Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di antaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Satu ekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23,59 kg kotoran tiap harinya. Pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman. Dalam perkembangannya, kotoran ternak khususnya kotoran sapi dapat dimanfaatkan menjadi biogas sebagai usaha pelestarian lingkungan dalam bidang energi. Energi biogas merupakan energi yang layak dipergunakan baik secara teknis, sosial maupun ekonomis terutama untuk mengatasi masalah energi di daerah pedesaan. Untuk mengatasi kekurangan bahan bakar dan sekaligus sebagai upaya dalam penanganan limbah peternakan. Biogas banyak dibuat dari sampah peternakan yaitu sisa makanan dan kotoran ternak Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Malang, menyatakan bahwa untuk tahun 2017 saja populasi sapi di Malang mencapai 234.482 ekor dan sapi perah 83.660 ekor, sedangkan pada tahun 2016 silam, sapi potong berjumlah 223.717 ekor dan perah 81.150 ekor. Jumlah ini menjadikan populasi sapi di Kabupaten Malang menempati nomor 2 se provinsi Jawa Timur, setelah Jember. Jumlah tersebut melebihi target dari Dinas Peternakan setempat sekaligus dengan jumlah tersebut sangat berpotensi untuk menjadi biogas yang dapat berguna bagi kehidupan masyarakat. Menurut penelitian yang telah dilakukan, kotoran sapi sebagai bahan pemanfaatan biogas memiliki kandungan Salah satu hal yang mempengaruhi produksi gas CH4 di dalam biogas adalah hubungan antara jumlah karbon (C) dan nitrogen (N) yang terdapat pada bahan organik dinyatakan dalam terminologi rasio C-N.Rasio CN yang baik pada slurry adalah berkisar antara 25:1 – 30:1 (Singh di dalam Dissanayake, 1977). Kotoran sapi mempunyai rasio C-N sebesar 18. Rasio tersebut sudah mencukupi akan tetapi perlu ditambahkan beberapa jumlah limbah sayuran/tumbuh-tumbuhan agar menambah nilai kalor biogas. Tabel 2.1. Komposisi Biogas NO. Nama Gas Rumus Kimia Jumlah (%) 1. Gas Methana CH4 54-70 2. Karbon Dioksida CO2 27-45 3. Nitrogen N2 3-5 4. Hidrogen H2 0-1 5. Karbon Monoksida CO 0,1 6. Oksigen O2 0,1 7. Hidrogen Sulfida H2S Sedikit (kuduskab.go.id) 2.2. Proses Utama Pembuatan Biogas Pengumpulan faeces ternak ke dalam suatu tangki kedap udara yang disebut digester (pencerna). Di dalam digester tersebut, kotoran dicerna dan difermentasi oleh bakteri yang menghasilkan gas methan serta gas-gas lain. Gas yang timbul dari proses ini ditampung di dalam digester. Penumpukan produksi gas akan menimbulkan tekanan sehingga dapat disalurkan ke rumah dengan pipa. Gas yang dihasilkan tersebut dapat dipakai untuk memasak dengan mengunakan kompor gas atau untuk penerangan dengan menggunakan lampu petromaks sesuai dengan bahan bakar gas tadi. Gas yang dihasilkan ini sangat baik untuk pembakaran karena mampu menghasilkan panas yang cukup tinggi, apinya berwarna biru, tidak berbau dan tidak berasap. Pembuatan biogas dari kotoran ternak tidak menghilangkan manfaat lain sebagai pupuk kandang. Sebaliknya pupuk yang dihasilkan justru manaikkan kandungan bahan organik sehingga pupuk kandang yang dihasilkan lebih baik. Pupuk tersebut terbentuk dari sisa proses fermentasi faeces tadi yang memang harus dikeluarkan secara berkala agar tidak terjadi endapan padat yang dapat mengganggu proses pembentukan biogas. Disamping itu, untuk menjaga proses fermentasi dapat berjalan dengan baik, maka setiap hari harus dilakukan pengadukan.