Anda di halaman 1dari 20

MATERNITAS

KEBUTUHAN CAIRAN PADA ANAK DAN BAYI

Ns. Alfonsa Reni Oktavia S. kep MKM

Disusun oleh:

SILVIA NUR RIZKI (11181082)

S1. KEPERAWATAN REGULER XI.B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


Jl. Bintaro Raya, No. 10, Kebayoran Lama Utara - Jakarta Selatan
No.Telp : (021)7234122,7027184, Fax : (021) 7324126
Website : www.stikespertamedika@gmail.com
Tahun Ajaran 2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Kebutuhan Cairan
Pada Anak dan Bayi” Tak lupa saya sampaikan terima kasih kepada Ibu Ns. Alfonsa Reni
Oktavia, S.Kep MKM selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah membimbing
saya dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak. Dalam makalah ini membahas tentang informasi-informasi mengenai
kebutuhan cairan pada anak dan bayi.

Saya menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki sehingga tugas ini
dapat diselesaikan. Oleh karena itu, saya berharap kepada para pembaca agar dapat
memberikan koreksi atau masukan yang bersifat membangun guna menyempurnakan
makalah yang saya buat ini.

Jakarta, 19 Maret 2020

Silvia Nur Rizki

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................2

C. Tujuan........................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................3

A. Pengertian Kebutuhan Cairan....................................................................................3

B. Kebutuhan Cairan pada Anak dan Balita..................................................................4

C. Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Cairan.........................................................5

D. Dampak pemenuhan Kebutuhan Cairan pada Anak..................................................7

BAB III Analisa Jurnal Tentang Masalah Kebutuhan Cairan Pada Anak...............................10

A. Jurnal Utama............................................................................................................10

B. Jurnal Pendukung....................................................................................................11

C. Jurnal Pembanding..................................................................................................11

D. Analisa Jurnal (PICO).............................................................................................12

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................14

A. Kesimpulan..............................................................................................................14

B. Saran........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum terapi cairan dan elektrolit bisa secara enternal maupun
parenteral. Dalam konteks perawatan anak maka pembahasan utama terapi secara
parenteral, karena biasanya intake peroral sangat tidak memadai dan hal ini hamper
rutin dikerjakan dalam sehari-hari di ruang perawatan anak.
Dalam keadaan sakit sering didapatkan gangguan metabolism termasuk
metabolism air dan elektrolit. Dikatakan bahwa perburukan maupun perbaikan
keadaan klinis penderita berjalan pararel dengan perubahan-perubahan pada variable
fisiologis. Sebagaimana kita ketahui bahwa anak bukanlah miniature dewasa,
sehingga terapi cairan dan elektrolit pada anak haruslah didasarkan pada prinsip-
prinsip fisiologi sesuai tahapan tumbuh kembangnya dan patofisiologi terjadinya
gangguan metabolism air dan elektrolit.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler(CIS) dan
cairan ekstraseluler (CES). Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel
di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar
sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial, dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Cairan sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau homeostatis
tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi
fisiologi tubuh. Karena cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-
partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup. Sebagian besar tubuh
manusia terdiri atas cairan. Cairan tubuh ini sangat penting perannya dalam menjaga
keseimbangan (hemodinamik) proses kehidupan. Peranan tersebut dikarenakan air
memiliki karakteristik fisiologis.
Diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun,
yang didefinisikan sebagai peningkatan secara tibatiba frekuensi dan perubahan
konsistensi feses. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia,
dengan angka kematian yang masih tinggi terutama pada anak umur 1 sampai 4
tahun.1 kematian pada bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%), diperkirakan ada
100.000 balita meninggal dunia karena diare, artinya setiap hari ada 273 balita yang
meninggal setiap jam nya atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat diare.
Bahaya dari diare adalah dehidrasi berat yang dapat menyebabkan kematian
pada anak, sehingga perlu penanganan yang optimal, pemberian cairan secara oral

1
menunjukkan hasil yang baik dalam menyelamatkan anak-anak penderita diare,
namun

2
3

tidak begitu berdampak baik dalam mengurangi masa sakit diare tersebut. Kejadian
kematian anak dengan diare dikarenakan komplikasi dehidrasi yang ditimbulkan dan
penanganan yang kurang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebutuhan cairan?
2. Berapa kebutuhan cairan pada anak dan balita?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan?
4. Bagaimana dampak pemenuhan kebutuhan cairan pada anak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kebutuhan cairan pada anak
2. Untuk mengetahui kebutuhan cairan pada anak dan balita
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan
4. Untuk mengetahui dampak pemenuhan kebutuhan cairan pada anak
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kebutuhan Cairan

Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah


satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan
intraseluler (CIS) dan cairan ekstraseluler (CES). Cairan intraseluler adalah
cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial, dan cairan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan
cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Perbandingan CIS dengan CES: Dewasa = 2:1; Anak-Anak = 3:2; Bayi
= 1:1. Pada tubuh terdapat hampir 90% dari total berat badan adalah cairan.
Persentasi cairan tubuh manusia berbeda sesuai dengan usia. Persentasi cairan
tubuh pada bayi sekitar 75%, anak 70%, Pengaturan kebutuhan cairan dan
elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-paru dan gastrointestinal.
Pada bayi prematur sekitar 80% dari berat badannya adalah air.
Sedangkan pada bayi yang lahir cukup sekitar 70% dari berat badannya
merupakan air. Seiring dengan bertumbuhnya usia maka presentase air
menurun. Pada orang dewasa laki-laki kira-kira 60% dari berat badannya
adalah air. Sedangkan pada wanita dewasa sekitar 50% adalah air. Presentase
air pada

4
5

tubuh lansia kira-kira 45% sampai 55% dari berat badannya. (Horner &
Swearingen, 2001).
Jumlah air yang dianjurkan untuk diberikan pada bayi penting,
terutama pada bayi muda dibandingkan dengan golongan umur selanjutnya,
karena air merupakan nutrien yang medium untuk nutrien yang lain. Oleh
karena itu, intake nutrien ditentukan oleh kadarnya dalam cairan dan jumlah
cairan (termasuk air) yang diberikan. Sebaliknya, air dapat diberikan tanpa
bersama-sama dengan nutrien yang lain.
B. Kebutuhan Cairan pada Anak dan Balita

USIA BB KEBUTUHAN CAIRAN (ml/24 jam)


3 hari 3,0 250-300
1 thn 9,5 1150-1300
2 thn 11,8 1350-1500
6 thn 20,0 1800-2000
10 thn 28,7 2000-2500
14 thn 45,0 2200-2700
18 thn (Dewasa) 54,0 2200-2700

1. Jalur Kehilangan Cairan


a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau
sekitar 30-50 ml per jam.

Usia Volume Urine ( ml/kg BB/hari )


Bayi Lahir 10 – 90
Bayi 80 – 90
Anak – anak 50

b. Paru – paru
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan
tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi
bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
meningkat.
c. Keringat
6

Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang


panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan
impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

Rata – rata 500 – 600 dari kehilangan cairan tuhuh. Pada bayi
lahir dengan BB rendah, khususnya dengan BB kurang dari 1 kg,
cenderung mengalami kehilangan cairan tubuh yang sangat cepat
karena berbagai factor termasuk luas permukaan kulit yang lebih
besar dan peningkatan kandungan air kulit. Penggunaan penghangat
radian akan sccara bermakna meningkatan kehilangan cairan tak kasat
mata pada bayi

Cairan dan Normal Keringat


Elektrolit
Air 600 – 1000 1500 – 2000
Na ( mEq ) Sedikit 25 – 50
Cl ( mEq ) Sedikit 15 – 35

d. Feces

Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per


hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus
besar (kolon).

C. Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Cairan


1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena
usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan
berat badan. Anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan
cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
7

beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai


dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga serum albumin dan cadangan protein akan menurun
padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan
sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan
retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
6. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik, laksative dapat
berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,
dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
D. Dampak pemenuhan Kebutuhan Cairan pada Anak
8

Kelangsungan hidup manusia tergantung dari makanan dan minuman


yang dikonsumsinya. Tanpa kedua hal ini maka manusia tidak akan bisa
bertahan hidup dengan baik. Cairan merupakan kebutuhan manusia yang
paling utama karena tingginya kebutuhan cairan yang diperlukan oleh tubuh
dimana hal ini bisa dilihat dari kandungan cairan pada tubuh manusia yaitu
sekitar 60%.
Jadi selain mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin dan
nutrisi, manusia juga membutuhkan cairan, setidaknya 8 gelas per hari. Fungsi
air bagi tubuh manusia adalah untuk membantu melancarkan sistem
pencernaan, menjaga kesegaran tubuh, serta mengeluarkan racun dari dalam
tubuh melalui air seni.
Selain itu air juga berfungsi sebagai katalisator, pelarut, pelumas, penyedia
mineral dan elektrolit  serta untuk mengatur suhu di dalam tubuh.
Berikut ini adalah dampak negatif kekurangan cairan yaitu :
 Sel-sel otak membutuhkan cairan yang bisa dipenuhi oleh air putih. Air
putih bisa menjaga fungsi otak dengan baik misalnya untuk menjaga daya
konsentrasi, berpikir lebih cepat, dan tidak mudah lupa atau pikun. Cairan
dan asupan oksigen yang mengalir pada bagian otak akan menurun jika
kekurangan cairan, hal ini bisa membuat sel-sel otak tidak bisa
berkembang, aktif dan berfungsi sebagaimana mestinya.
 Dampak negatif yang lain dari kekurangan cairan adalah adanya rasa haus,
suhu badan meningkat, tenggorokan terasa kering, air kencing berwarna
pekat, terkena gejala sakit kepala, gejala halusinasi, denyut nadi lebih
cepat dari biasanya dan bisa menyebabkan kematian.
 Kekurangan cairan bisa menyebabkan infeksi kandung kemih dimana
seseorang yang mengalami hal ini akan merasakan gejala berupa adanya
kenaikan suhu badan, ada kalanya urine mengeluarkan darah dan rasa
nyeri pada saat buang air kecil.
 Kekurangan cairan juga bisa membuat kulit menjadi terlihat keriput dan
terlihat kusam karena aliran darah kapiler pada kulit tidak bisa berfungsi
dengan normal.
9

 Dampak negatif yang lain dari kekurangan cairan adalah fungsi kerja
ginjal akan menjadi terganggu karena air berfungsi untuk mencegah batu
ginjal.
Fungsi air putih pada organ ginjal akan membuat komponen pembentuk
batu ginjal menjadi lebih mudah luruh bersama buang air kecil yang anda
keluarkan.
Kekurangan cairan kehilangan cairan tubuh tidak jarang kita alami.
Karena memang dehidrasi ini bisa terjadi pada setiap orang. Baik itu dehidrasi
pada bayi, anak maupun kekurangan cairan pada orang dewasa. Karena
memang bila kekurangan cairan tubuh dibiarkan saja akan bisa berdampak
buruk terhadap kesehatan kita tentunya. Untuk itulah perlunya kita juga
mengenal akan arti dan juga penyebab tanda gejala dehidrasi sehingga dengan
hal tersebut kita bisa minimal melakukan tindakan awal dalam melakukan
pengobatan dehidrasi dan penanganan kehilangan cairan secepatnya sebelum
menjadi terlambat semuanya.
Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang
keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk. Dan makna definisi
yang lainnya dari ini adalah bahwa yang dimaksud dengan dehidrasi adalah
suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai dengan output
(pengeluaran) yang melebihi intake (pemasukan) sehingga jumlah air dalam
tubuh berkurang. Kekurangan cairan dalam tubuh bisa dibagi menjadi 3
bagian yang umum kita kenal yaitu :
1. Dehidrasi Ringan.
Yaitu kehilangan cairan 2-5% dari berat badan semula. Tanda ciri
dehidrasi yang masuk dalam kategori ini bisa kita kenali dengan gejala-
gejala semacam mulut dan bibir kering serta lengket, turgor kulit normal,
denyut jantung meningkat, tenggorokan kering, sakit kepala. Pada anak
atau bayi tanda cirinya bisa dikenali dengan bayi menjadi rewel dan
juga bayi menangis, mata terlihat cekung, meningkatnya rasa haus.
2. Dehidrasi Sedang.
Kehilangan cairan 5% dari berat badan semula. Ciri dehidrasi sedang
terlihat dengan orang yang mengantuk, pusing, otot lemah, mata kering,
10

haus, produksi urin sedikit dan mulai berwarna kuning tua, silau melihat
sinar, suhu tubuh meningkat (demam).
3. Dehidrasi Berat.
Kehilangan cairan 8% dari berat badan semula. Gejala orang
mengalami dehidrasi berat adalah sebagai berikut : urine berwarna kuning
gelap sampai oranye tua, hipotensi, ekstremitas dingin, kram otot, kondisi
fisik sangat lemah, lidah bengkak, nadi cepat (takikardia), elastisitas
hilang, mata cekung, menggigil, penurunan fungsi ginjal, kulit kering,
terkadang bisa sampai terjadi pingsan.
BAB III
Analisa Jurnal tentang Masalah Kebutuhan Cairan pada Anak

A. Jurnal Utama
1. Judul Jurnal
Pengaruh Oralit 200 Terhadap Lama Perawatan Bayi dengan Diare
Akut Dehidrasi Ringan-Sedang.
2. Peneliti
Puji Indriyani, Yuniar Deddy Kurniawan.
3. Populasi dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 30 anak atau usia bayi dengan
umur 1-12 bulan dengan diagnosa medis diare dehidrasi ringan-sedang
(DRDS) yang dirawat sejak masuk di UGD sampai rawat inap dan cara
pengambilan sampel adalah dengan non probability sampling atau
consecutive sampling.
4. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitaf dengan desain penelitian
quasi eksperimental post test only control group design yaitu mengamati
pengaruh pemberian rehidrasi oral Oralit 200 terhadap lama perawatan
pada anak yang mengalami diare akut dehidrasi ringan sedang. Penelitian
ini menggunakan desain kuasi eksperimen post test only control group
yang terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok pemberian larutan
oralit 200 (15 responden), dan kelompok kontrol dengan pemberian
cairan infus langsung (15 responden).
5. Instrument yang digunakan
Instrument yang digunakan adalah lamanya observasi perawatan.
6. Uji statistik yang digunakan
Analisis data yang digunakan adalah nnalisis univariat dilakukan
untuk menilai distribusi dari masing-masing variable seperti nilai median,
nila rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan maksimum seperti usia,
jenis kelamin, pemberian ASI dan rerata lama perawatan pada
masingmasing kelompok penelitianbivariat digunakan untuk untuk
mengetahui perbedaan lamanya perawatan anak pada kelompok oralit 200
dan kelompok kontrol dengan uji beda dua mean independent atau uji- t
( t-test).

Uji statistik pengaruh pemberian oralit 200 dengan kelompok kontrol


terhadap lama perawatan menunjukkan tidak ada pengaruh yang
signifikan terhadap lama perawatan dengan p value = 0,051 dengan α <
0,05, namun berdasarkan penghitungan rerata lama perawatan pada bayi
dengan diare akut dehidrasi ringan-sedang yang diberikan oralit 200
adalah 2,67 hari dan pada kelompok kontrol rerata lama perawatan adalah
3,67 hari yaitu selisih satu hari perawatan sehingga dapat mengurangi
jumlah biaya yang dikeluarkan pasien.

11
12

7. Hasil Penelitian
Pemberian oralit 200 selama 3 jam pertama awal perawatan pada bayi
dengan diare akut dehidrasi ringansedang , lama rata-rata perawatannya
adalah 2,7 hari dengan selisih 1 hari perawatan jika dibandingkan dengan
bayi yang langsung diberikan cairan infus melalui intravena. Pemberian
Oralit 200 juga memberikan pengaruh terhadap konsistensi feces dan
penurunan frekuensi buang air besar pada bayi dengan diare akut
dehidrasi ringan-sedang.
B. Jurnal Pendukung
1. Judul Jurnal
Asuhan Keperawatan Pada Balita yang Mengalami Diare dengan
Dehidrasi Sedang di Rumah Sakit Umum dr. Wahidin Sudiro Husodo
Mojokerto.
2. Peneliti
Fikita Maulida Yulianti.
3. Populasi dan Teknik Sampling
Populasi pada penelitian ini adalah pasien di Rumah Sakit dr. Wahidin
Sudiro Husodo Mojokerto. Sampel dalam penelitian ini adalah anak yang
dilakukan perawatan di Rumah Sakit dr. Wahidin Sudiro Husodo
Mojokerto. Teknik sampling menggunakan dengan jumlah 2 responden.
4. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Studi
kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Penelitian
kualitatif ini bersifat deskriptif, sumber data primer adalah penelitian yang
melakukan tindakan dan anak yang menerima tindakan. Sedangkan
sekunder berupa data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
5. Instrument yang digunakan
Instrument yang digunakan adalah dengan mengidentifikasi data hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan Analisa data
dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan
dengan teori ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
6. Hasil Penelitian
Pada anak diare dengan dehidrasi, pemberian oralit 200 ml tiap kali
diare lebih efektif jika dihabiskan untuk mengatasi dehidrasi.
C. Jurnal Pembanding
1. Judul Jurnal
Pengaruh Pemberian Kombinasi Probiotik dan Seng terhadap
Frekuensi dan Durasi Diare pada Pasien Anak di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Peneliti
Nurul Huda1, Dyah A. Perwitasari2, Irma Risdiana.
3. Populasi dan Teknik Sampling
Populasi ini dilakukan pada pasien diare akut pada anak di Unit Rawat
Inap Anak RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode September–
13

Desember 2015 dan Teknik samplingnya yaitu pemilihan subjek


dilakukan dengan teknik aksidental yaitu pengambilan sampel
berdasarkan kebetulan, data langsung dikumpulkan dari unit sampling
yang ditemui.
4. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif observasional
dengan rancangan kohort.
5. Instrument yang digunakan
Instrument yang digunakan adalah hasil wawancara dengan keluarga
pasien atau petugas kesehatan yang merawat pasien. Data usia, jenis
kelamin, berat badan, status gizi dan status dehidrasi diperoleh dari rekam
medik. Data tingkat pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, frekuensi
dan durasi diare sebelum terapi diperoleh dari hasil wawancara dengan
orang tua/keluarga pasien, data frekuensi dan durasi diare setelah terapi
diperoleh dari informasi dari orang tua/ keluarga yang menjaga pasien dan
petugas kesehatan yang merawat pasien.
6. Uji statistik yang digunakan
Uji statistik yang digunakan adalah dengan uji normalitas shapiro-
wilk, perbandingan proporsi kedua kelompok subjek dibandingkan dengan
menggunakan chi square test dan dengan Mann-Whiteney.

D. Analisa Jurnal (PICO)


1. Problem
Diare pada anak di bawah usia lima tahun masih menjadi penyebab
kedua kematian di dunia dengan angka kasus diare pada bayi setiap
tahunnya mencapai 1,7 milyar. Kejadian kematian disebabkan karena
komplikasi dehidrasi yang ditimbulkan serta penanganan yang kurang
tepat.
2. Intervensi

Intervensi yang dilakukan untuk anak diare pada penelitian ini dengan
diberikan oralit 200 dan desain yang digunakan pada penelitian ini adalah
studi kasus. Studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu
sosial. Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif, sumber data primer
adalah penelitian yang melakukan tindakan dan anak yang menerima
tindakan. Sedangkan sekunder berupa data hasil wawancara, observasi,
dan dokumentasi.

3. Comparasion
Dalam jurnal pembanding, dengan judul Pengaruh Pemberian
Kombinasi Probiotik dan Seng terhadap Frekuensi dan Durasi Diare pada
Pasien Anak di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, intervensi
yang diberikan pada jurnal ini adalah dengan pemberian terapi prabiotik.
14

4. Outcome
Dari jurnal utama telah didapatkan hasil penelitiannya adalah
pemberian oralit 200 selama 3 jam pertama awal perawatan pada bayi
dengan diare akut dehidrasi ringansedang , lama rata-rata perawatannya
adalah 2,7 hari dengan selisih 1 hari perawatan jika dibandingkan dengan
bayi yang langsung
diberikan cairan infus melalui intravena. Pemberian Oralit 200 juga
memberikan pengaruh terhadap konsistensi feces dan penurunan frekuensi
buang air besar pada bayi dengan diare akut dehidrasi ringan-sedang.
Dibandingkan dalam jurnal pembanding, hasil penelitiannya adalah
disimpulkan bahwa pemberian probiotik pada terapi standar diare tidak
menunjukkan penurunan pada frekuensi dan durasi diare dibandingkan
dengan kelompok yang hanya diberikan terapi standar diare dalam tata
laksana diare akut pada anak.
Dalam kesimpulan penelitian yang dilakukan pada jurnal utama dan
pembanding yang lebih efektif untuk menyelesaikan masalah diare pada
anak adalah dengan pemberian oralit untuk mengatasi diare pada anak.
5. Time
Penelitian jurnal utama dilakukan di RSUD Goeteng Tarunadibrata
Purbalingga pada tahun 2017.
Penelitian Jurnal pembanding dilakukan di Unit Rawat Inap Anak RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode September–Desember 2015.
15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan dengan derajat kesakitan dan
kematian yang cukup tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang seperti
di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi, dan sebagai
salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pemberian oralit 200 selama 3 jam pertama
awal perawatan pada bayi dengan diare akut dehidrasi ringansedang , lama rata-rata
perawatannya adalah 2,7 hari dengan selisih 1 hari perawatan jika dibandingkan
dengan bayi yang langsung diberikan cairan infus melalui intravena. Pemberian
Oralit 200 juga memberikan pengaruh terhadap konsistensi feces dan penurunan
frekuensi buang air besar pada bayi dengan diare akut dehidrasi ringan-sedang.
Hasil penelitiannya jurnal pembanding adalah disimpulkan bahwa pemberian
probiotik pada terapi standar diare tidak menunjukkan penurunan pada frekuensi dan
durasi diare dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberikan terapi standar diare
dalam tata laksana diare akut pada anak.

B. Saran
1. Untuk orang tua diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya
menjaga kebersihan pada makanan yang akan dikonsumsi.
2. Masih banyak kasus diare pada anak sehingga bagi orang tua untuk lebih
memperhatikan asupan makanan yang mempengaruhi status gizi dan perilaku
hidup bersih dan sehat.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/359603942/KEBUTUHAN-CAIRAN-PADA-BAYI-DAN-ANAK-docx

https://www.scribd.com/document/395938468/Kebutuhan-Cairan-Pada-Anak

https://www.scribd.com/doc/221536317/Dampak-Kekurangan-Cairan

17

Anda mungkin juga menyukai