Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi Terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat dengan pasien
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien. Komunikasi ini juga termasuk
komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara orang – orang secara tatap muka yang
membuat setiap peserta menagkap reasinya secara langsung baik verbal maupun non verbal.
Sedangkan menurut As Hornby (1974) terapeutik merupakan kata sifat yang
dihubungkan dengan seni dari penyembuhan. Mampu terapeutik bearti seseorang mampu
melakukan atau mengkomunikasikan perkataa, perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi
proses penyembuhan.

1.2 Tujuan Masalah


1. Membantu pasien untuk mengurangi beban perasaan, pikiran dan mengambil
tindakan untuk mengubah situasi.
2. Mengurangi keraguan, membantu mengambil tindakan yang efektif.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri dalam rangka
peningkatan derajat kesehatan.
4. Mempererat hubungan antara perawat dengan pasien.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan pancaindera mata dan penglihatan?
2. Apa saja gangguan penglihatan sebagai penerima pesan?
3. Teknik-teknik apa saja yang dilakukan pada pasien gangguan penglihatan?
4. Syarat-syarat apa saja yang dilakukan pada pasien gangguan penglihatan?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PANCAINDRA MATA DAN PENGLIHATAN

Pada dasarnya gangguan sensoris bisa dibagi menjadi:


a. Gangguan pada Pusat Nervous yang terkait dengan fungsi sensoris dalam
komunikasi:
 Brocca/ Brodmann’s area : Pusat pendengaran.
 Girus Angularis : Memproses kata – kata diyubah dalam bentuk audisi.
 Area Werniecke : Pengolah secara komprehensip audio visual.

b. Gangguan pada Nervous cranial yang terkait dengan fungsi komunikasi sensoris.
c. Gangguan sensori persepsi : Misalnya pada klien dengan hullusinasi/ illusi.
d. Klien dengan penurunan kesadaran.
e. Klien Autis, Klien Mental retardate.

2.2 GANGGUAN INDERA PENGLIHATAN SEBAGAI PENERIMA PESAN

Kemampuan individu untuk melihat dimungkinkan oleh sistem organ yang


disebut mata. Sistem ini terdiri atas organ – organ yang menerima dan memfokuskan
cahaya yang masuk kedalam mata, sel – sel reseptor penglihatan. Gangguan penlihatan
dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misalnya: kornea, lensa mata, kekeruhan
humor viterus, maupum kerusakan kornea, serta kerusakan saraf penghantar impuls
menuju otak. Kerusakan ditingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan
otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan,
baik persial maupun total. Akibat kerusakan visual, kemampuan menangkap rangsang
ketika berkomunikasi sangat tergantung pada pendengaran dan sentuhan.
Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimaln fungsi
pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan
oleh informasi yang dapat ditrasfer melalui indra yang lain. Sebagai contoh, ketika
melakukan orientasi ruang perawat secara lisan misalnya dengan menerangkan letak meja
kursi, menerangkan beberapa langkah posisi tempat tidur dari pintu, letak kamar mandi
dan sebagaiannya.

2.3 TEKNIK-TEKNIK BERKOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN


GANGGUAN PENGLIHATAN

Berikut adalah teknik-teknik yang perlu diperhatikan selama berkomunikasi dengan


klien yang mengalami gangguan penglihatan :
a) Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami
kebutaan persial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat
ketika anda berada didekatnya.
b) Indentifikasi diri anda dengan menyebut nama(dan peran)anda.
c) Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkan menerima pesan verbal secara visual.Nada suara anda memagang
peranan besar dan bermakna bagi klien.
d) Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucaokan kata-kata sebelum
melakukan sentuhan pada klien.
e) Informasikamn kepada klien ketika anda akan menggilakannya / memutus
komunikasi
f) Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya.
g) Orientasikan klien pada lingkungan bila klien dipindah kelingkungan/ruangan
yang baru.

Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat


berjalan lancar dan mencapai sasarannya , maka perlu juga diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

 Dalam berkomunikasi pertimbangan isi dan mata nada suara


 Periksa lingkungan fisik
 Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
 Berkomunikasikan pesan secara singkat
 Komunikasikan hal-hal yang berharga saja
 Dalam merencanakan komunikas,berkonsultasilah dengan pihak lain agar
memperoleh dukungan.

2.4 SYARAT-SYARAT YANG HARUS DI MILIKI PERAWAT BERKOMUNIKASI


DENGAN PASIEN GANGGUAN PENGLIHATAN

Dalam melakukan komunikasin terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori


penglihatan,perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin
hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien,untuk itu syarat yang harus
dimilki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien dngan gangguan sensori
penglihatan adalah :
 Adanya kesiapan artinya pesan atsun informasi, cara penyampaian dan salurannya
harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
 Kesungguhan artinya apapun wujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus
disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
 Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada
individu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan
itu merupakan sesuatu yang baik dan menang perlu serta berguna untuk pasien
 Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini
akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
 Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejak apapun yang akan
disampaikan,perawat harus bersifat tenang,tidak emosi maupun memancing emosi
pasien,karena dengan adanya ketenangan maka informasi akan lebih jelas baik
dan lancar.
 Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan
komunikasi,karena dengan keramahan ya ng tulus tanpa dibuat-buat akan
menimbulkan perasaan tenang,senang dan aman bagi penerima.
 Kesederhanaan artinya didalam penyampaian informasi,sebaiknya dibuat
sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun informasi
itu panjang dan rumit akan tetapi kalau dberikan secara sederhana berurutan dan
jelas maka akan memberikan kejelasan secara sederhana berurutan dan jelas maka
akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan,karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan
tetapi dalam dimensi nilai,waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberasilan
komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutik bagi klien dan juga kepuasan bagi
perawat.Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunannya
diperhatikan sikap dan teknik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting
dperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan faktor penunjung yang
sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik. Jika
kondisi-kondisi seperti di pembahasan dapat diwujudkan dengan baik dan persyaratan-
persyaratan juga dipenuhi, maka komunikasi dengan orang yang mempunyai gangguan
sensori penglihatan akan terjadi dengan baik. Jika diterapkan dalam dunia kedokteran
atau keperawatan maka pasien dengan gangguan sensri penglihatan akan merasa puas
tidak ada keluhan dan memberikan persahabatan serta penyembuhan lebih cepat,
disamping itu tenaga medis dan paramedis akan merasa puas karena dapat memberikan
pelayanan yang baik dan penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
DAFTAR ISI

Kata pengantar……………………………………………………………………………………..i

Daftar isi…………………………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….1


1.2 Tujuan Masalah……………………………………………………………………………1
1.3 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………2

2.1 Pancaindera Mata Dan Penglihatan……………………………………………………….2


2.2 Gangguan Indera Penglihatan Sebagai Penerima Pesan…………………………………..2
2.3 Teknik-teknik berkomunikasi terapeutik pada pasien gangguan penglihatan…………….3
2.4 Syarat-syarat yang harus dimiliki perawat berkomunikasi dengan pasien gangguan
penglihatan………………………………………………………………………………4

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………….6

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………….6


KATA PENGANTAR

Puji syukur patut kita panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan baik. Kami
berterimakasih kepada Bapak/Ibu dosen pengajar yang telah membantu kami lewat dukungan
dan bantuannya kami dapat menyelesaikannya makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada
semua teman - teman kelompok yang telah bekerja sama dengan baik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang dan dapat
bermanfaat bagi setiap pembacanya. Kami berharap setiap pembaca yang membaca makalah ini
dapat memberikan saran dan kritikan kepada kami sehingga kami dapat belajar membuat
makalah lebih baik lagi.
MAKALAH KOMUNIKASI

(KOMUNIKASI PADA PENGLIHATAN)

Disusun oleh kelompok 4

Tingkat 1C

1. MAUDI NIKEN REMI KATU


2. MARTHASARI YOSANDA
3. MATELDA WILA RIHI
4. MARLIN KARIRI NGADANG
5. NI KETUT SOFIA KAURNIA MAHARANI
6. MICHAEL MONE
7. PUTU AYU SARIANI
8. YUNI MBORU KAHA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU

2018/2019

Anda mungkin juga menyukai