikit ibu baru yang mendapati bahwa keluarga di sekitarnya pun

miskin pengetahuan tentang manfaat menyusui sehingga tidak mampu

memberikan banyak dukungan kepada ibu hamil pada masa ini (Khusniati, 2009).

17
Mengingat Inisiasi Menyusu Dini mempunyai manfaat yang sangat

penting terutama dalam menurunkan angka kematian bayi, maka sudah

selayaknya kegiatan ini diketahui dan didukung oleh semua pihak, baik

pemerintah maupun masyarakat. Terutama bagi ibu hamil, karena masa laktasi

tidak akan pernah lepas dari persiapan selama kehamilan bagi seorang ibu.

Persiapan masa menyusui dilakukan sejak awal kehamilan itu terjadi, tetapi pada

trimester III, diperlukan pemahaman yang benar tentang ASI dan Inisiasi

Menyusui Dini dengan harapan inisiasi menyusui dini dapat dilaksanakan dengan

baik pada saat ibu bersalin (Khusniati, 2009).

.C. Tinjauan Tentang Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Istilah pendidikan kesehatan telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan

kesehatan dalam berbagai pengertian, tergantung pada sudut pandang

masing-masing. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian oleh

para ahli tersebut :

Wood (1926) dalam definisi yang dikemukakannya (Hanlon, hlm.578)

yang dikutip Tafal (1984) mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan

sebagai sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap, dan

pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat dan

ras.

Stuart (1968) dalam definisi yang dikemukakan, dikutip oleh Staf

Jurusan (PK-IP FKMUI 1984) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan

adalah komponen program kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya

18
terencana untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat

yang merupakan perubahan cara berpikir, bersikap dan berbuat dengan

tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan

promosi hidup sehat.

Nyswander (1947) yang dikutip Notoatmodjo (1997) menyatakan

bahwa pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis bukan proses pemindahan materi dari seseorang ke orang lain dan

bukan pula seperangkat prosedur. Hal itu dapat dilihat dari definisi yang dia

kemukakan, yaitu: Pendidikan kesehatan adalah suatu proses pada

perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan

kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat

diberikan kepada seseorang atau orang lain, bukan seperangkat prosedur

yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi

sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara

dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi,

sikap, maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat.

Ketiga definisi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan

merupakan suatu proses perubahan perilaku yang dinamis dengan tujuan

mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia yang meliputi komponen

pengetahuan, sikap ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup

sehat baik secara individu, kelompok maupun masyarakat, serta merupakan

komponen dari program kesehatan (Suliha,dkk, 2002).

Menurut Committee President on Health Education (1977) yang

dikutip oleh Notoatmodjo (1997), pendidikan kesehatan adalah proses yang

19
menjembatani kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek

kesehatan, yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan

berbuat sesuatu sehingga dapat menjaga dirinya menjadi lebih sehat dengan

menghindari kebiasaan yang buruk dan membentuk kebiasaan yang

menguntungkan kesehatan (Suliha,dkk, 2002).

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, pada

kesimpulannya pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku

secara terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat

lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan kesehatan

merupakan proses belajar pada individu, kelompok, atau masyarakat dari

tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu, dan dari tidak mampu

mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dengan demikian

pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu,

kelompok, dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik

pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan untuk mencapai hidup sehat

secara optimal (Suliha,dkk, 2002).

Pendidikan kesehatan dalam asuhan kehamilan, menurut

Notoatmodjo (2003) adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dalam hal ini

yang dimaksud dengan individu adalah ibu hamil, sedangkan

kelompok/masyarakat adalah kumpulan dari beberapa orang ibu hamil dan

suaminya (calon orang tua) yang akan diberi pendidikan kesehatan. Hasil

yang diharapkan adalah perubahan perilaku kearah positif untuk kesehatan

ibu hamil dan bayinya (Mandriwati, 2007).

20
Pendidikan atau edukasi adalah upaya agar individu, kelompok, dan

masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara

persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan

kesadaran, dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau

penyuluhan kesehatan ( Notoatmodjo, 2003 ).

keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk

intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu,

kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya

melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai

perawat pendidik (Suliha,dkk, 2002).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah mengubah perilaku

individu/masyarakat di bidang kesehatan (WHO, 1954) yang dikutip oleh

Notoatmodjo (1997). Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut menjadi:

a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada (Suliha,dkk, 2002).

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi,

antara lain dimensi sasaran pendidikan, tempat pelaksanaan pendidikan

kesehatan, dan tingkat pelayanan pendidikan kesehatan.

21
h. Sasaran pendidikan kesehatan

Dari dimensi sasaran, ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dibagi

menjadi tiga kelompok yaitu:

1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu

2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat

i. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung

di berbagai tempat sehingga dengan sendirinya sasarannya juga berbeda.

Misalnya:

1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran

murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan

sekolah (UKS)

2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat

Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun

Khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.

3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh

atau karyawan (Suliha,dkk, 2002).

4 . Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan

Metode pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan pendekatan yang

digunakan dalam proses pendidikan untuk penyampaian pesan kepada sasaran

pendidikan kesehatan, yaitu individu, kelompok, keluarga dan masyarakat.

Metode pembelajaran dalam pendidikan kesehatan dapat berupa metode

22
pendidikan individual, metode pendidikan kelompok dan metode pendidikan

massa. Metode ini dipilih berdasarkan tujuan pendidikan, kemampuan perawat

sebagai tenaga pengajar, kemampuan individu/ keluarga/ kelompok/ masyarakat,

besarnya kelompok, waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan, serta ketersediaan

fasilitas pendukung (Suliha,dkk, 2002).

Metode pendidikan kesehatan antara lain:

1. Metode ceramah

2. Metode diskusi kelompok

3. Metode panel

4. Metode forum panel

5. Metode symposium

6. Metode demonstrasi

(Suliha,dkk, 2002).

5. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan

Alat bantu pendidikan kesehatan adalah alat-alat yang digunakan oleh

pendidik dalam penyampaian bahan pendidikan dan biasa dikenal alat peraga

pengajaran yang berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam

proses pendidikan, dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui

berbagai macam alat bantu pendidikan (Notoatmodjo, 2003)

Alat peraga akan sangat membantu dalam melakukan penyuluhan agar

pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan lebih tepat. Adapun

macam alat bantu pendidikan pada dasarnya ada 3 macam, yaitu:

23
1. Alat bantu lihat (visual aids)

2. Alat bantu dengar (audio aids)

3. Alat bantu lihat dengar yang lebih dikenal dengan Audio Visual Aids

(AVA).

Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menurut

pembuatan dan penggunaannya, yaitu:

1. Alat peraga yang complicated (rumit)

2. Alat peraga yang sederhana, mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan yang

mudah diperoleh (Suliha,dkk, 2002).

D. Tinjauan Tentang Inisiasi Menyusu Dini

1. Pengertian Inisiasi menyusu dini

Inisiasi Menyusu Dini (early initation) adalah bayi menyusu sendiri

segera setelah lahir. Bayi dibiarkan kontak kulit dengan ibunya, setidaknya

selama satu jam untuk menjamin berlangsungnya proses menyusui yang

benar. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini disebut the brast crawl

atau merangkak mencari payudara (Rusli,U, 2008).

Menyusui segera setelah persalinan adalah sebelum setengah jam pertama

setelah persalinan, bayi harus disusukan kepada ibunya (Purwanti, 2004).

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

a. Untuk Ibu

1) Meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi

2) Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi risiko

perdarahan sesudah melahirkan.

24
3) Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan

kegiatan menyusui selama masa bayi

4) Mengurangi stress Ibu setelah melahirkan (Paramitha, 2008)

b. Untuk Bayi

1) Mempertahankan suhu bayi tetap hangat

2) Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernapasan dan detak

jantung

3) Kolonisasi bakiterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu

yang normal

4) Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stres dan tenaga

yang dipakai bayi

5) Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara Ibu untuk

mulai menyusu

6) Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam

tubuh bayi

7) Mempercepat keluarnya meconium (kotoran bayi berwarna hijau agak

kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena meminum air

ketuban)

8) Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga mengurangi

kesulitan menyusu

9) Membantu perkembangan persyarafan bayi (nervous system)

10) Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan

bayi

11) Mencegah terlewatnya puncak ‘refleks mengisap’ pada bayi yang

terjadi 20-30 menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui, refleks akan

25
berkurang cepat, dan hanya akan muncul kembali dalam kadar

secukupnya 40 jam kemudian (Paramitha, 2008).

3. Tata Laksana Inisiasi Menyusui Dini

a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

b. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat

persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misal pijat,

aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing.

c. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya

melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok.

d. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua

tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya

dibiarkan.

e. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat

dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan

minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya

diselimuti, jika perlu menggunakan topi bayi.

f. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi

dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

g. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau

perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit

atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa

percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit

ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu

pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara

ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan

kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

26
h. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada

ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar.

i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu

jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan

vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.

j. Rawat gabung – ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam,

ibu-bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.

Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI

keluar) di hindarkan (Rusli,U, 2008).

4. Langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini :

a. Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering.

b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala bayi secepatnya, kecuali

kedua tanganya.

c. Tali pusat dipotong, lalu diikat.

d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak

dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

e. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu

dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu.Ibu dan bayi diselimuti bersama-

sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari

kepalanya (Rusli,U, 2008).

5. Lima tahapan perilaku bayi (pre feeding behaviour) saat inisiasi menyusu

dini :

a. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga

(rest/quite alert stage). Masa tenang ini merupakan penyesuaian peralihan

dari keadaan dalam kandungan ke keadaan diluar kandungan. Bonding ini

merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman.

27
b. Antara 30-40 menit : mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau

minum, mencium dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan

cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan

yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi

untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.

c. Mengeluarkan air liur, saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya.

d. Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki

menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan

kepala kedada ibu, menoleh kekanan dan kekiri, serta menyentuh dan

meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang

mungil.

e. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan

melekat dengan baik (Rusli,U, 2008).

6. Faktor Yang Mendukung Inisiasi Menyusu Dini

a. Suami

Menyusui adalah kegiatan 3 pihak: ibu, bapak dan anak. Keberhasilan ibu

menyusui adalah juga keberhasilan ayah, kegagalan menyusui juga

merupakan kegagalan ayah. Bentuk dukungan yang dapat diberikan antara

lain menemani istri ketika sedang menyusui, ikut merawat bayi,

memberikan kata-kata pujian/pemberi semangat sehingga istri terus

merasa percaya diri, melengkapi pengetahuan seputar pemberian ASI dan

kegiatan menyusui, serta bangga dengan istri yang sedang dalam masa

pemberian ASI kepada sang buah hati.

b. Keluarga

28
Melengkapi pengetahuan seputar pemberian ASI dan kegiatan menyusui,

memberikan pujian, semangat dan dorongan agar ibu bisa percaya diri

untuk menyusui, membantu dalam perawatan bayi.

c. Tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan hendaknya tidak mempromosikan susu formula,

memberi informasi yang tepat tentang ASI dan seputar kegiatan menyusui,

memberikan semangat dan dorongan agar para ibu memberikan ASI

Eksklusif kepada bayi mereka, dan menyusui diteruskan sampai bayi

berusia 2 tahun atau lebih, dan memahami ciri-ciri tumbuh kembang

bayi/anak ASI.

d. Lingkungan kerja/kantor

Menerapkan kebijakan kantor yang ramah terhadap pegawai perempuan

yang menyusui, menyediakan ruang menyusui, memberikan waktu untuk

memerah/ menyusui langsung bila menyusui harus dilakukan selama

waktu kerja.

e. Sesama ibu menyusui

Saling berbagi pengalaman, bertukar informasi, memberi semangat dan

dukungan seputar kegiatan menyusui dan pemberian ASI, agar ASI

Eksklusif berhasil diberikan kepada bayi selama 6 bulan pertama, dan ASI

diteruskan hingga anak berusia 2 tahun atau lebih.

f. Pemerintah

Senantiasa mensosialisasikan keunggulan ASI kepada masyarakat,

memperbaiki dan melengkapi perangkat yang mendukung kegiatan

menyusui dan pemberian ASI, menindak dengan tegas segala bentuk

pelanggaran pihak ketiga yang bertentangan dengan kebijakan pemberian

ASI Eksklusif serta pemberian ASI bagi bayi Indonesia (Tasya, 2008).

29
7. Faktor Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit

ibu dengan kulit bayi :

a. Bayi kedinginan – tidak benar.

Berdasarkan hasil penelitian, suhu dada ibu yang melahirkan 10C lebih

panas dari suhu ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi kepanasan saat

diletakkan didada ibu, suhu dada ibu akan turun 1 oC. Jika bayi kedinginan,

suhu dada ibu akan meningkat 2oC untuk menghangatkan bayi.

b. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya –

tidak benar.

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah

lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi

menyusu dini membantu menenangkan ibu.

c. Tenaga kesehatan kurang tersedia – tidak masalah.

Saat bayi didada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasny.

Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga

terdekat untuk menjaga bayi sambil member dukungan pada ibu.

d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk – tidak masalah.

Dengan bayi didada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar

perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya untuk

mencapai payudara dan menyusu dini.

e. Ibu harus dijahit – tidak masalah

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Sementara

daerah yang akan dijahit adalah daerah bagian bawah tubuh ibu.

30
f. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore

(gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir – tidak benar

Menurut American College Of Obstetrics and Gynecology dan Academy

Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda

setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa

membahayakan bayi.

g. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, diukur – tidak

benar.

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan

bayi. Selain itu, kesempatan verniks meresap, melunakkan, melindungi

kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.

Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal telah

selesai.

h. Bayi kurang siaga – tidak benar.

Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu,

bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang

di asup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlikan

bantuan lebih untuk bonding .

i. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga

diperlukan cairan lain (cairan pre-laktal) – tidak benar.

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi

dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada

saat itu.

j. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi – tidak benar.

31
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai

imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum

melindungi dan mematangkandinding usus yang masih muda (Rusli,U,

2008).

32

Anda mungkin juga menyukai