Anda di halaman 1dari 4

Khairunnisa Maharani

XI IPS 2

PTS EKONOMI

1. C. Undang-Undang pajak
2. C. Tidak dibayarkan jika telah lewat waktu
3. E. Pengendali kehidupan dan kemajuan BUMN
4. D. Asas continuity
5. D. Asas pemungutan
6. C. 1 dan 4
7. C. 1, 2, dan 5
8. A. Rp. 357.000,00
Cara :
NJOP Bangunan = 400 m x Rp.500.000 = Rp.200.000.000
NJOP Rumah = 200 m x Rp. 600.000 = Rp. 120.000.000
NJOP Pagar = (100 m x 1,5 m) x Rp. 300.000 = Rp. 45.000.000
Total NJOP = Rp. 200.000.000 + Rp. 120.000.000 + Rp.
45.000.000
           = Rp. 365.000.000

NJOPTKP = Rp. 8.000.000


NJOP = NJOP - NJOPTKP
        = Rp. 365.000.000 - Rp. 8.000.000
      = Rp. 357.000.00
9. D. Budget, pengatur kegiatan ekonomi, dan pemerataan hasil
pembangunan
10. A. Rp. 101.000.000,00
Cara : 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000,
15%. x Rp. 200.000.000 = Rp. 30.000.000
25% x Rp. 250.000.000= Rp. 62.500.000
30% x Rp. 20.000.000 = Rp. 6.000.000
PHH Terutang :
Rp. 2.500.000 + Rp. 30.000.000 + Rp. 62.500.000 + Rp. 6.000.000
= Rp. 101.000.000/ tahun

ESSAY

1. Di Indonesia, berlaku 3 jenis sistem pemungutan pajak, yakni :


a) Self Assessment System

Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang


membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak
yang bersangkutan.
Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam
menghitung, membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi online yang sudah
dibuat oleh pemerintah.
Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai
pengawas dari para wajib pajak. Self assessment system diterapkan pada
jenis pajak pusat
Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:

 Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu


sendiri.
 Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban
pajaknya mulai dari menghitung, membayar, hingga melaporkan
pajak.
 Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali
jika wajib pajak telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat
pajak yang seharusnya wajib pajak bayarkan namun tidak
dibayarkan.

b) Official Assessment System


Official Assessment System merupakan sistem pemungutan
pajak yang membebankan wewenang untuk menentukan
besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan
sebagai pemungut pajak.
Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib
pajak bersifat pasif dan pajak terutang baru ada setelah
dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus

Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:

 Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak.


 Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
 Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang
terutang dan menerbitkan surat ketetapan pajak.
 Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak
yang wajib dibayarkan.

c) Withholding System
Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak
ketiga yang bukan wajib pajak dan bukan juga aparat
pajak/fiskus.
Contoh Witholding System adalah pemotongan penghasilan
karyawan yang dilakukan oleh bendahara instansi terkait. Jadi,
karyawan tidak perlu lagi pergi ke KPP untuk membayarkan
pajak tersebut.
Jenis pajak yang menggunakan withholding system di
Indonesiaadalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh
Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN.
2. Pajak perlu dibayar karena pajak merupakan alat bagi pemerintah
untuk melaksanakan pembangunan. Jadi jika kita membayar pajak
berarti kita berpartisipasi dalam pembangunan negara kita
3. Agar sebagian hasil dari pendapatan tdk kena pajak itu dpt kita
akumulasi dlm bentuk tabungan untuk keprluan lainnya
4. 5% x Rp. 49.500.000,00 = Rp.2.475.000,00
Jadi besarnya pajak terutang adalah sebesar Rp.2.475.000,00
5. Tanah                            250 m x Rp.400.000 =
Rp.100.000.000
Bangunan                      120 m x Rp.250.000 =
Rp.30.000.000
Pagar                              180 m x Rp.300.000 =
Rp.54.000.000   +

NJOP                                                                 
Rp.184.000.00

NJOP untuk PBB

Rp.184.000.000 - Rp.12.000.000 = Rp.172.000.000

NJKP = 20% x Rp.172.000.000 = Rp.34.400.000

PBB terutang yaitu 0,5% x Rp.34.400.000 = Rp.172.000

Anda mungkin juga menyukai