CBR Aljabar K.4

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL BOOK REPORT

Mata Kuliah : Aljabar Linear Dasar

OLEH :

Kelompok 4
Julita Elis Listiawaty (4183111059)
Samuel Tondang (4182111026)
Aziza Fauzia Nurhaliza (4183311029)
Sri Swita Sari Liu (4183111044)
Nur Icha Putri (4193111031)
Alnetha (4193111026)

Pendidikan Matematika E 2018

Dosen Pengampu :
Erlinawaty Simanjuntak

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Medan
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya
telah memberikan penulis kesehatan dan kesempatan. Sehingga penulis dapat
menyusun atau menyelesaikan tugas Critical Book Report. Penulisan ini, penulis
sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan kemampuan yang penulis
miliki.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Critical Book
Report ini masih jauh dari yang diharapkan, oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan saran dan sumbangan pemikiran yang bersifat membangun
sehingga penulis kedepannya dapat melakukan penulisan yang lebih baik lagi.
Atas saran dan sumbangan pemikiran yang diberikan diucapkan terimakasih.
Mudah-mudahan Critical Book Report ini dapat memenuhi harapan
sebagai tugas mata kuliah Aljabar Linear Dasar.

Medan, Maret 2020

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 1

BAB II RINGKASAN ISI BUKU..................................................................... 4

2.1 Buku Pertama

A. Vektor.............................................................................................. 2
B. Ruang Vektor................................................................................... 3
C. Kombinasi Linear............................................................................ 4

2.2 Buku Kedua

A. Operasi Dengan Vektor................................................................... 5


B. Operasi Vektor Yang Umum............................................................ 8
C. Ruang Vektor.................................................................................... 10
D. Koordinat Dalam Ruang................................................................... 11

2.3 Buku Ketiga

A. Operasi Vektor................................................................................ 12

BAB III PENUTUP........................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 14


3.2 Saran ...................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kurikulum KKNI yang dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi Negeri
yang terakreditasi, terdapat 6 tugas yang salah satunya adalah Critical Book
Report. Keenam tugas ini terdapat dalam setiap mata kuliah yang diambil oleh
mahasiswa. Dalam mata kuliah Aljabar Linear Dasar diberikan tugas untuk
mengkritik tiga buku yang berbeda atau yang kita kenal dengan istilah CBR
Critical Book Report ini sangat membantu dalam pemahaman mahasiswa
terhadap suatu topik materi. Mahasiswa dituntun untuk membaca buku dari
tiga sumber berbeda dengan topik yang sama. Keaktifan mahasiswa untuk
membaca sangat diperlukan guna menyelesaikan tugas CBR ini. Karena
dengan membaca, mahasiswa akan mampu menguasai dan memahami materi
yang telah atau belum dipelajari. Penulisan Critical Book Report ini adalah
untuk memenuhi tugas dari dosen dan untuk memenuhi penugasan dalam
kurikulum KKNI yang dilaksanakan oleh Universitas Negeri Medan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian vektor ?
2. Apa saja perbedaan besaran scalar dan besaran vektor?
3. Apa saja perbedaan vektor satuan dan vektor komponen?
4. Bagaimana cara menentukan vektor resultan?
5. Bagaimana cara menentukan hasil kali vektor?

1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian vektor
2. Mengetahui apa saja perbedaan besaran scalar dan besaran vektor
3. Mengetahui apa saja perbedaan vektor satuan dan vektor komponen
4. Mengetahui bagaimana cara menentukan vektor resultan
5. Mengetahui bagaimana cara menentukan hasil kali vektor

1
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

2.1 BUKU PERTAMA

A. VEKTOR
1. Operasi Vektor
a. Penjumlahan
Jika α⃗ = ( x1, x2, x3, ...,xn ) danb⃗ = ( y1, y2, y3, ..., yn ) dua vektor di Rn,
Bentuk aljabar α⃗ + b⃗ = ( x1 + y1, x2 + y2, x3 + y3, ...., xn + yn )
Bentuk geometri α⃗ + b⃗ ditentukan dengan beberapa metode, yaitu :
1) Metode Jajar Genjang
Syarat agar vektor α⃗ dapat dijumlahkan dengan vektor b⃗ dengan
metode ini adalah titik pangkal kedua vektor berimpit.
Contoh :
Hitung resultan vektor α⃗ = ( 3, 1, 2 ) dengan vektorb⃗ = ( 2, 3, -1)
Jawab :
α⃗ . b⃗ = 3.2 + 1.3 + 2.(-1) = 6 + 3 – 2 = 7
|α⃗| = √ 32 +12+ 22 = √ 9+1+ 4 = √ 14
|b⃗| = √ 22+ 32+(−1)2 = √ 4 +9+1 = √ 14
α⃗ . b⃗ = |α⃗| . |b⃗| cos α
1
7 = √ 14 . √ 14 cos α ↔ 7 = 14 cos α ↔ cos α = ↔ α = 60˚
2
1
|⃗

R| = √|a⃗|2+|⃗b|2 +2|a⃗||⃗b|cos α = 14+14 +2.14 . = √ 42
2
2) Metode Segitiga
Resultan vektor adalah vektor yang ditarik dari titik pangkal vektor α⃗
ke titik ujung vektor b⃗ .
3) Metode Poligon
Resultan vektor adalah vektor yang ditarik dari titik pangkal vektor
awal (vektor α⃗ ) ke titik ujung vektor akhir.

2
b. Perkalian Vektor dengan Skalar
Misalkan vektor α⃗ = (x1, x2, x3, ..., xn) dan skalar k. Perkalian skalar k
dengan vektor α⃗ adalah k α⃗ = k (x1, x2, x3, ..., xn) = (kx1, kx2, kx3, ..., k xn).
Contoh :
1
α⃗ = (6. -8, 12, -4) dan k = -1
2
1
α = -1 (6, -8, 12, -4) = (-9, 12, -18, 6)
k⃗
2

B. Ruang Vektor
Pandang suatu Field K dan V himpunan sembarang yang tidak kosong (V≠∅).
Pada V didefinisikan operasi penjumlah (+) pada elemen V dan operasi perkalian
skalar (.) elemen K terhadap elemen V.
w ∈ V dan setiap
V disebut ruang vektor atas Field K, jika untuk setiap u⃗ , ⃗v , ⃗
a, b ∈ K, berlaku sifat berikut,
1. Tertutup
Tertutup operasi penjumlah⃗u + ⃗v ∈ V
2. Komutatif
Komutatif pada operasi penjumlah u⃗ + ⃗v =⃗v + u⃗
3. Assosiatif
Assosiatif pada operasi penjumlahan u⃗ + ( ⃗v + ⃗
w ) = ( u⃗ + ⃗v ) + ⃗
w
4. Mempunyai unsur kesatuan
Unsur kesatuan pada operasi penjumlahan ∃ 0⃗ ∈ V sehingga u⃗ + 0⃗ = 0⃗ + u⃗ = u⃗
5. Mempunyai unsur invers
Invers pada operasi penjumlahan ∃ - u⃗ ∈ V sehingga u⃗ + (-⃗u) = (-⃗u) + u⃗ = 0⃗
6. Distributif
o Distributif perkalian skalar pada penjumlahan vektor a (⃗u + ⃗v ) = a u⃗ + a ⃗v
o Distributif perkalian vektor terhadap penjumlahan skalar (a + b) u⃗ = a u⃗ +
b u⃗
7. Assosiatif perkalian skalar pada vektor
(a b) u⃗ = a (b u⃗ )

Contoh :

3
1. Ruang vektor dimensi 1 (R2), ruang vektor dimensi 2 (R2), ruang vektor
dimensi 3 (R3), ...., ruang vektor dimensi n (Rn).
2. Himpunan polinomial riil :
p(t) = a0 + a1t1 + a2t2 + a3t3 + a4t4 + .... + antn
3. Himpunan matriks 2×2 atas Field riil
4. Himpunan matriks m×n atas Field riil

C. Kombinasi Linier
Vektor u⃗ disebut kombinasi linier dari vektor–vektor { u⃗1 , ⃗u2 , u⃗ 3 , … , ⃗un } jika
terdapat skalar-skalar λ 1 ⃗u1 + λ2 ⃗u2 + λ3 ⃗u3 +…+ λn u⃗ n
Teorema :
Jika kumpulan vektor-vektor { u⃗1 , ⃗u2 , u⃗ 3 , … , ⃗un } adalah kumpulan vektor-vektor
yang bergantungan linier, maka paling sedikit satu vektor dari kumpulan vektor
tersebut dapat ditulis sebagai kombinasi linier dari yang lainnya.
Bukti :
Kumpulan vektor-vektor { u⃗1 , ⃗u2 , u⃗ 3 , … , ⃗ui ,… , u⃗ n } bergantung linier terdapat
skalar-skalar λ 1 , λ2 , λ3 , … , λ i ,… , λ nyang tidak nol sehingga berlaku
λ 1 ⃗u1 + λ2 ⃗u2 + λ3 ⃗u3 +…+ λi u⃗ i+ …+ λn ⃗un = 0⃗ .
Contoh :
Kumpulan vektor-vektor { (−1,3 ) , ( 2 ,−6 ) } adalah kumpulan vektor bergantung
linier. Dapat diketahui dari
⟹ λ1 ⃗u1+ λ2 ⃗u2 = 0⃗
⟹ λ1 (-1,3) + λ 2 (2,-6) = (0,0)
⟹ - λ 1 + 2 λ 2 = 0 ... (1)
3 λ 1 - 6 λ 2 = 0 ... (2)
⟹ Pers (1) × (-3) ⇔ 3 λ 1 - 6 λ 2 = 0
Pers (2) ⇔ 3λ1 - 6λ2 = 0
Kedua persamaan sama, sehingga diperoleh hubungan - λ 1 + 2 λ 2 = 0 atau λ 1 =
2 λ 2, ambil λ 2 = 1 maka λ 1 = 2. Maka dikatakan kumpulan vektor-vektor
bergantung linier.

4
2.2 BUKU KEDUA

A. Operasi Dengan Vektor


Dua vector dikatakan sama jika ia mempunyai besar dan arah yang sama.
Berkaitan dengan gambaran terhadap titik ini berarti bahwa kedua vector
digambar dari titik asal sampai satu titik yang sama dalam ruang yaitu kedua
vector tersebut adalah berimpit.
Jika a= (a1, a2, a3) b= (b1, b2, b3)
Maka a= b
Jika dan hanya jika a1= b1, a2= b2, a3= b3
Kesamaan dua vector dalam ruang mengandung arti bahwa 3 persamaan
dalam bilangan riil harus dipenuhi.

Operasi berikutnya dengan vektor yang timbul secara alamiah dalam fisika
ialah perubahan besar magnitude vector tanpa perubahan arah misalnya: gaya
pada suatu benda dilipat dua kantan pamengubah arah. Gambar 2-3
menggambarkan titik ini. Hal tersebut ditunjukkan dalam notasi titik, bahwa
besarnya vektor a= (a1, a2) berubah dengan perkalianπ, vektor baru, πa, ialah:
πa= (πa1, πa2).

Untuk mengalikan besarnya a dengan π tanpa mengubah arahnya, setiap koordinat


harus dikalikan dengan π. Perlakuan yang sama dikenakan pada 3 dimensi:

πa= (πa1,πa2, πa3). 2-3

Dalam bahasa geometri, besar Suatu vektor a, yang dinyatakan oleh |a|,
sering disebut "panjang" vector karena panjang garis dari titik asal sampai titik
ujung vector mewakili besarnya.Sesuai dengan definisi kita, besar dari πa ialah |
πa|= |π| |a|, dengan |π| adalah nilai absolute dari π.

x2 (2a1, 2a2)

5
O x1

Suatu operasi lain yang sangat penting ialah penjumlahan vektor. Kita
kembali lagi pada dasar-dasar intuisi kita. Telah dikenal bahwa jika dua gaya
bekerja pada suatu partikel untuk menghasilkan suatu gerak resultan, maka gerak
yang sama dapat dihasilkan karena pengaruh gaya tunggal. B tunggal ini pada
kenyataannya dapat dianggap sebagai jumlah dua gaya semula. Aturan yang kita
gunakan untuk memperoleh besar dan arah dari gaya tunggal yang menggantikan
dua gaya semula cukup menarik. Jika a, b adalah gaya awal, maka gaya tunggal c,
yang akan kita sebut jumlah dari a, b adalah diagonal dari jajaran genjang dengan
sisi-sisi a, b. Ini digambarkan pada gambar 2-4. Penjumlahan vector-vektor seperti
itu dalam fisika dasar dikenal sebagai hokum jajaran genjang.

Aturan penjumlahan vector adalah sangat sederhana jika digunakan


penyajian titik. Kita cukup menjumlahkan koordinat yang bersesuaian seperti
terlihat pada gambar 24 jika

a= (a1, a2), b= (b1, b2),

Maka,

c= a+ b= (a1+ b1, a2+ b2)= (c1, c2).

Pengujian terhadap hokum jajaran genjang jika diterapkan pada Dimensi 3


menunjukkan bahwa secara tepat diperoleh hasil yang sama.

Jika

a= (a1, a2, a3) b= (b1, b2, b3),

c= (c1, c2, c3)= a+ b = (a1+ b1, a2+ b2, a3+ b3)

Untuk menjumlahkan tiga vektor, dua vector pertama dijumlahkan untuk


memperoleh resultan, kemudian vector ketiga dijumlahkan pada resultan dari dua
vector pertama.

Jika

6
a= (a1, a2, a3), b= (b1, b2, b3) c= (c1, c2, c3) ;

d= a+ b+ c= (a1+ b1+ c1, a2+ b2+ c2, a3+ b3+ c3)= d1, d2, d3).

Dengan cara yang sama sembarang bilangan vector dapat dijumlahkan titik harap
dicatat bahwa a + b = b + a.

Untuk mengurangkan B dari a, kita jumlahkan (-1) b pada a, yaitu:

a-b= a+ (-1)b= (a1- b1, a2- b2, a3-b3).

Konsep dari penjumlahan vector membangkitkan gagasan baru yaitu penguraian


dari sebuah vector kedalam komponen-komponen. Perhatikan vektor

a= (a1, a2), a1= (a1, 0), a2= (0, a2).

Dalam contoh ini a1 ialah sebuah vector dengan panjang |a1| terletak pada sumbu
-x1, dan a2 ialah sebuah vector dengan panjang |a2| terletak pada sumbu -x2.
Akan terlihat bahwa

a= a1+ a2= (a1,0) + (0, a2)= (a1, a2)

Vektor a1,2 disebut komponen vector dari apa dasumbu-sumbu koordinat.

Konsep dari penguraian sebuah vector kedalam vector komponen sepanjang


sumbu koordinat adalah sangat berguna titik tetapi ini dapat dikembangkan lebih
lanjut titik penerapan aturan untuk perkalian dengan scalar dapat kita tulis

A1= (a1, 0)= a1 (1, 0), a2= (0, a2)= a2 (0, 1).

Maka, a= (a1,a2)= a1 (1, 0) + a2 (0, 1).

7
B. Operasi Vektor yang Umum
1. Kesamaan
Dua vektor komponen a, b disebut sama, ditulis a= b, jika dan hanya jika
semua komponen yang bersesuaian adalah sama.
ai= bi, i= 1, 2, …, n
Kesamaan dari 2 vektor komponen berarti bahwa dalam sifat- sifat
bilangan real, terdapat n persamaan yang harus dipenuhi. 2 vektor tidak
dapat sama kecuali kalau keduanya mempunyai komponen yang sama.
Harap dicatat jika a= b, maka b= a.

2. Pertidaksamaan

8
Bila diberikan dua vektor komponen –n a, b, maka a ≥ b berarti ai≥bi, i= 1,
…, n dan a ≤ b berarti ai ≤ bi, i=1, …, n. Demikian juga a ¿ b berarti ai ¿
bi untuk semua i, dan a ¿ b berarti ai ¿bi untuk semua i.

3. Perkalian dengan skalar


Suatu vector juga dapat dikalikan dengan suatu skalar (bilangan real) dan
akan menghasilkan suatu vector baru. Jika v adalah vector dan k
merupakan skalar. Perkalian skalar dua vektor dapat disebut juga sebagai
hasil kali titik dua vektor. Maka perkalian vector dapat dinotasikan  :
k .v

Dengan Keterangan :

Jika k > 0, maka vector  k . v searah dengan vektor v  .


Jika k < 0, maka vektor  k . v  berlawanan arah dengan vektor v  .
Jika k = 0, maka vektor  k . v  adalah vektor identitas v  .

4. Penjumlahan Vektor
Penjumlahan vector adalah menentukan sebuah vektor yang
kompononenya adalah jumlah dari kedua komponen vector
pembentuknya.Dua vektor atau lebih dapat dijumlahkan dan hasilnya
dapat disebut resultan. Penjumlahan vektor secara aljabar dapat dilakukan
dengan cara menjumlahkan komponen yang juga seletak.
Ada 2 jenis vector dalam penjumlahan vektor, yaitu Vektor Segaris dan
Vektor Tidak Segaris.

5. Pengurangan Vektor
Pengurangan vektor adalah salah satu vektor yang mempunyai atau
memiliki arah yang berlawanan. Contohnya : Misalkan Vektor A bergerak
ke arah kanan dan Vektor B bergerak ke arah kiri, maka resultannya
adalah R = A + (-B) = A – B.

9
Pada penjumlahan vektor terdapat sifat komutatif dan asosiatif,
sedangkan untuk pengurangan dua buah vektor tidak berlaku dua sifat
tersebut.

6. Kombinasi Linear

Misalkan v adalah ruang vektor dan v1,v2. v1,v2 adalah dua vektor


dalam V. Pada vberlaku operasi penjumlahan dan perkalian dengan skalar.
Artinya, kita dapat mengalikan v1 dan v2 dengan skalar,
sebutlah kk dan mm, sehingga terbentuk vektor kv1kv1 dan mv2mv2.
Dengan menjumlah kedua vektor, diperoleh kv1+mv2kv1+mv2. Nah,
vektor ini disebut sebagai kombinasi linear dari v1 dan v2.

C. Ruang Vektor
Misalkan F suatu lapangan (field) yang anggota-anggotanya dinamakan
skalar. Suatu ruang vektor atas F adalah himpunan tak kosong V, yang anggota-
anggotanya dinamakan vektor, dengan dilengkapi dua operasi. Operasi pertama,
dinamakan penjumlahan dan dilambangkan dengan +, memasangkan setiap (u,v)
∊ VxV dengan sebuah vektor u+v ∊ V. Operasi kedua, dinamakan perkalian
skalar dan dinyatakan dengan juxtaposition, memasangkan setiap (k,u) ∊ FxV
dengan sebuah vektor ku ∊ V. Selain itu, syarat-syarat berikut harus dipenuhi.

1. Sifat asosiatif penjumlahan:

u + (v + w) = (u + v) + w untuk setiap u, v, w ∊ V

2. Sifat komutatif penjumlahan:

u + v = v + u untuk setiap u, v ∊ V

3. Keberadaan nol:

Terdapat vektor 0 ∊ V sedemikian hingga 0 + v = v + 0 = v untuk setiap v ∊ V

4. Keberadaan invers aditif:

Untuk setiap u ∊ V terdapat suatu vektor, dilambangkan dengan -u, yang


memenuhi u + (-u) = (-u) + u = 0

10
5. Sifat-sifat perkalian skalar:

Untuk setiap r, s ∊ F dan untuk setiap u, v ∊ V berlaku

r(u + v) = ru + rv

(r + s)u = ru + su

(rs)u = r(su)

6. 1u = u

D. Koordinat dalam Ruang

Dalam system tiga dimensi ini, suatu titik P dalam ruang ditentukan dengan
tripel berurutan (x, y, z), dimana x, y, dan z dijelaskan sebagai berikut.

1. x = jarak langsung dari bidang-yz ke P


2. y = jarak langsung dari bidang-xz ke P
3. z = jarak langsung dari bidang-xy ke P
Sistem koordinat tiga dimensi dapat berorientasi tangan kanan atau tangan
kiri. Untuk menentukan orientasi sistem tersebut, bayangkan kita berdiri pada titik
asal, dengan kedua tangan menunjuk ke sumbu-x positif dan sumbu-y positif, dan
sumbu-z menunjuk ke atas, seperti yang ditunjukkan Gambar 3. Apakah sistem
tersebut berorientasi tangan kanan atau tangan kiri bergantung pada tangan mana
yang menunjuk sumbu-x. Pada pembahasan ini, kita akan menggunakan sistem
yang berorientasi tangan kanan.
Untuk menentukan jarak antara dua titik dalam ruang, kita dapat
menggunakan Teorema Pythagoras dua kali, seperti yang ditunjukkan Gambar 4.
Dengan melakukan ini, kita akan memperoleh rumus jarak antara dua titik
(x1, y1, z1) dan (x2, y2, z2).
Rumus Jarak:

11
12
2.3 Buku Ketiga
A. Operasi Vektor
1. Penjumlahan dua vektor
Misalkan ú dan v́ adalah vektor – vektor yang berada di
ruang yang sama , maka vektor ( ú + v́ ) didefinisikan
sebagai vektor yang titik awalnya = titik awal u dan titik
akhirnya = titik akhir v́.
Contoh :
Perhatikan gambar pada contoh 1.1.1 . Misalkan ú = ⃗
AB
dan v́ = ⃗
BC , jika vektor ẃ didefinisikan sebagai ẃ = ú +v́ ,
maka ẃ akan memiliki titik awal = A dan titik akhir = C,
jadi w merupakan segmen garis berarah ⃗
AC.
2. Perkalian dengan skalar
Perkalian vektor ú dengan skalar k , kú didefinisikan
sebagai vektor yang panjangnya ‖ú‖ kali panjang ú dengan
arah :
Jika k > 0 → searah dengan ú
Jika k < 0 → berlawanan arah dengan ú
3. Jarak antara dua vektor
Jarak antara vektor á dan b́ didefinisikan sebagai panjang dari vektor (á -
b́ ) dan biasa dinotasikan dengan d (á , b́ ).
d (á , b́) = (á , b́. á , b́)1/2 =
2
√(a¿¿ 1¿ ¿ 2−b 1 )+(a¿ ¿2¿¿ 2−b22 )+(a¿¿ 3¿ ¿2−b32 ¿)¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
Misalkan á = ⃗ AC dan b́ = ⃗ AB, maka jarak antara á dan b́ merupakan
panjang dari ruas garis berarah ⃗ BC .
Contoh :
Diketahui ú = ( 2, –1,1 ) dan v́ = ( 1,1,2 )
Tentukan besar sudut yang dibentuk oleh ú dan v́ !
Jawab :
ú .v́ = 2 –1 + 2 = 3
‖ú‖ = √ 22+(−1)2+ 12 = √ 6
‖v́‖ = √ 12+ 12+22 = √ 6

13
u.v 3 1
Cos θ = = = → ɸ = 60o
‖ú‖ .‖v́‖ 6 2

Jadi sudut yang dibentuk antara ú danv́ adalah 60o

4. Perkalian silang antara dua vektor di R3

Diketahui ú = ( u1,u2,u3 ) dan v́ = ( v1,v2,v3 )


Perkalian silang antara ú danv didefinisikan sebagai:
i j k

|
v1 v2 v3
u u
|| u u
v1 v3
u u
| | | | |
ú x v́ = u 1 u2 u3 = 2 3 í - 1 3 j́ + 1 2 ḱ
v2 v3 v1 v2

= (u2 . v 3 - u3 . v 2) í - (u1 . v 3 - u3 . v 1) j́ + (u1 . v 2 - u2 . v 1) ḱ

Hasil kali silang dari dua buah vektor akan menghasilkan suatu vektor
tegak lurus terhadap údan v́. Sedangkan untuk mengetahui panjang dari
vektor ini, akan dilakukan analisa yang lebih jauh untuk mengetahuinya.
Kuadrat dari norm úx v́ adalah ‖ú x v́‖2
‖ú x v́‖2 = (u2 . v 3 - u3 . v 2)2 + (u1 . v 3 - u3 . v 1)2 + (u1 . v 2 - u2 . v 1)2

= (u12+ u22 + u32) (v12+ v 22 + v32 ) – (u1 v 1 + u2 v 2 + u3 v 3)2

= ‖ú‖ 2 ‖v́‖2 – (ú . v́)2 → biasa disebut identitas Lagrange

14
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yakni:
1. Vektor adalah besaran yang memiliki besar dan arah. Besaran-besaran pada
fisika banyak yang termasuk besaran vektor. Contohnya gaya, kecepatan,
percepatan, perpindahan, momen gaya dan moementum. Pada besaran vector
memiliki penjumlahan yang berbeda dengan besaran skalar.
2. Perbedaan besaran scalar dan besaran vector adalah, besaran vector memiliki
arah  sedangkan besaran scalar tidak memiliki arah.
3. Perbedaan vector satuan dan vector komponen adalah vector satuan
merupakan vektor yang bernilai satu satuan pada koordinat kartesian,
sedangkan vector komponen adalah vector uraian atau proyeksi tegak lurus
suatu vector pada sumbu xyz koordinat kartesian.
4. Cara menetukan vector resultan ada 2 cara, yakni metode jajargenjang untuk 2
vektor, dan metode vector komponen untuk 2 atau lebih vektor.
5. Cara menetukan hasil kali vektor, yakni dengan perkalian silang, yang
nilainya AB sin α.

B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah perlunya pengaplikasian dari
pengetahuan tentang vektor ini di masyarakat luas, untuk memudahkan pekerjaan
masyarakat pula tentunya, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan
taraf hidup bangsa

15
DAFTAR PUSTAKA

Sibaroni, yuliant. 2002. Buku Ajar Aljabar Linear. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Telkom.
Hadley, G. 1983. Aljabar Linear. Jakarta : Erlangga.
Sibarani, Maslen, 2013. Aljabar Linear. PT. Raja Grafindo Persada. Erlangga

16

Anda mungkin juga menyukai