Anda di halaman 1dari 8

Nama :Muhamad Ansor Mubarok

NIM : 1174050096

Kelas : Jurnalistik 6B

Mata Kuliah: Metodelogi Penelitian Komunikasi

METODOLOGI PENELITIAN KOMUNIKASI

1.1 Komponen Ilmu


1.1.1 Realitas
Pengertian yang paling mendasar tentang 'realitas' adalah ‘keseluruhan yang ada atau
terjadi’. Realitas atau kenyataan, dalam bahasa sehari-hari berarti "hal yang nyata; yang benar-
benar ada". Dalam pengertiannya yang sempit dalam filsafat barat, ada tingkat-tingkat dalam sifat
dan konsep tentang realitas. Tingkat-tingkat ini mencakup, dari yang paling subyektif hingga yang
paling ketat: realitas fenomenologis, kebenaran, fakta, dan aksioma.

Pada tingkat yang lebih luas dan lebih subyektif, pengalaman-pengalaman


pribadi, rasa ingin tahu, pencarian, dan selektivitas terlibat dalam penafsiran pribadi
tentang suatu kejadian membentuk realitas sebagaimana yang dilihat oleh satu dan
hanya satu orang saja dan oleh karena itu disebut fenomenologis. Bentuk realitas ini
mungkin umum bagi orang lain juga, pada kadang-kadang juga bisa menjadi sangat
unik bagi diri sendiri sehingga tidak pernah dialami atau disetujui oleh orang lain.
Banyak dari pengalaman yang dianggap spiritual seperti ini terjadi pada realitas
tingkat ini. Dari perspektif fenomenologis, realitas adalah sesuatu yang secara
fenomenal nyata sementara non-realitas dianggap tidak ada. Persepsi individual dapat
didasarkan pada kepribadian seorang individu, fokus, dan gaya atribusinya, sehingga
membuat hanya dialah yang melihat apa yang ingin dilihat atau dipercayainya sebagai
kebenaran.

1.1.2 Fenomena
Fenomena berasal dari bahasa Yunani; phainomenon, "apa yang terlihat",
fenomena juga bisa berarti: suatu gejala, fakta, kenyataan, kejadian dan hal-hal yang
dapat dirasakan dengan pancaindra bahkan hal-hal yang mistik atau klenik. Suatu
kejadian adalah suatu fenomena. Suatu benda merupakan suatu fenomena, karena
merupakan sesuatu yang dapat dilihat.Adanya suatu benda juga menciptakan keadaan
ataupun perasaan, yang tercipta karena keberadaannya. Fenomena adalah rangkaian
peristiwa serta bentuk keadaan yang dapat diamati dan dinilai lewat kaca mata ilmiah
atau lewat disiplin ilmu tertentu. Fenomena juga dapat diartikan sebagai ejadian-
kejadian/gejala yg ditangkap indra manusia & dijadikan masalah krn belum diketahui
(apa, bagaimana & mengapa) adanya.
1.1.3 Konsep
Konsep merupakan hal dasar dalam setiap teori. Definisi lain menyatakan
bahwa konsep adalah ide-ide atau bayangan mental mengenai dunia nyata. Pembentuk
konsep adalah ide-ide yang merupakan abstraksi dalam pikiran seseorang.
Menurut Kerlinger konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan hal-hal khusus. Misalnya, merah, hijau, kuning, ungu, dsb
digeneralisasikan sebagai warna. Warna disinilah berperan sebagai konsep.(Rakhmat,
Ibrahim, 2016:52)
Konsep dapat dibedakan menjadi 2 yaitu konsep-konsep yang dapat diamati
(observable) dan konsep yang tidak dapat diamati (construct). Konsep yang dapat
diamati adalah gedung, kursi, dan mobil yang dapat ditangkap oleh indra kita. Semua
benda atau makhluk atau peristiwa yang dapat ditangkap oleh indra kita dan kita telah
mengetahui namanya disebut konsep observasi. Contoh konsep yang merupakan
peristiwa adalah kelahiran, kehidupan, kematian, dan perkawinan. Contoh konsep
yang merupakan makhluk (hidup) adalah manusia, gajah, singa, keledai, ikan
(binatang). Sedangkan konsep yang tidak dapat diamati (tetapi dapat dirasakan
gejalanya atau kehadirannya) disebut konstruk.
1.1.4 Variabel
Variabel merupakan sebuah konsep yang telah diberi ukuran tertentu. Ukuran
ini bisa saja dalam bentuk sifat, jumlah, ataupun yang lainnya. Sebagai contoh yaitu
jenis kelamin merupakan variabel dan dibedakan menjadi 2, perempuan dan laki-laki.
Pendapatan seseorang atau kelompok masyarakat merupakan variabel yang dapat
dibedakan tingkatannya menjadi kategori setuju, tidak setuju, dan tidak tahu. Umur
seseorang dapat disebut variabel dan dibedakan (dikategorikan) menjadi empat, yaitu
kanak-kanak, remaja, dewasa, dan manula/tua. Sebenarnya masih banyak lagi hal yang
bisa dikatakan sebagai variabel, namun hal-hal di atas adalah sebagian kecil dari
contoh variabel. Melihat dari contohnya, dapat disimpulkan bahwa variabel adalah
konsep (keadaan, kegiatan) yang telah diberi ukuran tertentu dan dapat dijadikan objek
atau unsur dalam penelitian ilmiah.(Setiawan, Muntaha, Sriati, & Bintarti, 2014:4)
Di dalam penelitian, variabel dibagi kedalam tiga kategori diantaranya yaitu:
1. Variabel Bebas dan tidak bebas
Variabel ini maksudnya penelitian mencari sebab dan akibat dalam suatu gejala
atau mencari berbagai hubungan diantara banyak factor. Variabel bebas adalah
variabel penyebab dan variabel tidak bebas adalah akibat atau variabel yang
dipengaruhi variabel pendahulunya yaitu variabel bebas. Contohnya, dalam sebuah
penelitian menyebutkan lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi kenakalan
remaja. Lingkungan yang buruk adalah variabel bebas dan kenakalan remaja
adalah variabel tidak bebas.
2. Variabel aktif dan variabel atribut
Dalam sebuah penelitian khususnya yang bersifat eksperimental kita akan
berhadapan dengan variabel yang bisa dikendalikan contohnya kita dapat mengetur
temperature ruangan dan hal serupa lainnya, selain itu kita juga akan berhadapan
dengan variabel yang sudah jadi dan tidak bisa kita kendalikan seperti umur, dsb.
3. Variabel kontinyu dan variabel kategoris
Variabel kontinyu secara teoritis mempunyai nilai yang bergerak tidak terbatas
contohnya tinggi badan manusia bisa saja 1 meter atau 2 meter tergantung
kecermatan pengukuran dan variabel kategoris hanya mempunyai satu nilai
tertentu seperti jumlah anak yang dimiliki dalam suatu keluarga bisa 1, 2, 3, dan
seterusnya.
1.1.5 Proposisi
Hubungan yang logis antara dua konsep disebut proposisi. Biasanya proposisi
dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan yang menunjukkan hubungan antara dua
konsep. Misalnya, proposisi Hariis dan Todaro, yang banyak digunakan dalam studi
kependudukan berbunyi “proses migrasi tenaga kerja ditentukan oleh perbedaan
upah”. ‘Karakteristik individu menentukan integrasi sosial seseorang di masyarakat”
merupakan contoh proposisi dalam sosiologi.(Rahardjo, 2018:2)
Menurut Singarimbun dan Effendi dalam penelitian sosial biasanya dikenal dua
tipe proposisi, yakni aksioma atau postulat dan teorem. Aksioma atau postulat ialah
proposisi yang kebenarannya tidak dipertanyakan lagi oleh peneliti, sehingga tidak
perlu diuji dalam penelitian. Misalnya, “perilaku manusia selalu terikat dengan norma
sosial” ialah contoh sebuah proposisi yang kebenarannya tidak dipertanyakan.
Sedangkan teorem ialah proposisi yang dideduksikan dari aksioma. Sebagai contoh
“perilaku seseorang dipengaruhi oleh niatnya untuk melakukan perilaku tersebut”.
1.1.6 Fakta
Fakta adalah pengamatan yang telah diverifikasi secara emperis. Fakta dapat
berkembang menjadi ilmu atau juga tidak berarti apa-apa. Fakta Ilmiah adalah produk
dari pengamatan yang bukan random dan mempunyai arti karena dilandasi oleh teori.
Fakta berperan dan mempunyai interaksi yang tetap dengan teori, diantaranya:
1. Fakta menolong memprakarsai teori
2. Fakta memberi jalan dalam mengubah atau memformulasikan teori baru
3. Fakta dapat membuat penolakan teori
4. Fakta memperjelas dan memberi definisi kembali terhadap teori
1.1.7 Teori
Salah satu tujuan utama ilmu ialah untuk penjelasan atas gejala alam secara
cermat sehingga kita dapat melakukan prediksi. Jika penjelasan tersebut telah
dilakukan pengujian secara berkali-kali dan terbukti benar maka penjelasan tersebut
dapat dikatakan sebagai teori.
Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan preposisi yang
menggunakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara
variabel, untuk meramalkan gejala tersebut.(Kerlinger, 1973:9)
Teori dapat kita tilai tidak hanya dari sisi baik dan buruk tetapi juga
berdasarkan kegunaan, ada enam ilayah yang menjadi focus untuk menilai kegunaan
suatu teori yakni keakuratan, kepraktisan, kesimpelan, kekonsistenan, ketajaman, dan
heuristik.
Adapun untuk ciri-ciri dari teori ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Teori terdiri atas proposisi-proposisi
2. Konsep-konsep dalam proposisi telah dibatasi pengertiannya secara jelas
3. Teori harus mungkin diuji, diterima, dan ditolak kebenarannya
4. Teori harus dapat melakukan prediksi
5. Teori harus dapat melahirkan proposisi-proposisi tambahan yang semula
tidak terduga

Adapun untuk fungsi teori adalah sebagai berikut:

1. Organisasi
Teori membantu kita untuk mengambil gejala yang rumit dan
menempatkannya ke dalam kata-kata dan kategori yang bisa mudah
dipahami. Misalnya suatu teori bisa mengorganisasikan atau menyusun
alasan-alasan mengapa orang memilih menggunakan media kekerasan
tersebut.
2. Deskripsi
Teori mendeskripsikan atau melukiskan apa yang terjadi pada situasi atau
konteks tertentu.
3. Penjelasan
Teori membantu kita menjelaskan mengapa sesuatu terjadi, sering dalam
artian sebab-sebab yang mendasari perilaku manusia.
4. Prediksi
Teori membantu kita untuk memprediksi atau meramalkan akibat-akibat
(lebih khusus untuk teori ilmiah)
5. Kontrol
Teori dapat digunakan untuk mrngontrol atau menngendalikan peristiwa-
peristiwa atau akibat-akibat ketika hubungan diantara variabel-variabelnya
telah terbangun (lebih khusus untuk teori ilmiah)
1.1.2 Prinsip Metode Ilmiah
Prinsip metode ilmiah adalah Logico-Hipotetico-Verifikatif, maksudnya Logico
Hypotetico Verifikasi merupakan cara mendapatkan pengetahuan dengan langkah-
langkah tertentu yang terdiri dari:
1. Pengajuan masalah
2. Penyusunan kerangka teori
3. Perumusan hipotesis
4. Pengujian hipotesis
5. Penarikan kesimpulan
1.1.3 Kriteria Penelitian Ilmiah
1. Berdasarkan fakta
Analisis dan pengambilan kesimpulan yang dilakukan harus didasari pada fakta-
fakta yang nyata terjadi, bukan dari opini-opini peneliti saja
2. Pertimbangan objektif
Saat melakukan eksperimen, peneliti tidak boleh memiliki prasangka. Peneliti
boleh memiliki hipotesis, namun eksperimen harus dijalankan secara objektif meskipun
diperkirakan hasil tidak sesuai hipotesis.
Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif.
Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-
pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.
3. Azas analitik
Penarikan kesimpulan berdasar metode ilmiah harus menggunakan prinsip-prinsip
analisis. Hal ini mengartikan dibutuhkannya kejelasan urutan berpikir dan kejadian dalam
menjelaskan suatu fenomena fisika. Komponen-komponen permasalahan dan hubungan
diantaranya harus diketahui dengan jelas dan dapat dijelaskan secara runut.
4. Sifat kuantitaif
Teknik kuantitatif dengan ukuran yang objektif akan memberikan hasil yang
dapat dimengerti secara universal dan minim subjektivitas peneliti. Namun, dapat juga
digunakan teknik kualitatif apabila hasil yang didapatkan sulit dideskripsikan dengan
suatu ketentuan kuantitatif. Contohnya, pertumbuhan tanaman dinyatakan secara
kuantitatif (misal: tumbuh 10 cm dalam 5 hari) dan perkembangannya dinyatakan secara
kualitatif (misal: tumbuh bunga dalam 5 hari).
5. Logika deduktif hipotetik
Logika deduktif adalah penalaran yg bertitik tolak dan hal-hal yg sifatnya umum
yg sudah memiliki kebenaran yg pasti baik dr hasil penelitian para pakar ato dr yg
lainnya.
Kebenaran hipotesis harus dibuktikan secara empiris melalui penelitian lapangan maka
disebut bahwa karya ilmiah tersebut sesuai logika deduktif-hipotetik
6. Logika induktif-generalisasi
Kebenaran hipotesis bersifat rasional, oleh karenanya bersifat sementara . Untuk
memperoleh kebenaran ilmiah masih harus dibuktikan dengan data empiris hasil
penelitian ksimpulan dr data empiris bsifat generalisasi. sdangkan kesesuaian data
empiris dengan pemikiran rasional hipotesis disebut asas korespondensi. kesimpulan yg
bersifat generalisasi dr data empiris disebut logika induktif yg kebenrannya bersifat
probabilistik.
1.1.4 Langkah Penelitian Ilmiah
1. Penetapan masalah, konfirmasi aktualisasi dan relevansi dari keputusan
2. Menuyusun kerangka pemikiran argumentasi dukungan dasar teoritis dangan premis-
premis
3. Merumuskan hipotesis, deduksi dan premis
4. Menganalisis & menginterpretasikan data penelitian untuk menguji hipotesis
5. Membahas hasil uji hipotesis untuk sampai pada fakta
6. Menarik kesimpulan umum, kesimpulan khusus & saran tindak lanjut
DAFTAR PUSTAKA

Kerlinger. (1973). Metode penelitian. Jakarta: Erlangga.

Rahardjo, M. (2018). Antara Konsep, Proposisi, Teori, Variabel dan Hipotesis dalam Penelitian.
Repository.Uin-Malang.Ac.Id/2410.

Rakhmat, J., Ibrahim, S. I. (2016). Metodologi Penelitian Komunikasi.Bandung: Simbiosa


Rektama Media

Setiawan, B., Muntaha, A., Sriati, A., & Bintarti, A. (2014). Modul 1 Unsur-unsur Fundamental
Penelitian Sosial. In Metode Penelitian Komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai