Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMERIKSAAN FESES

Dosen Pengampu:

FERA SARTIKA, SKM., M. Si

Disusun oleh:

IMELDA 18.72.020148

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Illahi Robbi Allah SWT, tuhan semesta alam
yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi Besar Muhammad SAW, Rasul
pembawa berkah, penerang bumi dari kegelapan dan seorang refolusioner yang
merubah dunia dan peradaban menjadi lebih baik. Keselamatan dan berkah juga
semoga selalu terlimpah kepada keluarganya, para sahabatnya, sampai kepada
umatnya yang senantiasa taat dan patuh kepada ajaranya sampai akhir zaman.
Aamiin.

Alhamdulillah atas ridho Allah SWT lah, akhirnya penulis dapat


menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam proses penyusunan makalah ini


tidak dapat terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak
yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran. Untuk itu dengan
segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih.

Palangkaraya, 17 maret 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii


DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................4


1.1 Latar Belakang ...............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................4
1.3 Tujuan ............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................5
2.1 Feses ...............................................................................................5
2.2 Makroskopis ...................................................................................7
2.3 Mikroskopis ...................................................................................10
2.4 Darah Samar ...................................................................................12
BAB III PENUTUP ..........................................................................................14
3.1 Kesimpulan ....................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................15

iii
4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Pemeriksaan feses (tinja) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang
telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit.
Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang
modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak
dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam
penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang
benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan
diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. 
Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah dengan
judul “pemeriksaan laboratorium pada feses”. Agar para tenaga teknis
laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi
kesehatan. dapat meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-macam
penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel
untuk pemeriksaan feses secara benar. mampu melaksanakan pemeriksaan sampel
feses dengan baik, dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil
pemeriksaan feses dengan benar.
1.2     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini antara lain:
a.       Bagaimana pemeriksaan Laboratorium pada feses
b.      Bagaimana analisa makroskopis pada feses
c.       Bagaimana analisa mikroskopis pada feses
d.      Bagaimana analisa keberadaan darah pada feses
1.3      Tujuan Masalah
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
a.       Mengetahui cara pemeriksaan laboratorium pada feses
b.      Mengetahui analisa makroskopis pada feses
c.       Mengetahui analisa mikroskopis pada feses
d.      Mengetahui analisa keberadaan darah pada feses
5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  FESES
Untuk pemeriksaan feses sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan jika
pemeriksaan sangat di perlukan,boleh juga sempel feses di ambil dengan jari
bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan bisa dipakai feses sewaktu,jarang di
perlukan feses 24 jam untuk pemeriksaan tertentu.
Feses hendaknya di periksa dalam keadaan segar, kalau di biarkan mungkin
sekali unsur-unsur dalam feses itu menjadi rusak.bahan ini selalu harus di anggap
bahan yang mungkin mendatangkan inpeksi, berhati-hati lah bekerja.
Untuk mengirim feses wadah yang sebaiknya ialah yang terbuat dari kaca
atau dari bahan lain yang tidak dapat di tembus seperti plastik. Kalau konsistensi
tinja keras,dos korton brlapis parafin juga boleh di pakai. Wadah harus bermulut
lebar. Pemeriksaan penting dalam feses ialah terhadap parasit dan telur cacing.
Sama pentingnya dalam keadaan tertentu adalah test terhadap darah samar.
Jika akan memeriksa feses, pilihlah selalu sebagian dari feses itu yang
memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan, umpamanya:
bagian yang bercampur darah atau lendir, dan sebagainya.oleh karna unsur-unsur
patologi biasanya tidak terdapat merata, maka hasil peeriksaan mikroskopi tidak
dapat di nilai derajat kepositifannya dengan tepat,cukup di beri tanda – (negatif),
+, + + atau + + + saja.

Nilai Normal Pemeriksaan Tinja


No. Jenis pemeriksaan Nilai normal Keterangan

A. Makroskopis
Tergantung makanan /obat
1. Warna Kuning kehijauan
yang dikonsumsi
Bau busuk, asam, dan tengik
Bau indol,scatol menunjukan adanya proses
2. Bau
dan asam butirat pembusukan makanan atau
gangguan pencernaan.
3. Konsistensi Agak lunak dan
6

berbentuk
100-300
gr/hari,70% air
4. Volume
dan 30% sisa
makanan
Lendir banyak ada
rangsangan.
Lendir dibagian luar tinja:
iritasi usus besar
5. Lendir Tidak ada
Lendir bercampur tinja:
iritasi pada usus halus
Lendir tanpa tinja: disentri,
intususepsi atau ileokolitis.
6. Darah Tidak ada
B. Mikroskopis
1. Sel epitel Ditemukan sedikit
Lekosit dan Ditemukan banyak :
2. Ditemukan sedikit
makrophag peradangan
Darah(tesben
3. Negative
sidin)
Telur dan jentik
4. Negative
cacing
5. Protozoa Negative
+ : diare atau gangguan flora
6. Bilirubin Negative
usus
7. Urobilin Positif -      : obstruksi empedu

2.2  MAKROSKOPIS
Analisa makroskopis tinja
No
Makroskopis Tinja Kemungkinan penyabab
.
1. Berbutir kecil,keras,warna tua Kostipsi
7

2. Malabsorpsi lemak atau protein


Volume
karena penyebab dari usus pancreas
besar,berbau,mengembang
atau empedu
3. Rapuh dengan lendir tanpa darah Sindroma pada usus besar
4. Rapuh dengan darah dan lendir
Radang usus
(darah,lebih terlihat daripada besar,tipoid,amubiasis,tumor ganas
pada usus
lendir)
5. Hitam,mudah melekat seperti
ter,volume besar,cair ada sisa Kholero,E.coli keracunan
padat sedikit
6. Rapuh, ada nanah dan jaringan Devertikulitis,abses pada
nekrotik,agak lunak berwarna usus,tumor usus,parasit,obstruksi
sedikit putih abu-abu saluran

1.    Warna
Warna feses yang di biarkan pada udara menjadi lebih tua karna terbentuknya
lebih banyak urobilin dari urobilinogen yang diexkresikan lewat usus.
Urobilinogen tidak berwarna sedangkan urobilin berwarna coklat tua.selain
urobilin yang normal ada, warna feses di pengaruhi oleh jenis makanan, oleh
kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obat yang di berikan.
Warna kuning bertalian dengan susu, jagung, obat santonin atau bilirubin
yang belum berubah. Hijau biasanya oleh makanan yang mengandung banyak
sayur mayur jarang oleh biliverdin yang belum berubah. Warna abu-abu mungkin
di sebabkan oleh karena tidak ada urobilin dalam saluran makanan dan hal itu
didapat pada ikterus obstroktip (tinja acholik ) dan juga setelah di pakai garam
barium pada pemeriksaan radiologik. Warna abu-abu itupun mungkin terjadi
kalau makanan mengandung banyak lemak yang tidak di cernakan karna
depisiensi enzim pancreas. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar
dibagian distal: mungkin pula makanan seperti bit. Warna coklat di pertalikan
dengan perdarahan proximal atau dengan makanan coklat, kopi dan seterusnya.
Warna hitam oleh carbo medicinalis, oleh obat-obatan mengandung besi dan
mungkin juga oleh melena.
Analisa tinja berdasarkan warnanya
No. Warna tinja Penyebab patoligis Penyebab tak
8

patologis
1. Coklat tua agak Tak ada -warna pigmen
kuning empedu
-banyak makan
daging
2. Hitam Perdarahan saluran Banyak makan Fe
empedu (saren) atau bismuth
3. Abu-abu muda Obstruksi saluran Banyak makan
empedu coklat atau kokoa
4. Hijau atau kuning Tidak ada Bnyak makan
kehijauan sayuran
5. Merah Perdarahan saluran Terlalu banyak
usus bagian distal makanan lobak
merah atau biet

2.    Baunya
Bau normal feses di sebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat. Bau itu
menjadi bau busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isinya, yaitu protein yang
tidak dicernakan dan di rombak oleh kuman-kuman. Reaksi feses menjadi lindi
pembusukan semacam itu. Ada kemungkinan juga feses berbau asam : keadaan itu
disebabkan oleh peragian (fermentesai) zat-zat gula yang tidak di cerna karna
umpamanya diare. Reaksi feses dalam hal itu menjadi asam. Bau tengik dalam
feses di sebabkan oleh perombakan zat lemak pelepasan asam-asam lemak.
3.    Konsistensi
       Feses normal agak lunak dengan mempunyai bentuk. Pada diare konsistensi
menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya pada konstipasi di daat feses
keras peragian karbon hidrat dalam usus menghasilkan feses yang lunak dan
bercampur gas (CO2).
4.    Lendir
       Adanya lendir berarti rangsangan atau radang ding-ding usus. Kalau lendir itu
hanya di dapat di bagian luar feses, lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar :
kalau bercampur baur dengan feses mungkin sekali usus kecil. Pada dysenteri,
intususepsi dan ileocilitis mungkin di dapat lendir saja tanpa feses. Kalau lendir
berisi banyak leukosit terjadi nanah.
9

5.    Darah
       Perhatikanlah  apa darah itu segar (merah muda), coklat atau hitam dan
apakah bercampu baur atau hanya di bagian luar feses saja. Makin proximal
terjadinya pendarahan, makin bercampurlah darah dengan feses dan makin
hitamlah warnanya. Jumlah darah yang besar mungkin disebabkan oleh ulcus,
varices dalam oesophagus atau hemorhoid.
Analisa keberadaan darah pada tinja
Keadaan darah pada
No. Kemungkinan penyabab
tinja/perdarahan
1. Samar-samar sampai kuat di sertai Ulkus peptikum (lambung
rasa nyeri perut dan duodenum)
2. Ringan,kadang-kadang menjadi Gastritis erosive
berat
3. Perdarahan berat dan sekonyong- Pecahnya varices oesophagus
konyong atau Hipertensi portal pada
serosis hepatis
4. Perdarahan ringan tetapi tanpa -   peminum alcohol
nyeri terus menerus -   sindroma mallori weiss
-   hernia hiatus
5. Perdaraha sedang,tinja warna -   Devertikulum
merah atau sawp matang -   Ulkus peptikum
6. Perdarahan ringan berselang-seling Polip usus
kadang-kadang disertai diare dan
lendir
7. Perdarahan ringan sampai -    Amubiasis
berat,disertai diare,nyeri perut, -    infeksi shigelia
berat badan turun -    infeksi usus besar (kolisis)
8. Perdarahan ringan dan berselubung Devertikulitis
9. Perdarahan berat,terselubung dan Karsinoma usus distal
pada orng tua
10. Perdarahan ringan warna merah Hemoroid
muda,konstipasi dan dengan atau
tanpa nyeri pada orang dewasa atau
tua
6.    Parasit
Cacing ascaris, ancylostoma, dan lain-lain mungkin terlihat.
10

2.3  Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis tinja
No Jenis pemeriksaan Tujuan pemeriksaan
1. Pemeriksaan parasit (diambil tinja Untuk melihat keberadaan parasit
segar pada bagian yang ada darah (telur) dari cacing dan amuba
atau lendir)
2. Sisa makanan -    melihat proses pencernaan
-    gangguan proteolisis (kberadaan
serat otot atau bergaris )
-    gangguan malabsorpsi
(missal:lemak,protein,dll)
3 Seluler -      Sel epithel: iritasi mukosa
-      Loekosit:proses inflamasi usus
-      Eritrosit:perdarahan usus

Pemeriksaan mikroskpis secara langsung


Pemeriksaan sederhana dan paling sering dilakukan. Infeksi parasit dapat dilihat
dengan pemeriksaan langsung. Untuk pemeriksaan secara mikroskopis, sejumlah
kecil feses atau bahan yang akan diperiksa diletakan diatas objek glass, bila feses
sangat padat dapat ditambahkan sedikit air selanjutnya ditutup dengan deck glass,
buat dua atau lebih sediaan.
Pada pemeriksaan mikroskopis usaha mencari protozoa dan telur cacing
merupakan maksud terpenting. Untuk mencari protozoa sering dipakai larutan
eosin 1-2% sebagai bahan pengencer feses atau juga larutan Lugol 1-2%. Selain
itu larutan asam acetat 10% dipakai untuk melihat leukosit lebih jelas, sedangkan
untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam 0,9% yang sebaiknya dipakai untuk
pemeriksaan rutin.
Sediaan hendaknya tipis, agar unsur-unsur jelas terlihat dan dapat dikenal;
meskipun begitu selalu akan dijumpai unsur-unsur yang telah ruksak sehingga
identifikasi tidak mungkin lagi.
A.  Sel epitel
       Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat
ditemukan dalam keadaan normal. Kalau sel epitel berasal dari bagian yang lebih
11

proximal, sel-sel itu sebagian atau seluruhnya ruksak. Jumlah sel epitel bertambah
banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus itu.
B.   Makrofag
            Sel-sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering
dilihat sel-sel lain (leukosi, eritrosit) atau benda-benda lain. Dalam preparat natif
sel-sel itu menyerupai ameba; perbedaanya ialah sel ini tidak dapat bergerak.
C.   Leukosit
            Lebih jelas terlihat kalau feses dicampur dengan beberapa tetes larutan asam
acetat 10%. Kalau hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada
artinya. Pada dysentri basiler, colitis ulcerosa dan peradangan lain-lain, jumlahnya
menjadi besar.
D.  Eritrosit
            Hanya dilihat kalau lesi mempunyai lokalisasi colon, rectum, atau anus.
Pendapat ini selalu abnormal.
E.   Kristal-kristal
            Pada umumnya tidak banyak artinya. Apapun dalam feses normal mungkin
terlihat kristal-kristal tripelfosfat, celciumoxalat dan asam lemak. Sebagai
kelainan mungkin dijumpai kristal chacot-leyden adan kristal hematoidin.
F.    Sisa makanan
            Hampir seluruh dapat ditemukan juga; bukanlah adanya, melainkan
jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dipertalikan dengan sesuatu hal yang
abnormal.sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan
sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elestik, dan
lain-lain.
Untuk isentifikasi lebih lanjut emulsi tunja dicampur dengan larutan lugol: pati
(amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau
merah. Larutan jenuh sudan III atau sudan IV dalam alkohol 70% juga dipakai:
lemak netral menjadi tetes-tetes merah atau jingga
G.  Sel ragi
            Khusus glastocystis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya mengenal
strukturnya ialah supaya jangan kista ameba.
H.  Telur dan jentik cacing
12

            Ascaris lumbricoides. Necator americanus enterobius permicularis.


Trichiusus trichiura, estrongyloides strcoralis, dan seagainya; juga yang termasuk
genus cestodas dan trematodas mungkin di dapat

2.4  Darah Samar


     Tes terhadap darh samar penting sekali untuk mengetahui adanya perdarahan
kecil yahng tidak dapat dinyatakan secara makroskopi atau mikroskopi. Banyak
prosedur tes yang dipakai semuanya mempunyai keterbatasan ada yang sangat
sensiitif ada yang kurang sensitif dan selalu nonspesifik. Yang paling sering
dipakai addalah tes guaiac, yang mempunyai reasksi palsu kecil. Stetes kecil feses
diapus di atas kertas-kertas saring selanjutnya di tambaahkan 1 tetes larutan
guaiac, 1 tetes asam aselat glasial dan 1 tetes hidrogen peroksida, tes positif bila
dalam waktu 30 detik timbul warna biru atau hijau gelap, bila timbul warna lain
atau timbul setelah 30 detik reaksi dinyatakan negatif.
Catatan
Hasil dinilai dengan cara seperti telah diterangkan dulu:
Negatif – tidak perubahan warna atau warna yang samar-samar hijau
Positif + hijau
Positif 2 + biru bercampurr hijau
Positif 3 + biru
Positif 4 + biru tua
       Pesien yang tinjanya akan diperiksa terhadap darah samar janganlah
dikenakan hukuman seperti peraturan “ tidak boleh menyikat gigi selama
beberapa hari sebelum pemeriksaan “, biasanya tidak perlu untuk melarang
makanan daging. Bahwa tinja seorang normal biasanya bereaksi negatif dengan
tes ini agaknya mengusangkan peraturan itu, apalagi tes ini hendaknya jangan
hanya di lakukan sekali saja untuk mendapat hasil yang bermakna.
13

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
       Feses untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan; jika
pemeriksaan sangat diperlukan, boleh juga sample fese diambil dengan jari
bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan biasa dipakai feses sewaktu, jarang
diperlukan feses 24 jam untuk pemeriksaan tertentu.
       Bahan-bahan untuk pemeriksaan feses harus melalui salurab yang bersih
tanpa bercampur dengan urin. Diperlukan dalam jumlah kecil kecuali beberapa
keadaan. Ditampung dalam wadah sekali pakai, harus dilakukan pemeriksaan
dalam beberapa jam setelah pengambilan, untuk pemeriksaan amuba specimen
harus segar.
       Jumlah material feses sangat tergantung dari diet individu biasanya antara
100-250 mg/hari atau 100-250 ml dalam bentuk cairan. Konsistensi lunak warna
14

cokelat tua yang disebabkan oleh pigmen empedu, perubahan warna dapat
disebabkan olehjenis makanan, obat-obatan dan hal ini dapat dibedakan dari
kondisi patolog. Putih keabu-abuan atau warna pucat khas untuk gambaran
penyumbatan saluran empedu. Perdarahan pada saluran cerna bagian atas feses
akan berwarna hitam pekat seperti cairan kopi yang sangat karakteristik. Warna
cokelat gelap bahkan kemerah-merahan tergantung luas dan lamanya perdarahan
disaluran cerna yang mengalami proses digesti atau denaturasi. Bercak merah
pada feses disebabkan lesi pada rectum atau anus. Mucus yang berlebihan dapat
dilihat dengan mudah. Sejumlah pus (nanah) dapat terlihat tanpa harus
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan mikroskopis.
       Sejumlah kecil sel epitel dapat ditemukan pada feses adanya kenaikan jumlah
sel epitel menggambarkan berbagai peradangan. Adanya sel-sel pus mendukung
adanya proses peradangan saluran cerna. Memperhatikan sel dengan
menambahkan setetes 10% asam asetat atau metilen blue. Sejumlah Kristal dapat
ditemukan biasanya tidak mempunyai korelasi klinik.

 DAFTAR PUSTAKA

R. Ganda Soebrata. (1970). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat

Catatan Kuliah Patologi Klinik I. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati


Bandar Lampung

Sutedjo, AY. (2007). Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books

Anda mungkin juga menyukai